[108]

Boys-Love, AU, OOC, DLDR

YoonMin, NamJin

I'm Suga!top-team

Red Casper


Min Yoongi adalah manusia paling dingin sejagad raya. Ini bukan soal suhu tubuhnya tapi caranya bersikap dan memperlakukan orang lain. Lelaki berkulit pucat itu hanya bicara seadanya, tetapi sekali bicara, dia bisa mematahkan hati menjadi berkeping-keping dengan kata-kata dan sikap cueknya. Dia tidak peduli pada perkataan orang lain, melakukan apapun yang dia suka juga pergi kemanapun yang dia inginkan.

Walaupun orang-orang terdekat sudah mengetahui dengan jelas watak pria berumur dua puluh empat tahun ini, mereka tetap saja tidak habis pikir bagaimana bisa ada manusia sedingin Min Yoongi di dunia ini, juga kadang tidak ada yang tahan dengan kelakuannya.

Kecuali satu orang, Park Jimin. Pemuda manis berpipi chubby yang sudah dua tahun ini memposisikan diri sebagai kekasih Min Yoongi, membuat semua orang bertanya-tanya. Kenapa Min Yoongi hanya mau mendengarkan Park Jimin, dan kenapa Park Jimin bisa tahan dengan kelakuan Min Yoongi yang super duper menyebalkan itu.

"Yoongi hyung itu orangnya hangat dan perhatian, kok" Jimin pernah –selalu berkata demikian tiap ada yang bertanya tentang hubungannya dengan Yoongi yang sudah mencapai usia lebih dari dua tahun. Jimin selalu tersenyum manis saat mengatakannya, tapi tak ada satupun yang bisa mempercayai itu. bagaimana bisa? Seorang Min Yoongi? Menjadi hangat? Wah, itu seperti mendatangkan kemarau di kutub utara. No way. Mustahil.

Min Yoongi juga termasuk jenis manusia yang susah sekali ditebak pikirannya, suka sekali membuat orang bingung. Bahkan Park Jimin beberapa kali mengaku galau jika kekasihnya mulai berbuat semaunya.

Seperti pada suatu hari Jimin yang sedang pusing soal sesuatu yang bersangkutan dengan Min Yoongi masuk ke dalam café milik kakak sepupunya, Jung Hoseok, dan duduk di salah satu meja panjang, dimana empat orang pemuda duduk dengan kopi untuk masing-masing sambil membicarakan sesuatu yang sangat seru.

"Hai, hyungdeul" Jimin menyapa sepupunya yang berambut coklat agak panjang, membuat lelaki bersenyum indah itu terlihat seperti karakter pria tampan dalam manga. Juga seorang pemuda lain dengan rambut merah muda dan berlesung pipit, sahabat Jung Hoseok, Kim Namjoon.

"Halo, Taehyung-ah, Jungkookie" tangan Jimin terangkat menyapa dua orang lain yang merupakan sepasang kekasih. Yang satunya berambut warna merah menyala yang berantakan, memiliki senyum kotak yang khas dan suka sekali membuat suara hehe jika ia tertawa, Kim Taehyung. Lalu kekasihnya, memiliki gigi kelinci yang membuatnya terlihat menggemaskan, berambut hitam kelam, Jeon Jungkook.

"Mana Yoongi hyung?" tanya Namjoon. Sahabat Jung Hoseok itu adalah sepupu dari Min Yoongi. Mereka sempat tidak percaya bahwa Kim Namjoon yang sehangat mentari bisa menjadi sepupu Min Yoongi yang sedingin bulan.

"Entah" Jimin mengangkat bahunya sambil melirik seorang pelayan di balik bar, "Jin-hyung, bisakah kau membuatkanku caramel macchiato?"

Pelayan itu, Kim Seokjin, tersenyum manis lalu melakukan gesture oke dan langsung menghilang ke dapur.

Jimin mendengar Taehyung berbisik pada Namjoon, "Hyung, kapan akan mendekatinya?"

"Mendekati siapa?" Jimin memutuskan ikut nimbrung dalam pembicaraan.

"Jin-hyung" jawab Jungkook sambil terkikik geli.

"Heol. Namjoon-hyung suka Jin-hyung?"

