The Wizard ( I:m a Witch )

Remake

.

.

Kim Jongin - Kai Rouv Cyzarine

Oh Sehun - Louiz de Schmidt

.

.
Kim(Wu) Kris - Kris Loch Cyzarine

Kim(Byun) Baekhyun - Shanne Houis Cyzarine

Kim(Jung) Soojung - Kryst Och Cyzarine

.

Jesper Chuang as OC

( Ah, gk keberatan kan pakai dia? ^^ jan marah ya.. abis dia mirip, kebutuhan karakter juga. Lebih milih dia daripada shixun. btw saya stalker nya xD #:p )
.

Rated T from now.

Witch&Devil!AU ; Fantasy ;lil!Pwp

Romance Drama Fluff

.

.

Warn :

Kai and the others isn't belong to me , they belong to god and them self.

It's Yaoi. Boyslove. Just Fiction.

Maybe you may find some Typo's.

.

Summary :

Saat takdir telah tertulis, dan tak ada pilihan lain selain menjalaninya. Ini adalah kisah cinta sang penyihir dan pangeran iblis.

.

Story begin..

- Back, I'm Back -

Sejujurnya Jongin membenci aroma hujan bercampur lumut kering yang lembab, membuat suhu semakin terasa dingin di kulit. Ia menggigil. Lidahnya berdecak, merapatkan selimut kelabu hingga menutupi seperempat tubuhnya. Dia pun memejamkan matanya. Mencoba kembali tidur, tanpa memperdulikan kehadiran seseorang di ruang kamarnya.

"Bangunlah, sarapan sudah siap."

Jongin mengerang, terpaksa ia harus menyibak selimut karena kedatangan kakaknya yang tiba-tiba.

"Apa kau tidak bisa mengetuk pintu?" Kakaknya memamerkan seringaian, menjawab dengan gelengan menyebalkan.

"Sarapan sudah siap."

jongin hanya mendengus melihat tampang kakaknya. Dia menengok jendela, lalu mengernyit.

"Ini masih terlalu pagi untuk sarapan, Shane." Keluh lelaki berkulit tan itu melipat selimutnya. Ia menambahkan, "Dan ini hujan! Keluar, aku tidak ingin diganggu!"

Shane terhuyung beberapa langkah ke belakang akibat dorongan Jongin pada bahunya, wajahnya meringis merasa nyeri pada bahu kiri. Dia menatap adiknya, lalu terkekeh dengan seringai miring membuat Jongin semakin kesal.

"Maaf, Kai. Tapi ini perintah Ibu." Ucapnya dengan tangan terangkat ke udara pasrah. "Ada hal yang harus dibicarakan, sebelum kami pergi."

Shane tersenyum, mendekat untuk mengusak surai Kai. Lalu berjalan keluar ruangan.

"Sampai jumpa di bawah." Ucapnya lagi sebelum punggungnya hilang di balik pintu.

"Aku akan segera menyusul."

Jongin menunduk, menyangga pelipisnya serta menghela nafas. Dengan wajah muram, ia kembali menengok jendela kacanya yang basah terpenuhi campuran embun dan rintik hujan. Matanya menyipit. Di luar sana, sepertinya hujan juga mengguyur kota yang berjarak sekitar satu jam perjalanan dari kastil tua—tempat dimana ia tinggal ini.

Rumput, ranting dan pohon-pohon di sepanjang bukit tampak segar sekaligus suram terciprat air hujan yang deras. Bukit itu yang memisahkan tempat ini dari kota.

Suram.. rasanya bukan pohon-pohon itu saja yang tampak suram. Tapi hati nya. Hatinya.

Kai Rouv Cyzarine, putra bungsu keluarga Cyzarine. Ayahnya, Daniel Veen Cyzarine merupakan pemimpin clan penyihir di kota ini. Dia pria yang luar biasa tangguh dan sangat cerdas. Sejauh ini, Kai mengerti alasan kenapa ayahnya begitu di sanjung.

Dengan mata biru yang tersembunyi dibalik manik hazel itu, ayahnya sanggup menaklukkan siapapun lewat tatapannya. Penuh dominasi, dan ambisi. Tajam. Tegas. Beliau sangat dihormati. Bahkan sampai pinggiran pulau ini, semua orang mengenal mereka terutama ayahnya.

