I Go To The Future To Change Our Destiny

Starring :

Oh Sehun & Kim Jongin (GS)

with

Wu Yi Fan & Krystal Jung

Summary :

Sehun pergi kemasa depan dengan bantuan malaikat pelindungnya untuk memperbaiki dan mengubah takdirnya bersama Jongin, gadis yang sangat mencintainya tapi selalu ia sakiti. Bisakah ia mengubah takdirnya agar menjadi lebih baik bersama Jongin?

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

Tok tok tok

"Masuk." Sehun mempersilahkan seseorang yang baru saja mengetuk pintu ruang kerjanya untuk segera masuk. Ia berdecak kesal. Ia sedang sangat sibuk saat ini, dan berani-beraninya orang itu mengganggunya.

"Annyeong, Sehun-ah. Kau sudah makan siang? Kuharap belum karena aku sudah membuatkan makanan special untukmu hari ini." Ucap seorang gadis berkulit tan dengan semangat sesaat setelah ia membuka pintu ruang kerja tunangannya.

Gadis tan itu bernama Kim Jongin, seorang gadis yang sudah bertunangan selama empat bulan belakangan dengan seorang pria pucat yang sedang menatapnya datar tanpa minat.

Mereka di jodohkan oleh kedua orang tua mereka. Keluarga Kim setuju untuk menjodohkan Jongin dengan Sehun karena mereka tahu, sudah sejak lama Jongin mencintai Sehun, walaupun Sehun tak membalas cinta puteri mereka. Maka dari itu mereka berfikir untuk menikahkan Jongin dengan Sehun, mungkin Sehun bisa mencintai Jongin seiring berjalannya waktu.

Sedangkan keluarga Oh setuju untuk menjodohkan Sehun dengan Jongin karena mereka merasa Jongin adalah gadis yang tepat untuk Sehun. Gadis itu tak menyerah dengan perasaan cintanya pada Sehun walaupun putera mereka selalu bersikap kasar padanya.

Tapi rencana perjodohan itu mendapatkan perlawanan dari Sehun, pria pucat itu dengan tegas menolak rencana bodoh untuknya.

Maka kedua belah pihak keluarga memutuskan untuk memberi Sehun dan Jongin waktu 6 bulan untuk mendekatkan diri masing-masing dalam ikatan pertunangan. Setelah 6 bulan waktu pendekatan beralu, Sehun dan Jongin diperbolehkan nemutuskan untuk tetap melanjutkan rencana perjodohan ini atau membatalkannya. Tapi pertunangan ini sudah berjalan selama empat bulan, dan tak ada tanda-tanda Sehun akan tetap melanjutkannya, ia masih sangat membenci Jongin. Apalagi ia juga sudah memiliki kekasih yang sangat ia cintai.

"Ya, aku belum makan, tapi tapi aku tak berminat memakan makanan buatanmu itu." Jawab Sehun sinis dengan tatapan tajamnya yang membuat seorang gadis tan di hadapannya menciut.

"Tapi aku sudah memasakan sup rumput laut special untukmu, Hun. Hari ini kau kan berulang tahun." Ucap Jongin pelan. Walaupun sudah terlalu sering mendapat tatapan tajam dan perkataan sinis dari Sehun, tetap saja ia masih merasa takut.

"Aku akan merayakan ulang tahunku bersama Krystal malam ini. Jadi kau pulanglah. Aku muak melihat wajah penjilatmu itu." Lagi-lagi Sehun menjawabnya dengan sinis dan menyakitkan, membuat seorang gadis di hadapannya meneteskan air matanya.

Ia tak habis fikir dengan gadis bodoh di hadapannya ini, sudah jelas-jelas ia sangat menolak cinta dan keberadaanya, tapi gadis ini masih saja keukeuh berusaha mendapat perhatiannya.

"T-tapi, Hun-"

"Tidak ada tapi-tapian! Lebih baik sekarang kau pergi dari sini atau aku tak akan ragu berbuat kasar padamu." Usirnya lagi dengan kata-kata yang lebih menyakitkan bagi Jongin.

