Salah

Starring :

Oh Sehun & Kim Jongin (GS)

with

Park Chanyeol & Byun Baekhyun (GS)

Summary :

Ternyata apa yang selama ini Sehun fikirkan tentang Jongin adalah salah. Saat Sehun sedang asik menikmati moment berselingkuhnya yang indah, ternyata Jongin...

Background Music :

Soundwave / Potret - Salah

.

~ Previous Chapter ~

.

Ia arahkan pandangannya pada Jongin yang berkaca-kaca. "Baru saja kau berkata akan berubah, tapi kini kau sudah membahas Baekhyun dihadapanku. Kau ingin mempermainkanku?" Ujar Jongin marah.

"Bukan seperti itu, hanya saja... hanya saja saat ini Baekhyun membutuhkanku." Jawab Sehun membela diri.

"Jadi sekarang kau akan meninggalkanku disini untuk Baekhyun?"

"Maafkan aku. Tapi Baekhyun benar-benar membutuhkanku. Nanti akan kutelpon." Ujar Sehun sesaat sebelum berlari meninggalkan Jongin yang kini menelungkupkan tangannya diatas meja dan menyembunyikan wajahnya disana.

Ia menangis kencang tanpa memikirkan pandangan pengunjung lain di cafe yang sedang ramai itu. Ia menangis hingga bahunya berguncang. Sehun benar-benar mengecewakannya.

Sebuah tangan besar mengusap bahu bergetarnya dengan perlahan. Tanpa melihatpun ia bisa mengetahui Chanyeol lah sang pemilik tangan.

Dengan segera ia bangkit dari posisinya dan segera menubruk tubuh Chanyeol dan kembali menangis disana dengan usapan lembut dipunggung yang menenangkan dari Chanyeol.

Sepertinya keputusannya untuk memih Chanyeol daripada Sehun adalah keputusan yang tepat.

.

~ Happy Reading ~

.

Sehun berlari meninggalkan cafe tempatnya bertemu dengan Jongin bagai diburu hantu. Ia berlari secepat yang ia bisa menuju Audinya yang sialnya ia parkir jauh di ujung sana.

Ia terus berlari sambil mengumpat betapa bodoh ia memarkirkan mobilnya jauh disana dan betapa bodoh ia meninggalkan Jongin tepat sesaat setelah ia berjanji akan berusaha untuk mengubah sikapnya.

Berhasil sudah ia membuat Jongin merasa ragu kepadanya dan yang terburuk adalah ia benar-benar berhasil membuat Jongin semakin yakin untuk memilih kekasih lainnya itu.

Kini ia telah sampai tepat disebelah pintu kemudi mobilnya, bukan tak ada niat untuk segera memasuki mobil atau apapun itu. Ia hanya sedang berfikir sesaat.

Benarkah keputusan yang baru saja ia ambil?

Haruskah ia berlari kembali memasuki cafe dan menemui Jongin lalu meminta maaf sedalam-dalamnya dan berusaha untuk memulai hubungan yang sehat dengannya?

Ya, sepertinya itu adalah pemikiran terbaik.

Tapi Baekhyun sedang sangat membutuhkannya saat ini. Hanya dirinyalah yang diwajibkan hadir di sisi gadis itu sekarang.

Sebagai seorang manusia, hati kecilnya terus mengatakan datangilah Baekhyun yang sedang sekarat saat ini. Tapi hatinya sebagai seorang kekasih terus saja berteriak memintanya kembali pada Jongin.

Ingin rasanya ia menangis saat ini juga. Kedua lututnya terasa lemas karna ia telah terperangkap didalam sebuah bara api yang ia nyalakan dengan tangannya sendiri.

Kini ia benar-benar membutuhkan seseorang untuk mengguyur bara api itu dengan segelas air yang menenangkan.

Akankan orang itu Jongin atau Baekhyun?

Atau dirinya sendiri?

.

~ o ~

.

Chanyeol hanya mampu terdiam sambil mengusap lembut punggung tangan Jongin berharap gadis kesayangannya itu akan meredakan tangisnya.

Mereka hanya berdiam diri dalam mobilnya yang terpakir rapi di halaman parkir cafe sejak satu jam yang lalu. Bahkan ia bisa melihat pria montir itu yang hanya berdiri disamping sebuah mobil mewah berwarna merah cukup lama.

Kini ia mengetahui siapa nama lelaki yang telah lebih dulu memiliki hati Jongin, Oh Sehun. Seorang montir yang ternyata adalah adik tiri sahabatnya sejak SMA, Wu Yifan.

Rasanya ia bisa menebak awal mula sikap pria montir itu yang bisa dibilang sangat brengsek.

