I Unconditionally Love You (Series)

Storyline by Park Hikaa

Starring :

Oh Sehun & Kim Jongin (GS)

Summary :

"Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku, tidak peduli siapa dirimu, bagaimana dirimu dan seperti apa dirimu. Aku mencintai segala hal tentangmu, bahkan hal-hal yang kau benci." -Sehun

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

Cklek

Sehun membuka pintu kamarnya dan Jongin dengan pelan, ia takut membangunkan sang isteri tercinta yang baru saja terlelap.

Sehun berdiri disebelah ranjang besar mereka yang kini dengan serakahnya Jongin tempati sendirian, ia tersenyum. Tapi saat melihat wajah pucat isterinya membuat ia merasa khawatir dan juga bahagia.

Tentu saja ia merasa bahagia, sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah. Mereka sudah menikah sejak satu tahun yang lalu, dan kini Jongin tengah hamil tiga bulan.

Senyum lebar Sehun perlahan luntur. Ia sedih mengingat penderitaan Jongin selama mengandung anak mereka. Baru tiga bulan hamil dan Jongin sudah seperti ini. Selalu pucat dan tak bertenaga, membuat Sehun selalu merasa khawatir.

Ia teringat dua hari lalu saat ia mengantarkan Jongin pergi memeriksakan kehamilannya di klinik milik kakak iparnya, Minseok. Saat itu Minseok noona yang mengatakan kondisi anak mereka didalam sana baik-baik saja langsung diberikan pertanyaan bertubi-tubi oleh Sehun.

"Syukurlah. Tapi bagaimana kondisi Jongin, noona? Setiap hari Jongin muntah-muntah dan setelahnya ia berubah menjadi jelly, lemas dan tidak bertenaga. Aku khawatir padanya."

Sehun tersenyum mengingatnya. Ia masih ingat saat Jongin mencubit lengannya dan berteriak "Aku bukan jelly." diruang periksa klinik Minseok noona. Teriakan Jongin yang cukup keras bahkan membuat seorang security datang menghampiri mereka.

Sehun bahkan mendapat jitakan tambahan dari wanta yang menjadi isteri hyung-nya karena itu.

Tapi rasa khawatirnya sedikit berkurang saat Minseok mengatakan kondisi yang Jongin alami saat ini adalah wajar bagi calon ibu yang usia kandungannya masih muda.

Sehun dan Jongin hanya diberikan nasihat panjang lebar dan beberapa saran tentang kehamilan dari Minseok. Dan Sehun masih ingat dengan jelas saat Minseok noona berbisik ditelinganya dengan suara menakutkan "Siap-siap menderita karena mode mengidam akan datang sebentar lagi, Sehun-ah."

Benar-benar kakak iparnya itu, bahkan tingkahnya kini juga menyebalkan seperti Luhan hyung-nya. Membuat Sehun merengut saja.

Tapi Sehun bersyukur, Jongin tidak pernah meminta hal-hal aneh dengan alasan mengidam pada Sehun. Mungkin belum.

Perlahan Sehun bergerak merebahkan tubuh tingginya disebelah Jongin. Ia berusaha keras agar gerakannya tidak mengganggu Jongin yang tertidur lelap.

Ia tersenyum saat melihat tidur Jongin yang sepertinya tidak terganggu dengan pergerakan Sehun di kasur. Sehun tertawa kecil, Jongin kan ratu tidur, kalau hanya gerakan kecil seperti itu pasti tidak akan membangunkannya. Bahkan suara Sehun yang berteriak-teriak keras pun masih belum mampu membangunkannya.

Tapi Sehun salah. Saat ia berusaha menggenggam tangan lembut Jongin, isterinya itu justru terbangun. Padahal Sehun melakukannya dengan sangat pelan.

"Eoh, kau sudah selesai menonton bolanya, Hun?" Tanya Jongin dengan suara serak dan mata yang masih setengah tertutup. Lucunya.