"B-baiklah aku akan segera pergi. Ini, aku sudah bersusah payah membuatnya, makanlah." Ucap Jongin mengalah. Ia meletakan sekotak besar makanan yang ia buat untuk Sehun di atas meja kerja pria pucat itu.

"Baiklah, aku pergi dulu, Hun. Dan, selamat ulang tahun." Ucap Jongin sebelum melangkahkan kakinya menuju pintu keluar yang ada di ruang kerja Sehun.

Sehun hanya membalasnya dengan keheningan. Cih. Mana mungkin ia mau memakan masakan yang dibuatkan gadis yang sangat ia benci.

Ia sudah sangat membenci Jongin sejak mereka masih kecil. Ia masih sangat ingat awal mula ia dan gadis bodoh itu bertemu, dan ia masih menyesali hari itu.

~ Flashback Start ~

"Eomma, kenapa ada mobil sangat besar berhenti di depan rumah kita?" Sehun kecil bertanya pada sang eomma yang sedang memasak di dapur.

"Eoh? Mobil besar? Aah, itu mobil yang mengangkut barang-barang tetangga baru kita, Hun. Kau tahu rumah kakek Kim di seberang rumah kita?" Jelas sang eomma yang di akhiri sebuah pertanyaan untuknya.

"Eum. Aku tahu eomma." Jawab Sehun kecil sambil menganggukan kepalanya lucu.

"Anak dan cucu paman Kim yang akan menempati rumah itu setelah kakek Kim meninggal bulan lalu." Jelas Eomma-nya pelan.

"Oooh. Begitu." Jawab Sehun mengerti.

"Eomma dengar mereka mempunyai dua orang anak yang umurnya tidak berjauhan denganmu, eomma harap kau bisa berteman dengan mereka." Tambah sang eomma.

"Jinjja, eomma? Aaah, aku senang sekali, eomma. Akhirnya aku mempunyai teman bermain selain Luhan hyung." Ucap Sehun senang.

"Memangnya kenapa dengan hyung?" Ucap seorang anak kecil lainnya yang berjalan masuk ke dapur rumah keluarga Oh.

"Hyung menyebalkan. Hyung sering meninggalkanku dan memilih bermain dengan Minseok noona." Jawab Sehun sambil mengembungkan pipi putihnya.

Ia kesal sekali dengan hyung-nya ini yang lebih memilih bermain dengan noona gemuk anak tetangga.

"Tentu saja hyung lebih memilih bermain bersama Minseok. Minseok itu cantik dan sudah besar, jadi dia tidak cengeng sepertimu." Jawab Luhan menyebalkan.

"Eomma, hyung mengataiku cengeng." Adu Sehun pada sang eomma yang sedari tadi hanya menjadi penonton dalam perseteruan kecil kedua puteranya.

"Sudah-sudah. Lebih baik kalian datangi rumah kakek Kim, lalu berkenalanlah dengan anak-anak ahjussi dan ahjumma Kim. Siapa tahu kalian bisa bersahabat dengan mereka." Jawab sang eomma menengahi pertengkaran yang ia yakini akan membuat putera bungsunya menangis sebentar lagi.

"Ne, eomma." Ucap Luhan menurut, bahkan anak laki-laki kelas lima SD itu sudah berjalan kearah pintu keluar.

"Eomma, aku tak ingin bersama Luhan hyung, dia pasti akan menjahiliku lagi." Tolah Sehun dengan sedikit aegyo.

"Aigooo, uri Sehunie imut sekali. Jha, ikuti saja hyungmu. Sana." Usir sang eomma setelah sebelumnya mencubit gemas pipi putih Sehun hingga berubah warna menjadi merah.

"Ne." Ucap Sehun pasrah.

"Luhan hyung, tunggu aku." Tambahnya dengan suara cukup kencang agar bisa didengar hyung-nya yang sedang memakai sandal luar rumah di depan pintu utama.

"Cepatlah!" Jawab Luhan sedikit kesal.

