Venus

Original Story by Phoebe

Starring:

Kim Jongin (GS) & Oh Sehun

with Park Chanyeol

Summary:

Jongin adalah sang venus dan Sehun adalah diplomat muda yang brengsek. Sehun yang membenci komitmen dan Jongin yang benci berbagi apa yang telah menjadi miliknya. Dan mereka berdua di satukan oleh sebuah tradisi kolot bernama perjodohan.

.

.

This is remake novel by Phoebe with the same tittle

.

.

~ Previous Chapter ~

.

.

Do Kyungsoo sudah menghambur kedalam pelukannya. "Kau tidak boleh meninggalkanku sekarang. Kau juga menginginkanku kan? Aku tahu kalau saat itu kau akan melamarku. Seandainya kau melakukannya seminggu lebih cepat aku pasti akan menyambutmu dengan bahagia."

Sehun menjauhkan dirinya dari pelukan Kyungsoo. "Sudah, lupakan itu semua. Aku sekarang tidak menginginkan apa-apa."

"Karena ada perempuan lain? Di tubuhmu tercium bau parfum wanita. Apa kau juga menginginkannya seperti kau menginginkan aku saat itu? Apakah Ia lebih cantik dariku?"

"Aku menginginkannya seperti aku menginginkanmu? Aku menginginkanmu karena kuanggap kau adalah orang yang pantas untuk mendampingiku. Tapi aku menginginkannya karena tubuhku menginginkannya, hatiku menginginkannya, otakku mengingginkannya, jantungku bahkan darahku. Sekarang berhentilah membanding-bandingkan dirimu dengan dia."

"Siapa dia?" Kyungsoo terdiam sesaat. Gadis itu, yang sangat dipuja oleh Sehun, yang diinginkannya dengan setiap sendi dirinya apakah pengacara itu? Sehun bahkan memilih tinggal bersamanya dibandingkan pergi dengan Kyungsoo pada saat itu.

"Wanita yang kau sukai itu, Kim Jongin?"

Sehun memandangnya lama. "Kim Jongin bukan hanya wanita yang kusukai, Ia tunanganku dan kami akan segera menikah."

Ada sebersit keheranan yang Sehun rasakan pada ucapan yang keluar dari mulutnya. Benarkah Ia dan Jongin akan menikah? Apakah Ia sudah meyakininya sekarang?

Kyungsoo berusaha menghadirkan sebuah tawa. "Benarkah? Tapi Ia seharusnya tidak menghalangi hubungan kita kan? Aku pernah mengatakan kepadamu kalau kita masih bisa berhubungan seperti biasanya meskipun aku sudah menikah. Seharusnya kau juga begitu."

"Maaf, Aku tidak bisa. Kim Jongin adalah orang yang tidak suka berbagi apapun yang sudah menjadi miliknya dan aku adalah miliknya. Ia sudah membuat gairahku kepada wanita lain binasa. Seperti yang kukatakan, setiap jengkal tubuhku menginginkannya, hatiku juga menginginkannya, hanya menginginkannya."

Kyungsoo menyerah, sebenarnya Ia masih bisa bersikap keras kepala dan Sehun akan kalah. Tapi melihat Sehun yang berbicara dengan penuh keseriusan mengingatkan Kyungsoo saat mereka melihat Jongin di depan toko kue dalam keadaan basah kuyup.

Saat itu Sehun membatalkan rencananya untuk mengantar Kyungsoo pulang dan memilih untuk mencegat taksi dalam hujan, padahal saat itu Sehun bisa saja menelpon perusahaan taksi dan menunggu sampai taksi datang. Tapi Sehun memilih untuk menyingkirkan Kyungsoo secepatnya dan laki-laki itu tidak pernah sekalipun melakukan itu di hadapan gadis manapun selama ini.

Sehun benar-benar menganggap pengacara itu sebagai seorang yang special dihatinya. Kyungsoo tersenyum kecut.

.

.

~ Happy Reading ~

.

.

Bab 28

Loving Then Loosing

.

.

"Haruskah aku pergi sekarang?"

"Kau tetap harus kembali ke Seoul karena masa bertugasmu sudah habis. Kenapa kau kelihatannya sedih Oh? Bukankah naik jabatan dan kembali ke Seoul adalah keinginanmu yang selalu kau impikan? Sekarang kau mendapatkannya lalu kenapa wajahmu seperti itu?"

Sehun menghela nafas. Naik jabatan dan hidup di Seoul adalah impiannya? Benar. Tapi bila itu semua harus membuatnya jauh dari Jongin, Sehun merasa impiannya akan kehilangan arti.

Sekarang apa yang harus di lakukannya? Sehun memandangi kedua telapak tangannya dengan khidmat. Tangan ini yang menyentuh Jongin di lift waktu itu dan tangan itu juga yang merasakan ada sesuatu yang lain yang Jongin sembunyikan darinya.

Sehun seharusnya curiga, tapi mengapa Ia tidak bisa? Tubuh Jongin tidak sama dengan tubuhnya yang biasa. Sehun memegangi kepalanya.

Ia menekan tuts ponselnya dan itu sudah berkali-kali di lakukannya hari ini. Mencoba menelpon Jongin adalah satu-satunya cara yang bisa dilakukannya sekarang karena Jongin sudah menghilang sama sekali dari pandangannya.

Baekhyun juga selalu menghindar setiap kali Ia bertanya. Dan Chanyeol, anak itu bahkan tidak lagi menyapanya karena kemarahan yang tidak ia mengerti.

Pintu ruangan kerja Sehun terbuka sehingga mata Sehun membesar saat melihat asistennya masuk ke ruangan tanpa permisi. "Maaf mengganggu anda." Katanya pelan. "Aku sudah berusaha mengetuk pintu tapi anda tidak mendengarkannya, seseorang menitipkan ini dan Ia bilang ini adalah sesuatu yang penting yang harus sampai ditangan anda saat ini juga." Laki-laki itu kemudian meletakkan sebuah kotak berwarna merah hati dihadapan Sehun.