Sedangkan ibunya, Grisha Markov. Berubah menjadi Cyzarine setelah menikahi ayahnya. Wanita lembut yang selalu setia menemani sang ayah. Jongin sangat menyayanginya. Ibu nya mungkin wanita paling kuat yang pernah ditemuinya. Maksudnya, Dengan adanya Kris–Kakak lelaki pertamanya yang dingin, Krystal— Kakak perempuan nya yang sinis. Dan Shane—Kakak lelakinya yang sangat menyebalkan. Juga, dia—yang kadang menjadi sangat keras kepala dan egois. Beliau benar benar tangguh.

Sejauh ini, yang Jongin tahu , Ayahnya sibuk dengan perusahaan bersama Kris. Satu-satunya kakak perempuannya, Krystal sibuk dengan karir gemilangnya sebagai editor utama di perusahaan penerbitan. Sementara Shane. Walaupun ia sedikit kekanakan, juga jahil. Jongin mengakui jika Shane sangat handal melakoni pekerjaannya sebagai pengacara ternama.

Ibunya sendiri, sibuk mengurus perkebunan dibelakang kastil—yang mereka sebut rumah. Serta kadang melakukan perkerjaan ringan di rumah. Entah menyulam atau merajut. Ada banyak sweater yang dibuatnya untuk di pakai.

Dan Jongin?

Jongin tidak berada dari sini. Ia punya pekerjaan yang menyenangkan dan tinggal di kota yang nyaman—London. Jongin menyukai tinggal di sana. Berbaur dan hidup menjadi manusia biasa. Normal. Tanpa menggunakan sihir untuk muncul atau menghilang secara tiba-tiba. Manusia normal yang takkan menjadi pusat perhatian karena siapa keluarganya. Manusia normal yang dapat pergi kemanapun tanpa perlu ditakuti. Manusia normal yang..Bukan penyihir.

Jongin mendesah, ia telah menghitung lama ia berada disini. Sekitar seminggu lebih. Baginya kastil ini tidak bisa disebut rumah, ataupun tempat tinggal yang nyaman. Tempat ini bukanlah suatu negara bagian, melainkan pulau—yang setahu Jongin, terletak jauh bertetangga dengan negara bernama Korea.

Pulau yang luas, cukup luas untuk ditinggali jutaan manusia. Tapi pulau ini hanya mempunyai satu kota yang besar— yang dihuni banyak penyihir berbagai negara dan manusia yang sama sekali tidak menyadarinya.

Penduduk asli disini adalah Manusia. Cyzarine pertama lah yang menemukan pulau ini. Lalu menetapkan nya sebagai tempat yang tepat guna membangun komunitas. Namun tidak sampai mengganggu para manusia. Cyzarine pertama menyembunyikan identitasnya sebagai penyihir. Hidup berbaur dengan para manusia ,hingga akhirnya jatuh hati dan menikahi wanita yang merupakan manusia. Kemudian, Cyzarine lainnya lahir mewarisi sihirnya. Meski terkejut, Jongin salut pada wanita itu yang tidak meninggalkan suaminya.

Cinta, begitu logika nya bekerja.

Mereka hidup bahagia. Namun tidak lama, Sebab putra-putri mereka merasa tidak puas dan meninggalkan pulau. Hanya tersisa Satu Cyzarine, sang putra bungsu. Berita mengabarkan para Cyzarine yang meninggalkan pulau tewas di tangan pemburu penyihir.

Cyzarine pertama khawatir terhadap keluarganya, ia memutuskan untuk melakukan perjanjian dengan raja Iblis. Kekuatannya takkan cukup menghalau pasukan besar pemburu. Dia pun tidak memiliki kelompok.

Raja iblis meminta satu keturunan Cyzarine untuk disandingkan dengan pangeran iblis—yang saat itu masih dalam kandungan sang Ratu. Dalam sejarah mereka menulis, Andai mereka menikahi keturunan penyihir maka akan bertambah kekuatan yang dimiliki.