Sehun tahu, Jongin sangat membenci penampilan dirinya sendiri yang seperti ini. Rambut panjangnya yang berantakan seperti singa dan wajah bangun tidurnya yang sembab.

Tapi Sehun menyukainya. Ia suka sekali mememandangi wajah polos Jongin yang sedang tidur, lalu menunggu hingga wanitanya itu terbangun. Setelahnya ia pasti mendapatan pemandangan seperti ini dari Jongin.

"Hm. Sudah." Sehun menjawab pertanyaan Jongin dengan pelan. Ia tahu, isterinya itu masih belum sepenuhnya terbangun.

"Ahh. Begitu. Bagaimana? Kalah atau menang?" Sehun terkekeh pelan melihat Jongin yang bertanya saat isterinya itu mulai kembali tertidur.

Jongin memang sering seperti ini. Berbicara dalam tidurnya. Pasti isterinya itu melupakan teh malamnya.

Setiap malam sebelum tidur Sehun selalu menemukan Jongin sedang membuat teh hangat didapur. Dulu ia merasa heran tentang isterinya yang selalu meminum teh sebelum tidur.

Tapi seiring berjalannya waktu, Sehun paham. Jongin akan mengigau dan berbicara banyak dalam tidurnya kalau isterinya itu melewatkan teh malamnya, seperti saat ini.

"Tentu saja menang, sayang." Sehun memang selalu merespon pertanyaan Jongin setiap wanita itu mengigau. Menurutnya Jongin yang berbicara dalam tidur seperti ini akan selalu berbicara jujur, tidak seperti saat wanita itu sadar.

"Lalu hadiahnya apa?" Tanya Jongin dengan pelan. Tentu saja, ia sedang tidur saat ini.

"Hadiahnya seorang bayi." Sehun mulai melantur menjawabnya. Ia terkekeh saat melihat Jongin mengangguk-anggukan kepalanya.

"Berapa bayinya?" Aaahh. Mengobrol dengan Jongin yang tertidur seperti ini adalah favorite Sehun. Terasa menyenangkan.

"Tergantung. Kalau kau bersedia hamil lima kali, maka bayinya ada lima."

"Ah, begitu. Yasudah, aku akan hamil lima kali." Tawa Sehun semakin kencang saat melihat isterinya menyodorkan tanggan dengan lima jari yang dilebarkan ke hadapannya.

"Baiklah. Akan ku pegang janjimu, sayang."

"Ne, yeobo~"

"Menurutmu anak kita ini laki-laki atau perempuan? Hm?" Sehun mengucapkannya sambil mengelus perut Jongin yang masih rata.

"Perempuan, Hun." Dengan sok tahu Jongin menjawab. Minseok noona mengatakan jenis kelamin bayi mereka baru bisa terlihat saat kandungan berusia lima bulan, dan sekarang Jongin baru hamil tiga bulan.

"Tapi aku inginnya laki-laki."

"Tapi yang ini perempuan, Hun." Jawab Jongin bersikukuh.

"Kalau begitu setelah bayi ini lahir, kau hamil lagi ya?" Sehun tersenyum lebar.

"Mwo? Enak saja. Hamil itu melelahkan tau."

"Tapi kau sudah berjanji bersedia hamil lima kali, sayang."

"Kapan? Kapan aku berjanji. Kau jangan mengigau, Hun." Jawaban isterinya membuat Sehun kembali tertawa. Jangan mengigau katanya? Che. Padahal ia sendiri yang sedang mengigau.

"Tadi kau mengatakannya sendiri, Jong." Sehun bersikukuh.

"Mana buktinya, Hun. Kau ini, ada-ada saja." Jongin menyodorkan tangannya seolah meminta sesuatu pada Sehun.

"Ini buktinya, sayang." Sehun meletakan tangan besarnya diatas tangan lembut Jongin yang masih menggantung diudara, kemudian menggenggamnya dengan erat.

Tangan lembut Jongin selalu terasa pas dalam genggaman Sehun. Ia semakin yakin kalau Jongin memang diciptakan untuknya.