Sehun menghela nafas berat lalu membuka kotak itu dengan lesu. Sebuah ponsel dan cincin bermata ruby dalam sebuah kotak beludru berwarna merah. Semua ini hanya membuat ingatannya tertuju pada satu orang.

"Jongin?" Desisnya.

Semangatnya tiba-tiba saja muncul, Oh Sehun menegakkan kepalanya dan menatap pegawainya dengan serius. "Yang mengantarkannya wanita? Kapan Ia datang?"

"Ya, wanita itu baru saja pergi setelah memberikan benda itu."

Tidak ada satupun yang bisa menghalangi kehendaknya sekarang. Yang Ingin Sehun lakukan adalah datang kepada Jongin secepatnya.

Ia berlari sekuat tenaga berharap bisa menyusul Jongin dan tidak kehilangannya lagi. Sehun bahkan tidak bisa menunggu lift dan memilih untuk menuruni tangga darurat dengan terburu-buru.

Kepalanya berkeliling mencari-cari, kakinya bergerak kesana kemari. Jongin menghilang dan Ia benar-benar terlambat. Oh Sehun berhenti bergerak dan merasa sangat bodoh karena sudah menyianyiakan waktu yang dimilikinya selama ini. Sekarang apa yang harus di lakukannya?

"Kau mencariku?"

Sebuah suara datang dari arah belakang, Sehun berbalik dan memandangi seorang gadis yang sangat di kenalnya meskipun bukan seseorang yang sedang diharapkannya. Baekhyun.

"Kau?" Sehun terkejut. "Kau yang mengantarkan barang-barang itu kepadaku?"

"Kau berharap orang lain? Jongin?"

"Tentu saja. Kau sendiri tahu aku hampir gila karena wanita itu menghilang begitu saja. Selama ini meskipun Ia selalu bersikap dingin, setidaknya setiap hari aku bisa melihat wajahnya. Sekarang Ia dimana? Kau masih menolak untuk memberi tahuku?"

"Oppa." Baekhyun berdesis. "Kau sudah membuatku mengingkari janjiku kepadanya. Aku bertaruh dengan diriku sendiri, bila kau turun dan mengejarku aku akan mengatakan dimana Ia sekarang. Tapi kau membuatku hampir putus asa karena aku harus menunggu lama disini."

"Baiklah aku minta maaf, sekarang Jongin dimana?"

"Apa kau tidak ingin mendengar ceritaku dulu?"

"Nanti aku akan mendatangimu untuk itu. Aku harus segera pindah ke Seoul akhir minggu ini dan aku harus menemukannya sebelum waktu kepergianku tiba."

"Oppa, apakah kau benar-benar mengharapkannya untuk berada di sisimu? Kau mengharapkannya dengan hatimu atahu-"

"Aku bahkan siap memberikan darahku kalau Ia menginginkan itu." Potong Sehun cepat.

"Baiklah." Baekhyun menghela nafas lega. "Aku tidak tahu apa yang akan Jongin lakukan. Yang aku tahu Ia sekarang tinggal disebuah apartement mewah diselatan. Ia pernah mengatakan kepadaku kalau Ia akan berangkat ke Dalas dalam waktu dekat, tapi Jongin tidak pernah memberi tahuku kapan rencana kepindahannya. Seharusnya Ia sudah pindah beberapa hari lalu bersama keluarga itu, tapi aku tidak mengerti kenapa Ia membatalkannya."

"Apartement itu punya siapa?"

"Punya keluarga dokter itu. Tapi keluarga itu sudah pergi ke Dalas lebih dulu dan Jongin menempatinya beberapa hari belakangan ini."

"Baiklah, terima kasih."

Lagi-lagi Sehun harus melakukan hal bodoh ini. Ia datang ke Apartement dan menaiki lift yang sama dengan lift yang menjadi tempatnya melepas kerinduan bersama Jongin beberapa hari yang lalu.

Tapi sekarang bukan saatnya untuk mengenang apa-apa, dengan gelisah kaki-kaki Sehun mengetuk lantai lift dengan irama yang tidak teratur sehingga membuat orang-orang yang berada didalam lift bersamanya memandanginya berkali-kali.

Ini hal yang bodoh tapi Sehun tidak akan peduli. Beberapa hari ini Jongin berada di Apartemen ini? Lantai delapan. Ya, Saat itu Jongin keluar dilantai delapan karena ingin menemui seseorang. Apakah itu hari kepindaannya ke tempat ini?

Sehun tidak yakin, Ia bahkan masih bisa melihat Jongin yang membuang wajahnya saat mereka bertemu pandang setelah Sehun pulang kerja hari itu, tapi pada pagi hari Ia sadar kalau Jongin sudah menghilang sama sekali.

Bunyi dentingan halus membuat Sehun melangkahkan kaki selebar mungkin keluar dari lift dan berusaha mendekati pintu yang Baekhyun katakan kepadanya. Tapi tidak ada seorangpun yang menjawab. Sangat hening.

.

.

Bab 29

I'm not The One Who Love the Goddess

.

.

Sehun benar-benar linglung. Ia bahkan tidak semangat dengan kepindahannya yang tinggal dua hari lagi. Jongin tidak ditemukannya, Baekhyun pun sudah membantunya dengan segala cara untuk menghubungi keluarga dokter itu dan mereka mengatakan kalau Jongin tidak datang ke Dalas, Ia membatalkan rencananya. Sekarang bukan hanya dirinya yang mencari, tapi juga Baekhyun dan keluarganya.

