I Unconditionally Love You

Starring :

Oh Sehun & Kim Jongin (GS)

Summary :

Jongin dibuat sangat kesal oleh Sehun. Setelah menidurinya berjam-jam, pria itu malah langsung tidur begitu saja. Dan dipagi harinya, pria pucat itu semakin membuat Jongin murka. Tapi seorang Oh Sehun selalu mempunyai cara tersendiri untuk mendapatkan maaf dari isteri seksinya ini.

.

.

.

.

~ Happy Reading ~

.

.

.

.

Kriing.. Kriiingg..

Suara jam waker berbunyi nyaring dikamar Sehun dan Jongin yang masih terasa sangat sepi di pagi hari ini.

"Eungghh."

Jongin mengeluarakan lenguhan panjangnya tanda terganggu, ia baru memejamkan matanya pukul empat malam karena masih harus melayani suami mesumnya ini.

Sreett

Walaupun matanya masih terasa berat dan tubuhnya masih pegal-pegal, Jongin tetap bergerak menyibak selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya dan Sehun.

Wanita hamil itu kemudian berjalan kearah jendela besar dikamarnya, lalu menyibak gordyn berwarna merah marun membuat sinar matahari pagi bisa dengan leluasa memasuki kamar berantakannya.

"Haaahhh..."

Jongin menghela nafas sebal melihat pemandangan yang terpampang dihadapannya.

Pakaian yang berserakan dimana-mana, ada yang dilantai, ada yang tersangkut di kepala ranjang, bahkan ada yang tersangkut di gagang pintu kamarnya. Sprai kasur yang tak terpasang sempurna, juga suami tampannya yang masih terlelap dengan tubuh tak berbusana dengan nyaman di atas ranjang mereka.

Bahkan pria pucat itu tak merasa terganggu sedikitpun oleh selimut yang hanya menutupi tubuh sebelah kanannya saja. Melihatnya membuat pipi Jongin berubah menjadi merah.

Kemudian wanita itu teringat, dirinya juga masih tak mengenakan baju apapun.

"Ya Tuhan, bagaimana kalau ada tetangga yang melihatku saat membuka gordyn tadi?!" Pekiknya panik.

Ia langsung bergerak kesegala arah untuk mencari kain apapun yang mampu menutupi tubuh telanjangnya itu, tapi sepertinya baju-baju yang ia pakai semalam sudah tak layak untuk dipakai lagi.

Maka dengan sebal ia berjalan menghampiri sang suami yang masih tertidur dengan mulut yang sedikit terbuka.

Srettt

Jongin langsung saja merampas selimut putih tebal yang menutupi sebagian tubuh suaminya, lalu ia lilitkan sebisanya ke tubuh seksinya.

Wanita itu segera bergerak mengumpulkan baju-baju yang semalam suaminya lempar kesegala arah dengan gerutuan.

"Benar-benar, Oh Sehun! Sudah tahu aku ingin menonton drama, malah di ajak bermain kuda-kudaan. Tidak bertanggungjawab pula. Padahalkan aku sedang hamil. Dasar vampire mesum!"

Setelah mengumpulkan semua baju-baju mereka ditangannya, matanya bahkan sempat melihat bokser biru dongker milik Sehun yang terdapat sedikit cairan putih kental.

Eeew. Laki-laki itu sudah sangat bernafsu bahkan sebelum ia membuka boksernya.

"Benar-benar! Apa salahku dimasa lalu sampai aku memiliki suami seperti Sehun?!"

Saat ia kembali melirik sang suami yang masih saja tertidur itu rasa kesalnya semakin bertambah.

"Bukannya bangun dengan benar, malah hanya si junior yang bangun. Benar-benar, bisa cepat tua aku meladeni Sehun."

Dengan langkah cepat dan tak lagi mempedulikan Sehun yang mulai bangun, Jongin berjalan bersama tumpukan pakaian ditangannya kearah kamar mandi.

