Chanyeol sudah mengerti bahkan diusianya pada tahun keempat dia bernafas di dunia. Dengan serum yang telah disuntikkan oleh kedua orangtuanya sebelum mereka meninggal, semua berubah dalam sekejap mata. Sistem di kedua tubuhnya berkembang dua kali lebih cepat daripada manusia normal. Paman Kris sudah membuat dia mengerti maksud dari dia dilahirkan. Atau Chanyeol dapat menyebutnya bahwa kehadirannya memang disengaja untuk mengembalikan keadaan semula. Tidak seperti dia berdiri sekarang, dimana manusia tidak lagi memiliki emosi.

Dengan segala kecerdasan yang dimilikinya, dia tentu sudah menyusun rencana secara lurus dan teratur. Dia tahu dia harus bersabar. Diumurnya yang ke dua puluh, dia diberi tahu oleh Paman Kris bahwa serum itu tidak lagi bekerja. Dan dia sudah menjadi manusia seutuhnya. Tetapi kecerdasan tersebut tidak dapat membuat dia mengerti mengapa emosi tak boleh lagi dipakai atau diekspresikan. Chanyeol masih beranggapan bahwa emosi adalah salah satu emosi manusia. Dan seseorang yang berada dibalik ini semua jelas adalah orang yang menentang keberadaan Tuhan dan mungkin membenci sifat-sifat yang ada didalam manusia. Ultimatum itu dikeluarkan beribu-ribu tahun jauh sebelum dia di lahirkan. Chanyeol hanya mampu berspekulasi sampai disini. Dan akan memikirkan kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Hidup sebagai manusia palsu membuatnya merasa semakin bisa mengendalikan dirinya. Kapan dan dimana pun. Paman Kris bahkan sudah melabeli Chanyeol manusia paling kaku yang pernah dia lihat. Saat itu dia memang dikuasi emosi yang berlebihan.

Hatinya sudah diarahkan untuk membalas dendam kepada siapapun yang terlibat dalam kematian kedua orangtuanya. Dari umurnya yang keempat tahun dia sudah bertekad dan tidak ada seorangpun yang bisa menghentikannya.

Diliputi dendam yang besar selama kurang lebih dua puluh tahun tidak menyadarkan dirinya bahwa sewaktu-waktu dia bisa saja sudah dijodohkan. Dia benar-benar tidak memikirkan hal itu.

Chanyeol mengenalinya dengan nama Baekhyun. Bocah 18 tahun yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata dari anak seusianya dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

Dia pernah berpikir bahwa dia tak peduli sudah dijodohkan atau tidak. Dia tetap pada rencana awalnya.

Sampai Chanyeol sadar bahwa keberadaan Baekhyun bahkan merubah semua rencananya menjadi berantakan. Menjadi tak lurus dan tak teratur.

Menjadi tak terbantahkan.

.

.

.

EMOTIONS

amandaerate

manyeolbae

This Is Chanbaek Story

Main cast: Byun Baekhyun, Park Chanyeol

Genre: Fantasy, Sci-Fi, Romance and Drama

Rated: M

Length: 3 of?

Disclaimer: Para tokoh hanya aku pinjam nama saja, keseluruhan karya ini milik aku. Jika ada kesamaan ide, nama, dan latar adalah jelas ketidaksengajaan. Teori disini sepenuhnya fantasy dan hanya kebutuhan dalam cerita. Abaikan teori yg menurut kalian tidak pantas. Termasuk perihal mengabaikan adanya Tuhan. Aku bener-bener udah mikirin plotnya. So, itu adalah bagian dari cerita saja. Aku harap kalian mengerti ya^^

Summary: Semua acuan di dunia kita mengarah pada teknologi dimana sebuah perjodohan harus dilakukan tanpa memandang kelamin. Pernikahan bukan untuk meraih kebahagiaan, tetapi untuk berkembang biak. "Chanyeol, mengapa kau begitu berbeda? Mengapa kau memiliki emosi?" –Baekhyun. Saat itulah Baekhyun dijodohkan oleh Chanyeol. Chanyeol yang diutus untuk mengembalikan keadaan semula, dimana manusia tak lagi memiliki emosi.

Warning: YAOI! Typos! If you don't like YAOI, don't read. Isn't simple, right?