"Hmm. Terserahmu, Hun." Jawab Jongin dengan suara sangat pelan. Sepertinya wanita itu sudah tidak mengigau lagi.

"Geurae, tidurlah. Kau harus beristirahat. Aku mencintaimu dan aegi." Sehun mengecup kening Jongin setelah mengatakannya.

Sepertinya malam ini ia bisa tertidur dengan senyuman karena Jongin.

Dan Sehun akan selalu mengingat semua percakapan aneh dan melanturnya dengan Jongin tadi. Bahkan percakapannya dengan Jongin saat wanita itu mengigau dimalam-malam sebelumnya juga masih ia ingat dengan jelas hingga sekarang

.

.

.

.

~ o ~

.

.

.

.

"TIDAAAAAAKKK..."

Suara teriakan keras Jongin membuat Sehun yang sedang meminum kopi paginya diruang tengah terkejut dan tersedak.

Dengan terburu-buru Sehun berlari menuju kamarnya, ia merasa khawatir mendengar teriakan keras Jongin.

"Ya Tuhan, lindungi isteri dan anakku." Ucapnya dalam hati.

Braakk

"Ada apa, sayang?!"

"Uwaaaaaa!"

Sehun yang membuka pintu kamar mereka dengan sangat keras membuat Jongin yang sedang berdiri didepan cermin terkejut dan terlonjak kencang.

"Sehun, kau mengejutkanku." Ucap Jongin sinis.

"Wae? Wae? Wae? Apa terjadi sesuatu denganmu dan aegi? Kenapa kau berteriak seperti itu? Kita pergi ke klinik Minseok noona sekarang, eoh?"

Setelah datang dengan membuat Jongin terkejut, sekarang pria pucat itu menghujaninya dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ia mengerti dan memutar-mutar tubuhnya hingga ia merasa pusing.

"Hentikan, Hun. Kau membuatku pusing."

Keluhan Jongin membuat Sehun berhenti memutar tubuh sang isteri dengan seketika. Sebenarnya ia memutar-mutar tubuh Jongin untuk memeriksa apa ada yang salah dengan tubuh isterinya.

"Ada apa, sayang? Kau baik-baik saja?" Sehun bertanya dengan wajah yang mulai pucat karena khawatir, membuat Jongin semakin bingung.

"Ada apa denganmu, Hun? Wajahmu pucat. Kau sakit?" Jongin meletakan tangan kanannya diatas kening putih suaminya.

Melihat Sehun yang berkeringat dingin dan pucat seperti ini membuatnya khawatir.

"Hah?!" Melihat reaksi Jongin yang tenang-tenang saja seperti ini membuat Sehun bingung.

"Kau kenapa, Hun? Kau sakit?" Jongin jadi semakin khawatir melihat suaminya terlihat bingung.

"Aku yang harusnya bertanya, Jong. Kau kenapa? Kenapa berteriak keras seperti itu?! Membuatku khawatir kau tahu?!"

"Ah, ituuuu..." Jongin mengerti sekarang. Sehun datang tergesa-gesa dengan wajah pucat dan keringat dingin seperti itu pasti karena ia khawatir mendengar teriakannya. Ia jadi merasa bersalah.

"Wae? Kita ke klinik Minseok noona saja ya?"

"Aniii. Aku baik-baik saja, aegi juga baik-baik saja, Hun. Kau tidak perlu khawatir."

"Tidak perlu khawatir apanya?! Mendengar kau berteriak seperti itu membuat jantungku hampir copot kau tahu? Jadi ada apa?"

"Tadi aku sedang berganti baju, tapi baju favoriteku tidak muat. Jadi aku bercermin, dan aku terkejut melihat tubuhku jadi bulat seperti ini, Hun!" Jawab Jongin sambil merengut.

Jongin merasa sedih. Tubuh seksinya hilang entah kemana tergantikan oleh tubuh bulat penuh daging seperti ini.

