07.00pm

Di dalam apartemen

"Hinata.. Bangunlah !" Ucap neji memanggil hinata sambil membuka tirai kamar bernuansa biru abu-abu itu.

Saat tirai dibuka cahaya mahatari masuk ke cela cendela menerpa wajah hinata yang masih memejamkan mata. Hinata yang merasa hangat diwajahnya pun terbangun dengan wajah ditutupi dengan tangan menghindari cahaya matahari itu.

"Mau sampai kapan kau tidur, Sleeping Beauty?" Ucap neji mengejek.

Hinata mencoba menoleh ke sumber suara, dan dilihatnya neji berdiri disisi ranjang sambil melipat lengannya.

"Niisan! Ucap hinata agak parau

Neji yang dipanggilpun menghampiri hinata dan mencoba menjatuhkan tubuhnya ke hinata. Meskipun terkejut hinata refleks menghindar dan jatuhlah neji disamping hinata. Hinata tak ingin menderita sakit pinggang karena tertimpa niisannya itu.

Neji tertawa karena tak berhasil menjahili hinata, tetapi dia tak mati akal lekas saja dia memeluk hinata dari samping. Hinata benar-benar sesak akibat ulah neji lihat saja neji yang memelukknya dengan erat, Hinata pasrah dibuatnya.

"Kau benar-benar wangi hinata" ucap neji sambil menghirup aroma lavender dari tubuh hinata.

"Seandainya tenten tau ulah manjamu ini nissan, apa yang akan dilakukannya?" ucap hinata sambil menatap langit-langit di dinding kamarnya.

"Ya itu takkan terjadi, jika kau tak memberitahunya? Dan kau tau akibatnya jika kau memberitahu tenten." Ucap neji sambil melepaskan pelukannya.

"Niisaan.. Tega sekali kau pada adikmu yang manis ini" ucap hinata dengan wajah cemberut.

Melihat hinata yang cemberut neji tertawa lepas, mendengar neji tertawa hinata semakin kesal dibuatnya.

"Ohhh jangan marahh adikku yang manis? Kau jelek jika sedang cemberut seperti itu? " Ucap neji.

Hinata yang masih kesal hanya diam saja tak menanggapi ucapan neji. Melihat hinata yang diam neji mencoba menjahilinya lagi dengan mengurung hinata dalam kungkungan lengan kekarnya. Hinata agak shock dengan apa yang dilakukan neji saat ini. Hinata sekarang berhadapan dengan wajah neji dengan tubuh neji diatas tubuhnya walau tubuh neji tertahan oleh kedua lengan dan kakinya.

"Mengapa kau takut hinata ? Kau adikku. Apa kau masih marah pada niisan mu ini !hm?" Jeda "Ataukah perlu kucium agar kau tak marah lagi! " ucapnya menggoda.

Hinata melotot saat neji mengatakan itu. Tanpa disadarinya neji semakin mendekatkan wajahnya pada hinata, hinata yang takut mencoba melarikan diri namun sia-sia karena tangannya sudah ditahan oleh neji. Saat 3 senti lagi bibir neji hampir mendarat ke bibir hinata, hinata yang ketakutan memejamkan mata. Namun hanya deruh nafas neji yang hangat terasa menjauh dari wajah hinata, hinata memberanikan diri membuka mata. Bertemulah kedua iris batu amethyst yang serupa saling memandang itu, tapi Neji mengalihkan pandangannya.

"Wajahmu merah hinata." Bisik neji di telinga hinata.

.

.

.

" NIISSAANNN.." Teriak hinata kesal

" Kenapa kau menggodaku, akan ku adukan kau pada ten-.. Akh-..."

Suara hinata terhenti saat neji menenggelamkan wajahnya di potongan leher hinata, hinata dapat merasakan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh leher dan tulang selangka miliknya.

Sesuatu yang hangat dan lembut itu mengecup pelan kulitnya dan terus menjelajah hingga kecupan itu menjadi semakin kuat dan basah.

"Nn-niii n-nniiissan" ucap hinata terbata, hinata benar-benar shock dan kaget dengan kelakuan neji.

Mendengar namanya dipanggil neji menghentikan kegiatannya dan melepaskan pegangannya pada hinata. Ketika neji duduk disamping hinata, neji melihat wajah kaku hinata yang semerah tomat. Melihat hal itu neji langsung tertawa terbahak-bahak.