"Aigoo, puteraku manis-manis sekali." Ucap sang eomma sambil tersenyum, kemudian ia melanjutkan masaknya yang sempat tertunda. Ia juga berfikir untuk memasakan makanan special untuk di berikan pada tetangga barunya sebagai penyambutan.

.

.

~ o ~

.

.

"Hyung, mana anak-anak yang di katakan eomma?" Sehun kecil bertanya pada hyung-nya yang hanya berdiri di depan pagar rumah kakek Kim.

"Hyung tidak tahu, Hun. Mungkin mereka sedang tidur siang. Lebih baik kita pulang saja, Hun." Jawab Luhan asal. Pasalnya sudah lebih dari sepuluh menit ia dan adiknya berdiri disini dan ia belum melihat kedua anak yang dikatakan eomma-nya. Ia hanya melihat beberapa orang dewasa yang sedang sibuk mengangkat-angkat barang disana.

"Eoh! Ada teman main baru!" Seruan seorang anak laki-laki dari dalam garasi rumah kakek Kim mengentikan langkah Luhan dan Sehun yang berniat pulang, mereka membalikan badannya kearah rumah kakek Kim dan menemukan seorang anak laki-laki bermata bulat sedang mengarahkan telunjuknya kearah mereka.

"Jongin-ah, kita kedatangan teman baru. Cepat kesini." Ucap anak kecil bermata bulat itu lagi, kali ini ia mengatakannya sambil mengibaskan tangannya kearah dalam rumah. Sepertinya ia sedang memanggil seseorang.

"Mana teman baru kita, oppa?" Tanya seorang anak perempuan yang sedang memeluk dua boneka beruang besar berwarna cokelat, ia terlihat kesulitan membawa dua boneka beruang itu.

"Itu.. Itu.. Yang sedang berdiri di depan pagar." Tunjuk anak laki-laki itu lagi pada Luhan dan Sehun yang hanya diam memandangi kakak beradik itu.

Lalu setelahnya mereka bisa melihat anak lelaki itu berlari kearah mereka dengan menggandeng tangan adik perempuannya.

"Annyeong. Aku Kim Chanyeol, kelas empat. Dan ini adikku Jongin, dia baru kelas tiga. Salam kenal." Ucap Chanyeol bersemangat sambil mengulurkan tangannya kearah Luhan dan Sehun.

"Annyeong juga, Chanyeol. Aku Luhan, kelas lima. Salam kenal juga." Balas Luhan dengan mata berbinar, ia juga mengulurkan tanggannya untuk menjabat tangan yang Chanyeol ulurkan.

"Annyeong, Jongin. Aku Luhan, panggil saja Luhan oppa. Aigoo, kau imut sekali." Lalu Luhan beralih pada seorang anak kecil perempuan yang menatapnya dengan pandangan antusias yang lucu.

"Annyeong juga, Luhan oppa." Jongin membalas perkenalan Luhan dengan senyuman manis. Kemudian matanya beralih pada anak lelaki lain yang hanya diam di hadapannya.

"Annyeong, namaku Jongin. Siapa namamu?" Tanya Jongin ramah. Gadis kecil itu juga menampilkan senyuman termanis yang ia miliki.

"Aku Sehun." Tapi Sehun menjawabnya dengan singkat dan datar. Entahlah, ia merasa tidak suka dengan gadis kecil di hadapannya ini.

"Yak! Sehun. Kenapa kau sedikit sekali menjawabnya. Akan kuadukan pada eomma." Seru Luhan kesal. Adiknya ini kenapa sih? Menyebalkan sekali sikapnya. Padahal kan Jongin manis sekali.

"Aku mau pulang saja, hyung." Tapi Sehun mengabaikan perkataan hyung-nya. Ia hanya membalikan badannya dan berjalan pulang menuju rumahnya.

"Maafkan Sehun, ya. Dia memang menyebalkan." Sayup-sayup Sehun bisa mendengar suara hyung-nya yang memita maaf pada kedua anak kecil itu.

~ Flashback End ~

Trak

Sehun meletakan kotak makan yang Jongin berikan padanya diatas meja sekretarisnya, Zitao.

