Sebenarnya saya agak ragu untuk memulai multichapter. Karena itu saya buat ini jadi 1 one-shot setiap chapternya. Shota adalah kelemahan saya jadi maafkan saya kalau ada karakter-karakter yang OOC di sini. Satu lagi, karena di sini Tobio itu anaknya Oikawa, jadi namanya Oikawa Tobio. Baiklah...selamat membaca!

Haikyuu! milik Furudate Haruichi

Pairing : Oikawa Tooru x Kageyama Tobio

Genre : Family

Rated : K+

.

Papa dan Tobio

by

silumanKatak

.

Biasanya, pagi-pagi sekali Oikawa Tooru sudah akan berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Biasanya.

Kali ini, jari-jari mungil tengah memukul-mukul pelan wajah ganteng Tooru.

"Papa... Papa... sudah pagi ayo bangun."

"Ng? Jam berapa sekarang?" sosok ganteng yang dipanggil 'Papa' mulai membuka matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah imut putra semata wayangnya dengan pipi gembulnya.

"Kita kesiangan, Pa." Ujar bocah laki-laki berusia 5 tahun tersebut sambil menunjuk ke arah jam dinding. Sang Papa masih sibuk mengumpulkan nyawanya sambil mengucek matanya. Barulah saat manik cokelat sang papa fokus ke arah jam dinding, matanya melebar.

"WAAAAA! KITA HARUS CEPAT, TOBIO-CHAN!"

Dan begitulah awal dari pagi yang kacau di kediaman Oikawa.

.

.

"Jadi anak baik hari ini ya." Ujar Papa Tooru pada bocah berambut raven yang sudah sampai dengan selamat di depan TK Karasuno tempat ia bersekolah.

"Aku selalu jadi anak baik." Bibir merah Tobio yang mengerucut membuat Papa Tooru gemas sendiri. Apalagi kedua pipinya yang sengaja ia kembungkan itu. Papa Tooru harus menahan untuk tidak mencubit anaknya di tempat umum. Alhasil Papa Tooru hanya bisa senyum-senyum sendiri.

"Kalau Papa tidak cepat pergi, nanti Papa terlambat ke kantor." Tobio memperingatkan sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Papa Tooru terbangun dari dunia khayalnya. Tangannya ia bawa untuk menepuk puncak kepala Tobio. "Baiklah... tunggu Papa, ya.."

Setelah saling mencium pipi dan melambaikan tangan, Papa Tooru pergi sambil berlari. Tobio kecil hanya bisa menghela napas melihat tingkah Papanya.

.

.

Hari itu sangat cerah, anak-anak TK Karasuno sangat bersemangat mengisi jam bebas dengan bermain di halaman TK sambil menunggu orangtua mereka menjemput. Seperti halnya Bokuto, Kuuro, dan Kenma yang sedang asik main kejar-kejaran. Ada juga Tsukishima dan Yamaguchi yang menangkap belalang. Dan juga Hinata, Tanaka, Nishinoya, dan Tobio yang asik bermain lempar bola. Sugawara-sensei dan Daichi-sensei hanya mengawasi dari jauh kalau-kalau ada apa-apa mengingat anak-anak didiknya sangat hiperaktif.

"Oikawa-kun. Kenapa papanya Oikawa-kun pergi sambil berlari tadi pagi?" tiba-tiba maskot oranye Karasuno nyeletuk. Namun hal itu tidak mengganggu konsentrasi Tobio dalam bermain lempar bola.

"Papa telat bangun." Jawab Tobio sekenanya.

"Heee? Memangnya gak ada yang bangunin?" bocah Hinata lagi-lagi bertanya. Tampaknya topik 'Papa Tooru' jadi lebih menarik daripada lempar bola sekarang. Akhirnya keempat bocah tadi duduk-duduk di pinggir lapangan sambil beristirahat.

"Ayahku tiap hari harus selalu dibangunin sama ibu!" ujar Nishinoya hampir seperti berteriak. Bocah berambut spike ini memang terkenal dengan semangat apinya.

"Tou-san ku juga gitu. Harus dibangunin Kaa-san dulu." Timpal si botak, Tanaka.

