Once

Original Story Belong To Phoebe

Starring:

Kim Jongin (GS)

Oh Sehun

Park Chanyeol

Byun Baekhyun (GS)

Wu Yifan

Summary:

Jongin hanya ingin jatuh cinta sebelum ia mati. Ia juga sangat ingin melakukan seks dengan seorang pria yang benar-benar ia cintai walau hanya sekali dalam hidupnya. Tapi akankan Jongin bisa merasakannya?

.

.

.

This is Remake Novel by Phoebe with the same title.

.

.

.

~ Happy Reading ~

.

.

.

Sehun berjalan dengan emosi yang berusaha di tahannya sedemikian rupa. Hari ini, untuk kesekian kalinya ia berdebat hebat dengan Chanyeol.

Laki-laki itu berkeras mengatakan kalau Jongin adalah miliknya dan Sehun harus menyerahkan Jongin kepadanya. Hanya ungkapan bodoh Chanyeol untuk menandakan keputus asa-annya, tapi sangat mempengaruhi suasana hati Sehun. Dia sangat terganggu dengan segala ucapan Chanyeol tentang istrinya.

Sehun masuk ke kamarnya dan membanting pintu keras-keras. Begitu berbalik, ia mendapati Jongin sudah duduk di atas ranjang dengan dandanan yang sangat cantik.

Jongin mengenakan piama sutranya yang biasa, tapi suasana yang di ciptakan oleh senyumannya tampak berbeda. Jongin sudah berhasil memulihkan suasana hati Sehun yang semula sangat kacau.

"Kau yang membuka pakaianku, atau aku yang melakukannya sendiri."

Sehun tertawa renyah mendengar ucapan Jongin itu. Ia mendekat dan mengulurkan telapak tangannya.

Mimik wajah Jongin berubah kesal. Gadis itu pasti tau kalau Sehun meminta bukti yang meyakinkan dirinya kalau mereka boleh melakukan ini.

Jongin menghentakkan kakinya ke lantai dan melangkah menuju tasnya yang berada di atas meja riasnya. Ia merogoh sesuatu dan agak lama lalu kembali kepada Sehun sambil menyodorkan selembar kertas kepadanya.

Sehun membacanya dengan teliti, mengulanginya berkali-kali seolah tidak ingin melewatkan satu huruf pun. Setelah yakin, senyum Sehun mengembang dan meletakkan kertas itu di atas rak terdekat.

"Jadi kita aman melakukannya?" Gumam Sehun.

"Tapi kau sudah merusak suasana hatiku. Seharusnya kau tidak memintaku menyerahkan kertas itu setelah apa yang ku lakukan untuk menggodamu. Kau tidak menghargaiku, Sehun. Aku benar-benar mempersiapkan diri dengan sepenuh hati sedangkan kau, bertindak seolah-olah aku adalah seorang pembohong besar."

"Jangan tersinggung, Jong. Ini demi kebaikanmu, kan? Kalau begitu aku mandi dulu."

Jongin menyambar tubuh Sehun saat Sehun berbalik membelakanginya. Gadis itu memeluk tubuh Sehun dari belakang seerat yang dia bisa. Jongin tidak ingin kehilangan satu kesempatanpun.

"Tidak perlu, aku tidak masalah jika kau berkeringat. Ini sudah malam Sehun, aku takut terlalu lama menunggu dan kehilangan kesempatanku."

Sehun mendesah dan berbalik. Ia menatap Jongin dengan pandangan yang sama seperti biasanya. Pandangan yang penuh cinta. Hanya saja kali ini Sehun tidak perlu menahan dirinya untuk mengungkapkan segala hal yang di rasakannya.

"Tapi aku merasa tidak nyaman."

"Dulu kau bahkan tidak mandi untuk menemuiku di halaman belakang. Aku tidak masalah dengan itu. Cepatlah, aku tidak bisa menunggu."

"Sebentar saja, aku berjanji. Sekarang duduklah disana dan tunggu aku." Sehun memaksa Jongin untuk melepas pelukannya dan menghilang di kamar mandi.

Jongin mendengus. Mengapa suasana saat bersama Sehun tidak seromantis saat bersama Chanyeol. Jongin juga merasa heran mengapa ia lebih menyukai suasana yang tidak romantis bersama Sehun bila di bandingkan dengan suasana romantis bersama Chanyeol. Sehun sudah membuatnya melupakan segalanya.

