Sleeptalking
Osomatsu-san © Akatsuka Fujio
Dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada keuntungan lainnya yang didapatkan.
.
.
.
.
Karamatsu suka sekali memerhatikan saudara-saudaranya, mulai dari tingkah laku mereka, fisik mereka (walau mereka kembar, ia menyadari ada beberapa fitur yang membedakan satu sama lain, seperti wajah Osomatsu yang santai dan selalu tampak seperti kekanakan, Choromatsu yang selalu menekuk bibir, Ichimatsu yang selalu membuka mata setengah jalan, Jyushimatsu dengan senyum lebarnya, dan Todomatsu yang tubuhnya ramping dan paling kecil dari mereka semua), juga kebiasaan kelima saudaranya.
Ada beberapa kebiasaan yang munculnya baru-baru saja, misalnya kebiasaan Todomatsu untuk lebih memerhatikan kebersihan. Dulu, adiknya yang paling bungsu itu paling masa bodoh dengan lingkungan yang kotor, mandi pun harus digeret Osomatsu. Kini, Matsuno yang identik dengan merah muda itu akan histeris jika melihat Jyushimatsu pulang sehabis berlatih bisbol, dengan baju dan wajah kotor akan tanah.
Namun ada juga kebiasaan yang sudah ada sejak mereka remaja, misalnya seperti ini:
Sosok yang terbaring di sebelah kanannya bergerak tidak nyaman. Kepala bergerak ke kanan dan kiri, kedua mata terpejam, dan mulut yang sedikit terbuka menghasilkan beberapa suara erangan pelan. Pelan, tapi cukup untuk membuatnya terbangun dan menatap sang adik dengan kedua manik yang lelah dan terlihat nyawanya belum sepenuhnya terkumpul.
Ruangan itu gelap, membuatnya tidak dapat melihat wajah Ichimatsu dengan jelas. Ia bangkit, merubah posisinya agar terduduk tanpa melepas pandangan dari sang adik. Begitu ia sudah duduk dengan nyaman, tangannya terulur untuk menyentuh puncak kepala Ichimatsu, mengelusnya pelan sambil menyenandungkan sebuah nada yang biasa ia nyanyikan untuk menidurkan para saudaranya.
Ini adalah kebiasaan seorang Ichimatsu Matsuno, yaitu mengigau di malam hari. Semua berawal sejak masa-masa di tahun pertama mereka berada di jenjang sekolah menengah atas.
Karamatsu—sebagai kakak yang baik dan perhatian pada adik-adiknya—akan terbangun setiap malam, setiap sang adik mulai meringsut dalam tidurnya dan mulut mengucap kata-kata yang tidak jelas. Ia akan mendengarkan igauan adik keduanya, menatap wajah sang adik yang samar karena penerangan kamar yang kurang, sesekali tersenyum jika igauan Ichimatsu merupakan hal yang menurutnya imut.
Malam ini juga, ia mengelus kepala Ichimatsu yang sudah mengigau pelan, suara bagai bisikan namun tetap dapat Karamatsu dengarkan. Sepertinya tentang sebuah kucing, mungkin salah satu yang diajaknya main tadi siang, atau yang baru ditemukannya di gang jalanan.
"... Keren ..."
Kedua alis tebal Matsuno biru itu bertaut mendengar kata yang diucap sang adik, kata yang jarang sekali ia dengar keluar dari mulut tersebut.
"... Kak Karamatsu ..."
Deg.
Duh, rasanya jantung Karamatsu mau meledak. Sudah lama sekali Ichimatsu tidak memanggilnya dengan embel-embel 'kak', apalagi memanggil namanya dengan benar. Efek bling-bling serta bunga-bunga bisa terlihat muncul menghiasi di sekitar wajah Karamatsu jika saja ini sebuah animasi.
"... Aku suka ... Kak Karamatsu keren, mmh," igau Ichimatsu lagi, lalu merubah posisi tidurnya, kini menghadap sang kakak yang namanya disebut. Kedua tangannya meraih-raih ke depan dan memeluk pinggang Karamatsu, dalam tak sadar mengiranya sebuah guling.
Karamatsu yang mendengar semua itu sudah senang bukan main. Ingin teriak, tapi tidak bisa akibat kedua tangan di pinggang yang memeluknya erat, ditambah saudara-saudara lainnya yang masih tertidur. Dadanya sesak sekali, senang, jantungnya berdegup kencang bagai habis lari, rasa kantuk pun hilang dan rasanya ia tidak akan tidur lagi untuk malam itu.
.
.
.
END
a/n: karena waktu di mana Ichimatsu bisa jujur akan perasaannya adalah saat kondisinya setengah sadar; mabuk atau mengigau /gak/