Asdfghjkl saya nyelesaikan fanfiksi ini sambil dengerin lagu NCT127 yang Paradise, terus baper sendiri pas partnya Yuta sama Haechan nyanyi, ngga ngerti juga kenapa ;A; Terus juga Switch, itu lagu jaman kapan huhuhu akhirnya ada studio dan ngga ada suara teriakan fans/apasih/ Ada yang sudah dengerin mini album mereka kan? Favorite kalian lagu yang mana?

Anyway, happy reading ya!


Innocence

.

.

Malam hari, aura ketegangan begitu terasa di dorm para member NCT dan SMRookies. Tidak ada satupun dari mereka yang mampu memejamkan mata untuk beristirahat mengingat jadwal esok hari yang cukup padat dan juga karena seseorang –bukan, dua dari mereka– tidak ada di dorm malam itu.

.

15 menit sebelumnya

"Aku akan mencari Yuta." ujar Taeyong sesaat setelah keluar dari kamarnya, dengan jaket dan beanie di tangan.

"Kamu pasti bercanda-" Johnny menggenggam lengan Taeyong cukup erat hingga ia sendiri yakin besok akan berbekas, namun tampaknya Johnny tidak perduli.

"Aku tidak bercanda Seo Youngho!" tanpa sadar Taeyong meninggikan nada bicaranya, membuat semua yang ada di sana terkejut. Ia menepis tangan Johnny di lengannya dan mengambil nafas dalam – dalam. Berusaha untuk kembali menenangkan dirinya.

"Aku tahu seperti apa Yuta itu. Jika sampai saat ini ia belum kembali, maka ia benar – benar tidak akan kembali sampai ia ditemukan." Tepat setelah Taeyong menyelesaikan kalimatnya, pintu kamar milik Hansol dan Taeil terbuka, sosok tinggi berambut brownette muncul dengan pakaian hampir serupa dengan Taeyong –jaket tebal dan beanie di tangan–

"Taeyong, tetaplah di sini. Aku yang bertanggung jawab atas semua ini." dan belum sempat salah satu dari mereka membalas perkataannya, Hansol sudah melangkahkan kaki keluar dari dorm.


Sinar mentari sudah meninggi, membuat rasa cemas Hansol semakin menjadi – jadi. Sudah tidak terhitung berapa kali ia memeriksa arlojinya, memastikan ia dan Yuta tidak akan terlambat.

Di pagi hari seperti ini, bus sudah hampir penuh. Tentu saja para pelajar yang akan menuju sekolah masing – masing memenuhi bus yang dinaiki Hansol. Membuatnya sedikit merasa tidak nyaman –entah karena kegaduhan yang mereka buat atau karena ia takut dikenali– dan memutuskan untuk duduk di bangku paling belakang bus.

Di pemberhentian berikutnya, Hansol memutuskan untuk turun dan berjalan kaki menuju rumah kerabat dekat Yuta yang ia yakini pasti sahabatnya itu ada di sana. Saat bus berhenti, Hansol bergegas bangkit dari duduknya dan menuju ke depan untuk membayar, berusaha untuk terlihat tidak mencolok.

Ketika ia hendak mengeluarkan kartu untuk membayar, tepat di hadapan Hansol, sosok yang sejak kemarin ia cari baru saja akan menaiki bus tersebut.

Nakamoto Yuta.

Mereka hampir saja akan bertabrakan jika Hansol tidak menghentikan langkahnya terlebih dahulu. Sosok yang lebih pendek darinya tetap menunduk, dengan syal melingkar di lehernya mengingat suhu yang rendah dan ia juga tidak ingin dikenali.

"Yuta..." Hansol masih di posisinya, Yuta yang terkejut mendengar namanya dipanggil hanya mendongakkan kepala, matanya ia bulatkan. Membuat wajah Hansol menghangat dan bergumam 'kirei na..' Beberapa gadis SMA di belakang yang sejak tadi bercakap – cakap kemudian menoleh ke arah suara.

"Benar kan! Sudah aku bilang itu Hansol SMRookies!"

"Yaampun aku pikir kamu membicarakan Hansol Vernon!"