Jongin tidak bisa menunggu lama, ia melepaskan semua pakaiannya dan duduk di tengah ranjang untuk menunggu Sehun, beberapa saat kemudian Sehun keluar dari kamar mandi dengan handuknya. Ia membuat hati Jongin kembali cerah.

"Kenapa kau membuka pakaianmu sendiri?" Sehun mengeluh.

"Kau terlalu lama. Aku bisa mati duluan jika kau tidak melakukannya saat ini juga."

Sehun menggigit bibirnya dan mendekati Jongin dengan sangat perlahan. Ranjang berderak saat Sehun beringsut untuk memeluk Jongin di atas ranjang.

Wajah Jongin memerah saat Sehun membuka handuknya. Ia merasakan kulit Sehun menyentuh sekujur tubuhnya, sangat hangat.

Sehun mulai menyentuhnya dengan panas hingga keduanya berakhir di atas ranjang dalam keadaan telanjang. Sebagaimana adam dan hawa saat baru turun ke bumi.

Hati Jongin di penuhi keinginan yang membuncah, ingin menyatu dengan Sehun saat itu juga. Untuk pertama kali dalam hidupnya Jongin bercinta, merasakan dirinya di jamah oleh pria yang di cintainya, pria yang mengubahnya dari seorang gadis menjadi seorang wanita.

Pria yang berjanji akan melindunginya, pria yang selalu bersayap seperti malaikat setiap kali ia menatapnya dengan cinta.

Akhirnya, tiba saatnya dimana Jongin menyerahkan kehidupannya untuk kebahagiaan seseorang. Kyungsoo benar tentang cinta, ia bahkan rela mati demi Sehun.

Tuhan, terimakasih sudah menciptakan Sehun.

Terimakasih sudah memberikan cinta itu padanya.

Terimakasih karena aku tidak melakukan dosa.

Sehun adalah yang pertama, dan terakhir untukku.

air mata Jongin meleleh saat ia merasakan perih menusuk. Bagian sensitifnya terasa sangat sakit, tapi hatinya terasa sangat nyaman. Ia akan baik-baik saja, itu yang terus di ucapkannya setiap kali Sehun menanyakan keadaannya.

Perlahan-lahan perjuangan menuju keindahan itu mulai merebak. Jongin merasakan jantungnya berdetak sangat cepat untuk pertama kali dan lambat laun, ia bisa mendengar percikan madu yang tumpah, ia melihat surga.

.

.

~ o ~

.

.

Langkah Park Chanyeol berhenti saat mendengar desahan dari kamar Jongin. Dadanya tiba-tiba terasa sangat sesak membayangkan bagaimana gadis yang sangat di cintainya bergelut dengan pria lain di dalam sana. Ia ingin mengamuk, ingin mendobrak pintu dan menyeret laki-laki itu keluar lalu membunuhnya.

Chanyeol memegangi kepalanya. Sampai kapan ia akan terus begini? Langkahnya menyala lagi, semakin cepat menuju kamarnya. Ia tidak ingin mendengarkan desahan demi desahan yang menyiksa batinnya dengan kejam. Tapi otaknya terus saja memikirkan Jongin dan Jongin.

Ini pertama kalinya Chanyeol mendengar mereka bercinta. Gadis itu sudah kehilangan keperawanannya malam ini. Keperawanan yang selalu di tawarkannya kepada Chanyeol, ia merasa semakin sakit.

Chanyeol mengambil kunci sepeda motornya di atas meja, ia ingin pergi saat itu juga, menjauh dari rumah ini. Dari bayangan-bayangan tentang Jongin di dalam kamarnya.

Astaga, ia tidak bisa melepaskan pemikirannya dari Jongin sedikitpun. Tanpa sengaja Chanyeol menyenggol sebuah kertas dan membacanya dengan serius. Surat pepernyataan dokter tentang keadaan Jongin, yang sesungguhnya. Ekspresi khawatir tiba-tiba saja muncul di wajahnya, ia hampir saja keluar jika Baekhyun tidak mengunci pintu kamar mereka untuk menghadangnya.

"Jangan ganggu mereka, Chanyeol."

"Apa maksudmu? Kau tau mengenai ini? Jongin tidak boleh melakukan itu. Dia bisa mati."

"Itu keinginannya."

"Mati? Dia ingin mati?"

"Demi orang yang di cintainya."