Namjoon tertawa malu dan disambut kekehan Hoseok dan Taehyung. Mereka mulai menyemangati Namjoon dengan ucapan seperti ayolah, dekati saja dan malam ini saja bagaimana? Namjoon hanya tertawa sebagai jawaban, dia masih belum berani mendekati karyawan manis Hoseok itu. lebih tepatnya dia tidak tau harus memulai dari mana.

"Kudengar Jin-hyung suka bunga. Sebagai informasi kalau kau benar naksir padanya" kata Hoseok memberitahu.

Mereka semua langsung tutup mulut saat Jin datang membawakan pesanan Jimin. Pemuda itu tersenyum pada mereka semua, lalu ia pergi bersama Hoseok ke dapur.

Jimin melihat Namjoon memikirkan sesuatu, menarik nafas panjang kemudian menggumam, "Bunga ya?"

Jimin pun melakukan hal yang sama, karna sungguh dia punya masalah dengan bunga. Terima kasih pada Min Yoongi, kekasihnya yang menghilang sejak kemarin setelah mengiriminya sebuket besar bunga mawar merah.

.

.

Kim Taehyung, Jeon Jungkook, Jung Hoseok dan Park Jimin mengutuk Kim Namjoon sekarang ini. memang benar Namjoon mendekati Jin dengan memberinya bunga mawar merah, yang salah adalah Namjoon memberikannya di depan mereka semua tepat setelah Jin selesai bekerja. Maksudnya, cowok ini tidak punya sisi romantis atau apa? dia bisa saja bertemu berdua dengan Jin lalu memberikannya bunga. Mereka 'kan baru pendekatan. Jin saja sudah menatap buket bunga itu dengan mata melebar dan mulut terbuka, wajahnya merah.

"Ehm, tujuh?" tanya Jin pada Namjoon sekarang yang berdiri di depannya, menggenggam ujung meja kuat-kuat karna gugup. Dia tidak mengerti kenapa Jin menanyakan jumlah bunga itu. apa Jin minta bunga lebih? Saking sukanya dengan bunga.

"Eer, ya. aku suka tujuh" jawab Namjoon sekenanya. Alasan sebenarnya kenapa bunga itu ada tujuh adalah karna bunga yang awalnya berjumlah sepuluh itu di ambil beberapa tanpa persetujuan oleh Taehyung untuk minta maaf pada Jungkook karena kemarin Taehyung tidak menjemputnya dan malah asik main game bersama Hoseok.

Sekarang ini Taehyung yang duduk di samping Jungkook di belakang sana sedang merasa bersalah pada Namjoon.

Tapi kemudian Jin tertawa pelan sambil menatap Namjoon, "Kau tau apa artinya tujuh bunga mawar?"

"Eehhmm…" Namjoon menggumam ragu. Dia yakin IQ-nya lebih tinggi dari semua teman-temannya, tapi dari semua pengetahuan yang di makan Namjoon dari buku-buku pelajaran, tidak pernah ada pengetahuan tentang arti tujuh bunga mawar. Dan Namjoon khawatir, siapa tau dia tidak akan lulus sebagai calon pacar jika dia tidak bisa menjawab.

Jin tertawa lagi, tapi kali ini dia menggigit bibirnya lalu berkata, "Tujuh bunga mawar artinya aku tergila-gila padamu"

Langsung saja seruan ooooohhhhh yang dikutuk Namjoon terdengar dari teman-temannya. Jin hanya tertawa, menatap Namjoon malu-malu.

Melihat celah untuk mencuri hati si putri bersenyum manis, Namjoon berdehem lalu memegang tangan Jin, "Wa-walaupun aku tidak tau benar artinya, tapi aku benar-benar tergila-gila padamu"

Seruan oooohhhh lainnya memenuhi café yang sudah tutup malam itu. Jin tertawa dan Namjoon senang melihat rona merah muda di pipi pemuda itu.

Belum sempat Namjoon mengutarakan isi hatinya lagi, Jimin sudah bersuara dengan bingung pada Jin, "Jadi, jumlah bunga mawar itu ada artinya?"

