MURASAKIIRO NO CHO ( )

Pairing: Sasu/Hina always.

Rating: M

Tags: Romance/ Angst/ Incest/ AU

Warning : Dark Story/ Slight Nejihina

Neji 26 tahun
Hinata 16 tahun
Sasuke 24 tahun

Disclaimer: All characters in this story belongs to Masashi Kishimoto

Happy reading..

###########################

"Nimen lia dou tao yan! Zhe ge zhi you yi zhi ma.."

Dua pelayan berperawakan kecil itu saling memandang saat melihat wanita dihadapan mereka ini berteriak marah dengan kalimat yang tidak mereka pahami.

Melihat kedua pelayannya terdiam wanita itu segera berbalik untuk meneruskan niatnya untuk menunggangi kuda.

"Tenten sama, kami mohon.." teriak kedua gadis itu serempak.
Panik, mereka spontan memegangi sang wanita bercepol dua itu, "anda sedang mengandung.. jika Hyuuga Neji sama tahu, kami akan terkena masalah.."

Hyuuga Tenten mendengus kesal melihat pelayannya begitu gigih mencegah.
Padahal sebagai keturunan suku Manchuria nomaden, kegiatan fisik merupakan hal yang sudah biasa.
Ia sudah terlatih mengikuti ayahnya berdagang dijalur sutra, bahkan bisa dikatakan semenjak ia masih didalam kandungan sang ibu.

Namun sepertinya hal tersebut sangat tidak dipahami oleh orang - orang yang ada disekitar suaminya.
Bagi mereka, perempuan bangsawan itu adalah mahkluk yang sangat lemah.

"Hao de.. hao de.. rang ni zuo.." Akhirnya mundur dan mengalah, "aku akan menemani suamiku saja.. aaaaahh.. padahal cuaca begitu hangat dan menyenangkan untuk berkuda.. kalian ini.. selalu saja.."

Dengan berat hati, Tenten melangkahkan kakinya memasuki genkan diikuti oleh kedua pelayannya yang tampam sumringah.
Tidak perduli seberapa panjang rentetan ceramah sang nyonya, kedua pelayan itu sekarang lebih lega karena Tenten mengurungkan niatnya.

.

.

.

Tenten selalu tahu dimana ia akan menemukan suaminya.
Terutama dihari semacam ini.
Langit cerah dan angin berhembus hangat.
Biasanya ia bisa melihat suaminya tengah berdiri termenung dihalaman tengah menikmati hari.
Atau sekedar membaca dokumen dari laporan toko utama dan cabang milik Hyuuga.

.
.

Hyuuga Neji seolah tidak pernah termakan oleh waktu.

Wajah tampan yang lembut dengan sepasang mata perak yang senantiasa menatap teduh itu, tetap selalu mempesona diusianya yang sudah memasuki 36 tahun.

Kecuali raut wajah yang selalu ia tunjukkan saat menatap hamparan bunga Sumire.
Tenten selalu menangkap getar kesepian, penyesalan dan kesedihan yang begitu mendalam.

Tanah itu, tempat bunga sumire tumbuh, setahu Tenten merupakan bekas paviliun milik adik Neji.
Kalau tidak salah namanya Hyuuga Hinata.
Yang Tenten dengar dari para pelayan, gadis itu meninggal dalam sebuah kecelakaan tragis berbumbu romantis.

Sebuah kebakaran merengut nyawa Hinata beserta dengan calon bayi dan sang tunangan yang berusaha menyelamatkan.

Tenten mengelus perutnya, usia kandungan Hinata sama seperti dirinya saat ia meninggal.

.
.

Hyuuga Neji dan Huang Tungmei alias Tenten, menikah atas perjodohan yang digagas oleh Uchiha Fugaku.

Keterpurukan Neji atas kematian Hinata hampir membuat pria Hyuuga itu gila dan mengacaukan kehidupan seluruh Hyuuga.
Pria ini berulang kali berniat mengakhiri hidupnya.
Menyerahkan seluruh tampuk kepemimpinan Hyuuga pada Fugaku dan berlaku seperti mayat hidup.

Tenten sempat menolak pengajuan lamaran Hyuuga saat ia bertemu dengan Neji.
Bagi perempuan yang ditempa dilingkungan yang keras, sosok ideal pria dalam gambaran Tenten adalah seperti Huang Taiji, sang ayah.

Namun dengan berlalunya waktu pada akhirnya Tenten pun luluh.