Chanyeol terdiam sejenak, memandangi Baekhyun dengan tatapan yang tidak menyangka. "Jongin tidak mencintainya."

"Lalu kau fikir dia mencintaimu?"

Chanyeol terdiam lagi. Ia termenung beberapa saat mengenai perkataan Baekhyun barusan. Sesungguhnya Chanyeol sudah tau kalau Jongin tidak lagi mencintainya seperti dulu. Tapi dia tidak bisa menerimaya begitu saja. Jongin sudah mengubah Chanyeol terlalu banyak.

"Biarkan aku menghentikannya, kau tidak menyayangi adikmu? Kau selalu mengatakan kalau kau sangat menyayanginya. Tapi kenyataannya kau membiarkan Jongin menyongsong kematiannya."

"Aku masih sama, Chanyeol. Masih menyayanginya dan aku melakukan ini karena menyayanginya. Kau fikir bagaimana perasaanku selama ini melihatmu bersamanya? Aku menyimpan sakit hatiku karena aku menyayangi Jongin. Dan aku harus menahan diri kali ini juga karena Jongin. Dia ingin membahagiakan suaminya mskipun untuk itu dia harus mempertaruhkan nyawanya. Aku mendukungnya meskipun hatiku berontak karena aku tau, hal ini bisa saja membuatku kehilangan Jongin."

"Kau sangat kejam. Rasa sayangmu sangat kejam. Kau menikah denganku demi Jongin, membiarkan aku dan dia menjalani percintaan yang menyakitkan. Dan sekarang-"

"Kapan kau akan berhenti?" Baekhyun memotong. "Biarkanlah Jongin bahagia."

"Dan kau bersedia menjadi jaminannya? Hidup bersamaku dalam penderitaan selamanya?"

Baekhyun terdiam lama. Ia ingin berpisah dengan Chanyeol.

"Sekarang biarkan aku menghentikannya." Chanyeol bertindak tiba-tiba. Ia mendorong Baekhyun agar menyingkir dari pintu. Sayangnya sikap keras Chanyeol itu malah membuat Baekhyun berteriak kesakitan, perutnya yang membesar membentur sesuatu.

Dengan cepat teriakan Baekhyun mempengaruhi semua orang. Seisi rumah berdatangan satu persatu untuk membantunya. Jongin dan juga Sehun.

Chanyeol termenung lama mengenang kejadian ini. Apa yang sudah di lakukannya? Chanyeol benar-benar sudah berubah menjadi iblis karena perasaan cintanya? Ia memandangi Jongin yang menatapnya penuh kebencian.

Untuk pertama kalinya Jongin mengangkat wajahnya dan berbicara sengit kepadanya seolah-olah Chanyeol adalah penyakit.

"Apa yang kau lakukan pada kakakku?"

"Aku..."

"Aku tidak perduli dengan apapun yang kau lakukan padaku selama ini." Suara Jongin semakin meninggi, ia berteriak memamerkan emosi yang selama ini tidak perah di keluarkannya secara nyata. "Tapi aku tidak suka jika kau menyakiti kakakku."

"Ini semua karenamu." Chanyeol berontak. Kata-kata itu keluar begitu saja dan tanpa di sangka-sangka. Ia tidak suka di salahkan dan sekarang Chanyeol menyalahkan Jongin. "Jika bukan karenamu, aku dan Baekhyun mungkin saja sudah hidup bahagia sekarang. Kau sudah membuat aku kehilangan cintaku kepada Baekhyun, kau yang menyebabkan kami menjalani rumah tangga yang kacau balau ini. Seharusnya kau sadar dengan kata-katamu sebelum menyalahkan aku."

"Kau Licik. Ini bukan salahku sendiri-" Dan Jongin tidak bisa melanjutkan ucapannya. Emosi yang membuncah membuat dadanya tiba-tiba sakit. Ia kehilangan nafasnya, wajahnya mulai membiru dan Jongin mulai berkeringat. Jantungnya sakit lagi, dan ia merasa limbung. Perlahan tubuhnya melemah dan semua orang semakin gaduh. Ia akan mati?

Chanyeol hanya bisa memandangi Jongin dan Baekhyun. Ia merasa semua orang menyalahkannya meskipun mereka tidak mengatakannya. Pandangan mereka sangat menghakimi dan membuat Chanyeol merasa ketakutan, ia segera berlari keluar rumah menuju entah kemana. Chanyeol akan mencari tempat dimana tidak seorangpun akan mempersalahkannya atas kejadian ini.

