Entah kenapa malah jadi mogok nulis fanfic bersama puluhan fanfic lain yang terlantar. Apalagi liburan pas bulan puasa plus mengurus ponakan yang masih kecil dan membuat diriku stress.

Love.

Raten : T

Disclamer : Ishida Sui.

Story : Namikaze Yukiko-chan

Warning : Ke OOC-nya yang akan membuat anda sekalian muntah, pasti ada bumbu Shonen-ai, EYD yang gak pernah bener, humor garing dan segala yang ancur-ancur beserta MissTYPO yang bertebaran di sepanjang cerita, Papa Arima yang bersaing sama bocah-bocah yang statusnya anak si uke yang bikin Arima pusing kepala berbi –di kejar Arima—

Summary : Haise seorang Papa muda yang mengurus 4 orang anak yang susah di atur. Suatu hari bertemu dengan Arima tanpa sengaja, yang membuat anak-anak haise cemburu karena kemodusan arima yang gagal. Akankah Arima mampu menaklukan si uke sekaligus mendapat restu dari para anak kecil itu?

.

.

.

.

Langsung aja di baca!

Don't like, don't read.

.

.

.

.

.

.

CHAPTER 3

.

.

.

Sasaki Kuki, 12 tahun. Saat ini mengalami sebuah krisis. Dimana krisisi tersebut melibatkan sosok yang telah mengubah pandangannya, Yaitu Maman Haise tercinta kita. Otak cerdasnya sudah berpikir seribu satu cara unruk menghalangi niat kotor sang pangeran berambut putih –sebutan sang adik paling kecil— , dekat-dekat dengan sang putri salju –kali ini itu adalah sebutan dari Kuki sendiri ketika dia membaca buku dongeng milik Tooru—.

Kuki kecil sangatlah hati-hati dalam membuat rencana jebakan, agar tidak di curigai sang Predator. Dengan otak jenius turunan Papa kandung yang entah siapa(?). yang membuatnya bersemedi tujuh hari tujuh malam yang membuat sang Maman kualahan untuk membuatnya keluar kamar.

Dan akhirnya, sebuah niatan nistapun terpikirkan olehnya.

Sekali lagi, Kuki jenius minta di gampar ini pun sudah mendapatkan beberapa cara nista yang beberapa tak masuk akal dan juga paling kejam, sekejam Akashi dari fandom tetangga. Dia bisa menjauhkan sebuah hama kecil.

Jangankan Hama, Seekor Naga pun bakal dia lawan asal demi keselamatan lubang keperawanan sang maman tercinta *Kuki bahasamu terlalu dewasa!*

Dengan menggunakan sang adik sebagai pasukan tambahan dalam mensukseskan rencana. Kuki mungkin bisa saja menghapus nama Arima Kisho dari ingatan Sang Maman tercinta.

Lalu terdengar ketawanya si rambut Raven dengan keras memenuhi kamar miliknya dengan adik pertamanya –Ginshi—. Suara tertawanya sangatlah mirip sekali dengan seorang penjahat yang mengalahkan pahlawan kesiangan. Sampai-sampai Ginshi mengungsikan dirinya ke kamar adik-adik perempuannya, berjaga-jaga kalau penyebab sang Kakak yang terkadang Cool sampai Cooler dan yang parah sih Coolest itu bisa saja menularkan penyakit nistanya satu keluarga. Membanyangkannya saja Ginshi sudah merinding duluan.

.

Hari pertama rencanapun di mulai. Arima Kisho yang menjadi tersangka utama saat ini berada di dalam rumah mereka. Sang Maman yang terlalu baik –atau o'on— tidak menyadari aura tak senang antara Kukinya dan Arima. Bahkan ada sebuah kilatan sedikit, saat mereka melihat satu sama lain.

"Arima-san, Silahkan duduk," Ucap Haise sebari mempersilahkannya duduk di sofa apartemen mereka.,

Sebagai tuan rumah yang baik ini adalah etika biasa di lakukan, tapi tidak bagi Kuki sendiri.

"Ck, " Kuki langsung berdecih kearah sang Hama.

Karena dia baru saja keluar dari sarang per-semedian. Kuki masih belum mempersiapkan apa-apa untuk menjauhakan Arima.

"Maman~ Aku ingin di suapin~" Ucapan Siko memecahkan Lamunan Haise. Terlihat Haise manja sekali terhadap duda manis incara semua seme, Haise Sasaki yang saat ini menaruh makanan di meja makan.

"Iya sebentar ya… Nanti di suapi kalau sudah selesai menaruh makanan ya sayang." Balas Haise dengan Keibuan. Si surai hitam-putih sibuk menaruh piring sebari membawa Saiko yang memeluk kakinya dengan erat.

Entah kenapa malah terpikir di benak Arima. Sosok duda di hadapannya sangatlah cocok untuk peran ibu. Apalagi dia memakai apron yang pas sekali dengan dirinya, meski berwarna hitam polos. Kalau seandainya dia memakai apron berwarna merah berenda-renda pokadot. Pasti makin manis apalagi tidak apa-apa di baliknya dan lalu PIIIIPPP…

Ehm…! kembali ke jalur rating T.

Meski bergender COWOK. Kayaknya Arima harus segera pergi ke dokter jiwa demi kelangsungan hidupnya kelak.

.

.

Lain di hati, Lain di mata..

Eh salah, … lain di Arima, lain pula di Kuki. Kejadian ini terlalu mendadak. Mungkin dia akan mengawasi pergerakan adiknya.

"Om Arima, Ayo main sama Ginshi!" ucapnya gembira.