Hinata yang mendengar neji tertawapun semakin kesal dibuatnya, dalam keadaan marah hinata segera bangun dengan posisi duduk sambil meraih bantal guling disampingnya dan memukuli neji dengan guling itu. Neji yang tak ingin tubuhnya habis dipukuli hinata dengan bantal segera melarikan diri. Saat neji menghilang dari balik pintu kamarnya, hinata merebahkan tubuhnya yang lemas diatas ranjang.

" Kenapa niissan menyerangku ?" Ucap hinata sambil mengusap jejak kecupan neji itu.

###

Hinata pov

Aku mengawali pagi yang gaduh di kamarku karena ulah niisan, aku benar- benar kesal padanya. Tapi ada sesuatu yang menggangguku, kenapa dia bersikap aneh sekali pagi ini. Kenapa juga dia harus menyerangku walaupun kutahu dia hanya menjahiliku.

Kulihat diriku di cermin dengan beberapa jejak kissmark yang tercetak Jelas dikulit halusku. Dan apa yang dia pikirkan hingga membuat beberapa kissmark ini.

' Oh..tuhan bisakah kau memberikanku hidup yang normal' teriakku dalam hati

Hinata pov end.

.

Normal Pov

Neji keluar dari kamarnya dengan kaos lengan panjang putih yang tipis dengan celana kain panjang miliknya karena cuaca yang lumayan hangat siang ini. Perut yang lapar memaksanya keluar kamar, dan segera saja dia pergi ke dapur mencari susuatu yang bisa dimakan.

"Huhh, kenapa manusia perlu makan?" Ucap neji kesal

"Jika kau tak makan, kau takkan punya tenaga nissan." Ucap Hinata sambil berjalan menghampirinya.

Neji yang mendengar suara hinata menoleh ke belakang dan terlihatlah hinata yang baru saja keluar dari kamarnya dengan mengenakan kaos lengan panjang berwarna cream dengan rok selutut menambah kesan manisnya pada neji.

"Kau tetap saja cantik memakai apapun hinata." Jujur neji pada hinata sambil mengambil sebuah botol air mineral di dalam lemari pendingin.

Mendengar ucapan neji terlihat semburat rona merah diwajahnya.

"Nissan juga masih tampan seperti sebelumnya!".

Ucapnya membalas sambil duduk dipantri meja makan.

Neji tersenyum mendengar perkataan hinata dan membuka tutup air mineral yang diambilnya tadi, segera saja dia meminumnya. Saat neji meneguk air itu perlahan tak sengaja matanya melihat beberapa jejak kissmark di perpotongan leher dan tulang selangka hinata. Neji yang melihatnyapun shock hingga membuatnya tersedak .

Hinata yang khawatir lekas berdiri dan menghampiri neji. "Ada apa niisann?" Ucap hinata khawatir.

Neji masih terbatuk-batuk dan hinata lekas menepuk-nepuk pundak neji dan segera mengambil segelas air dan memberikannya ke neji.

Neji langsung meminum air itu, "ukh-hah.. terimah kasih, hinata.." ucap neji tulus sambil memberikan cangkir yang sudah kosong itu pada hinata.

"Apa sudah baikkan?" Ucap hinata masih kawatir.

Neji mengangguk, dan melihat hinata disampingnya. Semakin jelas di mata neji jejak kissamark yangg dibuatnya pagi itu.

"Maafkan aku hinata." Ucap neji tulus

"Maaf untuk apa nissan?" Tanya hinata tak mengerti maksud ucapan neji.

"Maafkan aku karena telah membuat-" ucap neji menggantung saat melihat jejak kissmark hinata. Hinata yang melihat arah pandang nejipun langsung mengerti.

"Oh..ini, tidak usah dipikirkan niisan" ucap hinata sambil menutupi kissmark itu dengan tangannya.

Kriuuuuuttttt.. Tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh perut keroncongan yang berasal dari neji. Hinata yang mendengar bunyi itu sontak saja tertawa sedangkan neji hanya membuang muka karena malu.

"Emh,bagaimana kalau kubuatkan sesuatu untukmu niisan? " Ucap Hinata mengusulkan.