Enjoy and Review Juseyooooo

.

.

EMOTIONS

Bab 2

TWENTY

.

.

"Haahhhh...Haaahhhhh" Sebuah hembusan nafas kasar terus menerus keluar dari bibir Baekhyun. Dia sedang terbaring lemah dengan mulut terbuka, berkeringat dan tak berdaya. Tetapi dia antara mata sayunya, dia masih berwajah datar.

Aku sudah melihat tanda-tandanya ketika dia meringis sakit pada bagian perutnya. Dalam keadaan panik, aku menghubungi Paman Kris. Meminta solusi bagaimana Baekhyun dapat mengeluarkan bayinya dan tak mempermasalahkan aku yang akan terus berada disamping Baekhyun.

Untunglah ingatan Paman Kris berjalan dan menyebut Profesor Suho. Aku yakin dia dapat membantuku.

"Aku harus membiusnya, Park. Tetapi dia masih tetap terjaga. Ini untuk melumpuhkan sementara sistem saraf rasa sakitnya." Profesor Suho memberitahuku, dia langsung menyuntik Baekhyun tanpa menunggu balasanku, ucapannya bermaksud memberitahuku.

Jangan tanyakan aku mengapa Prof Suho tidak mempermasalahkan aku tetap disamping Baekhyun dalam keadaan panik dan rasa ingin menangis. Dia sama sepertiku dan seperti Paman Kris. Jangan kaget karena banyak orang yang mau mengeluarkan emosinya dan tetap menyembunyikan itu pada manusia lain yang kedudukannya tinggi. Diruangan ini, Paman Kris memastikan bahwa semua aman. Dia menjaga mereka untukku.

Setelah beberapa lama diantara hidup dan mati Baekhyun, bayi itu keluar tanpa tangisan. Dia hanya tertidur dengan kulit kemerahan yang membuat hatiku membuncah saat melihatnya.

"Seberapa kerasnya kita menyembunyikannya dia tetap akan dibawa, Chanyeol. Kau tau itu. Kita tak bisa menyelamatkannya sama sekali. Setidaknya sampai tiga atau empat hari kedepan."

Aku meringis ketika menyadari bahwa kebahagiaan tidak akan berlangsung selama yang Bisa kupikirkan. Diam-diam air mataku mengalir dan memeluk makhluk mungil itu. Dia dalam keadaan suci saat dilahirkan, dia sama sekali tidak bersalah. Dan dia seenaknya saja dibuat bahkan penelitian oleh orang-orang yang tidak memiliki hak sama sekali terhadap bayiku.

"Chanyeol?" Suara lembut itu membuatku mengangkat kepalaku. Dia masih berbaring dalam beberapa jahitan yang masih basah diperutnya.

Aku mendekati bayi yang berada didalam timanganku ke wajahnya. Seketika aku dapat melihat wajah haru walau mungkin hanya angin lalu. Dia dengan ragu menaruh telunjuknya pada pipi tembam si bayi. Kemudian menyusuri kulitnya yang berwarna kemerahan.

"Siapa namanya, Baek?"

"Chanhyun."

"Park Chanhyun?"

Belum sempat Baekhyun menjawab, Kris mendekatiku terburu-buru kemudian berbisik, "Perhatikan emosimu, Chanyeol." Tangannya dengan terburu menghapus jejak air mataku dengan tisu yang digenggamnya. Setelahnya membuang dalam diam dibalik punggungnya.

Dua detik dobrakan pintu menjawab semua pertanyaanku. Aku menoleh kearah pintu dengan pandangan datar. Beberapa petugas berpakaian khas memasuki ruangan dengan bersenjata lengkap. Tidakkah mereka terlalu berlebihan?

Salah satu ilmuwan berkulit putih memasuki ruangan dengan angkuh. "Bawa bayinya untukku."

Dua orang petugas mendekatiku, satu orang mengambil bayi yang ku timang dengan paksa dan lainnya menjaga kalau-kalau aku memberontak.

Kenyataan bahwa aku tidak dapat melakukan apapun untuk bayiku membuatku marah. Mungkin mukaku sudah memerah dan tanganku mengepal erat karena menahan amarah.

Bayi itu sekarang berada digenggaman pemuda berkulit pucat itu. mereka bergegas keluar kalau saja suara Baekhyun tidak menghentikannya.

