1st Plate: Welcome to ATthree!

Yahoo! Harukaze-san kembali~! *krik krik!* Ehehehe…saya sebenarnya berencana untuk berhenti dulu membuat fict tapi…yah, namanya juga manusia…ketika dapet ide, rencana untuk hiatus batal deh *nyengir* *di tendang* oke, sebelum mulai…saya mau kasih tau dulu, fanfiction ini terinspirasi dari anime Bergenre comedy berjudul 'Working!'. Setelah menonton 3 seasonnya, saya jadi jatuh cinta sama anime ini *fangirling* bagi penyuka anime comedy, saya rekomendasikan banget loh nonton anime Working! *promosi*

Disclaimer: Boboiboy milik Animonsta/Monsta studio.

Rate: T

Genre: Humor, Friendship, bit Romance

Pair: ?

Warning: AU, Elemental Siblings, human! Robot/Alien, OC, bit OOC, Humor garing and many more~~~! *plak!*

DLDR~

Enjoy~!

"Hah…" Seorang pemuda bertopi hitam dengan motif petir merah menghela napas setelah telepon di putuskan secara sepihak.

"Kak Hali, ada apa?" Pemuda berwajah serupa tetapi memakai topi biru-putih menyamping bertanya ketika melihat kakak kembarnya tampak gelisah.

"Ayah dan Ibu masih belum kembali…Tok Aba bilang mereka masih harus tetap di Perancis karena banyak pekerjaan yang menggunung," Jelas pemuda bertopi hitam-merah, Boboiboy Halilintar dengan pasrah.

"Hee…aku memaklumi saja kalo Ayah dan Ibu memang sibuk. Tapi apa masalahnya, Kak Hali? Kita kan sekarang sudah SMA jadi nggak masalah kan ditinggal oleh Ayah dan Ibu dalam waktu yang lama?" Tanya Boboiboy Taufan panjang lebar.

"Bukan masalah itu. Tapi ke-uangan kita nih…kita sudah SMA sekarang, jadi kebutuhan sehari-hari kita jadi bertambah. Ku rasa kiriman uang yang dikirim Tok Aba sebulan sekali itu tidak akan cukup," Jelas Halilintar.

"Mau bagaimana lagi, Tok Aba sibuk dan kita tidak bisa meminta tambahan uang. Kasihan Tok Aba," Ucap Taufan sambil mengangkat bahu.

"Itu sebabnya…kita harus melakukan sesuatu jika tidak ingin kekurangan uang," Jelas Halilintar lagi.

"Aku pulang…" Taufan dan Halilintar menoleh ke arah pintu, dimana saudara kembar mereka yang ketiga, Boboiboy Gempa berdiri.

"Oh…Gempa. Kalo kau lapar ada makanan di meja. Setelah itu kau pergi mandi, oke," Sambut Halilintar.

"Ah…terima kasih," Gempa menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya kemudian berjalan menuju ruang makan.

~Working!~

"Kak Halilintar tampak aneh hari ini. Apa ada masalah di sekolah?" Tanya Gempa ketika melihat tingkah kakak pertamanya yang lebih berekspresi dari biasanya.

"Oh…Kak Hali hanya terlalu memikirkan masalah ekonomi kita. Kau tau kan, orang tua kita masih di Perancis dan kita juga tidak bisa meminta uang pada Tok Aba terus," Jelas Taufan.

"Hmm…intinya, Kak Halilintar mau solusi agar kita bisa mengatasi ke-uangan kita sendiri tanpa bantuan Tok Aba, begitu?" Gempa menarik kesimpulan.

"Bingo~" Sahut Taufan sambil bertepuk tangan dengan senyum yang terkesan mengantuk.

"Ah…aku jadi punya ide. Bisa Kakak panggilkan Kak Halilintar?" Pinta Gempa sambil menjentikkan jarinya.

"Umm…oke," Taufan dengan ragu beranjak dari sofa kemudian pergi ke lantai dua, tepatnya kamar Halilintar yang tertutup rapat.

"Ada apa, Gempa?" Halilintar yang telah tiba di ruang keluarga bertanya.

"Begini…aku dengar Kak Halilintar saat ini sedang mencari solusi agar bisa membantu ke-uangan kita, kan?" Ucap Gempa.

"Begitulah…dan…kau punya jawabannya?" Tanya balik Halilintar.

"Aku hanya menyarankan kerja saja di tempatku. Kita bisa berganti shift dan gaji yang bisa diperoleh tiap bulan lumayan untuk kebutuhan kita," Jelas Gempa.