Apa yang harus Sehun lakukan? Ia selalu bertanya seperti itu kepada dirinya sendiri dan Ia sama sekali tidak menemukan jawaban lain selain mencari. Tapi kemana lagi Ia harus mencari?

Sehun tersadar dari lamunannya saat kepalanya menabrak sesuatu. Pintu flat Chanyeol. Ia bahkan tidak berencana untuk datang kemari tapi langkah-langkah kakinya bertindak sendiri. Apakah Chanyeol tahu sesuatu?

Dengan lemah Sehun menekan bel dan beberapa saat kemudian Chanyeol keluar dari flatnya. Wajahnya terlihat sangat lelah seperti biasanya. Ia memandang Sehun dengan tak bersemangat.

"Kau masih marah padaku?" Tanya Sehun.

Chanyeol menghela nafas. "Aku tidak marah."

"Lalu kenapa kau tidak menjawab telponku, tidak membalas sapaanku, bahkan tidaka mau memandangku."

"Masuklah dulu." Chanyeol membuka pintu flatnya lebar-lebar lalu meninggalkan Sehun untuk masuk kedalam.

Sehun mengikuti saran Chanyeol. Ia mengikuti Chanyeol dan duduk diruang tengah dimana semua pekerjaanya menumpuk. Sudah sangat lama Sehun tidak melihat ini, semenjak Ia pindah ke flatnya yang sekarang.

"Untuk apa kemari?" Suara Chanyeol kembali terdengar meskipun Ia terlihat sangat sibuk dengan kertas-kertas yang berada diatas meja. Chanyeol bahkan duduk dilantai dan tidak menyentuh sofa.

"Aku kehilangan Venus."

"Lalu kau ingin bertanya padaku? Kami tidak pernah bertemu lagi semenjak Ia mengundurkan diri dari kantor. Bodohnya aku tidak tahu kalau hari itu Ia sudah mengundurkan diri dan masih menunggu kedatangannya setiap hari. Aku juga sangat kehilangan."

Kening Sehun berkerut. "Jangan-jangan kau marah kepadaku karena-"

"Karena Kim Jongin menghilang? Yang benar saja." Potong Chanyeol. "Aku sudah bilang kalau aku tidak marah. Suasana hatiku hanya sedang buruk. Kau sudah mencarinya kemana?"

"Kesemua tempat, kerumah Eommanya, kakak-kakaknya, Baekhyun juga mengatakan tempat persembunyiannya tapi begitu aku sampai disana Ia sama sekali tidak ada. Resepsionis bilang Jongin sudah keluar sehari sebelumnya. Aku terlambat."

Sebuah senyum sinis tersungging disudut bibir Chanyeol. "Kau masih belum terlambat sama sekali. Kau hanya tidak beruntung. Sedangkan aku-" Chanyeol berhenti berbicara juga menghentikan gerakan tangannya lalu menghempas bolpoint yang tadi dipegannya.

"Katakan kepadaku, kau tidak sedang main-main kan? Kau masih berfikir untuk mempermainkannya?"

Sehun menatap Chanyeol heran. Omongan Chanyeol hari ini sangat tidak menentu. Tidak seperti Chanyeol yang biasa, Chanyeol yang dikenalnya. Sehun seperti sedang berbicara dengan orang lain yang sama sekali asing baginya.

"Aku akan merampasnya darimu kalau kau masih berfikir untuk mempermainkannya." Lanjut Chanyeol.

"Merampas? Apa yang sedang kau katakan ini? Tunggu dulu. Jangan bilang kalau kau-"

Chanyeol mengangguk. "Seharusnya aku yang datang ke miai itu. Tapi aku tidak melakukannya karena ku fikir perasaanku ini hanya sementara. Aku tidak mungkin menikah dengan wanita seperti Kim Jongin yang kaku dan membosankan. Tapi demi Tuhan aku sangat menyesal terlebih saat aku tahu kalau kau sudah menyebabkan banyak masalah untuknya dan Ia menerimanya dengan bahagia. Aku tidak tahu kalau Ia bisa sebodoh itu karenamu."

Sehun lagi-lagi mendengar Chanyeol mendesah.

"Sebaiknya kau memang tidak datang ke Miai saat itu karena kalau itu sampai terjadi, kau akan menyesali kehidupan rumah tangga yang sangat membosankan. Hanya aku yang bisa membuat kekakuan gadis itu mencair. Hanya aku yang bisa melakukan hal-hal yang membuatnya kehilangan kekejamannya. Kau tidak akan mampu menakhlukannya seperti aku menakhlukkannya."

Chanyeol memandang Sehun lama. Menakhlukkannya? Dengan berbagai macam terror seksual itu? Ya, hanya Sehun yang bisa melakukannya, Karena jika Chanyeol melakukan itu kepada Jongin, gadis itu pasti sudah membunuhnya. Hanya Sehun yang tidak bisa di tolak, kenapa hanya Sehun?

Chanyeol tersenyum pahit. "Jongin pernah mengatakan kepadaku kalau Ia sedang mencari tempat yang bisa menghilangkan stress, Botany Bay atahu Costwold. Mungkin Ia disana sekarang."

.

.

Bab 30

Die or Like Me?

.

.

"Aku tidak menyangka kalau kau bisa seperti ini. Sekarang kau jadi koban Oh Sehun sepertiku padahal selama ini kau berusaha untuk terus memeranginya." Lee Taemin menggoda Jongin sambil menahan tawa dari udara.

Entah mengapa Jongin sangat ingin menelpon Taemin dan menceritakan semua ini. Dan sekarang Taemin sedang mentertawakannya? Jongin jadi ingin segera menutup telponnya segera.

"Sekarang bagaimana kandunganmu?" Taemin melanjutkan ucapannya. "Kenapa kau tidak melakukan hal yang sama sepertiku?"