Hansol menghembuskan nafas, kemudian menggesekkan kartu untuk membayar bus dan menarik lengan Yuta keluar dari bus gaduh itu. Membuat Yuta yang masih terkejut hanya mengikuti langkah panjang Hansol.

"Hansol hyung, chotto matte (tunggu dulu).." Yuta tidak sadar jika ia berbicara dengan bahasa asalnya. Ia juga tidak sadar akan kutukan yang seharusnya membuat rasa sakit diperut nya tidak berlaku saat ini.

"Hansol hyung! Chotto matte kudasai (kumohon tunggu dulu)!"

Hansol tetap menarik lengan Yuta yang memberontak ingin melepas cengkramannyya. Membawanya ke sebuah pantai yang saat itu sedang sepi karena waktu masih terlalu pagi.

Langkah kaki Hansol terhenti, kemudian membalikkan tubuh menghadap lelaki yang lebih pendek darinya itu. Tidak berniat membicarakan apapun, Yuta hanya mengalihkan pandangan, memperhatikan garis horizon yang membentang tak berujung. Pemuda Jepang itu sangat suka laut, untuk beberapa saat ia tertegun akan pemandangan yang terlihat di depan matanya.

"Yuta. Hei, dengarkan aku, lihat aku." kedua tangan Hansol menangkup pipi Yuta, membuatnya kembali ke kenyataan dan menatap pemuda yang lebih tinggi darinya.

"Suaraku... Suaraku kembali hyung.." Masih menatap Hansol lekat, manik cokelatnya mulai mengeluarkan air mata yang sempat membuat Hansol panik, tidak tahu harus berbuat apa. Ia usap kedua pipi pemuda manis itu meski air mata terus mengalir. Bahu kecilnya bergetar, membuat siapapun yang melihatnya tidak sampai hati untuk tidak memeluknya dan menenangkan pemuda itu.

Tidak kuasa melihat air mata Yuta terus menerus mengalir, Hansol mendekap erat tubuh kecilnya dan berusaha membagi kehangatan tubuh, sesekali mengusap surai lembut itu.

"Tidak nyata." Hansol bergumam sambil mengistirahatkan dagunya di kepala Yuta, membuat pemuda Jepang yang sejak tadi menenggelamkan wajahnya di dada Hansol hanya bergumam.

"Kutukan itu tidak nyata, Yuta. Itu hanya sugestimu sendiri."

Yuta hanya menggeleng pelan, tidak berniat melepas pelukannya.

"Sekarang ayo kita kembali, yang lain sudah menunggumu." Hansol meregangkan pelukannya, membuat Yuta mau tidak mau memberi jarak agar mereka bisa bertatap wajah satu sama lain.

"Tidak mau."


"Manager-nim, tidak apa kita meninggalkan mereka berdua lebih dulu?" Taeil yang duduk di sebelah sang manager dalam van bertanya penuh kekhawatiran. Sejak kemarin mereka semua seperti mayat hidup. Ten, Doyoung dan Donghyuck (atau Haechan –nama panggungnya) yang biasa bertugas menghidupkan suasana bahkan tidak bisa melakukan apapun.

"Johnny dan Taeyong hyung, sepertinya mereka masih belum berbaikan." Jisung, yang paling muda diantara mereka mulai bersuara, meski pelan namun siapapun yang ada di dalam van sunyi itu pasti dapat mendengarnya.

"Ten hyung, itu tugasmu kan?" yang namanya disebut oleh Mark hanya mengerang, ia selalu menjadi tumbal untuk hal seperti ini. Ten membalikkan tubuhnya, berputar untuk melihat Johnny dan Taeyong yang duduk di belakang, jarak di antara mereka berdua cukup jauh dan siapapun akan tahu mereka tidak sedang baik satu sama lain.

"umm- Taeyong hyung, Johnny hyung?" Ten menatap mereka satu per satu yang hanya dialas gumaman singkat tanpa sedikitpun melirik ke arahnya. Sepertinya mereka lebih tertarik dengan pemandangan di luar jendela daripada dirinya.

"Wah, Johnny hyung, sepertinya kau menikmati sekali pemandangan di luar. Tidak bosan?" Ten kembali mencoba menghangatkan atmosfer, ia berikan healing smile seperti biasanya.