"Profesor Sehun? Mengapa kau membawa Chanhyun?" Seharusnya aku mencegahnya untuk mengeluarkan pertanyaan itu.

Profesor Sehun yang dimaksud itu menoleh kembali memberikan bayinya kepada salah satu petugas. Dia berjalan ke arah bangsal dimana Baekhyun masih terbaring. "Kukira kau sudah tahu aturan mainnya, Baekhyun."

Aku tak mengenalnya. Si Sehun itu. Mereka berdua berbicara selayaknya teman lama. Tak menutup kemungkinan kalau Sehun adalah salah satu profesor yang mengajar Baekhyun.

"Aku tahu aturannya dan aku tak mungkin salah bahwa kita bisa saja menolak penelitian terhadap apa yang menjadi hak milik kita seutuhnya."

Aku berdiri disebelah Baekhyun, waspada saat jemari Sehun berhenti pada rahang milik Baekhyun.

"Jadi...Kau beranggapan bahwa bayi itu adalah milikmu? Sudah berapa tahun kau hidup didunia ini, Baekhyun?"

Jemari Sehun meneleng rahang Baekhyun sehingga kepalanya terlempar kesamping.

"Tolong jangan berbuat kasar." Aku tak mungkin berdiam diri saja ketika orang yang paling berharga bagiku ini dilecehkan didepan mataku, bukan?

"Persetan. Kupikir cukup sampai disini dimana batasanmu pada bayi yang kau lahirkan, Baekhyun. Lain kali perhatikanlah cara bicaramu dan kepada siapa kau berbicara." Selanjutnya melengang keluar diikuti oleh para petugas yang membuat rusuh.

Kurang dari tiga puluh menit aku menatap malaikat kecilku, ah tidak. Itu bahkan terasa singkat bagiku. aku belum puas menatapnya. Kalau saja aku tahu Chanhyun akan dibawa secepat yang profesor Suho perkirakan, aku akan menatap bayi kecilku itu sepuasnya. Aku bahkan belum sempat mengecup wajahnya yang tenang. Semua yang dikatakan profesor itu membuatku seperti diberikan harapan palsu yang jelas-jelas tidak mungkin terjadi.

.

.

.

Kurasa aku akan berhadapan lagi dengan Baekhyun selama empat bulan dirinya mengandung. Lagi-lagi dia mengabaikan keberadaanku. Dan hampir tidak menoleh bahkan tidak berbicara sama sekali. Pandangannya kosong. Terlebih dia masih dalam masa pemulihan pasca melahirkan. Keadaan Baekhyun semakin membuat perasaanku tak karuan. Dia lagi-lagi tidak mau membagi perasaannya padaku. Rasa-rasanya baru kemarin aku dibuat senang karena dia mampu membagi sedikit perasaannya padaku, atau pengakuan yang tersirat bahwa dia membutuhkanku. Lagi-lagi aku dibuat kalut olehnya.

"Baekhyun..."

Aku memijit pelipisku pelan. Mengerang karna dia sama sekali tidak tertarik oleh keadaan disekitarnya.

"Kau masih disini?" Suara milik profesor Suho bertengger ditelingaku. Aku hanya bergumam sebagai balasan.

"Ada teman Baekhyun datang, dia bilang dia mengenal Baekhyun."

"Siapa?"

.

.

.

"Baek? Benarkah itu kau? Kemana bakpau yang berada di tulang pipimu itu, mengapa aku tidak bisa melihatnya lagi?" Laki-laki yang sama mungilnya itu langsung memeluk Baekhyun dengan hati-hati. Dia hanya melingkarkan tangannya pada leher Baekhyun.

Selama dia hidup, baru kali ini dia melihat interaksi diantara dua manusia yang bisa terbilang dekat, dengan wajah datar. Bisa kalian bayangkan itu? Itu terlalu kaku bagi dirinya yang jelas-jelas telah memiliki emosi.

Dia terus bertanya atau memberitahukan hal-hal yang menurutnya seperti cerita dongeng sehari-hari. Aku akui dia pasti tahu bahwa Baekhyun tidak akan menjawabnya. Tetapi hal itu tidak terlalu peduli bahkan jika Baekhyun mendengarkan atau tidak.