"Mengugurkannya? Kau fikir aku tidak pernah berusaha untuk itu?" Jongin mengehela nafas. "Aku tidak mampu, aku tidak bisa melakukannya kepada darah dagingku."

"Meskipun Ia adalah anak dari orang yang kau benci?"

Benci? Aku sangat mencintainya. Jongin membatin.

"Lalu kau? Bukankah dulu sangat mencintainya? Kenapa kau bisa melakukan itu padahal saat itu Ia bilang akan bertanggung jawab kan?"

"Aku hanya tidak ingin kehilangan masa bahagiaku karena kehadiran seorang anak dan karena harus menikah diusia muda."

Sekarang Jongin yang hampir tertawa. Saat itu Taemin dan Sehun menjalani Tahun terakhir mereka dikampus, Taemin pada saat itu hanya lebih muda beberapa tahun dari usia Jongin sekarang.

Kehilangan usia muda karena anak dan pernikahan? Jongin bahkan tidak pernah berfikir akan kehilangan semuanya meskipun pada kenyataannya sekarang Ia sudah kehilangan semuanya, pekerjaan, keluarga, teman, bahkan juga Sehun.

Ia hanya befikir kalau anak yang di kandungnya akan menderita bila terus hidup karena itu Jongin ingin menyingkirkannya. 'Ternyata cintamu tidak sebesar cintaku padanya.' Batin Jongin tertawa.

"Jongin, kau masih disana?"

Jongin mengerjapkan matanya. Ia kembali kerumah yang disewanya setidaknya untuk setahun kedepan. Ia sudah meninggalkan dunia khayalnya dan kembali ke dunia nyata. "Ya, Aku masih mendengarmu. Bisa kita akhiri pembicaraan hari ini sekarang? Aku sangat lelah dan harus beristirahat."

"Baiklah, sampai jumpa kalau begitu."

"Ya, kita akan berjumpa kalau aku menyusulmu ke Korea."

Taemin tertawa dan membiarkan Jongin menutup telponnya.

Jongin berdiri dari tempat duduknya dengan hati-hati sambil memegaingi perutnya. Beberapa hari lagi kandungannya akan berusia tiga bulan dan Ia harus berhati-hati karena walau bagaimanapun menjalani hidup sendirian dengan kandungan yang semakin membesar bukanlah hal yang mudah. Tapi Ia harus melakukannya sebaik mungkin karena Ia tidak bisa merepotkan siapa-siapa. Ia bahkan membatalkan rencananya ke Dalas karena Jongin tidak ingin membebani banyak orang.

Jongin mengambil botol susu sapi segar dari dalam kulkas lalu menuangkannya kedalam gelas, Ia membawa gelas itu kekamarnya dan duduk diranjang dengan hati hati. Sebelah tangannya meraih buku tabungan yang ada didekatnya dan memperhatikannya sambil meneguk susunya beberapa kali.

Ia sudah menghabiskan seperempat tabungannya untuk sewa rumah dan membeli beberapa keperluan pribadi. Dan untuk kehidupannya setahun kedepan ditambah biaya melahirkan, Jongin akan kehilangan banyak diri uang yang disimpannya dengan cermat.

Uang itu sebenarnya sudah dikumpulkannya untuk melanjutkan kuliah ke Belanda dan sekarang Ia harus merelakannya, Jongin bahkan sudah tidak bisa mengingat Belanda lagi, yang bisa diingatnya hanya bagaimana agar kandungannya bisa tetap sehat dan Ia tetap punya uang yang cukup sampai anaknya lahir dan Ia cukup kuat untuk mencari pekerjaan lagi.

Musim semi mungkin sudah menumbuhkan banyak tunas baru, Jongin menghabiskan susu di dalam gelasnya dan kembali berdiri dari ranjang. Ia mengambil sebuah cardigan putih untuk melengkapi gaun bunga-bunga berwarna baby pink yang dikenakannya.

Sore ini Jongin akan keluar rumah lagi, Ia akan berjalan-jalan untuk menghirup udara segar dan mudah-mudahan Ia bisa berkenalan dengan beberapa penduduk Costwold yang menjadi tetangganya.

Sepatu ballet berwarna putih dengan hak datar menjadi pilihannya untuk membungkus kakinya menyusuri jalanan nanti. Dengan semangat Jongin membuka pintu rumanya, menguncinya rapat lalu berjalan perlahan. Langkah demi langkah dilakukannya dengan sangat hati-hati dan beberapa kali Ia menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya dari mulut.

Udara musim semi benar-benar sangat menyenangkan, dan Ia sangat suka pada musim semi. Seekor kupu-kupu berwarna kuning dengan garis-garis hitam mengelilingi Jongin dengan ceria, gadis itu mengulurkan tangannya dan kupu-kupu itu hinggap disana.

Sebuah senyum mengembang diwajah Jongin, tapi tidak lama. Senyum itu segera berganti dengan ekspresi terkejut saat Ia menyadari kalau seseorang sudah menarik tangannya. Oh Sehun memandang Jongin dengan ekspresi yang tidak bisa dimengerti.

"Sedang apa kau disini?" Tanya Jongin.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Sedang apa kau disini? Pergi meninggalkanku tanpa mengatakan apa-apa, menitipkan cincin pertunangan kepada Baekhyun, dan akan pergi ke Dalas?" Sebelah alis Sehun terangkat. "Kau mau memutuskan pertunangan secara sepihak? Aku tidak akan menerimanya."

"Apa kau datang kemari untuk mengganggu liburanku?"

"Liburan?" Suara Sehun terdengar lebih intents. "Kau sedang melarikan diri, sayang. Dan karena aksi bodohmu ini aku harus mencarimu seperti orang gila, mengelilingi Botany Bay dan Costwold tanpa arah. Dan untungnya hari ini kau keluar dari rumah dan aku bisa menemukanmu setelah berkeliling ditempat ini berkali-kali. Aku bahkan menunda kepindahanku ke Seoul."