Tapi karena saat itu Cyzarine hanya memiliki seorang putra dewasa. Ia membuat kesepatan, Setiap keturunannya yang keseratus lahir. Akan diserahkan pada Raja Iblis. Sebagai gantinya, Adalah kekuatan juga bantuan.

Awalnya hanya beberapa penyihir yang tersesat di pulau, yang meminta perlindungan. Hingga hanya dalam waktu puluhan tahun, pulau ini sudah memiliki banyak penyihir di tengah manusia.

Kemudian saat sang istri nya meninggal, Cyzarine tersebut menyerahkan tampuk kekuasaan pada satu-satunya putra. Cyzarine kedua itu pun pada akhirnya menikahi seorang manusia, Naas sang wanita tidak setulus ibunya. Setelah melahirkan beberapa Cyzarine kecil, Wanita itu pergi meninggalkannya. Dengan terpaksa ia harus membunuh istri nya sendiri demi identitasnya.

Para penyihir tidak lagi berhubungan dengan manusia. Mereka membangun peradaban penyihir secara rahasia. Dan ratusan tahun kemudian, Seorang keturunan penyihir diserahkan kepada Raja Iblis. Sesuai kesepakatan.

Hingga suatu waktu, Hanya tersisa satu Cyzarine—Kakek Jongin. Beliau hanya memiliki seorang putra yaitu Daniel Veen Cyzarine. Ayahnya. Dan satu-satunya Cyzarine keturunan ayahnya yang meninggalkan rumah adalah Jongin sendiri. Yang sialnya, adalah keturunan keseratus yang akan dikorbankan.

Jongin menyadari ia disini hidup dibayang-bayangi keluarganya. Walau kotanya berkembang pesat, tetap saja Jongin tidak merasa nyaman. Sejak awal Jongin membenci darah penyihir dalam dirinya. Hingga saat ini.

Ia masih sangat belia, saat dijauhi teman-temannya karena tak sengaja melakukan sihir. Mereka menjauhi Jongin begitu saja. Ayahnya pun melarang Jongin bermain dengan para manusia. Mereka bisa menjadi sangat bodoh dan menyebalkan disaat bersamaan. Tapi justru Jongin yang merasa paling bodoh. Karena sejak saat itu, Jongin ingin menjadi manusia biasa. Tanpa kekuatan. Punya banyak teman..

Tidak, Jongin tidak membenci keluarganya. Hanya membenci keadaan mereka. Ia benci menjadi bayangan, pusat perhatian, bahkan dikalangan penyihir ia tetap merasakannya. Mereka memperlakukan keluarga Cyzarine dengan pandangan berbeda. Ia tak berharap suatu pemujaan seperti yang selama ini diterimanya. Ia hanya ingin kehidupan normal.

Karena itu lah, suatu malam ia menyelinap keluar meninggalkan rumah. Dan hanya menyisakan selembar kertas sebagai pesan agar mereka tidak menghubungi atau mencarinya.

Di London, Kehidupannya serasa sempurna. Pekerjaan, Teman, Sahabat dan apartemen. Ia hidup layaknya manusia biasa. Tak ada yang mengenalinya disana. Ia bekerja sebagai Co-designer di perusahaan otomotif terkenal. Memiliki sahabat baik, juga konyol bernama Matt dan Megan. Juga beberapa teman. Ia punya aset sendiri hasil kerja nya.

Tapi setelah dua puluh tahun, Kris menemukannya. Kris dan Shane menjemputnya karena keadaan darurat. Jongin menurut, namun ia berkata akan kembali ke London saat keadaan membaik. Dia tak mau meninggalkan kehidupan sempurnanya disana.

Dan saat kembali, Jongin datang pertama kali ke pulau ini untuk menjemput takdir atau kutukan. Kutukan sebagai keturunan Cyzarine. Darah penyihir. Tsk. Sungguh Jongin tidak menyesal hadir di keluarga ini. Ia hanya berharap.. andai Dia, dan mereka bukanlah penyihir.


Jongin tak begitu heran mendapati keluarganya yang tidak terlalu berbeda saat ia tinggalkan. Mereka tak banyak berubah. Ayah dan Ibu masih tampak awet muda, walau beberapa rambut telah mengelabu. Kris men-cat rambutnya menjadi blonde, terlihat memukau. Dan semakin dingin. Dia mewarisi mata biru kelam ayah saat menunjukkan kekuasaan. Mata yang tajam. Mungkin banyak hati yang kakaknya patahkan.