.

.

~ o ~

.

.

Tuhan,Jonginku tidak akan pergi, kan?

Aku menginginkannya untuk bersamaku lebih lama lagi

Aku tidak bisa kehilangan Jongin saat ini.

Sehun tau kalau Jongin mendengarnya. Gadis itu menangis meskipun ia tidak bisa melakukan apa-apa. Jongin kembali koma dan sekarang Sehun selalu berada di sisinya. Dia tidak ingin kehilangan Jongin saat ini, tidak ingin kehilangan setiap detik bersamanya.

"Jong, bangunlah. Kau bilang ingin melihatku memberikan bunga lavender kepadamu di NewZealand. Kita akan memulai kehidupan baru, kan?"

"Sudahlah, Sehun." Kris menepuk punggungnya.

Sehun bahkan tidak sadar kalau Kris sudah datang. Ia memandang Kris yang terlihat sangat lelah.

"Bagaimana keadaan Baekhyun?"

"Dia baik-baik saja. Aku bersyukur dan tidak kehilangan bayinya. Sekarang dia sedang beristirahat di rumah, Appaku menemaninya."

"Bagaimana dengan Chanyeol, dia sudah di temukan?" Kris menggeleng. "Tidak ada yang tau dimana dia sekarang. Appaku sangat marah dan berniat menuntutnya. Laki-laki itu bahkan tidak bisa di temukan di rumahnya. Dia menghilang."

"Aku khawatir dia akan menyakiti salah satu di antara mereka, karena itu aku tidak melepaskan Jongin dari pandanganku."

Kris tersenyum untuk memperbaiki suasana. Ia menatap Jongin lekat-lekat dan membelai rambutnya. "Kita mencari donor baru untuk Jongin. Jantung Appamu sepertinya tidak bisa bertahan lama."

"Apakah sudah mendapatkannya?"

Kris menggeleng. "Ada korban kecelakaan yang memiliki jantung utuh, aku harap bisa cocok dengan Jongin, tapi sepertinya tidak. Dokter tidak memberikan informasi lanjutan apa-apa. Ku fikir Jongin mungkin lelah hidup dalam keadaan seperti ini. Dia bahkan tidak berjuang seperti saat dia koma setahun yang lalu. Kali ini dia sangat lemah."

"Dia harus bertahan."

"Aku mengerti perasaanmu, Sehun. Tapi semua orang sudah merelakannya. Hanya dirimu. Seharusnya kau juga melakukan hal yang sama agar Jongin bisa pergi dengan tenang. Dia terhalang olehmu."

"Aku tidak bisa kehilagan Jongin sekarang."

"Tidak ada seorangpun yang bisa kehilangan Jongin sekarang."Kris menepuk bahu Sehun sekali lagi dan pergi meninggalkan Sehun sendirian untuk memikirkan ucapannya.

Sehun termenung lama. Ia meraih tangan Jongin yang di gelayuti pipa infus. Begitu pucat. Beberapa kali ia harus mengalami siksaan karena darah Jongin mulai membeku. Tubuhnya juga sudah sangat kurus. Satu bulan bukanlah waktu yang singkat untuk mengalami penderitaan seperti yang Jongin rasakan.

Bahkan Baekhyun yang sudah lebih baik masih mengalami traumatis selama sebulan belakangan ini dan bertindak seolah-olah akan ada seseorang yang merampas bayinya. Ini terlalu lama, mungkinkah Jongin memang sudah merasa lelah?

"Jong, kau sudah benar-benar lelah? Aku masih mengharapkanmu untuk bangun. Tapi aku tidak bisa melihatmu seperti ini terus. Bisakah kau bangun sekali saja? Aku ingin mendengar suaramu sebelum kau pergi meninggalkanku." Sehun tiba-tiba merasa sesak. Ia sangat cengeng saat menyeka air matanya yang jatuh tanpa rencana.

Tapi pergerakan jari Jongin di tangannya membuat Sehun terkesiap, ia memandangi Jongin dan melihat gadis itu membuka mata.

Dengan cepat Sehun memanggil dokter dan dalam sekejap ruangan kembali penuh dan Sehun harus menyingkir keluar ruangan.

Sehun tidak bisa memungkiri kalau dirinya sangat gelisah. Ia harap Jongin baik-baik saja. Gadis itu akan sembuh. Tapi sayangnya wajah dokter yang semula penuh harapan berubah seketika saat keluar dari ruang rawat untuk memanggil Sehun lagi.