"Ginshii! Jangan begitu, tidak sopan!" ucap Haise agak marah di dapur.

"Tidak apa-apa Haise…. Ayo main sama Om." Ucap Arima lalu langsung mengangkat Ginshi ke punggungnya dan dia pun tertawa.

"Ck, belum juga jadian, sudah seenaknya memanggil nama Depan Maman." Ucap Kuki pelan, sebari misa-misu. Tooru yang kebetulan duduk di sofa berseblahan dengannya hanya bisa sweatdrop dengan kelakuan kakaknya yang agak aneh terkadang kalau menyangkut sang Maman akhir-akhir ini. contohnya beberapa bulan-lalu. Seorang lelaki yang entah manusia atau bukan kerena kenarsissannya membuat Kuki turun tangan karena kelakuan yang di luar batas.

'Untunglah Om Arima sedang sibuk main dengan Ginshi-nii.' Batin Tooru lalu kembalikan pandangannya kearah TV yang sedang menampikan acara kesukaannya.

"Semuanya, makanan sudah siap!... Saiko, sudah jangan peluk kakiku terus." Ucapnya sebari mengusap rambut Saiko lembut.

"Hore makan…!" Ginshi yang sedang asik berada di punggung Arima langsung semangat dan langsung segera turun.

Tooru dan Kuki yang sedang menonton TV pun mulai berpindah ke meja makan. Di susul Arima.

"Maaf ya, Ginshi tidak sopan terhadap Anda." Sebari membungkukkan badan ke arima ketika dia sampai ke ruangan.

"Tidak Apa-apa." Ucap Arima datar.

"Mamam, ayo cepat… Saiko mau lanjut main game!" sebari menarik menari Apron Haise dengan keras.

"Iya sebentar." Lalu segera menaruh aprounnya ke tempat semula.

Seperti yang sudah di perkirakan, Saiko pasti akan manja sekarang. Dan dia cukup duduk bersebelahan dengan sang Maman agar Arima tak bisa dekat-dekat. Lelaki bersurai hitam-putih itu telah kembali dan hendak duduk di antara Kuki dan Saiko.

"Kuki-nii, pindah… aku juga mau duduk sebelahan dengan Om Arima…!" sebuah panah telah menancap keras di hati Kuki kecil kita. Betapa sakit banget lawan karisa Papa Arima yang di keluarkan berlebihan.

"Ah, Saiko jangan seperti itu. Tidak sopan. Ayo minta maaf sama Kuki." Ucap Haise.

"Ngak mau! Aku mau duduk sebelahan sama Om Arima HUWEEEE~"

"Saiko jangan nagis dong, telinga Nii-chan sakit dong!" Ucap ginshi yang berada di samping kiri Arima.

"Ya ampun, diem ngak kamu Saiko!" bentak Kuki yang berada di sebelah kanan Arima. Dan membuat tangisan.

"Sudah Saiko, kan duduknya sama Nee-chan. Nanti Nee-chan temani main game deh." Ucap Tooru yang berada di samping Saiko.

"Kuki, kamu ngalah saja ya…" sebuah permintaan ya tidak terdugapun keluar dari mulut Haise.

"Sebenarnya itu anak kenapa sih selama aku bersemedi?" Tanya Kuki agak berbisik dan mengacuhkan tangisan Saiko yang masih berlanjut.

"Mungkin karena kemari-kemarin Saiko main game terbaru yang di berikan Arima-san dan menemaninya seharian penuh." Ucapnya polos.

"ck, ternyata yang paling kecil sudah di sogok toh. Hilang sudah satu prajuritku." Bisik Kuki makin pelan.

"Kamu tadi ngomong apa?"

"Bu-bukan apa-apa kok…. Baiklah aku pindah." Ucap Kuki terpaksa.

"HORE..!" langsung saja Saiko mendorong Kuki dari kursi dan menempatinya. "Maman ayo cepet duduk sama Saiko!" ucapnya gembira sebari menarik kursi mendekatinya.

"Iya, iya…" lalu mebantu Kuki berdiri. Masih saja wajah Kuki misa-misu berjalan duduk di samping -lagi sang gadis yang paling dewasa di sini haruslah sabar sabar dalam hal tidak langsung kabur ke kamar gara-gara Aura sang kakak yang nyeremin.

Setelah Haise duduk di sebelah kanan Saiko. Lengan kecil putri keduanya segera memeluk lengannya dengan tangan kanannya. Lalu hal yang lebih mengejutkan lengan kirinya juga memeluk lengan kanan kanan Arima juga di peluk.

"Maman nikah saja dengan Om Arima." Ucapnya gembira.

Baru saja Kuki meminum segelas air putih untuk mendinginkan sejenak pikirannya, mendadak langsung menyemburkannya ke wajah Ginshii.

.

.

WHAT THE HELL?!

.

.

Sebuah restu dari seorang gadis kecil ini akan membukakannya sedikt menuju pelaminan(?).

.

.

.

.

.

To Be Continue

Entah dapat dari mana ini plot nista setelah sebulan tidak menulis cerita. Ya ampun aku ngak bisa bayangin ini.

Maaf ya kalau malah kebablasan jadi lama gara-gara terlena dengan liburan (atau lebih tepat capek ngurusin ponakan). Apalagi, hobi baru saya itu nge-Idol di TsukiAni. Habis aku ngak bisa melepaskan diriku dari Aoi Shouta akhir-akhir ini.

Semoga tidak mengecewakan.

/Langsung ngejar personel Gravy ma procella/

.

.

.

Salam Yukiko-chan .