Ada sebuah rumor yang tengah ramai dibicarakan semua orang di Konoha High School. Rumor tentang sakitnya seorang siswi kelas dua. Dia dan teman satu klub misteri mengadakan sebuah acara uji nyali di sebuah bangunan tua. Letaknya tidak jauh dari sekolah walaupun lokasinya sedikit masuk ke dalam hutan. Dikabarkan di rumah itu tinggallah sosok monster penghisap darah. Untuk memastikan hal tersebut mereka membagi menjadi dua grup dan mulai menyusuri setiap sudut rumah dan tidak menemukan apapun. Hanya saja.. salah satu dari anggota mereka menghilang. Dia ditemukan di dekat sebuah tangga dekat pintu masuk. Satu minggu setelahnya, dia bahkan tidak berbicara apapun, makan ataupun minum. Kini dia harus dirawat di rumah sakit dan sampai sekarang...

"Sakura.. Sakura.. mo! Apa kau dengar apa yang kukatakan?"

"Ah, iya. Ada apa Ino?" Sakura terperanjat dengan panggilan Ino yang mengejutkannya. "Kau ini, aku sedang membicarakan rumor yang beredar di klub misteri, kau malah melamun. Apa yang kau pikirkan? Apa mungkin.. Sasori-senpai sudah menembakmu?" Sakura tertawa kecil, "tidak mungkinlah. Walau aku berharap mungkin. Dia adalah idola di sekolah ini bahkan ketika dia berada di lapangan. Sedangkan aku hanyalah manajer tim mereka yang tidak ada hubungan apa-apa dengannya."

"tapi.. kau bisa mendapatkannya dengan kekuasaanmu itu. Jarang-jarang loh ada orang yang direkrut oleh kapten secara langsung, tidak melalui pembimbing. Apalagi kalau bukan suka namanya?" Sakura jadi plin-plan atas pemikirannya, karena itu ia melahap makan siangnya tanpa pikir panjang.

"Tidak perlu buru-buru begitu, Haruno-san! Jadwal istirahat baru saja dimulai." Sakura mendengar sebuah suara rendah yang lembut. Tentu saja bukan suara sahabatnya, ataupun teman perempuannya yang lain. Suara yang khas ini... "Sasori-senpai? Uhk.. uhk..." saking terkejutnya, Sakura sampai tersedak. "selamat siang, manajer. Semoga harimu menyenangkan."

Tak butuh waktu lama untuk Sasori pergi dari hadapan Sakura. Bahkan setelah mengatakan sepatah kata, Sakura masih speechless, menatapnya tidak percaya. "Ciee... yang melambung tinggi ke langit. Ada yang disemangati nih..." Ino berusaha menggoda Sakura.

"hentikan, Ino." Walaupun begitu, tidak bisa dipungkiri ada semburat merah di wajah Sakura. "Ah, Ino. Aku lupa harus kembali ke kelas. Aku belum mengumpulkan tugas ke meja Kakashi-sensei. Aku pasti dimarahi. Aku ke kelas ya!" tanpa menunggu jawaban Ino Sakura berlari meninggalkannya. "seperti biasa, Sakura yang kukenal telah kembali.


Sakura mendekati bangunan tua itu. Ia mengintip dari balik jendela besar yang berada di sisi-sisinya. Sebuah tirai merah hempir menutupi sepertiga pandangannya. Ia tidak bisa melihat apa-apa.

"Ayolah, ibu tidak tahu harus bagaimana lagi. Anak ibu Cuma kalian berdua dan kami berdua telah hidup lama. Kami tidak bisa tenang meninggalkan kalian sebelum kami melihat kalian mempunyai penerus." Sakura mendengar seorang perempuan berbicara. "tapi bu, aku belum mendapat calon yang tepat. Aku juga masih belum memikirkan hal itu."

"Sasuke, cobalah saran ibu." Ujar seorang laki-laki. "tapi nii-san. Aku masih ingin sendiri. Kenapa ibu berharap padaku. Kan Nii-san masih ada dengan kakak ipar" wanita itu menghela nafas, "kau tahu kan, siklus vampir... bisa jadi Itachi akan memberi keturunan dalam waktu yang lama. Sama seperti ibu."