Hinata lekas mengambil bahan-bahan untuk memasak sambil mengira-ngira masakan apa yang akan dibuatnya. Neji hanya menatap punggung hinata, namun tanpa disadari hinata seulas senyum simpul terpantri di wajah neji.

"Jangan membuatku lama menunggu hinata, apa kau ingin mendengar nyanyian kelaparan dari lambungku ini." Ucap neji sambil mengusap perut ratanya.

Hinata yang mendengarnya hanya tertawa renyah dan tersenyum tanpa membalas ucapan neji.

Nejipun pergi meninggalkan hinata yang memasak di dapur menuju ruang tengah untuk menonton televisi.

.

.

.

Hinata Pov

Aku sudahh menyiapkan makan siang kami, setelah selesai menata masakanku di pantri meja makan. Tak terasa sudah hampir satu jam aku berkutat di dapur.

"Nii-san, makanan sudah siap? Ucapku memberitahu nissan.

"..." Tapi tak ada jawaban darinya, akupun melangkahkan kakiku untuk mencarinya.

"Nii-san!" Panggilku mengulangi, namun masih tak ada jawaban, akupun segera menghampiri nissan, namun semakin aku mendekat hanya suara tv yang terdengar. Tapi aku melihat kepala menyembul dari sisi kanan sofa.

"Nii-san, kau tak mendengarku? Makanan sudahh siap? Bukankah kau bilang sangat lapar tadi?" Tanyaku pada niisan, namun tak ada jawaban darinya. Akupun langsung saja melihatnya dibalik sofa panjang itu. Dan yang kutemukan niisan yang tertidur di sofa. Tanganku terjulur untuk membangunkannya tapi aku tak sampai hati membangunkannya karena kulihat nissan begitu terlelap. Tanpa kusadari tanganku menyentuh helaian rambut yang menutupi wajahnya. Dan aku memandangi wajah nii-san yang memang tampan itu.

"Nissan, kau memang tampan? Beruntunglah tenten yang telah memilikimu." Gumamku sendiri.

Tanganku terus menelusuri wajahnya, hidung, tulang pipinya, saat aku menyentuh bibirnya aku teringat akan kejadian pagi itu.

'Bibir ini sudah menyentuhku.'Batinku

Namun tanpa kusangkah saat aku akan menarik tanganku, pergelangan tanganku tertahan oleh nissan.

"Nn- nni-ssan" ucapku terkejut.

Namun niisan hanya diam dan tak membuka mata tetapi telapak tanganku didekapkannya di wajahnya dan niisan mencium telapak tanganku.

Deg.

.

deg.

.

deg

.

Jantungku tak berhenti bedegup kencang, karena terlalu panik langsung saja aku menarik lenganku kasar.

Akibat tindakan reflek niisan terbangun, manik amethys itupun terbuka perlahan.

"Hinata-" ucapnya setelah membuka mata.

"Nn-niisan, kau sudah bangun, ayo.. Kemarilah makanan sudah siap?" Ucapku sambil pergi meninggalkannya karena tak ingin dia melihat wajahku yang semerah tomat ini.

"Oh.. Sudah selesai yah? Ucapnya bangkit dari sofa dan mengikuti langkahku.

Niisanpun sudah duduk di kursinya, aku segera saja memberinya nasi hangat di dalam mangkuk.

"Niisan maaf sudah membuatmu lama menunggu hingga ketiduran" ucapku sedikit bersalah

"Tidak perlu minta maaf hinata, tak apa-apa tadi itu acara tv nya saja yang membosankan hingga membuatku ngantuk" ucapnya menenangkanku.

Niisan tidak mengatakan apapun mengenai kejadian tadi. Kupikir nissan tidak menyadarinya, jadi aku tak ingin mengingat apa yang telah terjadi tadi.

Niisan makan dengan tenang dan perlahan makanan yang kuhidangkan. Meskipun kami selalu makan bersama, niisan tak pernah bebicara ataupun mengajak aku berbicara saat sedang makan. Aku tersenyum melihat niisan menghabiskan makanannya.