"Tunggu…kau kerja paruh waktu selama ini?" Kaget Taufan.

"Ehehehe…maaf tidak memberitau kalian lebih awal. Aku bekerja karena ingin membeli sesuatu dan jadi keterusan deh sampai sekarang," Jawab Gempa sambil cengengesan.

"Jadi itu alasan kenapa kau kadang pulang lebih malam yah?" Desah Taufan sambil tersenyum geli.

"Sejak kapan kau mulai bekerja paruh waktu, Gempa? Kita kan baru memasuki semester kedua kelas satu ini," Tanya Halilintar.

"Sekitaran 4 bulan yang lalu. Aku memang berencana untuk bekerja ketika masuk SMA nanti karena yah…banyak hal," Jawab Gempa dengan nada bicara yang sama seperti sebelumnya.

"Oke…bagaimana menurutmu, Kak Hali?" Taufan kembali ke topic utama.

"Aku rasa bila kita semua bekerja mungkin bisa menambah penghasilan dan tidak akan selalu bergantung pada Tok Aba. Jadi aku rasa boleh saja," Tukas Halilintar.

"Ngomong-ngomong, dimana memangnya kau bekerja?" Lanjutnya.

Gempa memasang senyum lebar, kemudian mengeluarkan sebuah brosur dari kantung jaketnya.

"Di ATthree Family Restaurant. Tempatnya tidak jauh dari sekolah, dan aku bekerja disana sebagai pelayan dengan shift 3 kali seminggu," Jelas Gempa.

"Restoran keluarga? Wow…aku tidak menyangka," Taufan menatap kagum gambar sebuah bangunan yang tidak terlalu besar, namun terlihat cukup mewah dan bersih di tambah beberapa taman bunga kecil yang mempercantik penampilan luar restoran tersebut.

"Kebetulan sekali, restoran kami memang sedang mencari pekerja tambahan," Ucap Gempa.

"Berapa orang memangnya?" Tanya Taufan.

"Uh…aku kurang tau tapi kayaknya lebih dari dua orang. Soalnya restorannya tidak pernah sepi," Jelas Gempa kembali dengan nada cengengesan.

"Oke…aku mengerti. Aku rasa kita bisa bekerja disana, Kak Hali," Ucap Taufan antusias.

"Well…daripada harus repot-repot mencari tempat kerja yang jauh, kurasa tidak ada salahnya," Tukas Halilintar sambil melipat tangan di depan dada.

"Wah…baiklah, kalo begitu aku akan memberitau manager kalian berdua akan mulai bekerja besok ya!" Seru Gempa tidak kalah antusias dibalas anggukan samar oleh Halilintar dan seruan 'Oke!' dari Taufan.

"Memangnya Kak Halilin dan Kak Taufan mau kemana besok?"

Gempa menoleh ke arah dapur, tampak seorang pemuda yang lagi-lagi memiliki paras serupa dengan mereka bertiga, dengan jaket bermotif lava orange-kehitaman dan hoddie yang menutupi topi yang dikenakan di kepalanya.

"Ah, bukan. Kak Taufan dan Kak Halilintar mau bekerja bersamaku besok," Jawab Gempa.

"Hee…kerja paruh waktu…"

Boboiboy Blaze bergumam sebentar kemudian memasang senyum antusias dengan iris mata yang berbinar, "Apa aku boleh ikut?" Tanyanya.

"E-eh? Kau mau kerja?" Tanya Taufan cengo.

"Memangnya kenapa, Kak Taufan? Ada masalah?" Tanya Blaze yang tidak suka karena sepertinya kakak keduanya ini meremehkannya.

"B-bukan…hanya saja…hmm…bagaimana menurutmu, Gempa?" Tanya Taufan mengalihkan tatapannya pada kembar Boboiboy ketiga tersebut.

"Boleh saja sih. Asalkan Blaze, kau kerjanya yang benar," Ucap Gempa dengan senyum manisnya.

"Tentu saja, kopral! Aku pasti akan berusaha!" Seru Blaze dengan pose hormat ala Scouting Legion.

"Kau yakin managermu akan menerima kami, Gempa?" Bisik Halilintar.

"Berpikir positif dong, Kak Halilintar. Yang harus kalian pikirkan adalah…umm…pokoknya Kak Halilintar harus sabar deh," Ucap Gempa dengan senyum paksa, membuat Halilintar mengernyit bingung dengan maksud adik keduanya itu.