Jin membalas sambil mengangguk, tersenyum melihat Namjoon balas tersenyum padanya. "Tergantung pada apa yang ingin di katakan pemberi bunga"

"Kemarin Yoongi hyung memberiku bunga. Katanya hanya boleh menelponnya jika sudah mengerti" Jimin menggumam, tapi semua orang mendengar. jadi langsung saja mereka membanjirinya dengan beberapa respon, seperti Taehyung dan Hoseok yang menatapnya tak percaya.

Mereka berkata bersahutan, "Yoongi hyung bisa memberi bunga pada seseorang? Heol. Apa bunga bangkai? Atau bunga kamboja? Atau krisan?"

Sedangkan Jungkook sendiri sudah berekspresi seram yang dibuat-buat, "Kenapa Yoongi hyung memberi bunga? Apa kutub utara sedang mencair sekarang?"

Jimin berdecak sebal, melempari teman-temannya dengan buku menu yang ada di meja, "Dia memberiku sebuket besar bunga mawar merah"

"Berapa?" tanya Jin yang mengundang atensi semua orang.

"Banyak. Haruskah kuhitung satu-satu?"

Jin mengangkat bahunya, masih memegang bunga dari Namjoon erat-erat, "Yah, ada beberapa maksud dari jumlah bunga mawar, seperti sepuluh tangkai mengartikan kau cantik, dua puluh tangkai artinya aku tulus mencintaimu atau lima puluh tangkai yang berarti ini adalah cinta yang tak akan kusesali. Bisa sampai seratus bahkan lebih"

"A-ah.. aku ingat" Jimin mengerutkan kening untuk mengingat-ngingat buket bunga yang di amankan di kamar apartemennya, "Di buket itu ada amplop kecil, kupikir itu surat, tapi ternyata hanya kartu dengan tulisan 108"

Jin memekik "Eoh…" membuat semua orang kaget. Lalu dia tersenyum lebar-lebar, "Astagah, romantis sekali. Seratus delapan tangkai bunga mawar artinya will you marry me?"

Jimin membuka matanya dan mulutnya lebar-lebar, begitu juga semua orang. Mungkin di pikiran orang lain, "Min Yoongi bisa seromantis itu? Min Yoongi bisa tau hal-hal manis macam itu? tolong cek apakah kutub utara benar-benar sedang kemarau sekarang", sedangkan Jimin memekik riang dalam kepalanya, "Oh, Yoongi hyuuuunnggg!" setelah itu dia lari meninggalkan café setelah berulang kali bertanya "Kau yakin?" pada Jin.

Namjoon yang melihat itu hanya tertawa, dia mendekati Jin dan berbisik di telinganya, "Kau mau kuberikan seratus delapan mawar juga?"

Jin menatap Namjoon tak percaya sebagai jawaban lalu ikut tertawa bersamanya.

.

.

Yoongi bergerak malas menuju pintu apartemennya. Mengutuk siapapun yang menekan bel setidaksabar itu, mengganggu keheningan dan kenyamanan rumahnya. Tapi dia menelan kutukan yang tadi di lepaskannya setelah melihat siapa yang berdiri di depan pintu sambil terengah. Park Jimin miliknya yang begitu berharga tidak boleh terkena kutukan apapun.

Yoongi mengerling jendela apartemennya sejenak. Hujan. Pantas saja rambut Park Jimin lembab menempel di dahi juga pakaiannya setengah basah. Dia baru akan berdecak memarahi Jimin tapi kekasihnya itu sudah bersuara lebih dulu.

"I do, hyung. I do"

Yoongi menatapnya lama kemudian Jimin tertawa, "Bunganya. I do"

Pemuda pucat itu berdehem salah tigkah lalu menarik Jimin masuk ke dalam, "Dasar bodoh. Sudah kubilang untuk menelponku saja, kenapa mesti hujan-hujanan?"

Jimin tersenyum lebar saat Yoongi menariknya masuk ke kamar dan melemparkan pakaian ganti dan handuk ke wajahnya. Kekasihnya itu bersuara malas, "Cepat ganti, aku tidak mau repot kalau kau demam" lalu berjalan keluar.

Jimin mengganti pakaiannya dengan cepat lalu keluar kamar, menyusul Yoongi yang kini duduk di depan tv dengan semangkuk besar popcorn.