Namanya Luhan. Dia tipikal teman yang setia. Aku bisa melihat dari pancaran matanya yang menyejukkan. Dia selalu cepat tanggap terhadap keadaan disekelilingnya. Dia terlalu cerewet, berbanding terbalik dengan Baekhyun. Aku tak perlu khawatir bahwa ada orang-orang yang akan berada disisi Baekhyun. Walaupun dalam tujuan yang berbeda.

.

.

.

"Lihatlah, wajah dan bibirnya benar-benar replika dari Baekhyun. Hanya saja matanya yang lebar itu mengikuti ayahnya."

Dua orang lelaki berbeda usia dengan memakai jas putih panjang itu mengamati bayi yang baru saja diletakkan pada tabung kaca yang kecil. Disamping kiri dan kanannya terdapat tabung-tabung bayi lainnya yang sedang tidur dengan tenang.

Satu orang yang lebih tua mengulurkan tangannya kearah tabung tersebut, kaca yang tadinya menghalangi otomatis terbuka dengan sendirinya. Kemudian dia mengangkat bayi tersebut ke tangannya. "Yang satu ini belum kita beri serum."

"Kau akan melakukannya, prof?" Lelaki pucat yang lebih muda bertanya.

"Tentu saja."

Keheningan sempat terjadi di antara mereka. Entah apa yang dipikirkan oleh mereka berdua, yang pasti masing-masing mata tertuju pada bayi yang berada pada lelaki yang lebih tua.

"Tidakkah penjurusan akan dilakukan sebentar lagi? Tahun ini Baekhyun akan mengikutinya, bukan?" Yang lebih tua lebih dulu bersuara, menghilangkan keheningan tadi. Sembari mengembalikan bayi pada tabung.

"Ya, dia sudah mencapai di angka kedua puluh. Ini sudah waktunya."

"Waktunya sudah tiba..."

.

.

.

"Tidakkah kau menyadari bahwa selanjutnya Baekhyun di umur dua puluh?"

Baekhyun sedang tertidur pulas. Membelakangi Chanyeol yang tetap duduk ditempatnya dan tidak pernah meninggalkan tempatnya. Sementara Kris baru saja tiba di ruangan mereka. Sedangkan Luhan sudah pergi beberapa jam yang lalu.

Tempat ini sudah selayaknya seperti rumah sakit. Tetapi orang-orang ini tidak menyebutnya begitu. Mereka ini bagaikan manusia-manusia yang tidak teguh pada pendiriannya. Selalu ada perasaan tidak puas diantara ilmuwan itu. Mereka bisa saja merubahnya sesuai dengan hati mereka. Tempat ini mereka sebut dengan laboratorium. Menganggap orang-orang didalamnya sebagai bahan percobaan atau penelitian yang tidak masuk akal.

Chanyeol mengernyit heran. "Apa maksud paman?"

Kris menghela napas panjang. "Inilah kelemahanmu, Chanyeol. Pikiran cerdasmu itu seakan menguap bila kau hanya terfokus pada satu titik. Seharusnya kau tidak begitu. Semuanya lenyap bahkan jika kau tetap seperti itu."

Chanyeol masih tetap tidak mengerti. Dia sepenuhnya kosong. Dia masih berpikir keras bahkan saat profesor Suho memasuki ruangan itu.

"Kau disini, Kris?"

"Ya."

Profesor Suho menghampiri Baekhyun. Memeriksa tubuhnya. "Kurasa dia akan baik-baik saja. Jahitannya akan cepat kering. Dia juga akan kembali kuat besok atau lusa dan kupastikan dia akan pulang."

Penemuan obat-obatan yang menkjubkan tak lagi membebani manusia. Ada beberapa obat yang bisa menyembuhkan dalam sekejap. Ada pula yang hanya bermaksud untuk meredakan sakitnya. Bahkan kanker pun bisa diatasi. Itu membuat tingkat kematian di dunia menurun dan sebalaiknya, tingkat kelahiran meningkat drastis. Manusia diperkirakan hidup sampai kurang lebih 100 tahun. Bahkan ada ilmuwan yang mencapai 250 tahun. Tak heran jika mereka hidup dengan sehat.