"Tidak kok." Sudah ada kemajuan meski hanya dua kata, Johnny juga sudah mau menatapnya.

Penumpang van yang lain hanya terdiam, tidak ada yang berani menoleh ke belakang namun mereka memasang telinga erat – erat, mendengarkan apa yang terjadi di bagian belakang.

"Mau duel game denganku? Seperti biasanya... Ya? Ya?" Johnny hanya mengangguk pelan.

"Taeyong hyung juga boleh ikut kok! "

Detik itu juga, mereka yang sedang fokus mendengarkan bersyukur memiliki group mate seperti Ten.


"Tidak mau."

Hansol mengernyitkan dahinya, "Kenapa?"

Mengambil nafas dalam, Yuta mulai kembali bersuara "Semuanya tidak nyata. Pangeran yang akan menyelamatkanku dari kutukan, sudah tidak ada."

"Yuta, tetapi semua-"

"Semua sia – sia! Lagipula acara itu sudah mulai kan? Aku tidak bisa bernyanyi lagi." Yuta perlahan berjalan menjauh, menutup wajahnya yang saat ini sudah dibasahi oleh air mata.

"Nakamoto Yuta." Hansol mencoba mendekat, ia tidak pernah melihat temannya itu seperti ini.

"Jangan mendekat! Kumohon jangan buat aku berteriak. Perutku kembali sakit, kau tau?"

Hansol mencoba mendengarkan semua yang selama ini Yuta ingin katakan,

"Apa yang diriku katakan malam itu, semuanya benar! Karena aku berbicara, aku menjadi sengsara."

"Tidak ada! Itu hanya sugestimu saja, Yuta!" Hansol tidak sadar ia meninggikan suaranya, membuat tubuh Yuta kembali bergetar,

"Ada! Aku membutuhkannya, atau aku akan kehilangan arah! Dia itu bagaimana juga bagian lain dari diriku! "

Hansol terkejut, Ia terbawa emosi dan membuat suasana hati temannya semakin tidak karuan.

"Aku sudah merusak acara itu, hyung. Aku sudah merusak hubungan kalian, aku sudah merusak grup ini."


Flashback

Langit sudah semakin gelap, namun Yuta tidak perduli dan hanya terus berlari. Entahlah, Ia hanya berlari mengikuti kakinya yang semakin lama semakin nyeri karena terkilir saat rehearsal.

"S-sakit.." Yuta terduduk di pinggir trotoar dan memegangi perutnya, "Sakit, ini sakit sekali.."

'Sudah kuduga, ternyata bukan perutmu yang sakit.' kembali. Sosok itu kembali muncul di hadapannya, namun Yuta tidak sedang bermimpi atau apapun.

"Huh?" Air mata menggenangi pelupuk matanya, memberanikan sekali lagi untuk menatap sosoknya yang berdiri di hadapannya.

'Tetapi hatimu yang sakit, benar kan?' Yuta hanya terdiam, tidak berniat membalas perkataan sosok di depannya.

'Rasa sakit yang semua orang pasti rasakan.'

"T-tapi aku tidak berbicara sepatah katapun!"

'itu bukan sekedar tentang kata – kata. Tetapi hatimu yang terlalu banyak berbicara-'

'-Ji Hansol... I love him, I love him, I love him, I love-'

"Yamete (hentikan)!" Yuta menutup telinganya, berusaha menghilangkan suara – suara itu dari kepala.

'Sudah kubilang... Duniamu sekarang sudah mulai retak. Aku benar – benar kecewa denganmu.'

'Kalau begitu mari kita teruskan rasa sakit hatimu ini sampai akhir' kemudian sosok itu menghilang, meninggalkan Yuta sendiri malam itu.


"Sudah hampir setengah acara dan mereka belum kembali?" manager-nim yang sedari tadi berputar – putar karena panik masih setia menggenggam handphone di tangan.

"Untuk sementara kita masih bisa mengisi part mereka, untuk sementara..." Jaehyun yang sedang menunggu giliran perform hanya memperhatikan Ten yang sedang berada di atas panggung. Menggerakkan tubuhnya seolah menjadi satu dengan musik, membuat Jaehyun tertegun untuk beberapa saat.