Jongin mematung. Sehun akan pindah ke Seoul?

Entah mengapa Ia merasa sangat sedih, sangat sedih dan Jongin hampir kehilangan kendali untuk menahan air matanya jika saja Sehun tidak kembali menarik tangannya. "Ikut aku."

Jongin berusaha berontak dan melepaskan tangannya dari genggaman Sehun, tapi Sehun menolak, Ia bahkan melakukan hal yang lebih untuk menunjukkan betapa berkuasanya Ia atas diri Jongin.

Sehun memanggul tubuh Jongin seperti yang pernah dilakukannya dulu, memaksa Jongin masuk kemobil dengan cara yang sama dan pergi meninggalkan tempat itu.

Jongin memakinya bekali-kali tapi Sehun tidak mengatakan apa-apa sampai akhirnya cacian Jongin berhenti saat Ia melihat sebuah menara gereja menjulang tinggi dihadapan mereka.

Sehun membukakan pintu mobil dan menjulurkan tangannya, Jongin menyambutnya dengan keadaan bingung.

"Untuk apa kita kesini?" Desis Jongin.

"Sekarang juga, kau tidak boleh menolak. Karena kalau kau menolak aku akan membunuhmu lalu bunuh diri." Sehun menggenggam tangan Jongin semakin erat. "Nona Kim, menikahlah denganku atahu kau akan mati."

.

.

Bab 31

Rude Propose, Beauty Wedding, Passionate Love

.

.

Jongin menyentuh perutnya dengan senyum tak menyangka. Malam ini, Ia dan Oh Sehun berada diranjang yang sama dan laki-laki itu sedang tertidur pulas karena lelah setelah melampiaskan segala kerinduan yang tak tertahankan.

Wajahnya dan wajah Sehun begitu dekat, Sehun terlihat sangat damai dan tetram. Semuanya begitu mendadak, begitu gila dan sangat tidak disangka-sangka.

Ada pernikahan sore ini dan itu adalah pernikahannya. Semua orang ada disana, keluarganya, keluarga Sehun, Baekhyun, Mark dan Elise, Chanyeol, bahkan Kim Minseok dan suaminya, Joonmyun kakak perempuan Sehun juga datang bersama suaminya, Semuanya berkumpul untuknya dan Sehun sudah mempersiapkannya.

"Appamu ada disini dan kita akan bahagia bersama." Bisik Jongin sambil memandangi perutnya yang terbungkus selimut.

Jongin bangkit dan duduk diranjangnya sambil memandangi kamar ini, kamar yang selalu di tempatinya seorang diri semenjak Ia pindah ke Costwold.

Seandainya keluarganya ada disini juga, mungkin kebahagiaannya akan bertambah besar. Jongin tidak puas hanya bertemu dengan mereka dalam waktu yang singkat tapi setelah pernikahan berakhir semuanya kembali ke London dengan kendaraan mereka masing-masing.

"Kau belum tidur?" Sehun bertanya sambil membelai rambut istrinya yang lembut seperti sutra. Ia juga bangkit lalu duduk memandangi Jongin yang sekarang sudah menjadi miliknya.

Sebuah senyum kembali tergurat saat melihat tubuh Jongin yang selama ini sangat dikagumi dan sangat dirindukan. Sehun menarik selimut yang membungkus Jongin agar bisa melihat semuanya dengan lebih jelas.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Jongin sengit. Tapi Ia sama sekali tidak berontak atas tindakan Sehun kali ini.

"Memangnya kenapa? Bukannya aku sudah melihatnya berkali-kali, sudah menyentuhnya berkali-kali."

Jongin menekuk kakinya dan memeluk lututnya sehingga payudaranya tersembunyi. "Kau tidak sedang merayuku untuk melakukannya lagi kan?"

"Lalu untuk apa lagi kau bangun kalau bukan untuk melakukannya lagi?"

"Aku memikirkan semua orang. Kenapa mereka pulang begitu saja setelah pernikahan selesai?"

"Karena mereka juga punya pesta sendiri di London." Sehun mendekat kepada Jongin lalu memeluknya erat-erat, gadis itu membalikkan tubuhnya menerima pelukan suaminya dengan tangan terbuka, Ia membiarkan kepalanya berbaring didada Sehun dan mulai mendesah saat Sehun kembali menyentuh tubuhnya.

"Kapan kau akan mengatakannya kepadaku?" Tanya Sehun.

Jongin menengadah menatap wajah Sehun heran. "Mengatakan apa?"

"Tentang kehamilanmu."

"Kau-" Mata Jongin terbelalak lalu mengendorkan pelukannya. "Kau tahu darimana? Baekhyun memberitahumu?"

"Baekhyun tidak pernah memberi tahu apa-apa. Tidak ada seorangpun yang memberi tahu tentang itu kepadaku."

"Lalu dari mana kau tahu?"

"Kau ingat saat kita bermesraan didalam lift? Tubuhmu yang memberitahuku. Kau sendiri tahu betapa aku sangat memuja setiap jengkal tubuhmu jadi aku tahu kalau tubuhmu berubah. Semula ku kira kau hamil dengan orang lain. Tapi mana mungkin, aku selalu mengawasimu dan kau tidak pernah berlama-lama dengan laki-laki manapun."

Jongin mengerutkan keningnya. "Kau mengawasiku?"