~Working!~

Hari rabu sepulang sekolah, Halilintar, Taufan, dan Blaze telah tiba di ATthree dan memperkenalkan diri pada manager mereka yang meski mengaku sudah berumur 28 tahun, penampilannya tidak beda jauh dengan remaja-remaja pada umumnya, dengan rambut kehijauan dan iris semerah darah yang sempat membuat Halilintar mempertanyakan asal kewarganegaraan managernya tersebut.

"Jadi…kalian adalah saudara kembarnya Gempa?" Sang manager memulai percakapan.

"Begitulah. Mulai hari ini kami akan bekerja disini, terima kasih karena sudah menerima kami ya," Sahut Taufan dengan senyum lebarnya.

"Oke…aku harap dengan adanya kalian, pekerjaan restoran jadi lebih ringan. O iya, namaku Ejo jo. Kalo kalian perlu sesuatu, silahkan Tanya pada staff yang berwenang Karena jangan harap aku mau membantu kalian di hari pertama kalian bekerja," Jelas Ejo jo dengan tatapan mata yang mengintimidasi (setidaknya itu menurut Taufan dan Blaze).

"Oh…jadi kami disuruh mencaritau semuanya sendiri?" Halilintar mengernyit bingung dengan manager yang satu ini.

"Bukan begitu. Hanya saja…aku tidak bekerja jadi tidak bisa mengajari apapun pada kalian. Sudah ya," Ejo jo berbalik kemudian melangkahkan kakinya menuju ruangannya yang terletak tidak jauh dari ruang ganti pria.

"Apa-apaan…" Halilintar, Taufan, dan Blaze hanya sweatdrop dengan kesan pertama manager mereka terebut.

"Hehehe…manager memang seperti itu. Jangan dipikirkan," Ucap Gempa dengan tawa hambar.

~Working!~

"Baiklah…jadi kita harus mulai darimana?" Tanya Halilintar.

"Umm…karena Kak Halilintar itu pintar masak, jadi Kak Halilintar akan bekerja di bagian dapur, sedangkan Kak Taufan bisa bekerja di bagian kasir karena Kak Taufan yang paling bisa menyapa orang lain," Jelas Gempa.

"Lalu aku bagaimana?" Tanya Blaze sambil mengacungkan tangannya ala anak TK.

"Umm… Blaze bisa menjadi penjaga pintu. Tugasnya yah…menyambut kedatangan pelanggan. Bagaimana?" Tanya Gempa yang sebenarnya bingung.

"Oke! Tidak masalah," Gempa menghela napas lega setelah mendapat respon positif dari kembar Boboiboy keempat tersebut.

"Baiklah, semuanya sudah, jadi kalian bisa mulai sekarang," Tukas Gempa sambil menjentikkan jarinya.

~Working!~

Halilintar, Taufan, dan Blaze yang telah mengganti seragam sekolah mereka dengan pakaian khas restoran ATthree kemudian segera bersiap menuju tempat mereka masing-masing.

"Oh, kalian yang katanya pekerja baru itu ya?"

Ketiga kembar tersebut menoleh, dan mendapati seorang pemuda berpostur gempal dengan kulit gelap dan paras khas India dengan nampan berisi setumpuk piring bekas makanan di kedua tangannya.

"Oh…iya. Salam kenal, aku Taufan. Dan ini Halilintar dan Blaze," Sahut Taufan dengan senyum seceria mungkin.

"Apa kabar! Aku Gopal. Aku cukup akrab lho dengan Gempa, jadi semoga kita juga bisa akrab ya!" Ucap Gopal antusias.

"Tentu saja," Balas Blaze.

"Yep, salam kenal!" Sambung Taufan.

"Hmph! Aku disini mau kerja, bukan mau cari teman," Ucap Halilintar ketus sambil membuang muka, sukses membuat Gopal speechless.

"Ahahaha! Kak Hali emang gitu orangnya. Lain di mulut lain di hati, jangan dipikirkan ya. Kami pergi dulu~" Taufan dengan kikuk langsung mendorong punggung kakaknya dengan cepat kemudian pamit diakhiri kalimat perpisahan(?) dari Blaze.

"S-serem…" Gumam Gopal dengan bahu yang bergetar apalagi mengingat tatapan mata Halilintar yang terkesan begitu dingin.