Dulu sang sahabat pernah bercerita bahwa Eomma mereka adalah seorang wanita yang gemar bergonta-ganti kekasih bahkan suami. Wanita itu juga tak ragu menjalani hubungan tak baik bernama perselingkuhan bersama dengan banyak pria beristri.

Hingga membuatnya memiliki banyak anak tiri maupun kandung yang sialnya semua laki-laki, termasuk Yifan dan Sehun.

Yifan bercerita, sikap adik kecilnya adalah wujud dari tindakan protes pada sang Eomma yang terus bermain pria. Seolah sang adik kecil ingin membuktikan pada sang Eomma bahwa dirinya juga bisa bermain cinta dengan seribu wanita.

Dan berharap sang Eomma akan merasa muak lalu berusaha memperbaiki diri agar mampu memberikan contoh yang baik bagi putra-putranya.

Tapi harapan tinggalah harapan. Sang Eomma justru merasa malu memiliki anak bungsu yang tak bermoral, dengan tegas ia dibuang begitu saja oleh sang Eomma.

Apapun alasannya, Chanyeol tetap menilai tingkah laku Sehun adalah sebuah kesalahan besar karna memainkan banyak hati wanita.

Bahkan Yifan pernah dibuat pusing mengurusi seorang gadis yang berusaha bunuh diri karena anak yang dikandungnya tak diakui oleh Sehun.

Tapi jika Sehun tak berbuat salah seperti itu maka ia tak akan pernah bertemu dengan Jongin di bar malam itu.

Ia arahkan lagi pandangannya kearah Jongin yang kini mulai tenang. Hanya saja sorot mata gadis itu masih terlihat kosong.

Ia bawa tubuh kekasihnya untuk mendekat dan ia hadiahi sebuah pelukan hangat yang menenangkan, berharap Jongin akan merasa tenang dan sepertinya itu berlaku.

Kini Jonginnya bahkan mampu membalas pelukannya dengan erat. Sebuah perasaan hangat mengalir kedalam hatinya yang sempat dibekukan oleh perasaan takut ditinggalkan oleh Jongin.

"Chan." Jongin bersuara pelan.

Chanyeol semakin mengeratkan pelukannya dan mulai menghujani pucuk kepala Jongin dengan puluhan kecupan hangat. "Ada apa, sayang? Sudah merasa tenang?" Jawabnya.

Jongin mengangguk pelan tapi terasa yakin. "Hemm." Terjeda cukup lama. "Bolehkah aku mengajakmu liburan selama beberapa hari kedepan?" Lanjutnya lagi.

Chanyeol melepaskan pelukannya dan menatap Jongin heran. "Liburan?" Tanyanya.

Jongin hanya mengangguk mengiyakan.

Bukan ia tidak merasa paham akan maksud kekasih manisnya yang butuh sebuah refreshing ditengah suntuknya keadaan. Ia hanya merasa tak yakin akan keinginan kekasihnya.

"Kau yakin? Maksudku kemana kau ingin berlibur?" Tanyanya lembut.

Jongin menggeleng. "Entahlah. Aku ingin melihat alam."

"Bagaimana kalau Hawaii?"

Jongin menggeleng lagi. "Apapun selain pantai. Aku tak ingin kulitku semakin hitam. Nanti aku tak cantik lagi." Jawabnya -berusaha- ceria.

Chanyeol tergelak kecil. "Baiklah, nona takut hitam. Kita ke Italia saja bagaimana? Lebih baik kita melihat alam Italia yang dipenuhi gedung keren." Sarannya.

Jongin mengangguk setuju. "Baiklah. Besok kita berangkat ke Italia." Putusnya semangat.

"Mwo?" Chanyeol berpura-pura terkejut. "Mana bisa besok? Sekarang sudah tengah malam dan aku belum mempersiapkan apapun." Lanjutnya lagi.

Jongin merengut.

Astaga. Chanyeol merasa tak kuat melihatnya. Ia ambil ponsel canggihnya dari dalam saku kemeja abu-abu yang ia kenakan. Tanpa menghiraukan wajah Jongin yang semakin kesal karena melihatnya sibuk dengan ponselnya.

Ia buka jadwal penerbangan menuju Roma dan esok sore adalah penerbangan tercepat. Dengan lihai ia menyuruh seorang teman untuk memesan tiket pesawat dan selesai.

"Baiklah, kita berangkat besok sore." Ujarnya.

Jongin menoleh cepat. "Kau kan belum mempersiapkan apapun." Ujarnya merajuk.

Chanyeol tersenyum dan menunjukan layar ponselnya yang menampilkan sebuah konfirmasi pembelian dua buah tiket pesawat menuju Roma.