"Dia ingin bicara."

Sehun gamang. Ia terdiam sejenak sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam ruang rawat dan menghadapi Jongin yang memandangnya dengan tatapan penuh harap. Ia membuka mulutnya dan berbicara dalam nada suara yang sangat pelan. Sehun mendekatkan telinganya dan mendengarkan Jongin berbisik padanya.

"Aku... tidak bisa ber.. tahan, lagi."

Sehun merasa sakit mendengar ucapan itu. Ia mencium dahi Jongin mesra di iringi dengan uraian air amatanya. "Jangan mengatakan hal itu, Jong. Aku tidak bisa kehilanganmu."

"Kau tetap ke NewZealand, kan?... mulailah hidup baru."

"Jangan bicara lagi, aku akan memanggilkan dokter untukmu."Sehun berpaling, memanggil dokter dengan teriakannya.

Ada satu buah kata yang terlewatkan, yang Jongin ucapkan tanpa bisa Sehun dengar. Cukup Tuhan saja yang mendengarnya, tidak apa-apa.

Aku mencintaimu, Sehun. Tuhan, aku mencintainya.

.

.

~ Epilogue ~

.

.

New Zeland.

Wu Shixun merasakan hal lain terjadi dalam hidupnya setelah kehilangan Jongin. Ia benar-benar gila bekerja dan melupakan kalau tubuhnya bisa merasa lelah.

Sehun pernah masuk rumah sakit beberapa kali karena ini, tapi ia di anggap sebagai koki yang sangat professional sehingga namanya dengan mudah melejit diantara hotel berbintang yang memperkerjakannya.

Hal itu semakin mempermudah Sehun untuk mewujudkan ambisinya. Ia sudah memiliki uang yang sangat banyak sehingga pada hari ini, tepat setahun ia kehilangan Jongin, Sehun meresmikan sebuah rumah makan yang di beri nama Jongin.

"Wah, iparku sudah sukses." Kris memujinya sambil menyeruput milkshake yang tersaji diatas meja mereka.

Tamu-tamu yang berdatangan ke pesta peresmian itu semakin ramai memenuhi undangan Sehun.

Sehun tersenyum lalu memandangi Baekhyun dan Kris secara bergantian. "Terimakasih kalian sudah mau datang."

"Ini sekalian bulan madu kami." Baekhyun berbicara dengan ceria sambil menepuk-nepuk bokong putranya yang tertidur pulas. "Appa mengirimimu salam, kesehatannya semakin memburuk karena merindukan Jongin. Dia sangat ingin datang, tapi dokter tidak mengizinkannya."

"Bagaimana dengan Chanyeol? Kalian sudah mendapat kabar tentangnya?"

Baekhyun dan Kris saling pandang untuk beberapa lama. Kris sepertinya menawarkan diri kepada Baekhyun untuk memberikan penjelasan kepada Sehun dengan sebuah isyarat umum. Ia memulai ucapannya dengan sebuah deheman ringan. "Aku dengar, ia kembali kepada keluarganya di Korea. Lalu beberapa bulan yang lalu Chanyeol meninggal karena sakit. Tidak ada yang tau penyakit seperti apa, yang pasti saat kami mengunjunginya kesana, dia bahkan sudah melupakan banyak hal."

"Termasuk tentang Jongin?"

Kris mengangguk. "Dia bertindak seolah-olah kami adalah orang yang tidak di kenalnya. Dia tidak suka mendengar cerita yang banyak dan marah saat bayi Baekhyun menangis di hadapannya. Chanyeol tidak suka berisik. Pada saat kami mengunjunginya waktu itu, dia sudah sakit-sakitan dan tidak ada satupun dari anggotakeluarganya yang mau menceritakan tentang penyakitnya."

"Sudah, jangan di bahas lagi. Menyedihkan." Baekhyun memotong lalu menoleh kepada Kris.

"Sayang, kita sepertinya harus pergi sekarang. Anak kita sudah tertidur seperti ini. Aku juga sangat lelah."

"Baiklah. Sehun, kami pergi dulu, aku dan Baekhyun baru tiba dan sepertinya kami masih butuh banyak istirahat."

"Ya, tapi sering-sering berkunjung selama kalian disini."

"Tentu saja."

