Oh! My Brother

.

.

.

Haikyuu credit too Furudate Haruichi sensei

Warning! Cerita mengandung konten fujoshi...Diharapkan yang tidak menyukainya jangan membaca. Dan ada beberapa hal yang bakal berubah untuk keselarasan cerita

Pairing: Oikawa X Kageyama, Oikawa X Iwaizumi, Kageyama X Hinata

Aviance Present

(Prolog)

.

.

.

Oikawa Tooru memandang dua kursi di depannya. Tatapan mata sang diva sekolah itu terlihat sendu, seolah dua bangku itu tengah membuat kesalahan yang fatal hingga membuatnya seperti akan menangis. Bahkan, setelah makan malam dihidangkan, serta sosok ayahnya yang sudah duduk tenang bersiap untuk makan sekalipun, Tooru tetap bergeming ditempatnya tanpa ada niatan bergerak.

Ayahnya menghela nafas. "Kau masih bisa mengunjunginya, Tooru. Jangan manja". Kepala keluarga Oikawa berkata dengan nada tegas, menyentakan lamunan putra sulungnya itu.

"Ha'i. Otou-san". Pada akhirnya, Tooru mematuhi perintah sang ayah tanpa melawan meski pikirannya terus melayang kearah penghuni dua bangku kosong di depannnya.

Satu Tahun Lalu

"TADAIMAAAAA". Tooru memasuki kediamannya dengan wajah riang gembira, mengabaikan teriakan ibunya yang menyuruh untuk berhati-hati setelah menjawab salam darinya tadi. Prioritas anak itu sekarang adalah menemui adiknya yang manis. Oikawa Tobio. Si bungsu pendiam dari keluarga Oikawa.

"Tobiooo-chaaannn". Tooru menyapa adiknya setelah pintu kamar itu terbuka lebar.

Seorang anak kecil yang lebih muda dari Tooru melirik sekilas, lantas kembali melanjutkan acara membacanya yang sempat tertunda. Ia sama sekali tak tertarik dengan kedatangan Tooru kesana agaknya.

"Mou...Tobio-chan, masa Onii-chan pulang tidak disapa". Tooru melempar bokongnya diatas single bed milik Tobio begitu saja, sementara sang empu kasur masih betah duduk dikursi belajarnya.

"Nii-san menganggu".

Rasanya, dua kata yang keluar dari mulut Tobio, sukses menohok hati seorang Oikawa Tooru, diva sekolah yang ketenarannya sudah mirip seperti selebritis. Kenyataan adiknya yang ogah-ogahan menerima eksistensi dirinya, membuat Tooru sering bermuram durja. Walau begitu, Tooru tetap menyayangi adik kecilnya, kok.

.

.

.

Tooru menatap langit-langit kamarnya. Ia kembali teringat kemasa-masa dulu, sebelum kedua orangtuanya memtusukan untuk berpisah, hidup masing-masing, memisahkan Oikawa Tooru dengan adik kesayangannya.

Sudah hampir empat tahun Tooru tidak bertemu dengan ibu dan adiknya. Mereka seperti hilang tertelan oleh bumi, tak ada jejak sama sekali. Tak tahukah mereka jika dirinya sangat rindu. Rindu akan belaian kasih seorang ibu, dan ucapan sakars sang adik. Ah, jika ia diberi kesempatan untuk bertemu dengan mereka, Tooru tidak akan melepaskannya lagi. Demi apapun, dia masih tak terima dengan keputusan cerai ini.

"Tobio-chan...Sekarang kau sudah sebesar apa, ya". Tooru membayangkan wajah datar sang adik yang pastinya sudah tumbuh dewasa semenjak empat tahun lalu. Ia tersenyum simpul membayangkan Tobio yang kembali berada disisinya. Mungkin setelah ini, ia akan berusaha lebih keras lagi untuk mencari kedua orang itu agar mereka lekas berkumpul.

Tooru memasuki kawasan sekolahnya yang lebih ramai dari hari-hari lalu dengan senyum diwajah, seiring langkah kaki si kebanggan klub voli putra Kitagawa Daiichi, tak sedikit terdengar pekikan wanita yang mengaku sebagai fans dari pemuda bertampang ikemen itu.

Bukan Tooru namanya jika tidak membalas sapaan para fans, maka dengan itu, balasan manis dari sang diva sekolah membuat krumunan wanita tadi menjerit semakin histeris. Persis seperti fans yang bertemu selebritis kesukaannya. Kejadian itu tak berlangsung lama, tentu saja.

"Ahoika!..Apa yang kau lakukan disana?!". Karena, setiap Oikawa berlaga sok keren seperti itu-Menurut Iwaizumi-, ia akan langsung melupakan kewajibannya untuk datang ke gymnasium. Sibuk mengurusi fanservice yang dilakukannya. Kalau sudah begini, orang yang tepat untuk menjedukan kepala Oikawa hanyalah satu orang.

Iwaizumi Hajime.