"Makanlah. Ini masakan buatan gadis bodoh itu lagi. Aku tak akan memakannya." Ucap Sehun menyebalkan.

"Aigoo. Kau jahat sekali, Hun. Apa salahnya kau makan saja masakan Jongin? Kenapa kau selalu memberikannya padaku? Aku jadi merasa bersalah pada Jongin kau tahu?!" Jawab Zitao panjang lebar.

Pria China itu hanya merasa tak habis fikir dengan sahabatnya sejak SMA. Jongin sangat mencintai Sehun dengan tulus, tapi kenapa Sehun selalu membenci Jongin tanpa alasan?

Dan yang membuatnya semakin heran adalah Sehun lebih memilih Krystal, gadis matre itu. Haaah.

"Sampai mati pun aku tak akan mau memakan masakan gadis itu." Ucap Sehun dengan ekspresi datar.

"Kau tahu, Hun? Masakan Jongin itu enak sekali lho. Sebenarnya aku merasa senang selalu kau berikan makanan-makanan lezat ini, hanya saja aku merasa kasihan padamu yan tidak bisa memakan makanan selezat ini seumur hidup. Haha." Ucap Zitao menyindir, membuat Sehun kesal saja.

"Aku tak peduli. Lagipula masakan Krystal juga sangat lezat." Jawab Sehun tak mau kalah.

"Kau yakin itu masakannya? Bukan masakan chef yang ia sebagai akui masakannya?" Ucap Zitao dengan seringai menyebalkan diwajahnya.

"Sialan kau, panda!" Sehun mengucapkannya dengan kesal. Setelahnya ia kembali ke ruang kerjanya. Meninggalkan Zitao yang sedang tertawa keras hingga meneteskan air mata.

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

Tuut. Tuut. Tuut.

"Aish. Kemana saja Krystal itu?! Kenapa sulit sekali menghubunginya. Ck." Sehun berdecak keras. Sudah lebih dari lima belas kali ia berusaha menelpon kekasihnya itu, tapi hanya suara 'tuut' panjang yang ia terima.

"Sudahlah, Hun. Lebih baik kau lanjutkan saja makan siangmu. Jangan terlalu memikirkan gadis matre itu. Aku yakin sekali dia sedang sibuk dengan seorang pria di suatu tempat saat ini." Ucap Zitao santai ditangah kegiatannya menyuapkan makanan yang Jongin masakan untuk Sehun kedalam mulutnya.

"Diam kau! Jangan menuduh kekasihku sembarangan seperti itu. Atau kau akan kupecat sekarang juga." Sungut Sehun kesal.

"Chi. Mau memecatku? Kau yakin mampu menghandle pekerjaanmu tanpaku?!" Jawab Zitao semakin menyebalkan.

"Haahh. Benar-benar! Kenapa aku bisa berteman dengan manusia sepertimu?! Sial sekali aku." Gerutu Sehun dengan suara keras.

"Sudahlah, lanjutkan saja makanmu. Pusing sekali aku melihatmu berkutat dengan handphonemu terus dari tadi."

"Aku sedang merasa khawatir. Tadi pagi Krystal menelponku, ia meminta izin untuk tidak masuk kantor karena ia sedang sakit."

"Kau yakin dia benar-benar sakit? Bukan sedang bersenang-senang dengan seorang pria diluar sana? Cih."

"Terserahlah." Sehun menurut, ia meletakan ponselnya diatas meja, lalu mulai memakan makanan yang sudah ada di depan matanya dengan tenang.

"Nanti malam kau akan merayakan ulang tahunmu dengan keluarga Oh dan keluarga Kim kan?" Tanya Zitao memecah keheningan.

"Tentu saja. Mana bisa aku melawan kata-kata appa." Jawab Sehun dengan malas. Ia kesal sekali mengingatnya.

"Tak apa, Hun. Dengan begitu kau bisa lebih dekat dengan keluarga Jongin. Itu baik untukmu yang akan segera menikah dengannya."

"Jangan menempatkan nama Jongin dan menikah dalam satu kalimat, aku benci mendengarnya." Sungut Sehun kesal.

"Terserahmu lah, Hun." Jawan Zitao malas.