Sementara Krytal tampak semakin cantik, juga anggun. Surai coklat gelapnya sudah panjang, jatuh indah menyentuh pinggang. Seolah merasakan pengamatan Jongin, Krystal menggulung rambutnya dengan sihir. Sesaat Jongin meneguk ludah ketika manik bagai ruby itu meliriknya sinis.

Jongin berganti menatap Shane. Atau Baekhyun, Kakak ketiga nya itu lebih suka dipanggil dengan nama itu. Nama yang digunakan mereka sebagi samaran. Shane terlihat tampan dan menggemaskan. Ia terlihat sangat muda dengan rambut blonde putih pirang. Apalagi dengan mata biru gelap ayah yang juga diwarisinya. Jongin takkan heran melihat Shane mengencani banyak wanita.

Jongin sendiri, Mewarisi rambut coklat sang ibu. Sama seperti Krystal. Namun ia memberi sentuhan pink gelap di permukaan surainya. Kulitnya berwarna tan menuruni sang ibu. Kami semua memiliki warna mata biru yang tersembunyi dengan baik seperti ayah. Terkecuali Ibu. manik coklatnya menyorotkan ketenangan dan kelembutan. Dan kami semua menyukainya.

Sebagai keturunan Cyzarine, Mereka bisa hidup cukup lama. Sangat lama. Tapi Jongin tidak menginginkannya. Meskipun di London banyak gadis cantik dan pria tampan ataupun manis. Jongin sama sekali tidak tertarik menjalin suatu hubungan. Paling jauh Jongin bisa mencapai makan malam. Setelah itu, tidak terima kasih. Pekerjaannya lebih menyenangkan. Jongin lebih mencintai pekerjaannya daripada menghabiskan waktu berkencan.

Tapi jika harus memilih antara si Pangeran Iblis atau manusia biasa, Jongin tentu memilih opsi kedua. Jongin tak ingin hidup di neraka bersama para iblis. Tapi, dia tak bisa menolak. Jika itu terjadi, keluarganya, Klan Penyihir akan diserang para Iblis.

Jongin mendesah lelah, Mungkin ia harus menganggap ini pengorbanannya untuk sang keluarga. Toh, Sudah cukup ia merasakan dunia luar.

Ia adalah penyihir, Ya kan?


"Lama sekali."

Jongin melirik sang kakak perempuan disampingnya. Suara sinis Krystal menyambutnya ketika dia baru saja duduk di kursi meja makan.

"Maaf."

Jongin menjawab seadanya, menghiraukan dengusan Krystal disampingnya. Ia hanya menganggukkan kepala memberi salam pada ayah ibu nya.

Jongin mengalihkan pandangannya pada sang ibu yang kini mengolesi selai coklat ke roti untuk Nya. Beliau terlihat gelisah, berkali-kali mendesah berat. Jongin menatapnya cemas, "Ibu baik-baik saja?"

Krystal menyela, "Tentu saja tidak. Bodoh!" perempuan itu berucap ketus, membanting sendok ke piring lalu beranjak menaiki tangga. Meninggalkan meja makan.

Kami semua menatap punggung Krystal yang menghilang, Jongin menoleh kala ia mendengar ibunya memanggil. Beliau memberinya senyum tipis.

"Jangan dipikirkan, Dia hanya lelah. Sekarang makanlah." Jongin mengangguk, Mnundukkan kepala menatap piringnya yang terisi dua roti sisir. Dia merasakan tatapan Kris dan sang ayah yang seolah membakarnya.

"Setelah makan siang, Kita berkumpul di ruang tengah." Ucap sang ayah dingin.

Jongin menghela nafas, mungkin memang sudah waktunya mereka saling bicara. mereka sudah membiarkan Jongin berdiam, dan menghindari topik pembicaraan atau mereka sendiri selama seminggu.

Kegitan Jongin seminggu ini pun hanya bermain, dan bermain. Sepanjang hari hingga malam, ia bermain di bukit. Setelah itu mengurung diri di perpustakaan atau kamar.
.

.