~Working!~

"Kak Hali nggak boleh kayak gitu! Kita harus lebih ramah sama senior-senior kita disini!" Nasehat Taufan setelah tiba di dapur.

"Hmph!" Halilintar yang sama sekali tidak ambil pusing dan hanya membuang mukanya.

"Kalo begini Kak Halilin nggak bisa mendapat apresiasi dari staff yang lain lho," Blaze angkat bicara.

"Kalian para pekerja baru itu?" Seorang pemuda bersurai raven dengan kacamata ungu bertanya dengan suara datarnya.

"Eh…iya. Kami saudara kembarnya Gempa," Jawab Taufan.

"Aku tau. Wajah kalian memang sama dengannya," Sahut pemuda itu sambil menaikkan bingkai kacamatanya, membuat Taufan berpikir, kayaknya ni orang cukup angkuh, dan dilihat dari pakaian kokinya, sepertinya dia juga bagian dapur.

Taufan menelan ludah, takut jika sampai Halilintar membuat masalah di hari pertamanya bekerja.

"Aku Fang. Sebaiknya kalian bisa bekerja dengan baik atau kalian hanya akan merepotkan kami," Ucap Fang sambil menunjuk tepat ke arah Halilintar yang memang saat ini sedang berdiri di antara Blaze dan Taufan.

"Ap-hey! Memangnya kau pikir kami datang kesini hanya untuk mencari masalah, hah?!" Bentak Halilintar yang mulai panas.

"Nah…baru dibilang udah marah. Kalian yakin bisa bekerja maksimal disini? Jangan meremehkan pekerjaan ini hanya karena tempat ini adalah restoran keluarga, mengerti?" Sahut Fang tanpa sedikit pun mengubah intonasi bicaranya.

"Grrr! Satu-satunya yang akan aku remehkan disini adalah dirimu, dasar landak mata empat!" Bentak Halilintar lagi.

"Hey! Siapa yang kau sebut landak, hah?!" Balas Fang yang akhirnya juga emosi.

"O-oy…hentikan. Kak Hali, ini hari pertama kita bekerja jadi jangan cari masalah!" Lerai Taufan panik karena apa yang ditakutkannya benar-benar terjadi.

"Fang, hentikan. Kau bisa memberikan kesan yang tidak baik bagi pekerja baru. Jangan bikin malu dong,"

Seorang gadis berkacamata bulat dengan rambut yang dikuncir dua ikut melerai keributan yang disebabkan Fang dan Halilintar.

"Etto…umm…" Taufan tidak jadi membalas karena bingung dengan kemunculan gadis berparas oriental ini yang secara tiba-tiba ikut masuk ke dalam pembicaraan-atau mungkin argument mereka.

"Oh, hai! Namaku Ying. Kalian saudara kembarnya Gempa yang menjadi pekerja baru disini kan? Salam kenal," Gadis berparas China tersebut memberi salam dengan intonasi khas China serta senyum lebarnya.

"Oh…umm hai. Aku Taufan, ini saudara kembarku, Halilintar dan Blaze. Salam kenal juga," Sahut Taufan yang berusaha untuk terdengar ceria meski agak sedikit kikuk karena tingkah laku Halilintar tadi.

"Baiklah…kurasa kita sudah bisa mulai bekerja," Blaze angkat bicara.

"Ah, benar. Kalo begitu aku akan segera ke kasir. Kak Hali, sebaiknya Kakak nggak usah cari masalah, oke?" Bisik Taufan sebelum akhirnya segera melangkahkan kaki keluar dari dapur dan menuju ke bagian mereka masing-masing.

Halilintar yang ditinggal oleh kedua saudara kembarnya kemudian menatap Fang-yang kebetulan juga sedang menatapnya-dengan dingin, kemudian berbalik dan bersiap untuk melaksanakan tugasnya sebagai chef di dapur restoran tersebut.

~Working!~

"Umm…tugas seorang penjaga pintu adalah menyambut pelanggan yang datang kan…? Mudah sekali…" Gumam Blaze yang sudah berdiri di samping pintu masuk.

Sret

Blaze menoleh, ternyata ada sekelompok gadis berseragam sekolah memasuki restoran.

Dengan terburu-buru, Blaze menghadang mereka dan mencoba mendorong pelan salah satu dari mereka, bermaksud menyuruh mereka mundur.

"Permisi, sebaiknya kalian tetap berdiri di situ," Ucap Blaze sesopan mungkin setelah mengatur barisan gadis-gadis SMP yang kebingungan tersebut dengan rapi.