Sementara di tempat lain, seorang gadis dengan rambut pirangnya sedang mengerang nikmat dibawah tubuh kekar seorang pria tampan diatas ranjang.

Gadis itu adalah Krystal, wanita yang sangat Sehun cintai. Ia sedang melakukan kegiatan rutinnya dengan sang suami.

Ya, gadis itu telah menikah dengan seorang Kim Myungsoo sejak satu tahun yang lalu.

Ia sengaja mendekati Sehun karena pria pucat itu adalah presdir ditempatnya bekerja saat ini. Ia berfikir, kalau ia berkencan dengan Sehun, ia pasti akan mudah diangkat menjadi karyawan tetap di Empire House.

Menjadi karyawan kontrak di perusahaan sebesar itu tidak membuatnya merasa puas. Apalagai ia sedang sangat membutuhkan uang, karena sang suami yang tidak mau berkerja. Maka ia lah yang harus mencari uang dengan bekerja untuk memenuhi biaya hidupnya dengan sang suami.

Ia akan bertahan menjadi kekasih Sehun sampai pria itu mengankatnya menjadi karyawan tetap di perusahaan itu. Dan setelahnya, boom. Ia akan meninggalkan pria pucat itu, ia hanya mencintai pria yang sedang memeluknya erat ini sampai mati. Bodoh sekali Sehun mempercayai kata-katanya.

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

Malam itu seluruh anggota keluarga Oh dan Kim berkumpul dan saling bercengkrama di halaman belakang rumah keluarga Oh yang cukup luas untu merayakan ulang tahun Sehun yang ke 24 tahun.

Keluarga Oh sengaja mengundang Jongin sekeluarga karena sebentar lagi mereka akan menjadi keluarga besar.

Setelah makan malam perayaan ulang tahun Sehun berakhir, semua orang memisahkan diri masing-masing. Jongin memutuskan untuk pergi ke dapur rumah keluarga Oh dan mencuci semua piring yang tadi mereka gunakan untuk makan malam. Ia mulai mencuci tumpukan piring itu sendirian.

Pasalnya Appa dan eomma-nya sedang serius membicarakan rencana pernikahannya dan Sehun bersama Appa dan eomma Sehun di ruang keluarga.

Sehun juga sedang mengobrol entah apa itu bersama Luhan oppa dan Chanyeol oppa di dekat kolam ikan koi yang dipelihara Tuan Oh.

Tadi Minseok eonni -isteri Luhan- sempat menawarkan bantuan padanya, tapi dengan tegas ia menolak. Tentu saja, Minseok eonni sedang hamil besar, mana mungkin ia membiarkan seorang wanita yang sedang hamil besar berdiri berpuluh-puluh menit untuk mencuci piring.

Jadi ia memutuskan untuk mencuci tumpukan piring itu sendiri, setelahnya mungkin ia akan menemui Minseok eonni yang sedang beristirahat di ruang tengah.

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

"Aku yakin sekali nanti malam Barcelona akan menang lagi melawan Manchaster United, hyung." Ucap Chanyeol berapi-api. Kalau sudah membicarakan tentang sepak bola bersama Luhan hyung ia memang selalu bersemangat seperti ini.

Apalagi nanti malam club favoritenya akan bertemu club favorite Luhan hyung di pertandingan semi final Champion League.

"Tidak mungkin, Chanyeol-ah. Aku yakin sekali malam ini MU lah yang menang. Rooney sedang dalam performa terbaiknya saat ini." Jawab Luhan tak mau kalah.

"Teruslah bermimpi, hyung. Kau lupa nanti malam trio MSN akan diturunkan? Bek MU pasti kuwalahan menghadapi Messi." Ucap Chanyeol bersemangat. Ia yakin sekali Barcelona yang akan menang malam ini.

"Terserahmu lah, Chan. Tapi aku yakin sekali MU yang akan menang."

"Anii. Barça yang akan menang, hyung."

"Tidaaak. Setan Merah yang akan-"

"Aku ke dapur dulu, hyung. Mau mengambil minum. Aku haus mendengar kalian mendebatkan hal yang tidak kumengerti." Ucapan Luhan terpotong oleh gerutuan yang Sehun katakan.