Walau jiwanya mati, namun Neji tetap bisa berlaku hormat dan lembut kepada Tenten.
Lambat laun mereka saling bisa menerima walau mungkin hingga saat ini masing - masing masih berusaha menumbuhkan rasa cinta satu sama lain.

Sepertinya pilihan Fugaku atas Tenten itu benar.
Ia menilai pembawaan Tenten yang tegas bisa mengimbangi karakter Neji nampak kuat diluar namun rapuh didalam.
Para tetua pun setuju karena Tenten adalah putri dari pedagang sutra tersohor dari China daratan.

.
.

"Qing ai de.."

Neji seolah tersadar saat mendengar suara Tenten menyapa.

"Kau.. sejak kapan berdiri disana?"

Dengan lembut Neji memasangkan kimono luarnya pada Tenten, "Angin diluar tidak baik untuk ibu hamil, sekalipun ini sudah puncak musim semi.."

Tenten mengerucutkan bibirnya, "Aku bosan.." Keluhnya manja.

Neji hanya tersenyum mendengar keluhan istrinya.

"Kau akan pergi lagi?" Tenten melingkarkan kedua tangannya memeluk Neji.

"Hm.. aku akan pergi ke Osaka.." Kata Neji mengusap puncak kepala Tenten.

"Naniwa?" Kedua kelereng Tenten tampak berbinar.

"Kemarin Anzaar san mengabari akan ke jepang. Ku dengar ia membawa beberapa rempah dari India. Jalur perdagangan rempah saat ini semakin marak di Eropa. Aku melihat ini sebagai peluang." Ujar Neji bersemangat.

Bagi Neji, Tenten merupakan istri sekaligus penasehat bisnis andalannya.

"Hei, apa kau ingin awaokoshi sebagai oleh - oleh?" Tawar Neji tersenyum.

Tenten menggeleng penuh semangat.

"Tidak! Tapi aku akan ikut denganmu ke Osaka.."

.

.
.

Pada masa Silk Road, Osaka merupakan kota pelabuahan terbesar di Jepang yang menghubungkan jepang dengan Korea dan China daratan.

Semua barang angkutan dari kedua negara itu diturunkan disini sebelum kemudian di kumpulkan di Nara atau Kyoto, lalu didistribusikan keseluruh jepang.

Penduduknya yang humoris dan ramah membuat Osaka juga berkembang begitu pesat disektor hiburan.
Banyak seniman rakugo berasal dari Osaka.

"Huaaaaaahh.. tadi itu lucu sekali.." Pekik Tenten girang.
Mereka baru saja melihat pertunjukan rakugo disebuah gedung teater setempat.

Neji hanya tersenyum melihat tingkah sang istri.

"Aduh!"

Tampaknya karena terlalu gembira, tanpa sadar tangan Tenten mengenai seorang anak laki - laki yang tengah lewat.

Anak itu lalu jatuh terjengkang dan menangis keras.

"Hei, maafkan aku. jangan menangis.. kau ini lelaki kan?" Bujuk Tenten.

Dikatai seperti itu, anak lelaki itu pun mengusap air matanya dan kembali berdiri.
Onyx hitamnya menatap sosok Neji dan Tenten bergantian.

Neji tertegun, entah mengapa anak itu terasa begitu ia kenal.
Rambut hitam kebiruan yang mencuat, dan tatapan angkuh meremehkan.

"Siapa namamu?" Tanya Neji penuh selidik.

"Hitora.." Jawab anak itu, "paman siapa?"

"Aku Tenten dan ini suamiku Neji.." Kata Tenten memperkenalkan diri karena tampaknya Neji tidak berniat memperkenalkan diri.

"Kau.. apa nama keluargamu? Siapa nama orang tuamu?" Tanya Neji tidak sabaran hingga tanpa sadar menaikkan nada bicaranya satu oktav.

Hitora menatap aneh pada Neji, namun ia masih berusaha bersikap sopan.

"U..." Tiba - tiba Hitora menghentikan ucapannya.

Wajah anak itu tampak berseri, "Neeeeeee chaaaaaaan!" Teriaknya sambil berlari menjauhi Neji dan Tenten lalu menerjang seorang anak perempuan yang berdiri tidak jauh dari mereka berada.

Gadis itu hampir terjungkal diterjang oleh sang adik.
Rambutnya yang panjang berwarna coklat berkibar tersentuh angin laut.

"Hanabi nee chan kemana? Ayahanda dan ibunda mencarimu?" Kata Hitora merajuk, "dan karena tergesa aku sampai jatuh dan merepotkan bibi itu." Tunjuk Hitora pada Tenten.

