.Love.

Raten : T

Disclamer : Ishida Sui.

Story : Namikaze Yukiko-chan

Warning : Ke OOC-nya yang akan membuat anda sekalian muntah, pasti ada bumbu Shonen-ai, EYD yang gak pernah bener, humor garing dan segala yang ancur-ancur beserta MissTYPO yang bertebaran di sepanjang cerita, Papa Arima yang bersaing sama bocah-bocah yang statusnya anak si uke yang bikin Arima pusing kepala berbi –di kejar Arima—

Summary : Haise seorang Papa muda yang mengurus 4 orang anak yang susah di atur. Suatu hari bertemu dengan Arima tampa sengaja, yang membuat anak-anak haise cemburu karena kemodusan arima yang gagal. Akankah Arima mampu menaklukan si uke sekaligus mendapat restu dari para anak kecil itu?

.

.

.

.

Langsung aja di baca!

Don't like, don't read.

.

.

.

.

.

.

CHAPTER 1

.

.

.

"Maman… aku pingin makan~" Rengek gadis kecil berumur 7 tahunan itu di meja makan, sebari memainkan alat makannya.

"Iya sebentar ya… Saiko, ini juga sebentar lagi jadi kok." Jawab seorang lelaki yang di panggil 'Maman' itu.

"Mama… biar aku bantu." Ucap gadis berambut hijau lumut berumur 9 tahun tersebut mendekati sosok Mamanya.

"Ah… Baiklah, Tooru bisa bantu mengambil gelasnya saja." Sambil menunjuk arah spatulanya kearah yang di maksud.

"Mama… Aku juga mau bantu…" kali ini lelaki berumur 10 tahunan tersebut merengek ingin membantu, sebari menarik apron putih milik lelaki berumur 27 tahun itu dengan keras.

"Kalau begitu Ginshi bisa mengantar ini ke meja tidak?" sambil memberika satu sup tofu yang barusan di buat lelaki bersurai hitam-putih itu sebari tersenyum.

"Makanannya belum siap ya (aku sudah lapar)" kali ini anak kecil yang terakhir di apartemen kecil tersebut yang mengeluh, meski masih bermuka datar.

"Ini juga sudah selesai kok. Kuki" Ucapnya ceria semua makanannya ke meja makan.

"Nah, kita bisa makan sekarang… Dan Saiko, baca doa dulu sebelum makan." Sebari memarahi Saiko yang suka sekali mencuri star duluan kalau soal makan.

Pagi ini pemuda berumur 27 tahunan itu sudah di sibukkan dengan anak-anaknya yang susah di atur. Memang terkadang lelaki yang bernama lengkap Haise Sasaki itu merasa capek mengurus keempatnya. Tampa bantuan sesosok yang bisa di bilang ibu. Namun, Haise senang, karena bisa merasakan kehangatan ini dan bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal setelah Saiko –anak keempatnya— lahir. Dengan cekatan, Haise mengurus semua anak-anaknya. Kadang pernah terpikir menggandakan dirinya menjadi empat orang dengan sebuah jutsu dari anime tetangga. Tapi, berhubung ini faksi bukan bergenre fantasi. Maka hal tersebut tidak bisa di lakukan.

"AH…! Saiko…! Jangan mengaduk-aduk makananmu. Tooru, coba kau urus dia." Ucap haise panic saat dia tengah membersihkan dapur.

.

.

.

Hahaha…. Terkadang mengurus keluarga memang tak bisa di lakukan sendirian.

.

.

.

Keluarga kecil itu sudah mulai bersiap-siap meninggalkan rumah.

"Mama aku ingin di gendong~" Ucap gadis kecil berkucil twinttail itu semangat sebari mengangkat tanganya ke Haise.

"Saiko kan bisa jalan…. Ayo, nanti telat ke sekolah loh~" balas si surai hitam-putih itu sebari tersenyum lalu segera membuka pintu apartemen mereka. Lalu segera berjalan ke luar.

"Ginshi, berhenti berlari-lari." Ucap haise pada anak ke duanya yang bandel tersebut.

Lalu segera mengejarnya. Maka haise pun berlari mengerjarnya sebari meninggaklan anaknya yang lain. Karena dia tau, Tooru bisa mengurus sisanya meski dia anak ke tiga.

BRUK!

Tabrakanpun tak terhindar saat Haise berbelok, apalagi dalam keadaan berlari. Lelaki bersurai hitam-putih itu segera saja jatuh tampa bisa mengontrol jatunya. Alhasi, Haise sukses jatuh menindih seseorang di bawahnya. Yang di ketahuinya adalah tetangga yang jarang sekali dia temui. Mereka bertatapan cukup lama (sekali) hingga…

"Maman, kok tidak mengejar Ginshi-niichan?"

Kaget.

Tampa sadar, lelaki berumur 27 tahun itu tegang dan segera lekas berdiri. Namun entah kenapa dia sial, atau gara-gara tidak bawa lucky item. Dia terpeleset dan jatuh kembali menimpa lelaki yang berada dibawahnya. Plus, dia berhasil menempelkan bibir mereka berdua.

Kuki yang merepakan pria paling dewasa di antara saudarapun segera menutup mata kedua adkinya. Meski dia terlihat tak acuh, lelaki bermata Black Night tersebut Nampak menjaga keperawanan(?) mata adik-adiknya.

Segera saja, membenarkan posisisnya. Bibinyapun sedikit berdarah, mungkin karena terlalu mendadak. Jadi bisa di bilang ciuman itu menyakitkan karena agak tertabrak gigi sang korban. Haise benar-benar mengutuk kelereng siapa yang tergeletak tak berdosa saat dirinya terjatuh.

"Ma-maafkan saya Arima-san… saya tidak sengaja me-me…." Haisepun tidak bisa berkata apa-apa. Mukanya memerah mengigat kejadian barusan.

"Sudahlah, tidak usah di pikirkan." Balas orang yang di tabrak, Alias Arima Kisho.

"Mama… kita bisa terlambat kesekolah (dan bisa kalian berhenti bermesraan, ada anak di bawah umur di sini)" ucap Kuki memecahkan kecanggungan antara Arima dan Haise saat ini.

"Ah… maaf. Saya harus pergi dulu." Langsung berdiri dan membungkukkan badan lalu segera mengantar anak-anaknya pergi.

.

.

.

.

"Sasaki, apa kamu demam?" ucap lelaki berambut pirang.

"Ti-tidak kok Hide… a-aku cuman merasa di sini panas." Bantahnya. Haise masih saja memerah mukanya, padahal kejadian itu sudah berlalu beberapa jam yang lalu. Bahkan si surai silver yang menjadi korbannyapun tak mempersalahkannya.

"Jangan bohong deh—

.

.

.

.

Ah jangan-jangan kamu jatuh cinta ya?!"

.

.

.

.

TbC

Hahaha….. nistanya saya di tengah deadline fanfic yang lain. Ini cerita spontan yang aku buat pas liat fan-art haise punya anak banyak(?)

Jangan tanya kenapa saya sifatnya jadi angin-anginan dalam membuat sebuah cerita multi chap yang entah kapan selesai. Jadi mohon di maklumi.

Apa? Alurnya kecepetan?

Mungkin ini bisa di bilang kekurangan ide(?)

.

.

.

Ada yang berkenan meripiu?

.

.

.

.

.

Salam Yukiko-chan XP