Sehun mengikuti Baekhyun dan Kris yang bangkit dari tempat duduk mereka untuk berjalan beriringan menuju keluar dari cafémilik Sehun.

Kris melambaikan tangannya untuk memanggil taksi dan berdiskusi dalam dialek Inggris yang fasih. Beberapa saat kemudian, Kris dan Baekhyun masuk ke dalam taksi dan pergi setelah melambaikan tangan sebelumnya.

Sehun membalas lambaian itu dan tersenyum. Meskipun ia kehilangan Appanya, tapi Appanya memberikan Sehun keluarga baru. Meskipun begitu hidup Sehun tetap merasa sepi tanpa Jongin.

Entah sedang apa dia sekarang, Jongin mungkin sedang memandangnya dari langit. Cerita yang konyol. Sehun tau kalau orang yang sudah mati tidak akan berada di langit.

"Café Jongin?" Suara yang sangat lembut menyeruak di telinga Sehun. Ia tau suara itu, sangat mengenalnya, suara yang selalu terngiang-ngiang di telinganya setiap detik.

Sehun menoleh ke arah suara dan mendapati seorang gadis berdiri di sampingnya sambil memandangi papan nama cafénya. Ia mengenakan gaun siffon hitam dengan sepatu boot berwarna senada dengan gaunnya. Di lehernya melingkar sebuah syal merah jambu dan ia juga membawa payung berwarna merah jambu.

Jantung Sehun seolah-olah berhenti. Jongin? Ia melihat Jongin?

Gadis itu menoleh kepada Sehun lalu tersenyum dan berbisik, "Nama café-nya sama dengan namaku. Namaku juga Jongin."

Sehun masih diam tak menyangka. Ia hanya bisa terpaku menatap gadis yang mengaku bernama Jongin itu.

"Makanan disini enak tidak? Ada Canelloni?"

"Ada," Akhirnya Sehun bersuara juga. "Kami memanggangnya dengan daging di lapisi lelehan keju. Rasanya sangat luar biasa."

"Seperti yang pernah kau buatkan untukku?"

Dada Sehun tiba-tiba sesak. "Jong?"

Gadis itu terseyum padanya, Jongin tersenyum padanya. Dada Sehun tiba-tiba saja di jejali perasaan yang sangat tidak biasa. Matanya berkaca-kaca melihat Jongin berada di hadapannya setelah ia fikir bahwa dirinya kehilangan Jongin untuk selamanya.

"Kau bukan hantu, kan?"

"Aku manusia." Jongin meraih tangan Sehun untuk menepuk pipinya. "Kau bisa menyentuhku, kan? Aku bukan hantu."

"Kau sudah meninggal, Jong. Jelas-jelas aku melihatmu di kubur."

"Aku juga pernah bermimpi seperti itu." Jongin tersenyum lagi. Lalu mengulurkan tangannya. "Aku Kim Kai. Setidaknya saat aku terbangun di suatu pagi, semua orang memanggilku dengan nama itu. Butuh satu tahun untuk menyesuaikan diri dengan keluarganya. Tidak, keluargaku."

"Maksudmu?"

"Sehun, aku terlahir kembali untukmu." Wajah Jongin tiba-tiba saja berubah menjadi serius.

"Aku kira aku sudah mati saat itu. Aku menunggu berhari-hari, menunggu sesuatu yang tidak bisa ku mengerti. Lalu aku merasakan tubuhku menghilang dan lenyap beberapa saat. Setelah itu aku terbangun di sebuah kamar dengan jati diri yang baru. Kim Kai. Aku punya seorang Eomma yang sangat cantik, juga banyak sepupu yang sebaya. Aku tidak sakit seperti dulu, aku tidak mengingat kesedihan apapun. Aku hanya mengingatmu dan tentang Kris, Baekhyun, Appa."

"Chanyeol?"

Jongin memiringkan kepalanya. "Chanyeol? Siapa?"

"Sudahlah, tidak perlu di ingat. Kau benar-benar Jongin-ku? Kau tidak berbohong, kan? Tapi wajahmu sangat mirip, hanya saja rambutmu berwarna lebih terang."

"Aku sudah seperti ini saat terbangun. Kau butuh bukti apa lagi tentang Jongin? Sekarang sudah saatnya kau menepati janjimu. Kau akan memberikanku bunga lavender dalam jumlah yang sangat banyak, kan? Aku tidak akan memaafkanmu kalau aku tidak mendapatkan bunga lavender itu saat ini juga."