"Kalau begitu tunggulah bu. Aku tidak mau."

'Eh, tadi mereka bilang apa? Vampir? Vampir yang menghisap darah itu? Tidak mungkin. Aku harus pergi! Perasaanku tidak enak!' tapi sialnya Sakura menginjak ranting kering dan bunyinya terdengar lumayan keras. "Ada manusia!"

Sakura terkejut akan kehadiran seseorang dihadapannya ketika ia tengah merutuk dirinya. Ditatapnya lelaki jangkung berambut gelap dengan mata berwarna merah. Wajahnya yang stoic seputih porselen menambah daya tarik tersendiri. "Apa yang kau lakukan disini, nona?"

"Ak-aku hanya lewat. Tolong lep-lepaskan aku, aku tidak akan bilang pada siapapun. Aku janji!" tubuh Sakura gemetar ketika melihat tatapan lelaki itu. "Sasuke, Apa yang terjadi?" rupanya anggota keluarga lainnya juga datang dan kini, Sakura telah terkepung oleh vampir.

"Dia mendengar pembicaraan kita. Jadi aku harus membunuhnya."

"tu-tuan aku mohon, lepaskan aku. Biarkan aku hidup, aku tidak akan membicarakan ini pada siapapun. Tolong!" Itachi yang menatap Sakura ketakutan merasa iba. Tapi ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk manusia yang melanggar aturan. Sasuke mencengkeram lengan Sakura dan menyuruhnya berdiri. Lengannya yang lain siap untuk menghabisinya.

"Sasuke!" sergah seorang wanita menghentikan Sasuke. "Ada apa ibu? Kenapa ibu keluar?" tanya Itachi.

"Ibu mencium bau manusia." Wanita itu menatap Sakura dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sakura terlihat menarik dimatanya, cantik, manis dan sepertinya gadis baik. Mata emeraldnya yang berkata seperti itu. Tidak buruk juga. "Aku akan memberinya sebuah kesempatan. Siapa namamu?"

"Sa-Sakura Haruno." Ujarnya getir. "Baiklah, Haruno-san aku akan memberimu sebuah kesempatan untuk hidup. tapi, kau harus menjadi bagian dari keluarga ini. Dengan kata lain, kamu harus menikah dengan orang disampingmu." Wanita itu menunjuk lelaki yang dipanggil Sasuke itu. Lelaki yang paling kasar yang dia kenal. "Bu, yang benar saja. Kita sedang tidak main. Aku tidak mau.."

"kamu tidak bisa menolak Sasuke. Bagaimana Haruno-san? Apa kau ingin Sasuke membunuhmu atau menikah dengannya?" Sakura sangat takut dengan kematian, dia tidak ingin membuat ayah ibunya cemas apalagi Ino. Masih banyak hal yang ingin dia lakukan di masa depan, seperti menjadi seorang dokter dan menjadi wanita karier. Tapi dia juga tidak mau hidup untuk menikah dengan seorang vampir berdarah dingin. Apalagi orang seperti Sasuke yang baru ia kenal. "Ak-aku..." tanpa sadar Sakura menjatuhkan air matanya. "Aku ingin hidup!"


"Ohayo, Sakura. Kenapa denganmu? Matamu hitam." Sasori menghampiri Sakura yang terlihat lesu ketika datang. "Ak-aku tidak pa-pa, Sasori-senpai. Arigatou!" Ia tersenyum kecil.

"Benarkah? Kalau begitu kamu harus istirahat yang cukup. Hari ini kamu tidak usah datang ke klub. Aku akan meminta izin pada pelatih." Sakura menggeleng cepat. "tenang saja, aku tidak pa-pa. Sakura itu orangnya kuat! He-he. Untuk hari ini aku akan tetap masuk. Semifinalnya makin dekatkan? Sasori-senpai harus semangat!" Sasori mengangguk lalu pamit setelahnya.