"Ehm…"

Blaze berdehem untuk menguji suaranya, kemudian langsung membungkukkan badannya 90 derajat, "Selamat datang di ATthree!" Seru Blaze dengan suara yang hampir mencapai 5 oktaf, dan tentu saja membuat sekelompok gadis SMP tersebut melongo di tempat.

Gempa yang kebetulan melihat hal itu langsung panik seketika dan memutuskan untuk mengambil ahli, "Ahahaha…s-selamat datang. Kalian ingin ruangan bebas merokok atau tidak?" Sambut Gempa yang harus lari menuju pintu masuk sebelum pelanggannya tambah bingung.

"Umm…ruangan biasa yang tanpa rokok saja," Jawab salah satu dari gadis sekolahan tersebut.

"Baiklah, kalo begitu silahkan ikuti saya," Gempa dengan sopan membungkuk dan berjalan menuju salah satu bangku khusus keluarga (karena jumlah mereka cukup banyak) yang merupakan area dilarang merokok (kebanyakan dihuni oleh perempuan).

~Working!~

"Blaze, kau ini bagaimana sih?" Protes Gempa setelah meminta Ying untuk melayani pelanggan yang disambut Blaze dengan absurd tersebut.

"Lha…katanya tugasku adalah menyambut pelanggan. Mereka sudah terlanjur masuk dan belum aku sambut jadi aku suruh mundur lagi deh," Jelas Blaze dengan wajah innocent, sukses membuat Gempa facepalm.

"Maksudku sambut mereka dari samping saja. Jika tidak sempat ya tidak apa-apa, kau bisa saja membuat mereka takut tadi," Ucap Gempa.

"Oh…umm…kalo begitu maaf deh. Aku nggak tau," Ucap Blaze cengengesan sambil menggaruk tengkuknya.

Gempa menghela napas, "Sudahlah. Lain kali jangan di ulangi lagi. Kalo begitu aku pergi dulu," Gempa kemudian bergegas pergi ke meja nomor 4 karena seseorang baru saja menekan tombol untuk memesan.

~Working!~

Seorang pelanggan yang telah selesai menikmati makanannya berjalan menuju kasir, dimana Taufan berdiri dengan senyum lebar-terlewat lebar.

"Baiklah…umm…" Taufan melihat daftar pesanan yang dipesan oleh pria paruh baya di depannya tersebut.

"Total semuanya 70 ringgit 30 sen," Ucap Taufan dengan aura blink-blink nya.

"Mahalnya…padahal aku hanya pesan satu jenis makanan dan satu jenis minuman saja," Protes pria tersebut.

"Heee…ni orang nggak tau diri banget…" Batin Taufan masih dengan senyum lebar tetapi aura blink-blinknya telah lenyap seolah tak pernah ada.

"Umm…tuan, memang sih anda hanya memesan satu jenis makanan dan minuman, tapi kan anda memesannya lebih dari 3 porsi," Jelas Taufan berusaha untuk berbicara sopan.

"Begitukah…? Hmm…aku lupa. Maklum lah, aku kan sudah tua," Ucap Pria tersebut sambil tertawa terbahak-bahak dan langsung membuat Taufan bergidik karena tawa pria di depannya ini mengingatkannya pada tawa kapten bajak laut di film Peterpan yang ditontonnya waktu kecil.

"Tapi ternyata mahal juga yah? Kalo aku tau aku tidak akan memesan sebanyak itu…" Gumam pria tua tersebut sambil menyerahkan sejumlah uang pada Taufan.

"Kalo benar begitu…saya sarankan sebaiknya anda tidak usah kesini lagi, soalnya keberadaan anda yang tua dan bau ini hanya akan merepotkan kami saja," Ucap Taufan yang kemudian segera menyerahkan kembaliannya pada pria tua yang kini membeku di tempat tersebut.

"Kalo begitu, terima kasih karena sudah mampir di ATthree, semoga hari anda menyenangkan~!" Taufan dengan senyum tanpa dosa langsung membungkukkan badannya sedangkan pria tua tersebut sudah pergi keluar tanpa berkata apapun, bahkan tidak mengambil uang kembalian yang masih berjumlah lebih dari 30 ringgit yang diletakkan di atas meja tersebut.

"Kak Taufan," Taufan menoleh, mendapati adik pertamanya sedang berdiri di depannya dengan raut wajah kusut.

"Ya?" Sahut Taufan ceria.