Hinata pov end

###

Neji Pov

Namaku hyuga neji, umurku 27 tahun, di usiaku yang terbilang sudah matang itupun aku belum menikah. Padahal aku sudah memiliki kekasih yang cantik namun ntah mengapa aku masih ragu untuk menuju ke pernikahan. Orang bilang kalau aku jenius hyuga, wajar jika orang berfikiran seperti itu karena kalau aku tak jenius mungkin perusahaanku hyuga corp ini akan langsung bangkrut saat aku menjadi direkturnya mengantikan ayahku. Saat ini aku tinggal di sebuah apartemen mewah dikawasan elit. Gedung apartemen ini adalah milik perusahaan hyuga corp yang tentu saja adalah milikku. Namun dari sekian banyak aset dan harta yang kumiliki, aku selalu merasa kesepian. Namun kini aku tak merasa kesepian lagi. Sejak kedatangan hinata apartemen ini terlihat sedikit benyawa dan hangat. Aku dan hinata adalah yatim piatu. Hinata adalah anak dari paman hiashi, adik ayahku yang tinggal di desa kampung halamanku semasa kecil. Setelah pindah ke tokyo saat usiaku 8 tahun, aku tak pernah lagi berkunjung ke desa. Namun akhirnya aku berkunjung ke desa lagi setelah 16 tahun lamanya. Saat berkunjung untuk menghadiri pemakaman paman hiashi dan sepupuku hanabi.

"Flashback On"

Aku sangat lelah karena perjalanan yang kulalui selama 4 jam untuk sampai ke desaku. Sungguh aku merutuki karena fasilitas jalur perjalanan hanya untuk kendaraan darat tanpa ada jalur udara. Kalau saja bukan untuk menghadiri pemakaman keluarga, aku takkan mau pergi. Walaupun sepeninggal ayah dan paman sering berpesan untuk main ke desa, aku selalu menolak dengan alasan sibuk dan tak ada waktu. Dan datanglah hari dimana aku diharuskan pergi ke desa untuk menghadiri pemakaman dan menjemput saudara sepupuku sesuai permintaan terakhir ayah dan paman. Aku tak peduli jika dia ingin atau tak ingin pergi bersamaku ke tokyo, yang penting aku sudah menyampaikan niat baikku untuk memenuhi permintaan kedua kakak beradik kembar itu. Ayah dan paman hiashi adalah saudara kembar.

"Tuan.. Kita sudah sampai" ucap sopirku padaku

"Akhirnya sampai juga." Ucapku lega sambil merenggangkan otot-otot yang kaku karena duduk berjam-jam lamanya.

Aku keluar dari mobil saat sopirku membukakan pintu. Aku berdiri memandangi rumah yang dipenuhi oleh karangan bunga ucapan bela sungkawa dan orang-orang berpakaian hitam berlalu lalang. Aku segera melangkahkan kakiku untuk masuk, terlihat banyak orang yang memandangiku ntah karena apa. Tanpa menghiraukan pandangan orang akupun menuju tempat penghormatan terakhir, disanalah aku bertemu seorang wanita berambut indigo sepinggang sedang tertunduk lemah dengan bahu yang bergetar. Dia sedang menangis tersedu-sedu. Aku yakin kalau wanita yang menangis itu adalah hinata. Saudara sepupu yang sudahh lama tak kujumpai. Setelah selesai mengamati hinata aku memberikan penghormatan terakhir pada paman hiashi dan kepada hanabi tentunya. Hinata yang menyadari kedatangankupun berdiri dan membungkukkan badan.

"Tt-erima kka-sih" ucapnya dengan lembut dan terisak setelah membungkukkan badan. Saat itulah mata bermanik amesthys serupa milik kami bertemu.

Deg..

.

Deg..

.

Deg..

.

Jantungku berdetak kencang, tapi aku tak mengerti kenapa demikian. aku hanya memandangi dengan jelas wajah hinata dan matanya yang sembab itu. Meskipun terlihat kacau hinata tetap sangat cantik menurutku. Hinata yang dipandangi langsung memalingkan wajahnya. Akupun mencoba mengontrol sikapku padanya.

"Aku hyuga neji, anak dari hizashi hyuga!" Ucapku padanya sambil mengulurkan tanganku.

"Anak Paman hizashi.." Ucapnya tak percaya dan memandangiku dari atas sampai kebawah.