Sehun memang tidak mengerti tentang sepak bola sama sekali. Menurutnya sepak bola itu permainan bodoh yang di persulit dengan banyaknya aturan-aturan main. Bayangkan saja, ada dua puluh dua pria dewasa berlari kesana-kemari di lapangan yang super luas itu hanya untuk memperebutkan sebuah bola, lalu setelah mendapatkan bolanya bukan ia bawa pulang atau apa tapi malah ia tendang jauh. Sangat bodoh kan.

"Ya sudah, bawakan hyung jus jeruk yang sangat dingin ya, Hun." Ucap Luhan, ia mengerti sekali adiknya itu pasti bosan mendengar obrolannya dengan Chanyeol tentang sepak bola.

"Hm. Kau mau kubawakan apa, Chanyeol hyung?" Sehun mengiyakan permintaan hyungnya, setelah itu ia beralih pada pria tinggi yang berada dihadapannya.

"Kopi saja, Hun. Minta saja Jongin untuk membuatkanku kopi, kopi buatannya adalah favorite ku." Jawab Chanyeol dengan senyuman lebar.

"Baiklah." Sehun mengakhiri.

Kemudian pria pucat itu berjalan masuk melewati ruang keluarga yang sedang ditempati appa dan eommanya juga appa dan eomma Jongin untuk membicarakan hal yang paling ia benci di dunia ini.

Ia hanya berlalu melewati keempat orang tua itu. Ia haus sekali, jadi lebih baik segera ke dapur dan mengambil air minum yang sangat dingin.

Aah, membayangkannya saja membuat Sehun tak tahan.

Saat tiba di dapur, Sehun melihat Jongin yang sedang mencuci setumpuk piring, mangkuk dan gelas sambil sesekali bergumam menyanyi.

Tapi Sehun tak mempedulikan itu, ia langsung berjalan menghampiri lemari es lalu membukanya dan mengambil sebotol jus jeruk instant lalu meminumnya di depan lemari es tersebut.

Tapi karena Sehun minumnya dengan terburu-buru hingga banyak air yang tumpah kelantai.

"Sial. Kenapa bisa tumpah dengan sangat banyak." Gerutunya pelan. Ia segera mencari kain lap untuk mengeringkan lantai. Tapi setelah mencari diseluruh sudut dapur, ia tidak menemukan kain lap apapun.

"Hei, kau. Segera keringkan lantainya." Karena kesal, Sehun menyuruh Jongin untuk segera mengeringkan lantai itu.

"Bailah, Hun. Aku akan mengeringkannya setelah selesai mencuci semua piringnya. Tanganku licin dengan sabun." Jawab Jongin dengan senyuman, ia juga menunjukan kedua tangannya yang dipenuhi busa sabun pada Sehun.

"Terserah. Oh iya, Chanyeol hyung menyuruhmu membuatkan kopi untuknya sekarang." Tambah Sehun dengan tampang datarnya.

"Oke-oke. Kau kembali lah kedalam. Aku akan membuatkan kopi dan mengantarkannya pada Chanyeol oppa." Jawab Jongin dengan senyuman manis yang masih bertahan dibibir tebalnya.

Sehun tak peduli dengan kata-kata yang Jongin ucapkan. Ia mengambil sebotol jus jeruk pesanan Luhan hyung, lalu berjalan kembali ke arah taman belakang.

Brugh

Sehun jatuh terpeleset diatas lantai basah yang tadi ia tumpahkan air minum. Ia atuh pingsan karena kepalanya terbentur lantai.

"ASTAGA, SEHUN!" Jongin sangat terkejut mendengar suara debuman keras dari arah depan kulkas. Saat ia menoleh, ia langsung memekik spontan karena melihat Sehun tergeletak diatas lantai basah di depan kulkas.

Semua orang yg mendengar suara pekikan Jongin langsung berlari kedapur dan terkejut melihat Sehun tergeletak di lantai dapur dengan kepala yang berada di atas paha Jongin, juga Jongin yang terus memanggil nama Sehun sambil sesekali menepuk pelan pipi pucat Sehun.