Sakura menghela nafas panjang. Ia mengingat-ingat kejadian semalam, dimana daripada disebut mengantar pulang, orang itu seperti mengawasinya. Laki-laki yang bernama Sasuke Uchiha itu tidak ada bagus-bagusnya, lebih minus dari Sasori-senpai dari segala hal. kenapa Sakura bisa bertemu dengan orang semacam itu? Apalagi dia akan jadi calon suaminya. Hidup ini benar-benar sesuatu!

"nice shoot, Sasori!" teriak Neji dari sisi lain lapangan basket. Sasori hanya tersenyum kecil sambil mengedipkan sebelah matanya pada Sakura. Gadis itu jadi salah tingkah dibuatnya. Bahkan setelah selesai latihan, orang yang dia temui setelah pelatih adalah gadis itu. Sasori memang dekat dengan Sakura belakangan ini, tepatnya sebelum musim panas berakhir. "Bagaimana latihannya? Apa sangat berat?"

"Tidak! Karena aku diberi semangat olehmu. Semuanya jadi sangat ringan." Sakura tersenyum kecil, "Sasori-senpai bisa saja." Tiba-tiba dari belakang seorang laki-laki datang dengan menggandengkan kedua lengannya pada Sakura dan Sasori. "nani-nani, kalian sedang membicarakan apa? Mungkinkah.. Sasori menembakmu?"

"Hentikan, Naruto. Kau bau sekali sih! Sana urus saja Hinatamu. Sasori senpai jangan dengarkan kata Naru.."

"Sakura, benar juga. Karena Naruto sudah bilang, aku ingin mempertegasnya sekarang." Sakura kebingungan dengan maksud Sasori. "Sakura, jujur sejak pertama kali kita bertemu, aku sudah tertarik padamu. Kamu sangat ceria dan baik. Bahkan setelah merekrutmu menjadi anggota klub, aku selalu menantikan hari esok agar dapat melihatmu. Sakura, maukah kau jadi pacarku?"

Sontak pernyataan Sasori menjadi buah bibir semua orang yang ada di ruang aula saat itu.

"Tidak mungkin, Sasori-kun lebih menyukai Haruno-san. Bagaimana ini?" bisik siswi lainnya. Bahkan Naruto pun tidak percaya pada semua yang terjadi. Sakura terdiam, namun dalam hatinya ia ingin meloncat ke atas genting dan terbang tinggi ke angkasa ketika Sasori mengatakan hal itu. Ia seperti seorang yang paling bahagia di dunia ini saat itu juga. "bagaimana?"

Sakura tersenyum kecil, "Um!" ia mengangguk mantap. Dan bisa ditebak akhir dari hari itu. Tapi hari yang Sakura pikir berakhir dengan sebuah senyuman hancur ketika ia melihat vampir itu ada di kamarnya. Lebih konyol lagi Sasuke malah seenaknya tidur di ranjangnya tanpa mempedulikan si empunya. "Apa yang kau lakukan dikamarku? Bagaimana kau bisa kesini? Lewat mana? Rumah ini dikunci! Kau pakai kekuatan vampir ya?"

Sakura menuduhnya dengan segala kemungkinan—walaupun dugaannya sedikit ngelantur. "Hn." Jawab Sasuke singkat. Iritnya kata-katanya itu, sampai mengutarakan sebuah alasan saja tidak mau.

"Jadi bagaimana kau bisa datang ke rumahku? Kau memecahkan jendela? Tidak-tidak. Vampir tidak perlu melakukan hal itu. Kau pasti menghilang dan wuisss... datang tiba-tiba. Iya kan?"

"Kau itu manusia yang berisik. Aku membawa kunci rumahmu." Sasuke menunjukkan sebuah kunci rumah Sakura. "Itu... kunci rumah untuk kaa-san. Kenapa ada ditanganmu? Apa kau membunuhnya? Tidak-tidak. Bukankah kau janji akan menjamin keselamatanku dan keluargaku. Apa perjanjian itu batal? Kaa-san..."

"Orang tuamu ada dirumahku. Aku diminta menjemputmu dan mereka memberikan kuncinya padaku." Ujarnya—yang juga—singkat. Sakura menghela nafas lega. Ia bersyukur orang tuanya baik-baik saja. "kalau begitu keluarlah dari kamarku! Aku ingin mandi dulu."