Ia harus segera menyelamatkan dirinya sendiri dari ancaman yang sudah jelas ada dihadapannya. Sehun yang mulai bangun.

Ckckck.

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

Cklek

Jongin membuka pintu kamar mandi yang ada didalam kamarnya dengan Sehun.

"Jinjja! Oh Sehun!"

Wanita cokelat itu kembali berdecak kesal melihat suaminya yang masih tidur tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya.

Jongin melirik jam putih besar yang tertempel di dinding kamarnya, 06.15 pagi.

Ia berjalan menuju ranjang mereka yang masih ditempati Sehun. Ia mengguncang tubuh pucat suaminya itu dengan sedikit keras. Karena ia tahu, Sehun sehabis ritual itu sulit sekali dibangunkan.

"Sehun-ah, bangun. Kau bilang pagi ini kau harus memotret model Italy itu. Bangun!" Ucap Jongin sambil terus mengguncang tubuh putih Sehun.

Tapi tak ada pergerakan berarti dari sang objek pengguncangan.

"Yak! Oh Sehun! Bangun sekarang atau kau akan terlambat! Benar-benar!" Ucap Jongin murka. Suaminya ini masih pagi sudah membuat kepalanya sakit.

"Aigoo, sayang. Masih pagi jangan marah-marah terus. Wajahmu akan cepat keriput tahu." Jawab Sehun santai setelah ia mendengar suara teriakan isterinya.

Ia tersenyum saat kilatan kegiatannya dengan Jongin semalam berputar-putar dikepalanya. Aahh, semalam itu indah sekali. Jongin yang terbaring pasrah dibawah tubuh kekarnya, Jongin yang mendesah indah seirama dengan tusukannya, Jongin yang-

Plakk

"Aaaww!"

"Apa yang kau fikirkan, eoh?!"

Fantasi liarnya harus terpotong oleh tamparan cukup keras yang Jongin layangkan keatas kepalanya.

Sehun melirik wajah isterinya yang sudah memerah pertanda marah. Tapi bukannya merasa takut, pria error itu malah tersenyum tampan, membuat wajah marah Jongin sedikit meluntur saat melihatnya.

"Jangan marah-marah terus pada seseorang yang sudah menyenangkanmu semalaman suntuk, sayang. Bahkan aku masih ingat suara dan ekspresi seksimu semalam." Ucap Sehun dengan nada sing a song.

"Yak! Ucapanmu! Dasar vampire mesum." Pekik Jongin kesal.

"Hahahaa." Tawa Sehun meledak saat melihat wajah isterinya kini semakin merah karena malu.

Nyut

"Aaaw. Ya Tuhan, sayang. Kau hobby sekali sih menganiayaku." Protes Sehun saat jari-jari lentik Jongin menyapa pinggang telanjangnya. Panas.

Tunggu?! Telanjang?!

Dengan sepontan Sehun melirik tubuhnya, benar, ia telanjang.

"Uwaaaaaa!" Teriak Sehun sambil berusaha menutupi tubuh telanjangnya dengan tangan-tangannya. Berlagak seolah ia baru saja diperkosa om-om mesum.

"Yak! Jangan berteriak! Ini masih pagi, bagaimana kalau sampai tetangga dengar?!" Geram Jongin. Suaminya ini benar-benar.

"Kau! Kau kemanakan baju-bajuku?! Kenapa aku bisa telanjang seperti ini?! Apa kau baru saja memperkosaku?" Pekik Sehun menyebalkan. Bahkan pria itu sempat menunjuk-nunjuk wajahnya.

Perempatan imajiner tepampang besar di dahi cokelat Jongin.

"Mati saja kau Oh Sehun!" Teriaknya sambil berjalan keluar kamar, tak peduli lagi dengan drama pagi murahan milik suaminya.

"Hahahahahaha. Kau lucu sekali, sayang."

Tak peduli juga dengan suara tawa Sehun yang menggelegar diseluruh ruangan diapartmennya.