"Kak Taufan nggak boleh kayak gitu. Kakak harus lebih sopan sama pelanggan tau. Apalagi mengatainya seperti itu. Kalo dia tidak akan kembali bagaimana?" Ucap Gempa panjang lebar.

"Oh? Tapi aku kan hanya bicara jujur. Lagipula, tuh pak tua ngeselin juga sih…tapi lihat sisi baiknya, kita dapat kelebihan uang," Ucap Taufan antusias sambil menggoyang-goyangkan uang yang harusnya menjadi kembalian bagi si pria tua yang sudah kabur tersebut.

Gempa facepalm seketika, "Pokoknya kalo ada pelanggan lagi, yang harus Kak Taufan lakukan hanyalah menyebutkan tagihan mereka, menjawab pertanyaan mereka dengan sopan, kemudian mengucapkan salam dengan baik. Tidak kurang, tidak lebih, mengerti?" Tukas Gempa.

"Siap, Boss!" Seru Taufan hormat-namun tidak diketahui dirinya benar-benar mendengarkan atau tidak.

~Working!~

"Halilintar, ini daftar pesanan dari meja 3," Ucap Ying sambil menyerahkan secarik kertas berisi menu pilihan para pelanggan pada Halilintar yang sedang mengelap gelas.

Baru saja Halilintar mengulurkan tangan untuk mengambil kertas tersebut, tangan Fang sudah lebih dulu mengambil-dengan sedikit kasar-kertas itu dari tangan sang gadis Cina.

"Hey! Dia memberikannya padaku!" Bentak Halilintar sambil mendelik ke arah pemuda berkacamata yang sejak awal bertemu sudah membuatnya naik darah tersebut.

"Hmm…menu yang di pesan pelanggan ini cukup sulit. Biar aku yang mengerjakan pesanan mereka. Kau sebagai junior mending lanjutin bersihin gelas sana," Sahut Fang sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke arah Halilintar seperti sedang mengusir seekor kucing yang minta makanan.

"Apa?! Siapa yang kau sebut junior hah?! Memangnya kau pikir aku tidak bisa memasak?!" Bentak Halilintar lagi.

"Tapi ini hari pertamamu bekerja kan? Dibandingkan denganmu, aku lebih berpengalaman dan sebaiknya kau panggil aku senior, junior…" Balas Fang dengan senyum meremehkan yang terpampang di wajah ikemennya.

Ucapan Fang-yang sebenarnya bermaksud menggoda Halilintar tersebut-berhasil membuat sang kembaran tertua naik pitam, sampai gelas parfait bersih yang berada di genggamannya sukses retak sampai akhirnya pecah dan berjatuhan di lantai.

"Kau memang ngajak ribut ya?!" Halilintar langsung menggulung lengan baju kokinya, sedangkan Fang masih berdiri di tempatnya dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada.

"Hey! Ya ampun, ada apa ini?!" Gempa yang kebetulan lewat langsung buru-buru menahan Halilintar yang sudah bersiap mengeluarkan teknik karatenya.

"Dia yang mulai! Ying menyerahkan kertas pesanannya pada ku, tapi landak ungu tidak tau diri itu langsung merebutnya begitu saja!" Ucap Halilintar yang masih berusaha untuk melayangkan tinjunya ke wajah Fang.

"Ah…" Gempa mengurut pelipisnya, mendadak merasa menyesal dengan keputusannya yang menyerahkan urusan dapur pada kakak kembarnya yang paling pemarah tersebut.

"Baiklah,baiklah…Kak Halilintar, biarkan Fang saja yang membuat pesanan yang itu, ini ada lagi yang dari meja nomor 6. Hanya segelas parfait cokelat dan omelette rice. Kak Halilintar kerjakan yang ini saja," Ucap Gempa sambil menyerahkan secarik kertas.

Halilintar menatap Gempa sebentar kemudian mendengus dan mengambil kasar kertas tersebut lalu berbalik sambil bergumam pelan 'akan kubunuh kau lain kali, dasar landak ungu bau!'.

Gempa menghela napas sebentar kemudian beralih menatap Fang yang sedang menumis sayur sambil bersiul-siul.

"Fang," Panggil Gempa yang berusaha untuk tetap kalem.

"Apa?" Tanya Fang innocent tanpa menoleh.

"Dengar, Kak Halilintar itu jauh lebih menakutkan dari yang kau pikirkan. Dan ini bukanlah tempat tinggal kita jadi bersikap baik lah," Ucap Gempa.