Dunia seolah terbalik dan udara menghilang begitu saja saat gadis kecil itu mendongak menatap Neji.

"Hei, aku kira hanya para Hyuuga yang memiliki warna mata perak keunguan? Ternyata di Osaka juga ada, ya?" Gumam Tenten terkagum.

"Kami pulang dulu ya paman, bibi.. selamat bersenang - senang di Osaka.." Teriak Hitora.

Kedua anak - anak itu lalu berojigi dan berjalan menjauh, membuat Neji hampir hilang akal, hendak berlari mengejar sebelum sebuah jemari menyentuh telapak tangannya yang mengepal erat.

"Qing ai de.." Tenten menatap wajah suaminya yang tampak pucat dan berkeringat, "kau ini kenapa?"

Neji hanya terdiam matanya nanar menatap kearah dua bocah itu pergi lalu kembali terfokus pada perempuan dihadapannya yang menatap Neji penuh tanya.

"Tidak.." Gumam Neji, "mei guan xie.. mei guan xie.." Neji terus mengulang kalimatnya sementara tangannya bergerak memeluk sang istri.

.
.

Angin laut berhembus perlahan dari pelabuhan Osaka, menyapu pipi Neji yang basah oleh air mata.

Aroma asin air laut menyadarkan bahwa kejadian tadi bukanlah sebuah mimpi.

Neji mendekap Tenten erat, tubuhnya gemetar.
Memejamkan mata ia mengendusi aroma istrinya.

"Tenten.."bisiknya, "hen ganxie ni pei wo bai tou xie lao.."

Tenten tidak mengerti apa yang telah terjadi, namun ia tetap menyambut pernyataan Neji dengan sentuhan tulus.

Neji akhirnya bisa menarik nafas panjang setelah 10 tahun lamanya, jauh dalam hati ia kini merasa lega.
Ia siap memulai lembaran baru dengan Tenten.

#END

##############################

Yey! sudah end!

Terima kasih untuk para readers yang sudah membaca Murasakiiro no cho hingga selesai.

Terima kasih pada imnotevil karena begitu sabar menuruti aku yang egois #gevlak!

Terima kasih pada cece Ling, temanku, yg bersedia menjadi tutor untuk budaya dan bahasa mandarin dadakan. Walaupun pada akhirnya ia juga menyeret sang nenek, oma Wan, untuk membantu menterjemahkan. Hahahahaha.. makasih Oma..

Akhirnya setelah beberapa kali Hiatus akhirnya fik ini bisa berakhir dengan selamat.
Ending menggantung?
Aah.. tidak juga. Aku memang sengaja supaya readers menentukan sendiri endingnya. Apakah Hitora dan Hanabi anak sasuhina? Atau reinkarnasi? Atau kebetulan mirip? Hehehehehe.. #rame2Dibully

Oke, untuk keterangan hari ini.

1. Munculnya tokoh cameo Tenten dengan bahasa dan nama Tiongkok disini untuk menguatkan Tenten sbg expatriat di jepang yang berasal dari suku nomaden manchuria. Awalnya aku juga mau dijelaskan kalau asal Tenten dari Mukden (sekarang kota shanyang), dan keluarganya adalah pedagang yang pernah ditemui Neji dan Sasuke dichap 3, tapi sepertinya akan jadi terlalu bertele tele dan kurang terfokus. So, dibatalkan.
Nama Tungmei (musim dingin yg indah) dipilih sebagai nama cina Tenten krn gadis ini lahir tgl 9 maret. Kata Ling2, di china sana awal maret masih memasuki musim dingin.
Dan marga Huang serta nama Huang Taiji aku ambil dari nama tokoh pembentuk dinasti Qing dr suku manchuria.
2. Translate
"Nimen lia dou tao yan" (kalian berdua ini sungguh menyebalkan)
"Zhe ge zhi yi you yi zhi ma" (ini hanya seekor kuda)
"Hao de.. hao de.. rang ni zuo.." (baiklah.. baiklah.. aku mengalah..)
"Qing ai de" (sayangku)
"Mei guan xi" (aku tidak apa2)
"Hen ganxie ni pei wo bai tou xie lao" (terimakasih telah bersedia mendampingiku seumur hidup)
3. Naniwazu adalah nama kuno dari kota osaka saat menjadi kota pelabuhan internasional pertama jepang.
4. Awaokoshi adalah camilan manis khas Osaka yang terbuat dari berondong beras.
5. Rakugo adalah kesenian lawak tradisional.

Sampai jumpa di fik selanjutnya

Salam sayang Hitora.