Braaak

Suara bantingan pintu yang sangat keras menghentikan suara tawa Sehun. Bahkan pria itu sedang meringis saat ini.

"Sebaiknya aku mandi lalu segera meminta maaf pada Jongin sebelum nasibku sama seperti pintu itu." Ucapnya ngeri.

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

Tap.. Tap.. Tap..

Suara langkah kaki Sehun yang sedang menuruni tangga terdengar hingga ke dapur, membuat Jongin yang sedang menumis jagung dan potongan wortel menekukan wajahnya sebal.

Wanita itu yakin, pasti Sehun akan mengganggunya lagi.

"Sayang..." Ucap Sehun dengan suara manja sambil melilitakan tangannya kesekeliling tubuh Jongin. Ia sedang memeluk beruang cokelatnya itu dari belakang.

"Hm?" Jawab Jongin dengan gumaman malas. Ia sebal sekali dengan suaminya ini.

Sudah tahu ia sedang hamil, malah ditiduri dengan durasi lama. Setelah itu ia langsung ditinggal tidur begitu saja oleh Sehun. Dan yang semakin membuatnya sebal adalah pakaian yang bertebaran dimana-mana, membuat ia harus membungkukan tubuhnya saat memungutnya. Ia kan sedang hamil, mudah sekali lelah.

"Maafkan aku ya." Ucap Sehun lagi. Ia tahu, isterinya ini pasti marah dan ngambek padanya.

"Hm." Lagi-lagi Jongin hanya menjawabnya dengan gumaman. Wanita itu yakin sekali, Sehun meminta maaf padanya tanpa tahu kesalahan apa yang telah ia perbuat. Sehun kan pria yang sangat tidak peka.

Pasti pria pucat itu hanya meminta maaf agar ia tak marah lagi. Trik yang basi

"Maafkan aku sudah menidurimu seperti itu semalam, aku kelepasan. Aku sudah terlalu lama memendam hasratku padamu, makanya jadi seperti itu." Ucap Sehun panjang lebar.

Jongin hanya diam dan mendengarkan penjelasan suami pucatnya, padahal dalam hati ia mendecih "Hebat sekali dia sadar akan kesalahannya. Tumben. Cih."

"Maafkan aku juga yang tidak membantumu membereskan baju-baju kita yang berserakan. Sebagai gantinya, aku sudah merapihkan kamar dan mengganti sprai kita dengan yang baru. Tadi saat mandi aku juga sekalian merendam sprai yang semalam, aku tahu kau pasti akan mual-mual kalau mencium aroma spermaku saat mencucinya nanti." Lanjut pria pucat itu lagi.

Jongin mengentikan pergerakan tangannya yang sedang mengaduk sayur-sayuran diatas wajan saat mendengar kata-kata Sehun.

"Ya Tuhan, benarkah Sehun membereskan kamar?!" Pekiknya tak percaya di dalam hati. Pasalnya suami pucatnya ini anti sekali dengan yang namanya bersih-bersih rumah, apalagi sampai merendam sprai.

"Dan kalau kau mau, aku bersedia memijat tubuhmu yang terasa sakit atau pegal sebelum aku berangkat ke kantor." Tambah pria pucat itu.

"Ya Tuhan, benarkah apa yang dikatakan Sehun barusan? Apa pria dibelakangku ini benar-benar Sehun?!" Tanya Jongin tak percaya dalam hatinya.

"Maafkan aku yaa." Ucap Sehun lagi sambil mengecupi leher Jongin yang banyak sekali tanda merah hasil karyanya.

"Hm. Aku memaafkanmu kalau semua yang kau katakan itu benar adanya." Ucap Jongin dengan -sok- jutek dan tak percaya.

"Benar, sayang. Kau bisa mengeceknya sekarang juga." Ucap Sehun memelas. Apa setidak mungkin itu ia merapihkan kamar?!