.

"Duduk lah."

Jongin mengambil tempat di sebelah Shane, Mereka berkumpul di ruang tengah. Tak lama Kris menyusul, mengapitnya dengan duduk disampingnya.

"Kapan aku dijemput?" Tanya Jongin memecah keheningan yang semakin membeku di ruangan.

Selama seminggu ini, Mereka sama sekali tidak membicarakan tentang pernikahan—tidak. Penyerahannya pada para iblis. Ia berpikir telah banyak membuang waktu.

"Malam ini, Dia akan datang menemui mu. Tapi dia takkan membawa mu kemana pun." Kata Kris, menyahuti pertanyaan Jongin. Ia menatap adiknya cukup lama.

"Kalau begitu boleh aku pergi sekarang?" Tanya Nya lagi menatap ayahnya dengan tatapan memohon. Dia mengatupkan kedua tangannya, "Aku janji, akan pulang sebelum makan malam." Sambungnya.

Biasanya Jongin menghabiskan waktu di bukit hingga jam makan malam selesai. Tapi karena malam ini 'Dia' akan datang, Jongin takkan pulang selambat itu lagi. Lagipula, Telinga nya panas mendengar kalimat sinis Krystal.

Apa dia membencinya? Sejak dulu Krystal memang orang yang sinis, Jongin sering menyebutnya pemarah saat kecil. Tapi setidaknya dulu Krystal masih cukup perhatian padanya. Tapi saat ini Jongin merasakan kebencian dalam sikap sinis Krystal.

Ketika ayahnya memberinya anggukan, Jongin melompat memeluk pria yang disayanginya itu. Beliau tersenyum mengusak rambutnya, "Pergilah. Ingat janjimu tadi."

Jongin mengangguk, melangkah menghampiri pintu besar, dia tak sabar melihat langit sore di atas bukit. Tapi Kris muncul didepannya, menghalanginya membuka pintu.

"Terima kasih, Kai" Kris menepuk puncak kepalanya sebelum pergi menghilang bagai asap.

Jongin menengok ke belakang, melihat Krystal mengecup pipi sang ibu, Mungkin perempuan itu akan pergi bekerja, menemui bawahan pemalasnya. Sebelum keluar, Krystal sempat berbisik dalam benak Jongin.

'Berhati-hatilah..'

Jongin tersenyum, ia hampir tak dapat menahannya. Tapi tak lama, karena ketika Shane melewati Jongin. Lelaki tan itu berseru kesal saat Shane menjitak kepalanya.

"Shane!"

"Ahaha, Maaf."

Jongin hanya mendengus melihat kakaknya menghilang setelah menyengir tanpa rasa bersalah.


000


Jongin menuruni tangga antusias, sudah waktunya dia bermain ke bukit. Sebenarnya bisa saja setelah makan siang tadi. Tapi dia memutuskan untuk sedikit membantu sang ibu memanen beberapa anggur di kebun.

"Ibu."

Jongin menghampiri wanita—ibu nya yang sedang duduk menyulam ujung syal tebal berwarna merah tua. Jongin tersenyum, menunduk leher sang ibu dari belakang.

"Ya, Kai?"

Wanita cantik itu menatap Jongin dengan senyum lembut. Hal itu membuat Jongin menyadari sesuatu.

"Maafkan aku, jika telah menyusahkan kalian. Aku sudah pergi terlalu jauh." Kata Jongin sedih.

Ibu Jongin terlihat tercekat, dan kemudian berhambur memeluk Jongin—putra bungsu nya yang manis. "Tidak perlu meminta maaf, Kai. Kau tidak tahu betapa kami merindukanmu, mengkhawatirkanmu.."

Jongin menelan ludah beberapa kali sebelum akhirnya bisa berucap, "Maafkan aku.."

o

o
Aku menelan ludah, Tak mampu mengucapkan satu hal kecuali, "Maafkan aku.."

Juga, Aku tak bisa mengakui jika aku pun merindukan mereka. Keluarga ku. Seandainya kami bukan salah satu dari keluarga penyihir, pasti kami akan bahagia. dan Aku..

Aku akan sangat, sangat bahagia.