Profesor Suho menoleh kearah Chanyeol yang berada tak jauh dari bangsal. "Kau baik-baik saja, Chanyeol?"

Chanyeol yang tadi menunduk saat disebut namanya mendongak. "Ummm.. Ya, aku sudah lebih baik dari beberapa jam yang lalu."

"Bagaimana dengan ilmuwan yang akan menguji anak-anak dua puluh tahun itu, Suho-ssi?" Mereka yang setara kedudukannya tak akan memanggil dengan embel-embel profesor.

"Mereka sudah mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya. Seperti biasa. Bukankah Baekhyun akan turun tahun ini?" Dia menyenderkan pinggulnya yang sejajar dengan bangsal Baekhyun. Melipat kedua tangannya di depan dada.

Kris meringis. "Ya." Setengah berbisik.

"Apa maksud dari Baekhyun yang turun tahun ini?" Laki-laki lebih muda dari Kris dan Suho yang sedari tadi masih belum mengerti apa yang mereka bicarakan bersuara.

"Yeol, umur Baekhyun dua puluh tahun ini."

Oh, jangan bilang Chanyeol juga melupakan yang satu ini.

Dan, mereka tidak menyadari satu-satunya lelaki mungil yang terbaring itu tidak benar-benar tertidur.

.

.

.

Oh, astaga. Rasanya aku semakin dibuat kalut dengan apa yang mereka bicarakan beberapa menit yang lalu saat mereka masih didalam ruangan. Bodoh sekali rasanya jika yang dikatakan oleh paman Kris sepenuhnya benar. Sudah kubilang dia telah hapal sifat di dalam dan di luar tubuhku. Dia benar, kelemahanku adalah tidak memperhatikan sekeliling jika aku sudah terfokus pada satu titik. Dan satu titik sekarang yang menguasai jiwa dan pikiranku berada pada Baekhyun. Tidakkah dia berbahaya? Apa yang telah dia lakukan kepadaku? Mengapa kehadirannya bisa membawa pengaruh yang begitu besar terhadapku? He's so dangerous.

Aku telah melewatkan sesuatu yang penting yang sama sekali aku abaikan. Kalau saja mereka berdua tidak membicarakan hal ini. Tentu aku akan terkejut lebih dari ini.

"Apakah kau akan meninggalkanku, Baek?"

Aku tidak mengerti mengapa ada perjodohan jika hal ini tidak akan berlangsung lama? Seharusnya aku juga bisa mempersiapkan diriku saat hari itu tiba.

Oh, sudah cukup Chanhyun saja yang diambil dari pihak ilmuwan. Aku tidak akan bisa hidup tanpa Baekhyun. Kupikir aku sudah mulai gila. Bukankah aku hidup untuk balas dendam? Ketika Baekhyun muncul, aku sudah menyampingkan itu semua. Tapi aku masih bisa merasakan sesuatu yang akan meledak didalam diriku akan balas dendam itu.

Rasanya baru kemarin dia berada disiku.

Bip..bip..bip

Sebuah LED berwarna merah berkedip di jam tanganku. Itu lebih menyerupai gelang besi yang tipis dan beberapa tombol disekelilingnya. Aku menekan tombol hijau bermaksud untuk menjawab panggilan yang datang. Hologram 3D Kris membesar didepan kedua mataku.

"Yeol, dengarkan baik-baik. Aku harus memberitahumu. Ujian itu akan dipercepat. Dan itu mutlak. Maafkan aku memberitahu ini, tapi..." Ada jeda didalam suaranya."Apa kau baik-baik saja?"

"Maybe...Thank's Kris." Setelahnya aku menekan tombol merah disamping tombol hijau tadi. Dan hologram itu hilang. Aku sendiri ragu dengan suaraku.

Ya, Tuhan... Apakah hatiku akan baik-baik saja dengan itu? Lagi-lagi aku harus kehilangan orang yang aku sayangi. Tetapi tak menutup kemungkinan bahwa dia bisa melewatkan semuanya. Baekhyun adalah lelaki yang cerdas. Tetapi harapan itu pupus ketika aku ingat bahwa Baekhyun dalam keadaan yang terguncang pasca Chanhyun dibawa pergi oleh lelaki berkulit pucat bernama Sehun itu.

.

.

To Be Continued...

.

.

Bingung? Sama aku juga bingung wkwkwk.