"Mau kemana?" tanya Yoongi ketika melihat Jimin berjalan menuju dapur, bukannya duduk di sampingnya.

"Membuat kopi. Kau mau kubuatkan juga?"

Yoongi berdecak, menaruh mangkuk popcorn-nya lalu bangkit, mendorong Jimin agar duduk di sofa, "Akan kubuatkan. Aku tidak mau kau menghancurkan dapurku"

Jimin tersenyum dan menerima saja. Duduk sambil mulai memakan popcorn. Dia tau itu cara Yoongi untuk perhatian padanya. Yoongi itu tipe cowok tsundere yang menyembunyikan kehangatan di balik sikap cueknya. Jimin sudah tau dengan bersama pemuda itu dua tahun.

Dan ketika Yoongi kembali, Jimin mengerutkan kening melihat segelas teh lemon hangat di hadapannya, "Hyung, aku kan minta kopi"

"Tadi aku mendengarmu batuk. Jangan minum kopi. Minum ini saja atau kupotong lidahmu"

Jimin tertawa lalu kemudian meneguk teh lemon itu. segera saja rasa hangat menjalar masuk ke tenggorokannya, "Terima kasih, hyung" katanya lalu mencium pipi Yoongi, membuat kekasihnya itu tersenyum tipis.

"Dan soal lamaranmu –"

"Aku tidak ingin membahasnya"

"Kau malu?"

"Sudah kubilang tidak ingin membahasnya, sialan"

Jimin tertawa semakin keras, mencoba mencubit pipi Yoongi karna gemas tapi Yoongi terus menepis tangannya.

Yoongi bangkit menuju kamar, meninggalkan Jimin yang masih tertawa lalu kembali dengan sebuah selimut tebal yang langsung di pakai untuk menyelimuti Jimin sekaligus memeluknya.

"Kau sudah memberitahu orang tuamu?" bisik Yoongi kemudian, membuat Jimin bergidik senang.

"Soal apa?" tanya Jimin, mencoba menggoda kekasihnya.

"Kau tau apa yang kubicarakan"

Jimin tertawa lalu membalas pelukan Yoongi dari balik selimut, "Well, aku akan bilang besok –hyung, soal pernikahan, aku ingin foto pre-wedding di café Hoseok hyung."

"Tidak usah prewed, buang-buang uang saja"

"Hyuuungg~" Jimin menggoyangkan kakinya pertanda tidak senang, dan Yoongi membalas dengan decakan gemas.

"Kau tau biaya pernikahan itu mahal, prewed hanya akan menghabiskan uang dan buang-buang waktu. Tidak usah"

"Kau ini perhitungan sekali. Kau saja sampai membeli seratus delapan bunga mawar hanya untuk melamarku –"

" –Aku tidak ingin membicarakannya"

" –Melamarnya tidak jelas pula. Harus aku yang memecahkannya sendiri. Kalau tidak ada Jin-hyung aku mana tau"

" –Kubilang tidak ingin membicarakannya"

"Aku ingin ada foto pre-wedding kita di undangan nanti, hyung" Jimin merengek tapi kemudian dia batuk-batuk, membuat Yoongi mengusap punggungnya dengan sayang dan memeluknya erat.

"Apapun. Tapi kalau kau sampai sakit, kucekik lehermu"

Jimin tersenyum sumringah lalu bergerak mengecup bibir Yoongi.

Min Yoongi mungkin adalah manusia paling dingin sejagad raya, tapi Jimin tau dia memiliki begitu banyak kehangatan, juga begitu banyak perhatian. Min Yoongi hanya butuh Jimin untuk mengerti bahwa dia memiliki cara sendiri untuk menyampaikannya, dan Jimin senang mengetahui bahwa semua itu ditunjukkan Min Yoongi hanya pada dirinya, bukan orang lain.

.

.

.Theend.

.

.

"Hyung, jadi kita boleh punya foto pre-wedding?"

"Hmm. Asal mau melakukannya di kutub utara dengan konsep penganting membeku dan mati kedinginan"

"…"

"…"

"Ide bagus"

"Shit"


A/N:

Ups, another FF gaje. Saya gatau ini YoonMin atau malah NamJin. Hahaha. pokoknya ini tentang cinta. hahaha