"Geurae. Kau lanjutkan menumis jagung ini. Aku akan mengecek kamar. Awas saja kalau kau membohongiku." Ucap Jongin dengan nada menyeramkan, bahkan wanita itu menambahkan gesture pemotong leher diakhir kalimatnya membuat Sehun sedikit takut.

"I-iya. S-silahkan, sayang." Ucap Sehun terbata. "Sial, kenapa aku jadi gugup begini?!" Tambahnya dalam hati.

Setelahnya Sehun bisa melihat dengan jelas wanita yang sudah dinikahinya itu berjalan dengan menghentakan kakinya kearah kamar mereka.

"Ya Tuhan, wanita hamil itu benar-benar menyeramkan. Aku takut sekali tadi." Gerutu Sehun sambil menggerakan spatula kayu yang tadi Jongin serahkan padanya diatas wajan.

"Haaahh. Bahkan aku harus memegang spatula ini karena Jongin." Tambahnya dengan helaan nafas lelah. Selama dua puluh empat tahun hidupnya, ia tak pernah sekalipun memegang alat-alat dapur. Tapi hari ini rekornya harus terpecahkan karena rasa takutnya pada Jongin.

"Sabar, Sehun. Isterimu itu sedang mengandung anakmu. Jadi terima saja." Ucapnya lagi berusaha menenangkan diri.

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

Cklek

Jongin membuka pintu kamarnya dan Sehun dari luar. Kemudian ia berjalan pelan memasuki kamarnya yang terakhir kali ia lihat seperti ruangan yang baru saja dilempari rudal.

"Uwaah. Dia benar-benar merapihkan kamar." Ucap Jongin terkagum-kagum.

Keadaan kamarnya kini sudah seperti sedia kala. Rapih, wangi dan bersih. Bahkan sprai putih yang tadi melekat diatas ranjangnya sudah berubah menjadi sprai berwarna biru muda yang cantik.

"Ternyata Sehun bisa diandalkan soal beres-beres rumah. Mungkin lain kali aku suruh dia saja yang membereskan rumah, aku tidur-tiduran saja. Hihihi." Ucap Jongin dengan niat membahagiakan di akhir kalimatnya.

Kemudian wanita itu berjalan kearah kamar mandi mereka. Dan benar saja. Ada setumpukan kain putih didalam sebuah ember yang berdiri dibawah meja washtafel. Itu pasti seprai yang semalam mereka gunakan.

Jongin tak berani mendekati ember merah itu, dari sini saja ia sudah bisa mencium aroma amis khas sperma Sehun yang tertempel di sprai itu. Ia tak ingin mengambil resiko muntah-muntah sepanjang hari.

"Darimana ia mendapatkan ember itu?" Tanya Jongin heran. Pasalnya ia hanya menyimapan ember-ember dan bak di ruang yang biasa ia gunakan untuk mencuci. Dan ruangan itu ada disebelah dapur. Ia tak melihat Sehun keluar kamar dan mengambil ember merah itu tadi.

"Aneh sekali." Tapi ia memutuskan untuk tak mau peduli, yang terpenting sprai bau itu sudah aman.

Setelah mengecek keadaan kamarnya yang sesuai dengan apa yang Sehun katakan, Jongin berjalan kembali menuju dapur. Ia belum selesai menyiapkan makanan untuk suaminya sarapan.

"Eoh, sudah selesai mengeceknya?"

Jongin bisa melihat dari atas tangga, Sehun yang sedang meletakan dua piring dan semangkuk sayuran yang tadi ia tumis diatas meja makan. Sepertinya pria itu sudah menyelesaikan masakannya yang tadi ia tinggalkan.

"Yak Oh Sehun, kau semakin membuatku jatuh cinta dengan tingkahmu yang seperti ini." Teriak Jongin dalam hati. Tentu saja harus didalam hati, karena kalau Jongin mengatakannya langsung dihadapan Sehun akan bahaya.