"Astaga, Oh Jongin. Kau sangat membuatku khawatir." Seketika Sehun terduduk dilantai. Ia merasa telah kehilangan tenaga. Jongin selalu membuatnya lemas.

"Mian, Sehun-ah..."

"..."

"Hun, maafkan aku. Aku tak bermaksud membuatmu khawatir."

"..."

"Hun-ah..." Melihat Sehun yang hanya diam dengan wajah datar andalannya membuat Jongin takut.

"..."

"..."

"Lain kali jangan seperti ini, sayang. Aku lemas." Ucap Sehun dengan suara pelan. Ia benar-benar lemas. Ya Tuhan.

"Maafkan aku, Hun. Aku hanya terkejut dan merasa sedikit tidak terima." Jawab Jongin sambil merengut lucu.

"Apa yang membuatmu merasa tak terima, sayang? Kau menyesal mengandung anakku?" Tanya Sehun sedikit tak terima.

"Aniii. Bukan itu." Jongin mengibas-ibaskan tangannya diudara.

"Kalau bukan itu lalu apa?"

"Perutku, lenganku, pahaku, dan pipiku jadi gemuk, Hun. Bagaimana ini?! Aku takut." Jongin berucap panik dengan suara pelan.

"Ya Tuhan. Untuk apa kau merasa takut?" Sehun merasa tak habis fikir dengan Jongin. Untuk apa takut gemuk saat hamil.

"Aku jadi tidak seksi lagi, Hun. Aku takut kau tidak menyukaiku yang bulat lalu akan meninggalkanku dan uri aegi." Jonging mengucapkannya dengan seteses air mata yang mulai keluar.

Sehun terkejut melihat Jongin menangis hanya karna berubah menjadi bulat.

"K-kenapa menangis, sayang? Aku tidak akan kemana-mana. Aku sudah berjanji dihadapanmu, keluargamu dan Tuhan untuk selalu bersamamu sampai maut datang. Kenapa kau berfikir seperti itu?"

"Selama ini kau selalu memujiku seksi, hiks, tapi kini aku jadi bulat. Hiks. Aku takut kau tak menyukaiku lagi. Hiks." Tangisan Jongin semakin kencang, membuat Sehun semakin panik.

"A-aniya. Aku tak akan meninggalkanmu dan uri aegi hanya karena kau berubah menjadi bulat, Jong. Lagipula kau bulat seperti ini karena kau sedang mengandung anakku, mana mungkin aku tak menyukaimu." Ucap Sehun pengertian.

"Jeongmal?" Ucap Jongin penuh harap. Semoga saja suaminya itu berkata jujur dan tidak hanya menggombalinya.

"Tentu, sayang. Dengarkan aku, aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku, tidak peduli siapa dirimu, bagaimana dirimu dan seperti apa dirimu. Aku mencintai segala hal tentangmu, bahkan hal-hal yang kau benci sekalipun." Sehun mengucapkannya dengan tulus, bahkan Jongin bisa dengan jelas melihat sinar keseriusan dimata suami tampannya itu.

Jongin tersenyum sangat cantik setelah mendengar kata-kata indah Sehun. Air matanya bahkan mulai berhenti keluar.

Sehun romantis sekali. Pria itu mengatakan ia menyukai segala hal yang ada pada dirinya, bahkan sampai hal-hal yang ia sendiri membencinya.

Tunggu. Hal-hal yang selama ini ia benci.

Senyum cantik diwajah Jongin luntur seketika digantikan ekspresi datar yang membuat Sehun merinding melihatnya. Ada apa lagi dengan isterinya? Mood swing wanita hamil memang menyeramkan.

"Apa maksudmu, Hun?!" Jongin berucap dengan ketus membuat Sehun gugup. Ia salah apa lagi, Tuhan?

"Maksud apa, sayang?" Sehun sebenarnya gugup ditatapi seperti itu oleh Jongin, tapi ia tak boleh menunjukan kegugupannya dihadapan Jongin.