"Aku hanya bercanda, oke? Kakakmu itu kelihatan begitu sensi…jadi menggodanya sekali-sekali tidak masalah kan?" Balas Fang santai.

"Hah…kalo kau sudah bosan hidup ya terserah. Tapi jangan berlebihan karena aku tidak mau Kak Halilintar melakukan kekerasan di tempat umum, mengerti?" Tukas Gempa yang menyerah karena temannya yang satu ini memang cukup keras kepala.

Setelah tidak mendapat respon dari Fang, Gempa bergegas mengambil pesanan untuk meja 6 yang sudah selesai di buat oleh Halilintar kemudian pergi menuju meja pelanggan yang di tujunya dengan harapan semoga Fang tidak mengganggu Halilintar sampai membuat gunung berapi di kepala kakak tertuanya tersebut meletus.

~Working!~

Pukul 9.30 malam, restoran pun di tutup setelah pelanggan terakhir keluar meninggalkan restoran.

"Kerja yang baik semuanya. Ah…untuk besok, yang punya shift adalah Taufan, Halilintar, Fang, dan Ying," Ucap Ejo jo setelah semua karyawan restorannya berganti pakaian.

"Eh? Besok aku libur? Padahal baru sehari bekerja…" Gumam Blaze dengan pose berpikir.

"Itu karena sebenarnya restoran ini tidak membutuhkan penjaga pintu sih…" Batin Gempa dengan senyum sweatdrop dan sedikit merasa bersalah terhadap kembaran keempat Boboiboy tersebut.

"Kita mendapat jatah libur bersama, Gempa! Mau makan donat denganku sepulang sekolah? Nanti aku traktir," Ajak Gopal.

"Kau mau traktir aku? Tidak biasanya…" Sahut Gempa yang merasa heran karena biasanya teman sekelasnya ini lah yang selalu minta traktiran dari Gempa.

"Hehehe…aku lagi banyak uang nih. Sekalian anggap aja ini adalah balas budi untukmu yang sering mentraktirku," Jawab Gopal sambil nyengir.

"Hee…aku boleh ikut tidak? Aku juga libur kok!" Ucap Blaze antusias.

"Tentu saja, Blaze. Kalo aku ikut, kau juga. Tidak keberatan kan, Gopal?" Ucap Gempa cepat.

"E-eh…tentu. Asalkan sebaiknya hanya kalian berdua saja," Jawab Gopal sambil berusaha mengingat-ngingat jumlah uangnya untuk bulan ini dan hanya di balas tawa oleh Gempa dan sorakan gembira dari Blaze.

"Ah…pipiku sakit…aku harus tersenyum selama berjam-jam penuh…" Keluh Taufan sambil meregangkan otot-otot tangannya.

"Bukannya kau memang sering tersenyum tanpa sebab sepanjang hari?" Tanya Halilintar.

"Tapi yang ini aku harus tetap memasang senyum ramah dan tidak boleh tertawa. Aku juga terus-menerus mengucapkan kalimat yang sama kepada pelanggan yang membayar…" Gumam Taufan sambil mengelus kedua pipinya yang terasa pegal.

"Memangnya tersenyum itu serumit itu bagimu ya?" Sahut Halilintar sweatdrop.

"Baiklah, aku akan mengunci restorannya. Ayo pergi," Tukas Ejo jo yang sudah bersiap dengan kunci bangunannya.

"Untuk besok, mohon kerja samanya lagi ya, Taufan, Halilintar," Ucap Ying sambil tersenyum manis.

"Ah. Tentu saja!" Sahut Taufan sambil mengacungkan jempolnya sedangkan Halilintar tidak menjawab apapun dan hanya menghela napas, kemudian beradu deathglare lagi dengan Fang-yang dengan sengaja menyenggol bahunya.

Saat mau keluar dari restoran, yang tentu saja melewati pintu belakang yang berarti harus memasuki ruang istirahat staff terlebih dahulu, mata Halilintar tak sengaja menatap selembar kertas yang tertempel di dinding dekat pintu keluar, berisi daftar nama setiap staff restoran beserta jadwal libur dan kerja mereka.

"Yaya? Siapa itu?" Batin Halilintar yang kebetulan menemukan nama seorang gadis yang terletak di bawah namanya.

~Working!~

"Jadi…bagaimana dengan tempat kerjaku menurut kalian?" Tanya Gempa di perjalanan pulang ke rumah.