Sadar ia sedang melamun, kemudian Jaehyun bergumam, "Sial, kita tidak bisa perform 'Bassbot' tanpa mereka berdua."


"Andai saja aku bisa menghilang dari dunia ini. Karena semua menyalahkanku yang terlalu banyak berbicara, hyung!" Hansol hanya menggertakkan giginya, berusaha untuk tidak tersulut emosi lagi dan hanya akan membuat keadaan semakin runyam.

"Aku benar – benar tidak tahu apa lagi yang harus kulakukan!"

"Nakamoto Yuta.." suara Hansol yang lembut membuat perhatian Yuta kembali padanya dan mau menatap sosoknya.

"A-ada apa?" suara Yuta bergetar, sesekali masih terisak karena tangis.

"Kamu memiliki suara yang indah, tau." Yuta terkejut, pipinya memerah dan Hansol menyadari hal itu,

"Berbicaralah lebih sering padaku. Sekarang katakan apa yang benar – benar ingin kau katakan."

"Tidakkah hyung dengar apa yang kukatakan? Words hurt other people! "

"Tapi kau dapat menyakitiku." Hansol berjalan perlahan ke arah Yuta, dan meraih kedua lengannya.

Hansol tidak masalah jika itu menyakitinya, ia hanya ingin mendengar apa yang Yuta benar – benar ingin utarakan padanya.

Air mata kembali membasahi pipi Yuta, dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh besar Hansol hingga terduduk di atas pasir putih.

"Kalau begitu aku akan mulai menyakiti hyung sekarang." Yuta menarik nafas dalam – dalam, sedangkan Hansol hanya mengangguk mantap.

"Hyung selalu bersikap baik padaku padahal hyung juga perhatian kepada yang lainnya! Hyung bahkan tidak setampan Taeyong atau Ten! Hanya karena hyung bisa bermain piano, jangan berkhayal kalau hyung itu popular! Dan..hyung itu pembohong!" nafas Yuta tersengal – sengal, Hansol yang terduduk hanya bergumam, 'teruskan'

"Dan juga! Si tiang itu! Johnny hyung juga sama saja!" Yuta menutup matanya, tidak kuasa mengeluarkan air mata lagi.

"Dia pembohong! Dia selalu saja melucu tanpa memandang waktu! Juga... Juga.."

"Juga.. Ah! Aku sudah kehabisan kata – kata!"

Hansol kembali mengernyit, "Benarkah? Sudah tidak ada lagi yang ingin kau katakan?" dan hanya dibalas anggukan dari Yuta.

"...sudah merasa lebih baikan."

"Aku ingin berterima kasih padamu, Yuta. Berkau kau aku menyadari betapa pentingnya bagi kita untuk mengutarakan perasaan yang sebenarnya. Meski ada beberapa hal yang tidak ingin ku katakan, tetapi selama aku mampu berbicara aku akan mengutarakan apa yang ingin aku utarakan itu."

"A-aku juga berterima kasih pada hyung! Pada Ten, pada Johnny, pada semuanya." Sebuah senyuman terpatri di wajah Hansol, ada perasaan hangat yang menjalar di hatinya.

"Ayo, semuanya menunggumu." Hansol kembali meraih pergelangan tangan Yuta, "Untukmu, mereka semua menunggu."

Yuta menarik tangannya kembali, "Masih ada satu hal yang ingin kukatakan.. Aku menyukaimu, Hansol hyung."

Keheningan menyelimuti mereka berdua, Hansol tidak berani menatap Yuta langsung di matanya. "Terima kasih, tetapi hyung menyukai orang lain..."

Meski Yuta tersenyum mendengarnya, namun Hansol mengerti betul arti senyuman itu. Ia benar – benar merasa bersalah terhadap Yuta.

"Aku tahu kok." kemudian Yuta meraih tangan Hansol dan menariknya pergi dari tempat itu.

"Ada satu lagi yang aku sukai, hyung." kata Yuta saat di perjalanan menuju lokasi teman – teman mereka, sambil terus memperhatikan pemandangan di luar bus yang mereka tumpangi saat ini, "Apa itu?"

"Laut. Aku suka laut."