"Ya.." Ucapku

Karena tak ada sambutan darinya, aku mernarik kembali tanganku dan kumasukkan kedalam saku ku. Dia yang melihat itupun sontak membungkukkan tubuhnya padaku.

"Maafkan aku, aku hanya tak menyangka jika kau adalah saudara sepupuku." Ucapnya cepat

"Tak masalah, aku memakluminya." Ucapku santai

"Aku hyuga hinata, anak sulung hyuga hiashi." Ucapnya dengan senyum tulus sambil mengulurkan tangannya padaku. Akupun membalas uluran tanganya, bisa kurasakan kulit halus terlapak tangannya itu. Tiba-tiba berdesir persaan hangat dan menggelitik itu. Karena aku tak kunjung melepaskan tangannya.

"Bisakah kau berdiri disebelahku dan menemaniku , akan masih banyak yang datang memberi penghormatan." Ucapnya lembut dan aku yang tersadar dari perasaan aneh tadi lansung melepaskan tanganku. Akupun lekas berdiri disampingnya dan melakukan seperti yang dia lakukan kepada para pelayat, membungkuk dan memberi ucapan terima kasih. Dan anehnya aku tak merasa lelah, aku heran kemana diriku yang mengeluh karena perjalanan panjang itu.

###

"Maaf sudah merpotkanmu niissan." Ucapnya padaku.

"Tidak, ini sudah kewajibanku sebagai keluargamu satu-satunya." Ucapku padanya dan itu membuat dia sedihh.

Aku mengerti kenapa dia bersedih, kupikir cukup berat baginya untuk kehilangan 2 orang sekaligus ayah dan adiknya. Dulu kami sama-sama piatu karena kehilangan ibu secara bersamaan. Saat itu aku berusia 8 tahun dan hinata 3 tahun. Ibuku dan ibunya mengalami kecelakaan dan yang selamat hanya hanabi karena saat itu ibunya sedang mengandung hanabi yang terpaksa dilahirkan premature. Karena kejadian itulah aku tak pernah ingin kembali ke desa, aku tak ingin mengingat kesedihan yang menimpa keluaga kami.

"Tapi saat paman hizashi dipanggil aku tak membantumu seperti kau membantuku." ucapnya sambil mengapus air matanya.

Setelah hampir beberapa menit tampa suara dia mengucapakan perasaan bersalahnya.

"Bukankah saat itu kau sedang ujian hinata jdi tak mungkin kau bisa hadir di pemakaman ayahku." Ucapku sambil mengingat dan mencoba menenangkannya dan menenangkan hatiku sendiri.

"Bolehkah aku memanggilmu nii-san." Ucapnya berharap padaku.

"Tentu saja, bukankah kau memang adikku" ucapku dengan senyum diwajahku. Dia tersenyum mendengar ucapanku. Senyumnya membuatku merasa hangat.

"Terima kasih niisan" ucapnya lagi padaku dengan senyum cerianya seakan tak ada jejak tangis diwajahnya.

"Hn" ucapku diwakili 2huruf konsonan andalanku.

"Kapan niissan kembali ke tokyo?" Tanyanya padaku.

"Kenapa kau menanyakan hal itu? Apa kau tak suka jika aku lama-lama tinggal di rumahmu" ucapku pura-pura tersinggung.

"Tt-tidak niisan bukan seperti itu, aku hanya tak ingin berharap lebih" ucapnya sambil mengetuk ngetukkan kedua telunjuk.

"Maksudmu?" Tanyaku heran dengan ucapan dan tingkahnya.

"Aakk-akku tak ingin niisan pergi, tapi aku tau niisan pasti harus kembali ke tokyo karena seingatku nissan punya perusahaan yang harus diurus disana" ucapnya tapi tetap tak menghentikan gerakkan telunjuknya itu.

Aku yang geram melihat kelakuan hinatapun langsung saja menggenggam tangannya untuk menghentikkan gerakkan anehnya itu. Hinata sedikit terkejut karena kedua tangannya kupegang.

"Kalau begitu ikutlah ke tokyo bersamaku, akan kucarikan universitas yang bagus disana? Ucapku padanya sesuai dengan tujuan utamaku datang ke desa ini.

Hinata terkejut dengan apa yang kukatakan dan dia hanya diam melihatku.