Senyum Sehun mengembang. Ia merasa sangat senang mendapati Jongin kembali dalam hidupnya. Sehun merengkuh tubuh Jongin dan merangkul bahunya lalu mengajaknya masuk ke dalam café Jongin miliknya.

Jongin terperangah, café itu seperti kebun lavender sekarang, sangat banyak dan sangat harum.

"Cantik sekali." desisnya.

Sehun menoleh untuk menatapnya lembut. "Kau akan terus bersamaku, selamanya? Atau hanya untuk hari ini saja?"

"Seumur hidupku."

"Benarkah? Lalu aku harus menikahimu lagi?"

"Sepertinya begitu. Kau harus menikahi Kim Kai, baru bisa mendapatkan kembali Jonginmu. Aku juga punya rencana untuk menjodohkan Eomma Kai dengan Appaku. Jadi Appaku tidak perlu hidup sendirian lagi."

Sehun suka mendengar ceritanya. Jongin mungkin terlahir sebagai orang yang baru, tapi dia sama sekali tidak berubah. Masih tetap seperti yang di kenalnya selama ini. Kim Jongin yang sebenarnya sudah lama menjadi miliknya.

Jongin juga sangat bahagia, ia menanti pertemuan kembali mereka dalam waktu yang cukup lama untuk membuatnya merasa tidak bisa bersabar. Jongin selalu mencari dimana Sehun berada dan pada akhirnya ia menemukan Sehun lagi untuk bersama-sama selama yang mereka bisa.

Jongin menyukai momen ini, saat ia dan Sehun bisa bersama tanpa memikirkan kesedihan apapun. Tanpa penyakitnya sebagai beban, tanpa rasa bersalahnya karena kejadian masa lalu, bahkan tanpa ingatan tentang Chanyeol.

Sehun menghirup nafas sebanyak- banyaknya lalu terperangah saat melihat seorang laki-laki yang sangat di kenalnya memasuki café, Chanyeol? Entahlah, sebenarnya laki-laki itu sangat berbeda tapi mengingatkan Sehun kepada Chanyeol. "Kai, kenapa kau lama sekali? Aku harus kembali ke Sydney sore ini."Gerutunya.

Sehun menatap Jongin dengan pandangan heran, gadis itu menatapnya dan tersenyum lalu berbisik di telinga Sehun. "Dia kakak kandung Kai. Maksudku, kakakku."

'Thanks for My Litle Brother Fore 'Once' great title, you know.' -Sehun

.

.

~ The End ~

.

.

Author Note:

Saya senang bisa menyelesaikan remake novel luar biasa ini. :D Walaupun saya merasa sedikit baper karena saya harus menamatkan novel ini di chapter 9. ㅠ_ㅠ Terimakasih untuk semua readers yang bersedia membaca remake novel ini, terimakasih banyak juga buat Phoebe yang telah membuat novel sekeren ini. Saya harap Phoebe segera merilis novel terbarunya, karna saya sudah rindu dengan novel reality karya Phoebe.

Untuk semua yang di awal mengira ini akan berakhir ChanKai, selamat! Kalian sama seperti saya. Dulu pertama kali saya membaca novel ini, saya kira tokoh Rex (Sehun) hanya berperan sebagai figuran dan tokoh Nick (Chanyeol) lah yang menjadi pemeran utamanya. Tapi seperti itu lah Phoebe, selalu ada kejutan di setiap novelnya.

Saya juga suka sekali dengan karakter Rex (Sehun) disini, karna selain tampan dan jago masak, di sangat gentleman, bertanggungjawab dan rasa bersalahnya pada Lavender (Jongin) itu yang juara. :D

Seperti apa yang pernah saya sampaikan sebelumnya, saya harap kalian semua tidak sekedar membaca dan menikmati novel ini, saya harap kalian bisa mendapatkan pengajaran dan mampu mengamalkannya didalam kehidupan kalian.

Selain tentang keperawanan yang hanya kita miliki satu kali dalam hidup dan tentang keperawanan yang sebaiknya -seharusnya- di serahkan pada suami di masa depan. Saya harap kalian bisa mendapatkan pelajaran dari kisah hidup Lavender (Jongin) di dalam novel ini. Bukan tentang Lavender (Jongin) yang menginginkan cinta dan bercinta, tapi tentang Lavender (Jongin) yang tetap dekat dan berhubungan baik dengan Tuhan walau keadaannya tidak sempurna. Lavender (Jongin) tetap setia memohon, meminta berharap dan berdoa -hanya- pada Tuhan. Dan hasilnya, Tuhan selalu mengabulkan permintaan baik dari orang-orang baik.