"Yuta! Itu Yuta!" Ten memekik tertahan melihat sosok Yuta dan Hansol, menutup mulutnya berusaha untuk tidak berteriak karena ia begitu bahagia Yuta kembali.

Manager-nim hanya tersenyum, menginstruksikan Yuta dan Hansol untuk segera menuju ruang ganti, sesaat sebelum mereka memasuki ruangan, sang manager menepuk pundak mereka berdua.

"Kerja bagus."


Semua telah kembali ke dorm, kali ini suasana menjadi lebih hangat, terima kasih berkat Ten dan Doyoung yang asyik menjahili Taeyong saat sedang memasak makan malam bersama Jaehyun.

Member yang lain bersantai dengan cara mereka sendiri, Yuta –yang baru saja menyelesaikan mandinya– segera menuju dapur untuk menyapa kedua chef mereka.

"Aku rindu masakan kalian." Taeyong hanya tersenyum mendengarnya, ia juga rindu sosok Yuta, kehadiran Yuta, suara Yuta.

Taeyong yang bergumam bahwa sebentar lagi masakan mereka akan selesai mengambil sedikit kimchi jiggae yang baru matang dengan sumpit dan mengarahkannya ke depan mulut Yuta, seraya membuka mulutnya agar diikuti oleh Yuta yang juga membuka mulutnya, bersiap untuk mendapatkan kehormatan menjadi yang pertama mencicipi masakan Taeyong hari itu.

Belum sempat makanan itu memasuki mulut Yuta, sumpit di tangan Taeyong berubah arah, rupanya ia memakan sendiri masakan buatannya.

"Taeyong! Dasar. Aku pikir-" kalimat Yuta terputus karena bibir miliknya bertemu dengan milik Taeyong. Yuta terkejut saat lidah Taeyong berusaha meminta izin untuk membuka mulut Yuta dan memberikan beberapa potong kimchi dari mulutnya.

"Enak?" goda Taeyong sambil memasang seringaiannya dan menjilat bibir bawahnya, membuat yang ditanya hanya mengangguk dan berjalan cepat untuk menghindari sosok Taeyong, kemana pun itu.

Sedangkan Jaehyun yang sejak tadi tidak dianggap hanya memutar bola mata malas, dan berpura – pura tidak melihat hal itu.


Hansol berencana membantu Taeyong membersihkan meja dan peralatan makan mereka. Ketika dirasa tidak ada member lain di dapur, Taeyong yang berada di sebelah Hansol mulai berbicara, perlahan,

"Aku memutuskan untuk mengutarakan perasaanku pada Yuta."

Hansol menoleh mendengarnya, walaupun ia sudah tidak terkejut, "Semoga berhasil. Dan, kau tahu apa yang akan aku lakukan kalau kau membuatnya menangis kan?"

"Oh ayolah, jangan bertingkah seolah kau itu pacarnya, hyung. Hanya aku yang boleh membuatnya menangis karena nikmat yang aku berikan padanya pada malam hari."

Hansol yang sedang mencuci piring refleks menyiramkan air dari kran yang mengalir menuju wajah Taeyong, "Hyung!"

"Bersihkan dulu otakmu itu, TY!" Hansol segera mencuci tangannya dan pergi menuju ruang utama dengan wajah merona ketika kembali mengingat perkataan Taeyong tadi.

"Argh! Dasar TY!" Hansol memekik dan merebahkan diri di sofa, memposisikan tubuhnya untuk memeluk Johnny yang hanya diabalas tepukan di punggungnya. Hansol merengut sambil menyembunyikan wajah di pelukan kekasihnya.

Mark tertawa cukup kencang, "Ten hyung, kita membutuhkanmu lagi sekarang." Ten yang masih sibuk memakan ice cream dari Jaehyun sambil menonton TV menatap horror adiknya itu.

"Hell no! Lagipula sudah ada penggantiku di sana." Ten melirik Yuta yang sedang memasang wajah kebingungan saat semua member di ruangan itu menatapnya.

"EH? Aku?"


Fin


Yasss! Tiga chapter selesai untuk my bby Yuta ~

Maaf aku tidak terlalu bisa membuat ending yang berkesan untuk mengakhiri sebuah cerita/?