"kenapa harus keluar dari kamar calon istriku?" wajah Sakura memerah ketika Sasuke mengatakannya dengan nada datar. "dasar vampir mesum! Gila! Sana pergi!"


"Ah, Sakura-chan. Akhirnya kamu datang juga. Ano... Mikoto, ini putriku namanya Sakura. Sakura dia adalah teman baikku, Mikoto Uchiha dan suaminya, Fugaku Uchiha." Sakura hanya tersenyum tipis. Kenapa sih bibi Mikoto mengundang orang tua mereka. Dan lagi.. apa-apaan suasana ini, seperti ibunya dan bibi Mikoto terlihat mengobrol santai. Ayahnya juga mengobrol tentang bisnis.

"Ibu, apa yang terjadi di sini. Aku tidak paham dan lagi..."

"Sakura-chan, kamu cantik sekali. Oh, ya bagaimana kalau kita menyulapnya, kau setuju?" ujar Mikoto ramah. Sosoknya benar-benar berbeda dengan yang kemarin malam ia lihat. Seorang wanita vampir yang menyeramkan berubah menjadi vampir baik hati. Apa ini ilusi?

"Aku setuju sekali, Mikoto. Kau harus mengajarinya beberapa trik!" Mikoto kembali tertawa bersama ibunya. Sulap? Kok malah membicarakan sulap sih. Apa sih yang sedang terjadi di sini.

Sakura menatap Sasuke yang tengah memunggunginya. Rambutnya diterpa angin malam, mengayun kesana-kemari dan matanya menatap langit dengan tatapan menyedihkan. Sakura lebih penasaran dengan isi kepala laki-laki itu. "Ayo, Sakura-chan!" kedua wanita itu menarik Sakura menuju ke dalam rumah, meninggalkan kaum laki-laki.

Tiba-tiba pundak Sasuke ditepuk oleh seseorang. "apa yang sedang kau pikirkan?" rupanya Itachi bergabung dengannya. "Nii-san, kah?"

"Aku sedang terpikir kalau sesuatu seperti ini harus terjadi padaku setelah beberapa tahun. Aku hanya tidak menyangka keputusan ibu yang mutlak itu." Itachi tertawa kecil, "Menyerahlah. Aku takut pada ayah, ayah takut pada ibu. Jadi percuma kau melawan. Mungkin saja gadis itu memang jodohmu."

"Lebih baik dipasangkan dengan kucing kesayangan Izumi dibandingkan dengannya. Nii-san, kau akan tahu setelah bersamanya hanya lima menit saja. Dia benar-benar menjengkelkan!"

"Benarkah? Menurutku, dia gadis yang baik. Izumi menyukainya. Ayah juga,"


Sakura menatap bayangan dirinya di sebuah cermin besar. Gaun malam berwarna merah muda nampak cocok dengannya apalagi senada dengan rambut gulalinya. Setelah dua jam didandani oleh ibunya, Mikoto dan Izumi, akhirnya mereka kelar juga. Mikoto dan Izumi keluar dari ruangannya karena mereka ingin menyambut tamu yang datang. Awalnya Sakura sendiri bingung dengan 'tamu' yang dimaksud mereka. Namun ketika ia mengintip suasana lantai satu dari balkon, ia paham betul.

Bahwa ini adalah pesta pertunangannya.

Artinya mimpi buruknya jadi kenyataan.

"Ibu, kok ibu bisa kenal sama tante Mikoto sih? Gimana bisa? Dan pertunangan ini..." Sakura tak henti-hentinya menanyakan hal itu pada ibunya. Namun ibunya hanya membalas dengan sebuah senyuman. "Kenapa sayang? Tidak suka?"

"Tentulah" jawab Sakura sedikit ketus. 'Siapa coba yang mau bertunangan dengan keluarga vampir. Tidak ada yang baik diantara mereka. Apalagi kalau melihat mata merah mereka. Ih, sereeemmm' memikirkan saja membuat Sakura begidik dibuatnya.

"Mama dan tante Mikoto itu berteman dari kecil lalu terpisah dan saat tante Mikoto datang, kita langsung kenal satu sama lain. Lagian Sakura sayang, apa kamu nggak naksir dengan anak mereka? Cakep loh!" Sakura hanya manyun, menirukan lagak ibunya yang sok menasehati.