"Waeyo, Jong? Kenapa Sehun bisa tergeletak di sini?" Tanya Luhan pada Jongin dengan heran.

"T-adi-tadi aku sedang mencuci piring, lalu Sehun datang untuk minum, tapi ia menumpahkan air minumnya. Lalu-lalu, ia menyuruhku untuk segera mengeringkannya, t-tapi karena aku sedang mencuci piring, aku bilang nanti. Setelah itu, a-aku kembali mencuci piring. Tiba-tiba aku mendengar suara debuman dan terkejut melihat Sehun sudah pingsan. Eotteohke, oppa?" Jelas Jongin dengan berlinang air mata. Ia merasa bersalah. Andai saja ia segera mengeringkan lantai itu, Sehun pasti tidak akan terpeleset dan pingsan seperti ini.

"Maafkan aku, aku yang membuat Sehun pingsan." Lanjutnya dengan suara parau.

Nyonya Oh yang mendengar itu langsung berjalan menghampiri Jongin yang terduduk di lantai dapurnya.

"Gwaenchanha, sayang. Ini bukan kesalahanmu, ini salah Sehun sendiri. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Sehun akan baik-baik saja, percaya pada eommonim." Ucap nyonya Oh berusaha menenangkan Jongin.

"Luhan dan Chanyeol, segera bawa Sehun ke kamarnya, lalu baringkan ia dikasurnya." Perintah tuan Oh langsung dituruti oleh kedua pria dewasa yang tadi di perintah.

Luhan dan Chanyeol segera mengangkat dan menggotong tubuh tinggi Sehun menuju kamarnya di lantai dua. Kemudian semua orang mengikuti masuk kedalam kamar Sehun, kecuali Minseok yang segera berjalan kearah ruang tengah untuk mengambil minyak angin yang disimpan di dalam kotak obat diruangan itu.

"Ini, eomma, minyak anginnya." Ucap Minseok saat masuk kekamar Sehun sambil membawa sebotol kecil minyak angin, kemudian memberikannya pada sang ibu mertua.

"Eum, gomawo Minseok-ah." Jawab Nyonya Oh yang di respon sebuah senyuman oleh Minseok.

"Sadarlah, nak. Kau membuat Jongin sangat khawatir." Ucap Nyonya Oh sambil mengusapkan minyak angin tersebut di bawah hidung mancung puteranya, berharap Sehun segera sadar.

Tapi tiga jam telah berlalu dan segala macam upaya untuk membuat Sehun sadar tidak juga membuahkan hasil, maka tuan Oh memutuskan untuk membawa Sehun kerumah sakit saat itu juga.

"Lebih baik kita bawa Sehun ke rumah sakit saja, appa takut terjadi sesuatu dengannya." Ucapan Tuan Oh langsung mendapat anggukan setuju dari semua orang yang ada, kecuali Jongin, karena gadis itu sedang menangis saat ini.

Tangisan Jongin semakin keras dan isakannya juga mulai menguat. Ia benar-benar merasa bersalah.

"Tenanglah, sayang. Sehun akan baik-baik saja, kau jangan khawatir. Percaya pada eomma." Kini giliran nyonya Kim yang berusaha menenangkan Jongin.

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

Sehun segera di baringkan di atas bangsal beroda yang akan membawanya menuju ruang Unit Gawat Darurat. Luhan dan Chanyeol membantu para perawat untuk melarikan bangsal Sehun menuju ruang UGD.

Semua orang ikut berlari di belakang bangsal beroda milik Sehun, mengikuti para perawat yang membawa Sehun.

"Maaf, tuan dan nyonya. Anda tidak bisa masuk ke dalam ruang Emergency." Ucapan seorang perawat wanita menghentikan semua orang untuk terus berlari.

"Anda bisa menunggu pemeriksaannya di ruang tunggu, Terimakasih." Tambah perawat wanita itu lagi.