"Uh…cukup seru. Apalagi tugasku hanya berdiri di samping pintu dan mengucapkan selamat datang," Jawab Blaze semangat.

"Yeah…staff-staffnya agak aneh-terutama managernya, tapi cukup menyenangkan," Sambung Taufan masih dengan tangan yang mengelus pipinya.

"…" Halilintar hanya diam dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku jaketnya.

"Bagaimana dengan Kak Halilintar? Menurut Kakak, ATthree itu bagaimana?" Tanya Gempa lagi.

"Biasa saja…dan mungkin akan lebih biasa lagi jika landak sok keren itu tidak pernah menampakkan dirinya," Jawab Halilintar dengan aura suram yang mendadak menguar dari tubuhnya.

"Ah…harusnya aku tidak bertanya…" Batin Gempa sweatdrop.

"Ah…besok aku punya banyak waktu di rumah~" Ucap Blaze sambil meregangkan kedua tangannya.

"Kau berbicara seperti sudah lama bekerja di sana deh," Komentar Taufan dengan senyum geli.

"Kak Taufan dan Kak Halilintar akan baik-baik saja tanpa aku?" Tanya Gempa cemas.

"Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Dan soal Kak Hali, kau bisa serahkan pada ku," Bisik Taufan sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Yah…aku harap sih begitu…" Gumam Gempa kembali dengan senyum sweatdropnya.

Dan begitulah, hari pertama ketiga saudara kembar Gempa bekerja di ATthree.

Seperti apa keseharian para Boboiboy kembar tersebut dalam pekerjaan mereka di ATthree? Sebenarnya Gempa tidak mampu membayangkan seberapa absurdnya hal tersebut.

Ngomong-ngomong, Gempa merasa telah meninggalkan sesuatu (atau seseorang) di rumahnya selama seharian penuh…

"Ah…sudahlah,"

Gempa hanya mengangkat bahu dan kemudian mempercepat langkahnya ketika sadar bahwa ketiga saudara kembarnya sudah meninggalkan dirinya yang tengah sibuk melamun tersebut.

! T B C !

Hahaha! Akhir yang gaje. Ngomong-ngomong kenapa saya bikin fict kayak gini? Yah…karena ga ada kerjaan terus lagi dapet ide aja meski gaje~ *di tendang* anyway, karena fict ini terinspirasi dari anime 'Working!', jadi saya menyamakan sedikit alur fict ini dengan anime tersebut. Ah…tapi tetap akan saya rubah alurnya menjadi 'khas karakter Boboiboy' tentu saja ^^.
O iya, nama ATthree itu saya ambil dari nama planet tempat tinggalnya Ejo jo sama Adu du di serial aslinya, Ata ta Tiga. Dan Ejo jo disini jadi managernya karena kayaknya hanya dia yang cocok menjadi manager yang sableng *di kejar PETAI*.

Karakter Ejo jo disini terinspirasi dari manager di Wagnaria, anime 'Working!' yang memang namanya manager, tapi hanya nganggur dan kerjanya cuman nge-habisin stok makanan restoran aja :v.

Halilintar terisnpirasi dari Satou Jun, yang juga bertugas sebagai chef dan sifatnya agak kasar dan sangat tidak berekspresi (dia juga karakter favorit saya di 'Working!' XD)

Fang itu sifatnya saya ambil dari Souma Hiromi, rekan Satou yang bekerja di bagian dapur juga. Hobinya nge-jahilin Satou sampai sering kena tabok ama rekannya itu ^^. Tapi yang saya ambil dari Souma hanya sifatnya yang suka mengganggu saja. Sisanya, masih tetap sama seperti Fang yang biasa.

Lalu Gempa, itu karakternya saya ambil dari Takanashi Souta, pemeran utamanya…dan mungkin yang paling normal di antara staff yang lainnya (kecuali sifatnya yang terobsesi sama benda-benda imut dan kecil).

Sisanya, itu hasil imajinasi saya sendiri karena karakter Boboiboy-apalagi yang elemental siblings kayaknya kebanyakan ya? ^^. O iya, kalo soal Ice, dia akan muncul dan ikut bekerja di chapter-chapter yang akan datang.

Baiklah, cukup sampai disini bacotan author. Kalo kalian punya kritik dan saran, silahkan paparkan pada author~! Fict ini bakalan lanjut deh kalo ada yang suka. Baiklah, saya Harukaze Kagura, pamit dulu ya~! Jaa nee! XD

Review Please~~~