"Tapi bu.. aku tidak mau dengannya. Oke aku akan dijodohkan dengan siapapun asal bukan dengan dia. Dia itu berbahaya bu... ada alasan kenapa aku tidak mau"

"Apa alasan itu adalah permasalahan jati diri keluarga mereka?" Sakura langsung tercengang ketika ibunya mengatakan hal tersebut. "Ibu tahu?" Ia langsung antusias sekaligus makin mempertanyakan kenapa ibunya masih melanjutkan acara tunangan ini walaupun dia sudah tahu semua yang terjadi.

"Tentu saja. Kau pikir sudah berapa tahun ibu berteman dengannya. Dia juga cerita tentang kamu yang menguping pembicaraan keluarga malam itu." Sakura bersuara, "dan ibu masih membiarkan pertunangan ini terjadi? Bu.. bagaimana kalau dia menghisap darahku dan aku mati, lalu aku jadi vampir, berkeliaran dan menghi-"

"Sssst... itu tidak akan terjadi. Ibu kasih tahu ya, vampir yang kamu tahu itu beda dengan kenyataannya. Mereka juga masih bisa keluar di siang hari tanpa terbakar. Sakura, kamu tidak akan tahu sebelum mencobanya. Bahwa vampir itu makhluk paling setia yang kamu temui."


Sakura menatap Sasuke yang tengah memakaikan cincin di jari manisnya. Sejenak laki-laki itu memang tampan dan mempesona. Ia bahkan mempertanyakan siapa sih wanita bodoh yang mau menolaknya. "Kau terpesona dengan wajahku?" Tanya Sasuke pelan. Sakura tersadar dari lamunannya dan dilihatnya Sasuke selesai memakaikan cincinnya.

"Cih, siapa yang terpesona dengan vampir jelek sepertimu. Aku hanya tidak habis pikir aku bisa terjebak disini." Dalam hati Sakura menarik kata-katanya. Sikapnya itu... berbalik seratus delapan puluh derajat dari fisiknya. "Sekarang kalian resmi bertunangan." Semua tamu bertepuk tangan ikut bahagia atas pertunangan itu.

Detik berikutnya, mereka berdua diminta ikut berdansa di ruang pesta. "Sasuke-san, ke..."

"Sasuke saja..." potong Sasuke. Ia memandu Sakura untuk menari. "Oke. Sasuke, katakan padaku, kenapa kau setuju dengan pertunangan ini?" Tanya Sakura. "Hn."

"Hn? Jawaban apa itu?" Sakura malah terheran-heran. "Aku tidak menerimanya." Jawab Sasuke singkat.

"Lalu kenapa kau tidak bilang pada keluargamu? Bilang kau punya pilihan lain kek atau apa kek!" Nada bicara Sakura bersemangat. "Apa itu sebuah pertanyaan? Aku tidak suka ditanya." Nada Sasuke sangat dingin membuat Sakura sedikit takut. Tangannya bahkan bergetar. Tiba-tiba Sasuke menariknya hingga jatuh ke pelukannya. "Apa yang kau..."

"Aku akan menunjukkan alasan kenapa aku tidak bilang pada orang tuaku. Kau tahu kenapa? Karena.." Sasuke menyibak bagian belakang rambut Sakura lalu Sakura dapat merasakan suara nafas Sasuke di samping lehernya. Sontak kedua tangan Sakura menahan tubuh Sasuke yang semakin berat. "Sasuke."

"Kau benar-benar menyebalkan." Sasuke meninggalkan Sakura. 'Apa dia marah padaku, eh? Tapi masa bodo dengan sikapnya yang aneh itu!' pikir Sakura.


"Save!" Sakura mencoba mengatur nafasnya yang terengah-engah. Ino hanya mengangkat sebelah alisnya, bertanya-tanya kejadian apa yang menimpa gadis itu sampai dia hampir mati kehabisan nafas. "Kau begadang?" Tebaknya. Sakura hanya nyengir mendengar tebakan sahabatnya.