Pria itu pasti akan langsung menangkapnya dan... Sudahlah, tak usah dibahas.

"Hm, sudah." Jongin menjawab pertanyaan Sehun dengan singkat. Ia kembali kedalam mode ngambeknya.

Sehun yang melihat isterinya masih marah padanya hanya bisa diam dan menghela nafas. Sia-sia saja usahanya tadi.

Jongin yang melihat Sehun hanya terdiam dengan tampang menyedihkan seperti itu tertawa keras dalam hati. Kemudian ia berjalan menghampiri Sehun yang masih berdiri sisi meja makan.

"Jangan memasang tampang seperti itu, kau tak terlihat tampan lagi jadinya." Ucap Jongin dengan lembut sambil tersenyum. Tak tega juga melihat Sehun seperti itu, pasti suaminya itu benar-benar merasa bersalah padanya.

"Kau sudah tak marah lagi padaku?" Tanya Sehun heran, belum lewat satu menit saat Jongin menjawab pertanyaannya dengan ketus, tapi sekarang wanita itu berkata dengan lembut dan juga senyuman yang sangat manis.

"Iya, aku sudah tak marah lagi. Mana sanggup aku marah lama-lama pada pria sepertimu."

"Benarkah?"

"Benar, Hun-ah." Jawab Jongin dengan senyuman yang lebih lebar dari sebelumnya.

"Syukurlah, Tuhan." Ucap Sehun sambil bernafas lega.

"Baiklah, lebih baik sekarang kau makan saja sarapanmu itu. Sudah hampir pukul delapan pagi. Nanti kau terlambat sampai kantor." Ucap Jongin pelan.

"Ne, kau juga makanlah. Aku sudah memasakan bacon dan telur mata sapi." Jawab Sehun sambil menunjuk masakannya.

"Apanya yang telur mata sapi? Ini telur mata sapi katarak." Ucap Jongin menggoda Sehun.

"Kalau kau tak mau memakan masakanku, ya sudah. Tak perlu menghinanya." Jawab Sehun sambil cemberut. Ini baru pertama kalinya ia memasak, tapi isterinya itu bukannya merasa bangga malah mengatai masakannya. Menyebalkan sekali.

"Aigoo. Appa jangan cemberut seperti itu dong, eomma kan jadi mual." Ucap Jongin semakin menggoda.

"Yak! Jangan berbicara seperti itu didepan aegi."

"Baiklah, maaf. Ayo makan." Ucap Jongin mengalah. Kalau ia terus menanggapi kata-kata Sehun, bisa-bisa mereka tidak jadi sarapan.

"Hm. Makanlah yang banyak. Tak perlu diet-diet, kau harus memikirkan aegi juga, jangan hanya memikirkan tubuhmu yang menjadi bulat." Ucap Sehun dengan seringai menyebalkan.

"Diam kau!" Jawab Jongin plus tatapan mematikan.

"Oke-oke, aku diam."

Mereka berdua makan dengan tenang. Walaupun masakan Sehun seperti telur katarak, ternyata rasanya lezat. Sehun saja terkejut sendiri saat memasukan telur buatannya kedalam mulutnya.

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

Author Note:

Hai hai hai. Saya bawa I Unconditionally Love You Bagian tiga nih. Beberapa kata-katanya sudah ada yang ratingnya M ya. Saya juga sempet kepikiran buat bikin IULY jadi rated M aja, tapi saya belum yakin karena saya masih harus melakukan penelitian, riset dan interview dengam sumber-sumber terpercaya dulu baru bisa nerbitin Rated M. Hehee. Saya kan belum menikah dan belum pernah begituan (soalnya saya masih nunggu Sehun, hehe) jadi saya gak tau cara dan rasa nya seperti apa, makanya saya masih harus melakukan riset dulu biar adegannya nanti terasa real. Hehehe. Gimana? Setuju gak?

At last, bye bye, 안녕, さようなら, adios, sampai jumpa~