Mata bulat Jongin terbuka antusias. "Daebak. Aku benar-benar mencintaimu, Chan." Ujarnya semangat sambil menubruk tubuh kekar sang kekasih satu-satunya.

Ya, satu-satunya. Mulai sekarang dan seterusnya ia hanya akan menjalani hubungan dengan Chanyeol seorang. Keputusannya sudah bulat.

"Aku juga mencintaimu, Jong."

.

~ o ~

.

Sehun berjalan pelan dengan lanhkah berat menyusuri lorong rumah sakit yang sepi. Fikirannya terus saja terpaku pada Jongin, Jongin dan Jongin.

Apakah saat ini Jongin sedang berasama kekasihnya itu? Sepertinya iya.

Ternyata seperti ini rasanya ketika ia mengetahui sang kekasih sedang bersama kekasihnya yang lain? Rasa sakit dan sesak menghampiri hatinya seolah tak mau berhenti.

Masih bolehkah ia menyebut Jongin kekasihnya?

Seorang wanita paruh baya datang menghampirinya dari sebuah kamar diujung lorong dengan wajah panik. "Oh Sehun?" Wanita itu bertanya.

Sehun hanya mampu menganggukan kepalanya pelan diantara rasa ingin tahu yang memenuhinya saat ini.

Siapa wanita ini? Mengapa ia yang diminta menemani Baekhyun disini? Apa yang sebenarnya terjadi?

Wanita itu menyunggingkan sebuah senyuman kecil, "Aku Byun Jiae. ibunya Baekhyun." Ujarnya memperkenalkan diri.

Sehun dengan spontan menunduk guna memberikan hormat sambil menyunggingkan sebuah senyum kecil yang dipaksakan.

"Baekhyun sudah melewati masa kritisnya dan bayi kalian juga selamat." Ucapan sang wanita paruh bya bagaikan petir yang menyambar keras ditengah panasnya udara.

"B-bayi?" Tanyanya terbata-bata.

Sang wanita tersenyum sebelum menjelaskan jika ternyata Baekhyun sedang mengandung 7 minggu dan baru aja gadis itu terjatuh dikamar mandi dan hampir saja kehilangan calon bayi mereka.

Sehun jatuh terduduk dilantai lorong rumah sakit dan terdiam kaku. Baekhyun hamil 7 minggu katanya? Astaga apa yang telah ia perbuat? Menghamili seorang gadis ditengah masalah hubungannya dengan Jongin. Semua terasa sempurna.

"Nak Sehun baik-baik saja?" Ujar Eomma Baekhyun khawatir.

Sehun memandangnya dengan pandangan kosong dan raut wajah kebingungan.

Sang wanita paruh baya mengerti, anak muda ini merasa bingung dengan semua yang terjadi. Dengan sebuah senyum menenangkan ia berkata, "Sebelumnya Baekhyun juga tidak tahu kalau ia tengah mengandung bayimu. Kami mengetahuinya setelah dokter mengatakannya. Aku merasa terkejut bukan main. Lalu aku bertanya pada Baekhyun siapa Appa dari bayinya dan ia menyebut namamu."

Kepalanya semakin terasa berputar. Tolong katakan ini hanyalah mimpi belaka. Ia ingin kembali pada Jongin, bukan malah memiliki bayi dengan Baekhyun.

"Suamiku sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk membicarakan kelanjutan semuanya bersamamu. Sekarang lebih baik kau temui Baekhyun saja di kamar inapnya. Aku akan menembus obat diapotek bawah." Lanjut wanita itu ramah.

Tak biasanya seorang Eomma akan memperlakukan pria yang telah menghamili anak gadisnya dengan baik seperti yang Eomma Baekhyun lakukan. Apalagi sejak tadi Sehun tak bersuara apapun.

Kepalanya memikirkan Baekhyun dan kandungannya yang berusia 7 minggu. Ia ragu jika anak itu bukanlah anaknya karena ia tahu, Baekhyun melakukannya pertama kali dengan dirinya dan selama ini Baekhyun terlalu fokus mencintainya hingga kecil kemungkinannya Baekhyun melakukannya dengan pria lain.

Bagaimana ini? Hatinya telah mengatakan itu adalah anaknya. Tapi hatinya juga tengah meneriakan nama Jongin kencang.

Kini ia benar-benar merasa terjerumus dalam permainannya sendiri. Tak ada guna untuk menyesal.

Dengan perlahan ia bawa tubuhnya menuju kamar inap milik Baekhyun dan mata sipitnya langsung mendapati Baekhyun yang sedang terbaring sambil mengusap perutnya yang masih terlihat rata dengan sayang.

Hatinya mencelos. Baekhyun terlihat senang dan menyayangi calon anaknya.