Oikawa tentu saja sadar, Iwaizumi adalah pertanda buruk bagi kelangsungan otak pemuda bersurai coklat itu.

"Jaa nee...". Oikawa melambai sekali lagi kearah fansnya sebelum telinga kanan dijewer dengan sangat tak elit oleh Iwaizumi.

"Bodoh!. Hari ini klub sedang sibuk mengurusi anggota baru. Seenaknya saja kau berkeliaran dengan fansmu!". Dengan sebelah tangan yang masih menjewer telinga Oikawa, Iwaizumi menggeret remaja itu hingga masuk kedalam gymnasium sekolah yang mulai ramai dengan anggota baru. Hari ini adalah seleksi masuk klub voli Kitagawa Daiichi.

Iwaizumi baru melepaskan jewerannya ketika mereka menginjakan kaki di dalam gymnasium tersebut, meski sempat dilirik oleh beberapa anggota.

"Iwa-chan hidoi jaa...Kau mempermalukan diriku di depan banyak orang". Oikawa nangis bombay dengan nada penuh kealayan hingga membuat semua orang di dalam sana yang melihat merinding seketika. Pemuda itu mengelus telinganya yang merah sebelah akibat ulah Oikawa.

"Cih...". Iwaizumi melengos begitu saja, tidak memperdulikan ratapan pilu dari setter terbaik itu. Suruh siapa Oikawa mengabaikan tugasnya, rasakan saja.

"Mou Iwa-chan, jika kau cemburu karena kurang tenar, tinggal bilang saja". Dengus Oikawa tanpa memperhatikan perubahan mimik sahabatnya.

"NANDA TEMEEE".

Tebaklah sendiri apa yang terjadi. Penulis tidak tega mengatakannya.

.

.

.

Oikawa dengan wajah yang penuh dengan lecet-lecet sehabis dijotos dengan telak oleh Iwaizumi, akhirnya bisa tenang mengikuti acara penyeleksian anggota siang hari itu. Beberapa set mini game diadakan untuk mengevaluasi kemampuan anggota baru.

30 menit berlalu. Penyeleksian masih terus berjalan.

Oikawa dan beberapa tim reguler lainnya terlihat masih bertahan menghadapi tim beranggotakan anak baru yang sudah diacak pelatih. Kalau dihitung, ini adalah tim ketiga yang sudah dihadapi sekaligus dihabisi oleh Oikawa dan timnya.

"Spike dan Blok anak nomor 5 lumayan juga...". Oikawa memperhatikan bocah bermuka lobak dengan senyum diwajah.

"Kau benar...Dia kandidat yang bagus untuk menjadi ace". Sahut Iwaizumi dengan sebotol minuman istonik dan handuk dilehernya.

"Calon sainganmu loh, Iwa-chan". Oikawa menyeringai jahil.

"Urusee naa... Lebih baik kau istirahat sebentar, sana. Cideramu masih belum sembuh total". Iwaizumi mendelik tajam membuat Oikawa merinding.

"Iwa-chan sekarang begitu mengkhawatirkan aku, kalau begitu kenapa tadi kau memukulku dengan sadis jika tahu aku cidera". Tampang melas ala Oikawa Tooru membuat dahi partnernya berkedut-kedut disko.

"URUSEE".

Oikawa menerima lemparan sayang dari botol isotonik milik Iwaizumi kewajahnya.

.

.

.

Oikawa duduk disamping pelatihnya. Wajah bintang itu kelihatan sangat kacau karena sedari tadi terkena amukan dahsyat dari Iwaizumi Hajime. Posisi setter digantikan oleh junior Oikawa yang merupakan permainan reguler juga. Penyeleksian klub kembali berlanjut.

"Anak-anak baru sekarang lumayan bagus juga ternyata". Ungkap pelatih dengan wajah cerah.

Oikawa sejenak melihat kearah pelatihnya, kemudian mengangguk setuju dengan ucapan barusan. Mungkin ia tidak perlu lagi khawatir dengan klub ini jika sudah lulus nanti. Setelah mereka cukup terasah, mereka semua pasti akan lebih kuat dari sekarang.

Tim dari anggota baru yang keempat pun memasuki lapangan. Seperti sebelumnya, mereka diharuskan menyebutkan nama serta kelas dan posisi sebelum bermain.

Oikawa melihat tanpa minta perkenalan itu hingga...

"1-C, Kageyama Tobio, posisi setter...".

...Mata biru yang kelam...

...Rambut hitam...

...Dan Bibir yang tidak akan pernah dilupakan oleh Oikawa...

Klontang

Oikawa refleks berdiri, membuat botol minumannya terjatuh dramatis ketanah. Wajahnya mengeras. Perhatian sukses terpusat kearah Oikawa.

"Tobio-chan?". Gumamnya lirih.

T B C

Fyuhhhh...cerita pertama di fandom ini nih... XD

Ini baru prolognya sih...Kalo emang ada yang suka, aku bakal lanjut... thehehehe...maaf jika masih banyak kekurangannya ya T.T /bow