"Aku kan gak punya Mama. Jadi yang bangun duluan biasanya ya Papa." Ujar Tobio dengan polosnya. Mengingat kawannya yang satu ini memang tidak punya sosok Mama sejak dulu, membuat ketiga kawannya jadi tidak enak hati.

"A-Ah...aku lupa, maaf ya, Oikawa-kun." Ujar Hinata sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Tobio hanya menggangguk, sama sekali tidak merasa terganggu atas pertanyaan teman-temannya.

Bagi Tobio kecil, sosok Mama tidaklah begitu penting. Atau setidaknya, belum. Papa Tooru pernah bilang kalau Mama sekarang ada di tempat yang jauh dan Tobio tidak boleh ikut. Sampai sekarang pun Tobio belum pernah melihat –setidaknya- foto Mamanya. Tapi karena Papa Tooru selalu ada untuk Tobio dan sangat baik, Tobio tidak begitu mempermasalahkan keberadaan Mama. Buat Tobio, Papa saja cukup.

"Heeeeh... kalau gitu, kasihan ya Papanya Oikawa-kun."

Tobio dan rombongannya menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Si titan berkacamata, berambut kuning, dan tidak bersahabat kecuali dengan Yamaguchi.

"Hoi! Apa maksudmu, Tsukishima!" bentak Tanaka.

"Coba aja kalian pikir. Karena gak punya Mama, Papanya jadi harus urus semuanya sendiri kan?" Tanaka dan Nishinoya sudah siap dengan wajah mereka yang dibuat sok garang. Sedangkan tobio hanya diam mendengarkan.

"Nyiapin sarapan, kerja, beres-beres rumah. Semuanya Papanya yang kerjain kan?" Tsukishima melanjutkan. "Kenapa Papanya Oikawa-kun gak cari Mama baru aja?"

Mama baru? Tobio tersentak mendengar kalimat terakhir Tsukishima.

"Hoi! Kamu ngajak berantem ya, Kacamata?!" entah kenapa malah Tanaka dan Nishinoya yang makin panas.

Melihat anak-anak didiknya berkerumun dengan wajah mencurigakan –khusus Tanaka dan Nishinoya-, Sugawara menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" anak-anak pun menoleh ke arah guru mereka. Merasa terganggu, Tsukishima beranjak pergi tanpa berkata apapun. Tentu saja Yamaguchi mengekor di belakangnya. Anak-anak yang lain menundukkan kepalanya. Tidak ada yang berani angkat bicara.

"Hinata-kun? Ada apa?" tanya Sugawara-sensei lagi.

"Mmm...ano... Tsukishima-kun bilang kalau..." Sugawara bersabar mendengar Hinata sampai selesai menjelaskan. "Tsukishima-kun bilang kalau Oikawa-kun tidak punya Mama."

Sugawara kemudian memperhatikan anak yang disebut 'Oikawa-kun' tadi. Ekspresi anak itu tetap datar seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi Sugawara tahu, anak itu berusaha menahan diri. Sebelah tangan Sugawara menepuk-nepuk sayang puncak kepala Tobio sambil tersenyum.

"Waktu bermain sudah habis. Ayo kita kembali ke kelas."

.

.

Tangan-tangan mungil itu masih sibuk menggoreskan crayon-nya di atas kertas gambar. Saat ini hanya tinggal dirinya lah murid yang masih ada di TK. Sensei-sensei-nya juga masih di TK kok. Teman-temannya semua sudah dijemput oleh orangtuanya masing-masing. Manik blueberry-nya memandang antusias pada karya seni miliknya. Wajahnya sumringah sambil mengangkat gambarnya yang sudah jadi. Puas. Tobio sangat gembira sampai ia tidak menyadari ada seseorang yang memandanginya sambil tersenyum di mulut pintu.

"Tobio-chan, ayo pulang." Papa Tooru nyengir begitu Tobio membalikkan badannya untuk melihat dan kemudian berlari untuk memeluk kaki jenjang sang Papa.

"Papa! Lihat!" Tobio memamerkan karya nya. Papa Tooru berjongkok untuk melihat lebih jelas gambar tangan anaknya tersebut. Walau gambarnya sedikit abstrak –khas gambar anak TK- tapi bagi Papa Tooru sangatlah berharga karena yang tergambar di kertas itu adalah dirinya dan putra tercintanya.

"Nanti ditempel di kamar ya, Pa?" pinta Tobio. Papa tooru hanya bisa mengiyakan dengan semangat.