Terima kasih untuk kalian yang sudah mau meluangkan waktu membaca dan mereview fiksi aneh saya huhuhu

Mau balas review dari kalian (yang review untuk chapter 5 saja ya~ (?)) nih!


Kookies: Taeyong kan memang gitu, dingin di luar tapi manis di dalam /apasih/ tipe – tipe orang yang sulit buat ditaklukin ehe

Xiao Chims: yah gimana lagi ya, satu sisi saya JohnSol shipper, tapi sisi yang lain saya juga YuSol shipper, JohnTen shipper juga, TaeTen shipper juga, terus... /sudah nak/ intinya, ya, saya buat mereka tidak bersatu karena ingin mencoba hal yang baru /halah/ tidak menutup kemungkinan di masa depan(?) saya akan buat ff pair favorite saya yang disebut di atas, ehe. Penderitaan Yuta terasa ya? Seneng akhirnya saya buat fanfiksi ada yang bisa sampai ikut merasakan perasaan di pemeran utama /apasih/

PrincessDoyoung: someone itu artinya seseorang, bukan hansol /krik/ yaahh dan tebakan anda kurang tepat sayang, waktu buat cerita ini saya lebih feels ke TaeYu / YuTae karena NCT Life Seoul, maafkan ~!

SaJhon: sebel kenapa sama Yuta? Takoyaki prince (oh sekarang sudah ganti, Yakisoba prince) kan anak baik – baik /? Bikin dugeun – dugeun? Pasti karena ada Johnny ya? /krik/ iya nih lagi proses mencari wangsit buat ff nya JohnTen yang rated M, ehehe

Yutalk: Yutalk ini yang...yang dulu itu kan? Ganti nama ya? Wkwk as always review kamu yang paling panjang di sini/? Semoga di chap ini tetep enjoy bacanya ya, soalnya lumayan buru – buru ngetiknya di tiap ada kesempatan pegang laptop langsung garap ini, huhuhu

Makasih banget kritikannya, membantu banget, semoga chapter ini memuaskan ya! Terus buat ff genre komedi, iya, Johnny Ten itu dynamic duo, tak boleh dipisahkan, terus objek pembullyan mereka ya kalau bukan Doyoung, Taeil ya Taeyong /?

Markhyuck's ship sailing! Yeay! Seneng banget mereka debut bareng jadi satu unit di nct127, lumayan menghibur diri soalnya ayang Hansol belum dapet kesempatan : " ) Terakhir, makasih banget buat meluangkan waktu review sepanjang itu, ehehe

Taeyunee: Iya, saya juga sedih jarang ada ff Yusol.. Tapi karena ff YuTae lebih jarang jadi aku buat dulu deh /apaan/ Makasih sudah review ya!

PrinceChocolate45: Yuta bahagia kok, dia orang legawa kalau kata orang jawa /? Makasih reviewnya ya!

Adin654: Iya pasti update dong! Hehe, makasih sudah mau review!

dewiarum08: Ini sudah lanjut ya~! Makasih sudah review~!

onespoonfulloppa: Iya ntar JohnIl jadi side-pair di ff genre komedi ya, lucu kaga lucu bukan urusan aq /?


Dan saya juga buat fanfiksi baru, (karena request dari seseorang yang minta Johnten) jadi saya ada draft dua ff Johnten (yang satu rated m, bakal diupload di wattpad, lol) terus ada lagi ff jaedo, The Boy Who Leapt Through Time (ada di ffn kok, otw chapter satu nih !)

Oh iya numpang curhat, terutama ke kalian yang biasa bikin / baca fanfiksi rated M, saya kalau buat cerita pas bagian 'itu' kok kurang bisa menemukan diksi yang pas satu sama lain agar membentuk suatu kalimat yang pas ya? (halah) Mungkin karena efek terlalu sering baca ff rated M di aff, jadi saya terbiasa baca in english, waktu saya buat dengan bahasa indonesia feels nya beda gitu, wkwk. Butuh saran buat saya kedepannya dong~ yang mau kasih saran saya harus gimana / ajarin saya review saja ya!

.

.

Jangan bosen baca dan review fanfiksi - fanfiksi dari saya, annyeong !