"Kenapa? Mengerjakan tugas sampai larut malam? Tapi aku yakin itu bukanlah tipemu, Sakura. Ceritakan padaku ada apa?" Sakura segera menggeleng, "Orang tuaku mengajakku keluar sampai larut malam. Hanya itu. Ngomong-ngomong sensei tumben belum datang."

Ino mendecak, "kau tahu Kakashi-sensei seperti apa kan. Dia mana mungkin datang tepat waktu."

"Hei semuanya... ayo duduk di bangku masing-masing. Maaf bapak telat hari i-"

"Lama!" Gerutu semua murid yang menyeru berbarengan. Kakashi hanya terkekeh, "tapi hari ini bapak punya kejutan untuk kalian. Kita kedatangan murid baru," Kakashi memberi aba-aba agar sosok itu masuk ke dalam kelas. Bisa ditebak hampir semua anak berteriak histeris melihat murid baru itu. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan yang—tentu saja terpesona oleh wajahnya. "Uchiha Sasuke." Ujarnya singkat.

"Baiklah, Sasuke duduk di kursi yang kosong. Ah, di samping Sakura itu kosong. Dan.. kita mulai kelas pagi ini." Ketika Kakashi-sensei sibuk dengan kegiatan menulis di papan tulis, tiba-tiba meja Sasuke kejatuhan sebuah pesawat kertas yang berasal dari bangku di sampingnya. Sasuke menoleh ke arah Sakura yang tengah menulis. Ia membuka lipatan kertas itu.

Temui aku di atap saat istirahat. Awas kalau sampai tidak datang!

Sasuke hanya bisa menghela nafas. Ia memutar kenop pintu yang menghubungkan tangga itu pada atap sekolah. Di sana seorang gadis telah menunggunya, "Apa?" katanya datar. Sakura melipat kedua lengannya di dada. Ia membiarkan rambut soft pink-nya mengayun bebas di udara.

"Kenapa kau masuk ke sekolahku?" tanya Sakura.

"mereka menyuruhku." Jswab Sasuke singkat. "ano ne.. kuperingatkan padamu satu hal. Jangan katakan pada siapapun kalau kita itu sudah kenal apalagi bertunangan. Aku tidak mau jadi bahan pembicaraan orang."

"Hn."

CKLEK!

Sakura dan Sasuke menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat seorang gadis berambut hitam tengah memperhatikan mereka berdua. "ano, sumimasen telah mengganggu kalian." Gadis itu melarikan diri. Tak lama setelah kejadian di atap, sebuah gosip tersebar di kalangan anak kelas dua.

"Sakura sang ratu penakluk ya~ lumayan juga titel mu. Wajar kalau mereka seperti itu setelah melihat kedekatanmu dengan Sasuke dan kau pacaran dengan Sasori-senpai." Ino mengaduk ice choco miliknya.

Ditatapnya wajah sahabatnya yang terlihat berawan itu. "Kau tahu, aku semakin diacuhkan, aku seperti tidak punya teman lagi si sekolah ini selain dirimu." Sakura meletakkan dagunya di kedua tangannya.

"Saku, boleh kutanya satu hal. Cincin itu apa Sasori senpai yang memberikannya? Wah... romantis juga dia..." Ino sepertinya mulai membayangkan wajah Sakura saat Sasori memberikan cincin itu. Sedangkan Sakura hanya meringis melihat sahabatnya leluasa berhayal. 'Ino pasti terkejut jika tahu aku sudah bertunangan dengan Sasuke.'

"Ngomong-ngomong, sejak dia datang kesekolah ini dua minggu lalu, dia tidak pernah berbicara pada siapapun ya. Apa dia tidak punya teman?"

Sakura mendelik. "Siapa?"

Ino menunjuk seseorang dipojok sana dengan kedua bola matanya. "Uchiha Sasuke."

"Entahlah. Siapa yang tahu dia punya teman atau tidak." Tiba-tiba ponsel Sakura berbunyi menandakan pesan masuk.

From : Sasori-kun

Sakura, sepulang sekolah tunggu aku di parkiran. Aku akan menunjukkan tempat menarik.