"Tentu saja. Kau selalu bersikap acuh terhadapku. Apalagi yang bisa ku lakukan selain mengawasimu? Kau kerumah sakit, waktu itu. Ingat? Saat itu aku mengikutimu dan aku bertanya-tanya kenapa kau datang ke dokter kandungan. Kau sedang hamil? Tapi kau bilang padaku kalau tidak terjadi apa-apa setelah kita menghabiskan malam bersama saat itu. Waktu dirumah sakit kau juga mengatakan kalau kau baru saja mengantarkan barang untuk Baekhyun, maka kecurigaanku terhadap kehamilanmu hilang. Tapi di lift waktu itu kecurigaan itu timbul lagi dan malam ini aku kembali memastikannya. Kenapa kau menyembunyikannya?"

"Karena hatimu tidak menginginkanku, kau menginginkanku karena tubuhmu yang-" Sisa ucapan Jongin dirampas oleh Sehun lewat sebuah ciuman mesra.

Meskipun hanya sebentar, ciuman itu cukup untuk membuat Jongin terkejut karena Ia merasakan sesuatu yang berbeda disana.

"Sudah cukup menggambarkan perasaanku, tidak?" Sehun memberikan senyum menggodanya. "Aku menginginkanmu bukan hanya dengan tubuh, tapi juga dengan hati, setiap sendi, bahkan setiap tetes darahku, semuanya memohon untuk selalu bersamamu. Aku mencintaimu dengan cara yang berbeda, dengan gairah. Tapi aku bersumpah kalau itu bukanlah gairah yang sama dengan yang selalu ku rasakan dengan wanita manapun sebelumnya. Cinta dengan gairah itu normal, kan?"

"Kau sudah membuatku menjadi tak normal karena gairahmu itu."

"Aku juga sama. Aku bahkan tidak bisa memandang wanita lain semenjak kau membalas ciumanku malam itu. Gairahku mati dan hanya menyala untukmu. Sekarang diamlah, kau hanya boleh bersuara bila kau mendesah."

Jongin menelan ludah, Sehun memandangnya dengan sangat dalam, lalu kembali menciumnya. Ia merasakan sensasi yang luar biasa saat Sehun menciumi sekujur tubuhnya dari kepala sampai kaki tanpa terlewatkan sedikitpun.

Dan malam itu benar-benar tidak ada suara lain yang keluar dari mulutnya kecuali desahan dan erangan. Kehamilannya bahkan membuat tubuhnya lebih sensitif sehingga dalam waktu singkat keduanya sudah mencapai klimaks yang membanggakan.

Tapi Sehun tidak berhenti begitu saja, tangannya masih terus menjelajahi tubuh Venusnya dan menelusup ke bagian sensitif Jongin yang basah dan panas. Jongin benar-benar merasa hampir gila karena dengan jari Sehun Ia berhasil mencapai orgasme berkali-kali.

Nafasnya nyaris melayang terbang saat mereka kembali menyatu. Ia benar-benar tersengal-sengal untuk semuanya.

"Kau sudah lelah?" Tanya Sehun saat semuanya sudah berhasil membuat tubuhnya dibasahi keringat. Jongin berbaring membelakanginya dan Ia memeluknya.

"Kau tidak sedang berencana memberiku obat perangsang lagi kan?"

Sehun tertawa. "Tidak, tentu saja aku tidak akan menghabisimu malam ini juga seperti yang kulakukan waktu itu. Lagi pula kita masih punya banyak waktu. Aku akan tinggal disini bersamamu sampai sewa rumah ini habis."

"Lalu pekerjaanmu?"

"Aku menolak pekerjaan di Seoul. Aku akan tetap disini bersamamu."

Jongin berbalik menghadap Sehun. "Kau berhenti jadi Diplomat? Kalau begitu sekarang kau pengangguran? Aku menyesal menikah denganmu."

Lagi-lagi Sehun tertawa. "Tentu saja tidak. Aku tidak akan menghancurkan masa depanku hanya karena seorang wanita. Kau akan ikut denganku ke Seoul tapi seminggu ini, aku mau beristirahat disini. Seharusnya tempat ini bisa menghilangkan stress."

Jongin berdesis. "Sudah ku duga. Lalu aku akan hidup sebagai ibu rumah tangga disana? Aku kehilangan reputasiku sebagai pengacara muda yang hebat karena dirimu."

"Kau mendapatkan reputasi sebagai pengacara muda yang hebat juga karena aku. Jadi jangan sombong." Sehun berkata dalam nada sinis yang di buat-buat. "Kita akan mulai kehidupan yang baru di Seoul, aku tidak akan membiarkanmu diserang wanita-wanita yang tergila-gila padaku karena sudah membuatku menolak mereka mentah-mentah bila kita masih tinggal di London. Aku tidak menyangka akan datang hari yang seperti ini dalam hidupku, hari dimana aku merasa tertarik hanya pada satu orang dan orang itu akan segera berubah jadi gemuk karena sedang mengandung anakku."

Kali ini Jongin yang tertawa. Ia kembali menyentuh perutnya dan Sehun juga melakukan hal yang sama. Janin itu seolah-olah bergerak karena merasakan kegembiraan yang sama. Jongin tahu itu tidak mungkin, tapi Ia bersumpah kalau dirinya sering merasakannya.

Janinnnya bergerak bahkan disaat pertama kali Jongin menyentuh perutnya, saat Jongin mengetahui kehamilannya yang kini menjadi kebanggaannya.

.

.

Epilog

Cruel Kim Girl in Past

.

.

Universitas ini sangat luas, Jongin meragukan kalau dirinya akan menemukan Oh Sehun disini. Sejak baru turun dari sepeda motor Jongjun saja, Ia harus shock melihat mahasiswa Korea yang beragam rupa.

Matanya memandang berkeliling mencari Oh Sehun. Laki-laki yang mengaduk-aduk hati Jongin selama satu bulan terakhir. Sejak pertama kali Jongin melihatnya mengantar Taemin yang merupakan tetangga sebrang rumahnya, Ia sudah tertarik.