Sebenarnya Hari ini kami banyak mengobrol. Ibu saat di kebun banyak membawa topik ringan yang membuatku nyaman. Beliau memang Ibu yang pengertian.

Ketika di London, ada kala keinginan melihat keluarga ku. Tapi ku pendam. Disana aku menjadi pria yang gila kerja. Menikmati hidup disana hanya lah kesibukan bagiku.

Setelah berpamitan, Aku berlari keluar rumah. Sampai di bukit, entah kenapa rasa nya ingin tinggal. Belum ingin pulang. Aku teringat perkataan Krystal. Tapi kutepis. Kami bisa melakukan apapun dengan sihir. Apapun. termasuk Aku. Kenapa harus takut? Tapi sejujurnya, Aku juga sangat jarang—hampir tidak pernah lagi menggunakan sihir.

o

o

Ketika berjalan di tengah hutan menuju kota, Jongin tidak menahan kekaguman. Kali ini ia mencium bau segar pepohonan basah. Jongin menoleh ke sekeliling. Tampak nya Ia memang sendirian. Yah, lagi pula siapa yang mau melewati jalan sepi ini?

Suara gemeresak dari arah semak hutan membuat langlah Jongin terhenti. Lelaki itu menatap ke samping kiri waspada. Tapi Suara lain terdengar dari kanan, Jongin menoleh cepat—Mendekati pohon jati sedang, ia mengintip dibalik pohon itu. Namun tak ada apapun.

Syukurlah.

Jongin menghela nafas, berpikir mungkin itu hanyalah tupai hutan yang mencari makan. Ia mundur beberapa langkah, sebelum terjengkal menabrak permukaan pohon saking terkejutnya Ia menemukan sosok pria bertopeng ketika ia berbalik.

Pandangannya terhalang kibasan jubah hitam. Ia pun juga merasakan pandangannya terblokir dan mulutnya terbungkam paksa.

Ditengah kepanikan, Jongin mencoba memberontak dan bersikap tenang. Belum sempat dia menggunakan sihir, Jongin mendengar teriakan nyaring.

Sedetik kemudian, Jongin mengerjap kala dua indra nya terlepas. namun sayang. Lelaki tan itu hanya bisa terpaku menyaksikan pertempuran didepan nya. Seorang pria bertopeng yang dilihatnya terlihat melayangkan pukulan pada seorang pria berpakaian manusia biasa. Mata Jongin bergulir, Dari sekitar melihat empat orang bertopeng lainnya muncul dari balik semak.

Dugaan Jongin, lima orang bertopeng itu adalah penyihir. Tapi pria yang disana, berada di tengah itu, jika merupakan manusia, kenapa lima penyihir bertopeng itu belum juga menjatuhkannya?

Saking terpana dengan pertarungan diepan nya, Jongin sampai tidak sadar, tidak membantunya. Jongin berdecak, merutuk pada dirinya. Dia manusia biasa, menolong nya, tapi dia yang penyihir hanya bisa berdiri seperti orang bodoh.

'Apa kau baik-baik saja?', Jongin tersentak. Menoleh ke segala arah. Dia mendengar suara teredam dalam kepalanya. Penuh sarat kekhawatiran.

Jongin mengerjap, berusaha memahami apa yang terjadi. Dia membulatkan matanya ketika mendadak lima pria bertopeng tadi lenyap, menjadi abu. Bulu nya meremang. Tanpa sadar menatap kosong punggung pria penolong yang berdiri membelakangi nya.

'Apa kau baik-baik saja?!', Jongin mendengar suara itu lagi, bertanya dengan nada mendesak.
"Oh—" Jongin tercekat, Dia membasahi bibirnya yang terasa kering. "—Aku, Aku baik-baik saja." Ucap Jongin kaku.

Lalu, pada kedipan mata berikutnya pria itu menghilang. Tidak berusaha mencari. Jongin hanya berdiri, terpaku menatap kedepan—memastikan dimana tempat pria itu berdiri tadi.

Jongin berkeringat dingin. Berusaha menyatukan potongan ingatannya beberapa menit yang lalu. Apa mungkin jika pria yang sempat dipikirnya manusia itu.. juga penyihir? Pria itu mampu bertelepati, bersuara di dalam kepalanya. Dan Tidak ada serangan dari lima orang bertopeng tadi. Ah, Pasti dia memiliki kekuatan yang tinggi. Tal ada satupun yang mampu membeku kan kekuatan sihir. Kecuali ayah dan kakak sulungnya,Kris.