Setelah berpamitan dengan Sugawara-sensei dan Daichi-sensei, pasangan Papa-anak itu meninggalkan TK Karasuno.

.

.

Papa Tooru sedang sibuk menyiapkan makan malam saat tiba-tiba Tobio menarik-narik ujung apron yang ia kenakan.

"Kenapa, Tobio-chan?"

"Aku boleh bantu Papa?" tanya Tobio dengan raut wajah serius. Papa Tooru malah bingung dibuatnya. Ada apa dengan anaknya? Tiba-tiba begini. Begitulah kira-kira isi kepala Papa Tooru saat ini. Tapi Papa Tooru yang ganteng ini mencoba untuk berpikir positif dan membiarkan Tobio membantunya. Sekedar mengambilkan beberapa bahan di lemari es atau menuangkan susu ke gelasnya sendiri.

Makan malam sudah. Membantu Tobio belajar sudah. Laporan kantor untuk besok sudah. Sekarang waktunya untuk meninabobokan Tobio. Papa Tooru membuka lemari hendak mengambil piyama miliknya dan Tobio tapi lagi-lagi duda beranak satu paling ganteng sekomplek itu dibuat terkejut oleh sang buah hati.

"Tobio-"

"Aku udah bisa pakai baju sendiri." Tampangnya sih datar waktu bilang begitu. Tapi sebenarnya Tobio berharap –sangat- dipuji oleh sang Papa. "Aku juga udah sikat gigi dan cuci kaki sendiri, Pa."

Papa Tooru menghela napas sedikit kemudian menyamakan tingginya dengan Tobio dengan berjongkok.

"Tobio-chan kenapa? Hari ini kok bersikap aneh?" tanya Papa Tooru pelan.

"Aneh? Aneh gimana maksud Papa?"

"Yaa...gak biasanya aja. Tiba-tiba Tobio-chan mau bantu Papa di dapur, terus siap-siap tidur tanpa Papa."

Tobio diam. Kepalanya ia tundukkan membuat papa Tooru makin bingung. Dan khawatir. Apa terjadi sesuatu di sekolahnya? Papa Tooru bingung.

"Aku cuma mau bantu Papa biar Papa gak capek terus terlambat kayak tadi pagi." Cicit Tobio namun bisa didengar dengan jelas oleh Papa Tooru.

"Haaaah? Alasan macam apa itu?" Papa Tooru sedikit tidak terima disalahkan atas keterlambatan tadi pagi. Namun bukan Papanya tobio kalau tidak mengerti maksud sebenarnya dari kata-kata Tobio. Dirinya yakin kalau Tobio hanya ingin mengurangi bebannya sebagai orangtua tunggal. Bagaimanapun mengurus anak tanpa seorang istri adalah hal sulit. Tapi kalau tidak ada Tobio juga sepertinya Papa Tooru tidak akan bisa hidup.

"Sekarang waktunya tidur. Ayo! Ayo!" Papa Tooru menggiring Tobio menuju ranjang king size di kamar mereka. Menarik selimut dan saling merapatkan tubuh.

"Papa..."

"Hm? Tidurlah atau kau akan terlambat lagi besok."

"Aku gak butuh mama baru." Papa Tooru terkejut bukan main. Dari mana anaknya dapat kosa kata itu?

"Memangnya siapa yang mau cari mama baru? Sudah. Sudah. Tidur." Papa Tooru menepuk-nepuk pantat Tobio agar anaknya itu cepat tidur. Besok ia akan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi hari ini di sekolah pada Sugawara-sensei.

"Tobio sayang Papa."

Papa Tooru hanya bisa tersenyum mengetahui anaknya mengigau. Tak perlu dikatakan juga ia tahu kalau anaknya itu menyayanginya. Tak perlu ia katakan juga ia yakin kalau anaknya tahu kalau ia menyayangi Tobio.

.

.

End of chap 1.

a/n:

ini apa saya juga gak paham. Saya hanya mau meramaikan kapal ini. Karena sepertinya kapal ini masih sangat jarang di bahasa indo. Semoga readers sekalian merasa puas.

Masukan sangat berarti buat saya. Atau jika ada yang mau request cerita berikutnya. Monggo...

Terima kasih karena sudah membaca.

Review?