Oh Sehun dan semua tentangnya pun perlahan-lahan merasuki hari-hari Jongin tanpa di sadarinya.

Di mulai sejak Jongin bertanya kepada Taemin siapa yang mengantarnya pulang hari itu, Jongin sudah menjadi secret admired Oh Sehun dan hanya bisa memandanginya lewat tirai kamarnya setiap kali laki-laki itu datang menjemput dan mengantar Taemin pulang.

Setiap kali Taemin bercerita tentang Oh Sehun, Jongin merasa bahwa dirinyalah yang mengalaminya, dialah yang makan malam dengan Sehun, pergi ke karaoke, berpelukan di halte, bergandengan tangaan di sepanjang Myeongdae. Meskipun semuanya adalah pengalaman Taemin, Jongin merasa kalau kenangan-kenangan itu juga miliknya.

Hari demi hari benar-benar membuat Jongin semakin meledak-ledak karena perasaan asing itu masuk pertama kali kedalam hatinya yang masih remaja.

Sehun dan ketampanannya yang luar biasa, senyumnya yang menggoda, kulitnya yang putih bersih bersinar bagaikan berlian sudah membuatnya tergila-gila.

Tapi kemarin sore Jongin harus dirundung kecewa mendengar kabar tentang Taemin yang di larikan kerumah sakit karena satu hal yang misterius. Keluarganya mengatakan Taemin terkena radang lambung, tapi Taemin mengatakan kalau Ia sedang sangat kecewa karena Sehun sudah mencampakkannya dan pergi dengan wanita lain sedangkan Taemin sekarang sedang dalam keadaan hamil.

Semuanya membuat Jongin marah dan kemarahan itu tidak bisa di sembunyikan lagi. Oh Sehun sudah membuatnya sangat kecewa.

Mata Jongin bisa menangkapnya. Oh Sehun ada disana duduk disebuah tangga depan gedung fakultasnya dengan wajah kesal.

Jongin hampir luluh dan membatalkan langkahnya, tapi Ia harus kuat, Ia harus protes dengan semua kelakuan Sehun kepada Taemin yang sudah seperti kakaknya sendiri.

"Kau jangan lama-lama. Kita berangkat ke London sore ini. Aku menunggumu disini." Jongjun membuka helmnya dan meletakkannya dipangkuan.

Jongin hanya mengangguk mengerti kemudian kembali melangkahkan kakinya dengan cepat menuju Oh Sehun, mendekat sesegera mungkin dan menyatakan perasaannya, perasaan kecewa.

Dua orang temannya mendekat dan berbicara dengan Sehun sehingga membuat Jongin terpaku beberapa waktu. Tapi Ia tidak boleh begini, Jongin melangkah cepat dan ingin mengeluarkan caci maki untuk Sehun tapi tak satupun kata-kata yang berhasil keluar. Yang Jongin tahu tangannya melayang begitu saja menampar Sehun dan Ia cukup shock dengan kelakukannya sendiri.

Sehun bereaksi cepat dengan memandangi Jongin dengan tatapan aneh sehingga membuat Jongin mengepalkan tangannya, Ia merasa bersalah.

"Hei nona, kau salah orang?" Sehun bertanya kepadanya.

Jongin menelan ludah. Apakah Ia ketakutan? Ia tidak akan membiarkan Sehun tahu kalau Ia ketakutan "Oh Sehun. Itu kau kan?"

Mata Sehun mebesar. Ia pasti merasa heran karena seorang gadis yang tidak dikenalnya menampar wajahnya.

"Mahasiswa Ilmu Politik semester Sembilan. Dua puluh tujuh pacar dalam setengah tahun? Mengencani hampir dua puluh lima perempuan di SNU termasuk mahasiswa dan dosen. Kau fikir kau ini siapa?" Lanjut Jongin.

"Apa maksudmu, dan kenapa kau menamparku?"

"Hei tuan, kau baru saja memutuskan hubungan dengan Lee Taemin kemarin sore dan semalam kau sudah tidur dengan perempuan lain. Dimana tanggung jawabmu? Taemin sedang mengandung anakmu dan sekarang Ia sekarat di rumah sakit karena mencoba bunuh diri."

Sehun tertawa sinis membuat Jongin semakin kesal kepadanya. Ia sangat kecewa, benar-benar kecewa kepada sikap Sehun.

Selanjutnya, Jongin tidak mau mendengarkan ucapan Sehun bila Ia ingin membela diri. Oh Sehun benar-benar sudah membuatnya kecewa.

"Lalu kau mau aku melakukan apa? Aku harus menemuinya dan mengatakan kalau aku akan bertanggung jawab?"

"Yang perlu kau lakukan adalah pergi ke laut dan tenggelamkan diri. Laki-laki sepertimu lebih pantas mati." Jongin mendengus keras, kata-katanya terakhirnya sudah disampaikan dengan nada yang sangat tinggi, suaranya bergetar dan Ia segera berbalik agar Sehun tidak melihat tangisannya.

Jongin melangkah cepat dan hanya bisa mendengar teriakan Sehun kepadanya. "Hei nona, kau ingin aku mati? Kau yang nantinya akan mati jika tidak bisa bersamaku."

Jongin berhenti melangkah lalu memandang Sehun dengan pandangan benci. "Kau yang akan mati bila kita bertemu lagi." Ia mengeluarkan kata-kata itu lagi-lagi tanpa sadar, seharusnya Ia pergi melarikan diri setelah mengatakan itu. Tapi Jongin membiarkan tubuhnya menunggu Sehun untuk mendekat dan menatapnya lebih dalam.

"Apa hubunganmu dengan Taemin?"

"Kau tidak perlu tahu."