Pendek?

Yaampun maaf yaaaa kalau ini benar bener telat setelat telatnya orang telat. Ngaretttt banget kan? Maaaaf bangetttt *bow *bow

Aku sekarang ga bisa janji bakal fast update lagiii. Jangan tanyakan mengapa:(

Semoga ini gak ada typo yaaa^^

Bales review mumpung sempet^^

nab03: iyaaa muehehe, udh ngelahirin malah dichapter ini:oo nahhhhh tebakan kamu bener wkwk. Jadi bayinya tetep diambil gimana dong?:( engga ketauan kok tapi hampir ketuan haha dia kan punya muka duaa, jadi woles. Iyaaa biasanya baek yg kaya cabeee ya haha. OOC bgt dah iniiii.

PcyB.I: iyaa bayinya diambil:( emosi gak bisa dibikin tapi dikeluarin *apabedanya wkwkwk. Wohooo makasihhh udh disemangatin:))

Hyurien92: ini sudah review kok kenapa harus bingung?:* iya say aku tahu ini pendek ga sepanjang anunya Chanyeol ya gimanaaa wkwk, ga diend kok hehhe. Okeee tetep dilanjut kok:)

Wijayanti628: iyaaaa ngeriii, dunia ga berwarna tanpa ada emosi yakan? Naahhhhhh cobaaa liat anak jaman skrng kalo lg nongkrongg pasti pada ke gadget semuaaa benerr? Haha makanyaaa Chanyeol terlahir buat menyelamatkan dunia *lebay lebih peka:v gpp kokkk aku seneng kalo ada org yg bisa bertuker pikiran gitu sama akuuu. Aku bikin ff ini pasti adaa hikmahnyaa *lah jadi alim gini wkwk. Woahhh makasihhh:) aku akan berusaha buat ceritanya jadi menarik. *tapisusah *heleh

raehoo616: the giver? Aku malah ngevisualisaiinnya ke hunger games *gatau kenapa wkwk. Yaaa nanti diceritakan kenapa mereka berbedaaa. Mungkin mereka kembar yg tertuker? *keksinetron wkwk abaikan:v sudah di lanjut yaaa^^

Restikadena90: iyaa dia gapunya emosi wkwk. Datar datar aee mukanyaa. Sebenernya ada banyak tapi mereka blm muncul aja kok. Bayinya ttp diambil:((( hoho ini sudah dilanjut ya:99

Vouzsmeyouzs: halooo dek hehe. Engga fast update ini aja ngaret bgt bgt bgt:(( maaf ya:*

: it's okay no prob. Sudah dilanjuttt. Iyanihhh hehe. Waaahhh semangattt kalau begituuuu semoga masuk di jurusan psikologinya:))

Emot: bisaaaa selama bisa berimajinasi secara bebas ff ini ada wkwk makanya namanya fiction:D kan aku bercanda say wkek nyatanya ini ngaret bgt bgtttt maaf yaaa. Semua manusia itu sama kok *lah

Babybaek: ahhh kamuuu jangan gituuuu jadi maluuu, aku jugaaa ingetnya ke divergent wkwk. *ketchupbasah

Nety264: wawwww daebakkkk it's okayyy:)) itu review kamu kepotong kah? Atau kepencet pas lg nulis?:D

: dilestarikan bagai lingkungan?:***

Lizz Danesta: haloooo kak lizz^^ tidaakk iqku rata rata kak kkkkk:v kupikir penulisanku masih ditingkatin lg karna ini membosankan? Yaappp kalo baca ni ff pasti berimajinasi muehehe. Wahhh ini ga fast update kak inipun ngaret bgt bgt maafff bgttt ya kak hehe. Hehe iya aku 97 line, wahhh salam kenal adeknya:D aduh kaaa iqku itu rata rata ga pinter._. alhamdulillah kalo kk suka ffku aku udh bersyukur bgt *terharu mereka gamungkin berontak ataupun menghilang kak muehehhe. Gpp dipanggil dek kok^^ see you too in next chapterrr:*

Pasti udah pada denger Baekhyun dan "The Day" kan? Galau banget yaaa? wkwkwk.

Maaf sekali lagi untuk keterlambatannya^^ *bow

See youu in next chapter:)

So...review?