Jadi buat kalian yang segala macam doa dan permintaannya belum di kabulkan oleh Tuhan, bersabar dan berusaha lebih keraslah.

Saya mungkin bisa di sebut sebagai contoh nyata dari quotes di atas. Perjalanan hidup saya sangatlah tidak mudah. Saya anak pertama dari tida orang saudara. Ayah saya meninggal pada saat saya berusia lima tahun dan adik-adik saya berusia tiga dan satu tahun. Keadaan keluarga saya berubah total setelah ayah meninggal. Semua jadi serba dan semakin sulit. Bukan sepuluh dua puluh kali saya mengeluh, menyerah, putus asa bahkan mempertanyakan dimana Tuhan saat saya dan keluarga sedang sulit. Saya menyesal sekarang karena Tuhan ada bersama saya bahkan tanpa perlu saya peryanyakan. Dan alhamdulillah keadaan saya dan keluarga saya semakin membaik sejak saya mulai menyadari bahwa apa yang saya lakukan pada Tuhan selama ini adalah salah.

Kalian mungkin berfikir saya terlalu menggurui, menceramahi, sok suci bahkan cari perhatian. Tapi tak masalah, saya hanya berbagi kisah hidup saya dengan kekuasaan Allah yang maha Esa di dalamnya.

Saya selalu menjunjung tinggi-tinggi quotes dari Imam Syafi'i yang satu ini, saya harap kalian juga.

"Saat permintaanku di kabulkan oleh Allah, aku merasa senang karena itu memang keinginanku. Tapi saat permintaanku tidak di kabulkan oleh Allah, aku merasa bahagia karena itulah yang Allah inginkan akan diriku."

At last, sampai jumpa lagi~

P.S. Saya akan fokus pada satu judul fanfic yang saya miliki untuk di lanjut. Saat satu judul rampung, saya baru akan merampungkan judul yang lainnya. Agar fokus saya dalam menulis tidak terpecah-pecah dan akhirnya membingungkan. Saya harap kalian mengerti.

Special Thanks:

Review Chapter 8:

vivikim406 | jjong86 | Kamong Jjong | shjilove

Review Chapter 7:

vivikim406 | shjilove | adindanurmas | Mark | cute | geash | park28sooyah | kaila | | jongiebottom | SeKai Candyland

Review Chapter 6:

| Kamong Jjong | hunkai'sbaby | ansptrs61 | vivikim406 | Lelakimkaaaaaa | park28sooyah | cute | jjong86 | geash

Review Chapter 5:

| jonginaaa | hunkaisbaby | jongiebottom | Mark | Kamong Jjong | cute | VinGgu HunKai | Parkchan1027 | jjong86 | geash

Review Chapter 4:

| Parkchan1027 | Kamong Jjong | jumeeee | cute | ParkJitta | jongiebottom | sayakanoicinoe | Sonyun

Review Chapter 3:

| | deathangel94 | cute | vivikim406 | Parkchan1027 | GaemCloud3248 | SeKai Candyland | jongiebottom | Nyun | dnrkaixo | umami

Review Chapter 2:

| Guest | umami | vivikim406 | Nyun | deathangel94 | geash | dnrkaixo | SeKai Candyland

Review Chapter 1:

Kim | Nyun | geash | jongiebottom | dnrkaixo | KaiNieris | jumeeee |vivikim406 | onlysexkai

Following:

AGNESA | BabyBabyXOXO | Dfandra | Dinialzahra | Dsepti09 | Kamong Jjong | Kitten Taco | ParkJitta | Parkchan1027 | Ryuu Sakamaki | | ayushifa3 | channie27 | dnrkaixo | 88 | estkai | melianairfani | 1 | park28sooyah | sayakanoicinoe | | vivikim406

Favorites:

Dfandra | Dinialzahra | Kamong Jjong | Kim991 | ParkJitta | Parkchan1027 | Adindanurmas | | ayushifa3 | channie27 | 96 | dnrkaixo | 88 | hk9488 | jongiebottom | 1 | nadoxoxo | onlysexkai | sayakanoicinoe | | vivikim406

Read: 2.169

Wanna Review? Thanks before. :D

.

.

.

.