"Ehm." Sehun berdeham pelan untuk mengalihkan perhatian Baekhyun dari perutnya.

Mata sipit gadis itu langsung tertuju padanya dengan pandangan bersalah dan bahagia. Entahlah. Sehun tak bisa membaca fikirannya.

Ia arahkan kaki-kakinya mendekat dan mendudukan tubuhnya diatas kursi yang berdiri tegak disebelah bangsal milik Baekhyun.

Suasana terasa hening cukup lama. Mereka hanya bisa mendengar suara detik jam di sudut kamar dan sesekali langkah kaki dari lorong rumah sakit.

Sehun seolah kehabisan kata-kata padahal sejak tadi ia belum berkata apapun. Ia hanya mampu memberikan diamnya pada Baekhyun yang menunggu kata-kata darinya.

"Bagaimana bisa kau tidak berhati-hati saat dikamar mandi?" Sehun berusaha memberanikan diri membuka suara.

"Aku terpeleset saat mandi tadi." Jawab Baekhyun setelah terdiam cukup lama.

Kini Sehun lah yang terdiam lagi. Apalagi yang harus dikatakannya? Kemana perginya kemampuan hebatbya dalam memainkan kata-kata saat merayu wanita disaat genting seperti ini?

"Apa masih ada yang terasa sakit?" Sehun kembali bertanya.

"Tidak ada." Jawabnya singkat.

Keduanya kembali terdiam dan merasa tercekik oleh suasana ini.

"Kau bertemu ibu?" Tanya Baekhyun pada akhirnya.

"Heum." Sehun mengangguk.

Baekhyun menundukan kepalanya sambil memainkan jari-jari tangannya yang entah sejak kapan sudah bertautan. "Maafkan aku mengatakan semuanya pada Eomma." Cicitnya pelan.

Sehun menggeleng pelan. "Tak perlu meminta maaf, bukan salahmu. Seharusnya aku yang meminta maaf." Jawab Sehun pelan.

BRAK!

Tiba-tiba pintu kamar inap terbuka dengan keras dari luar dan menampilkan seorang pria paruh baya dengan wajah marahnya.

"Appa." Bisik Baekhyun pelan.

Ah, Appanya Baekhyun.

"Kau tak harus meminta maaf. Yang harus kau lakukan adalah bertanggungjawab. Nikahi putriku dan besarkan cucuku." Ucapnya tegas.

Sehun hanya bisa terdiam membisu dengan kepala ditundukan.

"Hey kau, bisakah melakukannya? Jangan hanya bisa menghamili putriku tapi tak bisa bertanggungjawab." Tambah pria itu lagi yang membuat Sehun semakin membisu.

Haruskah ia bertanggungjawab? Tentu saja harus.

Tapi sanggupkah ia bertanggungjawab? Itulah masalahnya.

"Aku akan bertanggungjawab, tuan." Jawabnya pelan setelah terdiam cukup lama.

Bagaimanapun suasana hatinya, dirinyalah Appa dari anak yang Baekhyun kandung saat ini. Ia harus bertanggungjawab sebagai lelaki.

Soal Jongin, mungkin ia benar-benar harus merelakannya walau ia tak mau. Tak mungkin ia terus memiliki Jongin disaat ia memiliki bayi bersama Baekhyun. Tapi setidaknya ia bisa merasa sedikit lega, kini Jongin telah bersama lelaki yang benar-benar mencintainya. Bukan bersama seorang lelaki yang hanya sekedar mempermainnya seperti dirinya ini.

Kini ia harus menerima karma dari perbuatannya dan harus bertanggungjawab pada tingkah lakunya walaupun berat karna sedikitpun ia tak mencintai Baekhyun. Tapi entah bagaimana kini ia merasa mulai menyayangi anak yang baru ia ketahui eksistensinya kurang dari satu jam yang lalu.

Seolah ia tak ingin meninggalkan anaknya seperti yang ibunya lakukan.

.

~ Bersambung ~

.

Author Note:

Hai, saya balik lagi. Hehe. Buat yang bilang chapter 4 kemaren kurang panjang, anggap aja ini chapter 4B. Hehe.

Makasih buat kalian semua, maaf saya belum bisa bales review dari kalian, tapi kalian jangan khawatir, saya baca semuanya kok.

Sekali lagi makasih buat ucapan selamat dan doa untuk rencana pernikahan saya. Saya sampe terharu bacanya. Pokoknya saya tunggu kabar baik dari kalian juga ya. Hehe.

P.S. Maafkan typo ya. Saya nulisnya buru-buru bagai dikejar Rossi. Demi memuaskan hati readers-nim yang minta update cepat soalnya. Hehe.

At last, thank you very much much much much.

.

.

Wanna Review? Thanks before. :D