Jongin bersandar pada pohon di punggungnya. Dia tidak bisa melihat bagaimana wajah penolongnya, Pria itu bergerak cepat—terlalu cepat. Namun Jongin masih ingat bagaimana postur tubuh belakang pria itu. Rambutnya, Pria itu memiliki potongan seperti kakaknya Kris.

Tapi Jongin yakin itu bukan lah Kris. Kakaknya itu takkan meninggalkannya sendirian jika itu terjadi. Lagipula, Rambut Kris adalah pirang, Bukan nya Coklat almond muda.

Jongin menutup wajahnya, Memikirkan semua ini membuatnya pusing. Kepalanya berdenyut. Dia masih menunduk bahkan tidak menyadari sebuah mobil merah melaju dan berhenti tak jauh darinya.

"Astaga, Kai! Apa yang kau lakukan disini sendirian?!" Jongin tersentak, tubuhnya berdiri dipaksa oleh kakak nya. Entah. Tapi Krystal terlihat marah.

Jongin menggeleng, Seperti orang linglung. Dia pasrah saat tubuhnya didorong masuk ke mobil M3 merah Krystal. Ingat, Jongin tidak pernah pulang sejak dua puluh tahun yang lalu. Dia tidak mendengar berita apapun tentang tempat ini lagi. Dan Jongin sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi disini.

Apa itu tadi? Kenapa dia diserang? Kenapa dia tempat yang hanya dijamah oleh keluarganya? oleh sesama penyihir. Apa—Apa yang sedang terjadi?

Krystal menyipitkan matanya curiga, "Apa yang terjadi?"

Rupanya Jongin masih belum bisa berkata apapun, Dia hanya membuka mulutnya tanpa mengeluarkan suara.

Krystal mengernyit, Menatap kedalam manik sang bungsu. Mata biru nya berubah merah rubi, Membuat Jongin meremas kain celananya kala kejadian tadi terulang.

"Kau diserang?!" Krystal Berteriak, "Apa yang kau pikirkkan bodoh! Aku sudah bilang berhati-hati!"

Jongin membuang muka ke luar jendela , merasa muak mendengar suara Krystal. Walaupun dia tidak bisa marah disebut bodoh olehnya.

Saat mereka baru tiba, Pintu rumah terbuka memperlihatkan raut gelisah Sang ibu. Seluruh keluarganya menyambut nya, berhambur memeluknya erat. Mereka semua melayangkan banyak pertanyaan.

"Apa yang terjadi?"

"Kau baik-baik saja?!"

"Kai, Katakan sesuatu.."

"Bagaimana kau bida bertemu mereka?"

Namun tak satupun dapat dijawab oleh Jongin. Lelaki tan itu masih terfokus pada sosok penolongnya tadi. Bayangan pria itu seakan melekat didalam benaknya.

"Kai!"

Kali ini suara keras Kris mendominasi, Mengalahkan yang lain. Jongin mendongak, menatap Kris. "Katakan padaku, Apa yang terjadi?" Dia berucap lembut. Jongin hanya menatapnya tanpa banyak bersuara, Membiarkan Kris melakukan hal yang sama seperti apa yang Krystal lakukan di awal.

Mata biru kakaknya berubah merah, dia sangat menawan. Dan lagi kejadian tadi terulang—berputar seperti roll film. Siapa mereka?

Jongin bahkan tak begitu sadar ia membuka bibirnya, seakan berada di dimensi lain. bibirnya berucap dengan kepala tertunduk, tangannya menyetuh permukaan pelipis. Ia merasa pusing.

"Sepertinya aku diserang.."

.

.

.

RnR?

.

.

.


TBC.


NOTE ::

well, maaf bukan update ff yg kmarin malah bikin ff baru, waks sorry sorry. tapi semua mau di update akhir minggu ini. kok. maaf juga ya sering late update, lagi baca webtoon xD Prince oh prince, selain itu ada juga komik semiyaoi di sana '-' akhh..