Sakura langsung tersenyum kecil. "Ekhm.. aku tebak dari pacarmu?" Sakura hanya meringis jail. "Apa katanya?" Sakura meletakkan ponselnya kembali ke meja. "rahasia deh!"


"Sudah menunggu lama?" Tanya Sasori yang datang dengan motor besarnya. Sakura menggeleng pelan. "Kita akan kemana?" Sasori hanya tersenyum kecil, "rahasia dong. Kalau aku kasih tahu nanti tidak kejutan namanya. Ayo!" Sakura berniat untuk naik namun tangannya dicegah oleh seseorang, dan tebak siapa dia? Dia Sasuke Uchiha...

"Hari ini kau ikut denganku. Kau tidak boleh pergi kemanapun." Sasori yang melihat kekasihnya dicegah oleh laki-laki lain merasa kesal. Apa sih maunya? Tiba-tiba datang dan mencegah Sakura pergi

"Maaf tapi Sakura akan pergi bersamaku." Lengan Sakura ditarik ke arah Sasori menyebabkan tubuhnya hampir kehilangan keseimbangan. "Apa kau tidak dengar? Dia akan pergi bersamaku. Mau atau tidak mau ini adalah perintah."

"Kau siapa seenaknya mengatur Sakura untuk pergi bersamamu, hah?" Sasori sepertinya mencari gara-gara dengan Sasuke. Tidak, tidak. Dalam tahap ini sejago-jagonya Sasori dalam bela diri,dia tidak akan menang melawan seorang vampir seperti Uchiha ini. 'Please, Sasuke jangan katakan kalau kau tunanganku. Sasori pasti marah...'

"Aku tunangannya. Kenapa?" Sasori mengendurkan genggaman tangannya pada lenga Sakura. "Tunangan? Tidak mungkin. Sakura berpacaran denganku. Siapa yang percaya dengan omong kosongmu?" Nada bicara Sasori makin meninggi. Inilah yang ditakutkan Sakura. Sasori pasti marah dengannya.

"Ini buktinya." Sasuke memamerkan jarinya dan jari Sakura yang dihias sebuah cincin pertunangan. Hal itu sontak membuat Sasori ambruk tidak kuasa melihat semua kenyataan ini.

"Sasori senpai, ini tidak seperti yang kau lihat. Aku jamin..." Sakura berkaca-kaca. Ia merasa telah menyakiti seseorang yang ia sayangi. Ia yang menghancurkan hati orang itu dan tentu saja sulit untuk mengembalikannya. Sasori masih menatap kepergian Sakura dengan penuh tanya. 'Sial, Uchiha itu...'

"Sasuke, kenapa kau mengatakannya pada Sasori? Kau tahu dia pacarku kan? Kau tahu itu kan? Tapi kenapa?" Suara parau Sakura masih menggema di ruangan Sasuke. "Ibu yang memintaku." Ujar Sasuke singkat plus dengan kestoic-kannya.

"Tapi kau sudah janji padaku tidak akan mengatakan pada siapaun tentang pertunangan ini. Kau malah mengatakannya pada orang yang sangat kusayangi. Kenapa?" Sakura menitikkan air matanya. Namun Sasuke malah meninggalkannya sendirian tanpa berkata sepatah katapun. Sakura mengusap bekas air matanya yang masih membasahi pipinya. Ia ingin keluar dari ruangan ini, yah.. setidaknya mencari udara segar. Setidaknya agar pikirannya tidak terlalu tertekan. Saat ia menyusuri mansion Uchiha, ia sempat terdiam di tempat ketika melihat sebuah ruangan yang setengah terbuka.

"Nee, Itachi-kun aku haus..." ujar seorang wanita merajuk. Laki-laki yang ada dihadapannya mengangguk lalu membiarkan dirinya sedikit merendah sampai Sakura dapat melihatnya... ketika wanita itu menancapkan sepasang taringnya ke leher Itachi dan darahnya keluar. Tubuhnya jadi membeku, apa yang ia lihat tadi... tidak salah lagi, mereka... adalah monster penghisap darah.

CRAKK!

"Suara apa itu?"

'Bagaimana ini? Ak-aku harus kembali! Tapi...'

~TBC~