"Pikirkanlah hinata, apa kau ingin selamanya tinggal di desa, kenapa kau tak mencoba melihat dunia luar selain di desa." Ucapku untuk meyakinkannya

"Aku juga ingin niisan tapi-.. Ucapnya tergantung dan melihat sekeliling rumah.

"Tapi jika aku pergi bagiamana dengan rumah ini, aku tak ingin menjualnya. Rumah ini adalah rumah kenanganku bersama ayah dan hanabi" ucapnya sedihh.

"Kenapa harus kau jual hinata, rumah ini akan tetap seperti ini dan kau hanya perlu mencari seseorang untuk mengurus rumah ini." Usulku padanya.

"Tapi aku tak punya uang untuk membayar upah pengurus rumah ini nanti niisan, apa kau lupa aku belum punya penghasilan niisan." Ucap hinata ragu akan usulku.

"Biar aku yang membayarnya, kau hanya perlu mencari orang yang mau mengurus rumah ini"

"Aku tak ingin merepotkanmu niisan, kita baru bertemu lagi tapi aku sudah banyak menyusahkanmu" ucapnya semakin merasa sungkan padaku dan menarik tangannya dri genggamanku.

"Baiklah kalau kau tak mau kubantu, atau kau berkerja saja padaku? Dari gajimu itu kau bisa membayar upah pengurus rumah dan menambah uang sakumu." Usulku memberi jalan lain agar dia mau ikut denganku apapun akan kulakukan.

"Bekerja." Ucapnya sedikit tertarik akan penawaranku padanya.

"Ayolah hinata, ikutlah bersamaku ke tokyo! Aku tak bisa meninggalkanmu sendirian di desa ini."Ucapku sedikit memohon padanya. Hinata adalah orang pertama yang membuatku memohon seperti ini. Aku heran kenapa aku bisa berubah 180derajat dari biasanya.

Hinata mencoba memikirkannya kembali, "Baiklah niisan aku akan ikut denganmu ,kapan kita akan berangkat?" Ucapnya pasrah dan tak bisa menolak permohonanku.

"Besok kita berangkat." Ucapku membuatnya terkejut namun dia tak berkomentar. Hinata pergi meninggalkanku dan masuk ke kamarnya.

###

Pagi itu aku bangun dengan malas, seandainya pagi ini aku tak harus berangkat rasanya aku tak ingin bangun. Udara di desa konoha ini benar-benar sejuk membuatku tak ingin beranjak dari ranjang. Namun seseorang menyibak selimutku membuatku melengkungkan tubuhku karena dingin.

"Niisan, bangunlah!. Bukankah kita akan berangkat pagi ini. Aku juga sudah membuatkan sarapan untukmu." Ucapnya mengintruksiku

"Sebentar lagi hinata, aku masih mengantuk." Ucapku padanya sambil menarik kembali selimut yang disingkapnya tadi. Kupikir dia sudah menyerah membangunkanku karena tak ada suara-suara aneh yang terdengar seperti pagi-pagi sebelumnya yang dihiasi dengan alunan suara benda yang dipukul atau musik yang diputar keras-keras olehnya. Namun aku tertipu, sekarang yang dilakukannya diluar perkiraanku, tangan-tangan mungilnya mengelitik telapak kakiku. Aku tak tahan jika harus menahan nya lebih lama. Akhirnya aku bangun dengan malas.

"Nissan mu ini sudah bangun tuan putri jadi tolong singkirkan jari-jari nakal mu itu? Ucapku sedikit kesal padanya. Dia yang melihatkupun hanya tertawa kecil dan tersenyum licik.

'Oh.. Tuhan dia tau kelemahanku'

.

.

Akhirnya aku dan hinata sampai di apartemenku, kulihat hinata sedikit terkejut tidak seperti sebelum sebelumnya matanya selalu berbinar sepajang perjalanan kami menuju tokyo. Aku tau ini pertama kalinya hinata keluar desa apalagi ke tokyo. Mungkin hinata agak terkejut melihat apartemenku yang lumayan luas ini. Apartemenku terletak di lantai paling atas gedung ini dan aku sendiri yang mendekornya sesuai keinginanku namun sepertinya aku akan mendekor ulang apartemen ini melihat akan ada penghuni baru di apartemenku.

...

Flash back off

To be continue...