Semua orang memutuskan untuk duduk dan menunggu di ruang tunggu yang di sediakan oleh rumah sakit dengan cemas. Jongin juga sudah bisa menghentikan tangisannya, gadis itu tengah sibuk memanjatkan doa-doa untuk keselamatan Sehun pada Tuhan.

Cklek

Pintu ruang UGD terbuka setelah tertutup lebih dari satu jam yang lalu, membuat semua orang spontan berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri sang dokter yang menangani Sehun keluar dari ruang UGD dengan ekspresi bingung yangg sangat kentara di wajahnya.

"Dokter, bagaimana keadaan putera saya, dok?" Tanya nyonya Oh dengan khawatir, pasalnya ia tak bisa menebak apa yang terjadi lewat ekspresi yang diberikan sang dokter.

"Maafkan saya, nyonya. Saya belum bisa mendiagnosa apa yang terjadi pada putera anda. Saya sudah melakukan pemeriksaan secara berulang sejak tadi dan saya tidak menemukan kenjangalan apapun dalam tubuh tuan Sehun." Jelas sang dokter panjang lebar.

"Apa maksud anda, dokter? Adik saya baik-baik saja kan?" Luhan mengutarakan pertanyaannya pada seorang dokter di hadapannya, ia hanya merasa tak bisa menangkap hal apa yang dokter ini maksudkan.

"Begini, tuan. Tadi kami sudah melakukan pemeriksaan berkali-kali pada pasien, tapi keadaan tubuhnya baik-baik saja, hanya sedikit lebam yang kami temukan pada kepala belakangnya yang mungkin disebabkan benturan pada lantai. Dan yang mengherankan adalah keadaan pasien saat ini yang seperti keadaan kita semua saat sedang tertidur, saya sudah mencoba membangunkan pasien dari 'tidur'nya tapi tidak membuahkan hasil." Jelas dokter paruh baya itu lagi.

Semua orang yang mendengarnya hanya bisa mematung. Apa yang terjadi pada Sehun?

"Jadi saya menyarankan agar pasien segera di pindahkan ke ruang inap dan segera di lakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tapi jika dalam waktu 24 jam pasien belum juga siuman, maka dengan berat hati saya tetapkan pasien dalam keadaan koma." Tambah dokter itu lagi.

"Mwo?! Anda bercanda? Sehun hanya terpepeset dan sedikit terbentur lantai. Mana mungkin ia bisa koma?!" Ucap Chanyeol tak percaya. Mana mungkin seperti itu.

"Maka dari itu saya menyarankan pemeriksaan lebih lanjut. Maaf, tuan dan nyonya, saya harus segera bergegas, banyak pasien yang harus saya tangani." Setelah membungkukan tubuhnya sopan, sang dokter pergi meninggalkan dua keluarga itu.

Semua orang yang sedang terdiam keheranan dibuat terkejut oleh suara isakan keras yang Jongin keluarkan.

"Hiks. Ini salahku. Hiks." Ucap Jongin disela-sela tangisannya.

.

.

.

.

~ Tunggu kelanjutannya yaaa ~

.

.

.

.

Author Note:

Hai hai hai, saya bawa fanfic semi-fantasi berchaper nih. Ada yang suka? Semoga kalian suka ya. Hehe :)

Note tambahan:

1. Barcelona: Klub sepak bola asal Spanyol.

2. ManchasterUnited(MU): Klub sepak bola asal Inggris

3. Rooney (Wayne Rooney): Pemain bola berposisi sebagai penyerang asal Inggris yang bermain untuk Manchester United.

4. Trio MSN (Messi Suarez Neymar): Tiga penyerang utama Barcelona.

5. Bek: Posisi bertahan dalam permainan sepak bola.

6. Messi (Lionel Messi): Pemain bola berposisi sebagai penyerang asal Argentina yang bermain untuk Barcelona.

7. Barça (re: Barsya): Sebutan akrab dari Klub Barcelona.

8. Setan Merah (The Red Devil): Julukan klub Manchester United.

9. Champion League: Pertandingan kelas satu antar klub-klub sepak bola Eropa tertentu (Yang berhasil lolos seleksi).