"Lalu kenapa demi Taemin kau sampai menamparku, sampai mengeluarkan air mata yang seperti ini? Aku tidak bisa melihat air mata, aku akan menemui Taemin dan bertanggung jawab. Tapi aku bersumpah semua ini karenamu dan kau harus membayarnya suatu saat nanti."

Jongin menyeka air matanya sebisa mungkin lalu memandang Sehun dengan tatapan yang menantang. "Aku menangis bukan demi Taemin, tapi demi diriku sendiri karena aku kecewa kepadamu."

"Kenapa kau kecewa kepadaku?"

'Karena aku menyukaimu.' Jongin ingin meneriakkan kata-kata itu. Tapi Ia tidak akan mengatakan apa-apa sama sekali. Ia membuang muka dan meninggalkan Sehun tanpa menoleh lagi menuju Jongjun.

Jongin tahu Jongjun memandangnya dengan pandangan heran. Kakak sulungnya ini mungkin sangat ingin bertanya kepadanya tentang apa yang terjadi, tapi Jongjun tidak melakukannya. Ia lebih memilih untuk kembali menggunakan helm dan menjauh dari sana dengan Jongin yang berada diboncengannya.

.

~ o ~

.

Sehun masih gelisah, gadis itu punya tatapan yang sangat berbeda dan sudah membakar hatinya. Sekarang Ia berada dirumah sakit dan beberapa langkah lagi Taemin akan berada dalam kawasan pandangannya.

Sehun menarik nafas dalam-dalam berharap gadis yang menamparnya kemarin pagi ada disana dan melihatnya menepati janji. Tapi sanyangnya tidak ada, Taemin benar-benar sendiri dan memandangnya dengan tatapan heran. Tidak ada pilihan lain selain mendekat.

"Kau baik-baik saja?" Sehun mecoba mengeluarkan suaranya senormal mungkin.

"Ya, Kenapa kau bisa ada disini?"

"Seorang gadis muda datang kekampus dan memberiku sebuah tamparan keras. Ia memintaku untuk pergi kelaut dan bunuh diri karena sudah membuatmu begini."

Taemin tertawa kecil. "Jongin?"

"Dia siapa? Saudaramu? Kau punya saudara orang asing?"

"Dia tetanggaku yang tinggal didepan rumah, ku rasa anak itu tertarik kepadamu karena Ia adalah orang yang paling antusias mendengar ceritaku tentangmu."

"Termasuk tentang cerita kalau kau sedang mengandung anakku? Haruskah aku bertanggung jawab?"

"Kau menanyakan hal itu? Seharusnya kau mengatakannya tanpa nada tanya."

Sehun mendengus. "Aku kira kau sangat menderita, tapi masih bisa mengatakan hal-hal seperti ini. Kenapa kau tidak mengatakan kepadaku lebih dulu? Kenapa anak itu tahu lebih dulu kalau kau-"

"Sudahlah." Taemin memotong ucapannya. "Aku tidak berharap kau akan bertanggung jawab. Aku juga sudah mengatakan itu kepada Jongin, tapi Ia sama sekali tidak bisa terima."

Sehun mengangkat sebelah alisnya. "Tidak berharap aku bertanggung jawab?"

"Aku sudah mengugurkannya. Jauh hari sebelum kita putus aku sudah menyingkirkan hal itu. Masa depanku masih sangat cemerlang dan aku bukanlah orang yang suka untuk mengorbankan masa depan karena kehamilan. Jadi kau tidak perlu mempertanggungjawabkan apa-apa kan? Karena kewajibanmu sudah sirna, aku sudah menghilangkannya dari sejarah hidupku."

"Apakah anak itu tahu kalau kau sudah menggugurkan kandunganmu?" Taemin menggeleng.

"Belum. Aku tidak sempat mengatakannya karena Ia segera pergi sebelum ceritaku selesai Ia menyangka kalau aku mencoba bunuh diri, tapi semua ini murni karena kecelakaan. Aku ingin mengatakan kepadanya, sungguh. Tapi aku tidak bisa mengatakannya sekarang."

"Kalau begitu biar aku yang mengatakannya." Sehun hendak melangkahkan kakinya tapi Taemin memanggilnya.

"Sehun, kenapa kau peduli pada pendapatnya? Kau tidak mengenalnya kan?"

Sehun mematung, Ia tidak bisa menjawab apa-apa tentang itu, tentang kenapa Ia peduli dengan pendapat anak itu. Kenapa Ia bersimpati saat Jongin menangis sedangkan kepada wanita lain tidak?

"Kau tidak akan menemukannya dimana-mana." Lanjut Taemin. "Kecuali bila kau pergi ke London."

"London?" Sehun memiringkan kepalanya.

Taemin mengangguk, "Ya, Kim Jongin sudah kembali ke London bersama keluarganya."

"London ya." Lirih Sehun.

.

.

The End

.

.

Author Note:

Hai, akhirnya satu lagi hutang saya selesai. Walaupun yang remake aja yang baru pada selesai, fanfic buatan saya masih pada hutang semua. T_T

Sebenarnya saya mau mempost chapter terakhirnya tepat tiga hari setelah chapter 8 diposting, tapi saya masuk rumah sakit. Saya bed rest selama 12 hari karena kelelahan dan efek jam makan yang tidak disiplin. Saya bahkan izin gak masuk kerja dua minggu lebih karna sakit. Dan setelah saya bangkit dari masa kelam itu, saya harus bertanggungjawab sama kerjaan yang sudah saya tinggalkan selama dua minggu itu, jadi saya tidak punya waktu untuk menulis. Maafkan saya, Readers-nim.

Terimakasih untuk semua, reader, reviewer, follower dan favorite cerita ini. Terimakasih juga buat Phoebe yang sudah membuat novel sebagus ini, saya fans beratmu. Hehe.

Jadi, sampai jumpa di lain fanfic ya, bye-bye.