"Apa maksudmu kau bahkan menyukai hal-hal yang aku benci?!"

Selama ini Sehun selalu berusaha keras untuk tetap merahasiakan kesukaannya pada hal-hal yang Jongin benci dari isterinya itu.

Sehun merasa Jongin pasti akan malu padanya kalau ia mengatakan ia menyukai Jongin yang seperti singa dipagi hari, kerutan kecil disekitar mata Jongin saat wanita itu tersenyum, suara Jongin yang serak khas baru bangun tidur, tubuh bulat Jongin yang baginya terlihat semok atau rekaman suara sumbang Jongin saat bernyanyi yang ia simpan diponselnya.

Dan Sehun yakin sekali kalau Jongin tahu semua itu, ia pasti akan berusaha keras agar tidak melakukan hal itu lagi.

Sehun pernah mengatakan Jongin terlihat lucu dengan rambut singanya dipagi hari dan kemudian Jongin pergi tidur dengan rambut yang dikuncir besar, membuat tidurnya tak nyaman karena kepalanya terganjal buntalan rambut.

Jongin bahkan tidak makan nasi selama berhari-hari dan hanya memakan apel setelah Sehun mengatakan tubuh berisinya terlihat lebih seksi ketimbang tubuh kurusnya.

Sehun juga pernah tertangkap basah oleh Jongin saat ia sedang mendengarkan suara nyanyian Jongin lewat kabel earphone ditelinganya, setelahnya semua koleksi Sehun menghilang tak bersisa karena dihapus oleh Jongin.

Sehun tak ingin hal itu terjadi lagi, maka ia berusaha keras menyimpan rahasianya. Tapi kali ini mulut bodohnya malah mengatakan hal itu pada Jongin.

"Aku menyukai segala hal tentangmu, Jong. Sejak lama. Suara sumbangmu, mata bulatmu, perutmu yang mulai buncit, lengan dan pahamu yang mulai gemuk, rambutmu yang kusut setiap pagi, bibirmu yang tebal, kerutan kecil dimatamu saat kau tersenyum, sikapmu yang manja bahkan sampai kelakuanmu diranjang. Aku sangat menyukaimu, Jong. Tapi kau selalu berusaha menutupi semuanya. Aku menyukaimu apa adanya, sayang. Aku ingin kau tahu itu." Jelas Sehun panjang lebar, membuat Jongin kembali menangis. Tapi kali ini ia menangis haru.

Beruntung sekali ia memiliki suami seperti Sehun. Pasti dimasa lalu ia banyak melakukan hal-hal baik hingga Tuhan memberinya hadiah luar biasa special, suami seperti Sehun.

Bodoh sekali dirinya mengira Sehun akan meninggaklannya karena tubuhnya tak lagi seksi. Seharusnya ia selalu ingat, ia berubah bulat karena ada Oh junior didalam perutnya.

Harusnya ia lebih mementingkan bayi dan suaminya ketimbang tubuhnya yang menjadi bulat. Tuhan, Jongin menyesal.

Brugh

Jongin segera menubruk tubuh Sehun yang masih terduduk dilantai dengan keras, hingga membuat suaminya terjungkal kebelakang.

"Sehun-ah, mian.. Hiks." Jongin mengucapkanya sambil menangis didada Sehun.

"Gwaenchanha, sayang. Aku mengerti kekhawatiranmu." Ucap Sehun pengertian.

"Maafkan aku, Hun. Huks." Jongin semakin mengeratkan pelukannya ditubuh Sehun.

"Ne, yeobo. Aku maafkan. Chu~" Sehun mencium pucuk kepala Jongin dengan lembut. Aigoo. Rambut halus isterinya beraroma seperti bedak bayi. Sehun jadi tak sabar agar anaknya segera lahir.

Sehun tersenyum kecil membayangkan saat anaknya dan Jongin lahir nanti. Laki-laki atau perempuan? Wajahnya akan mirip Jongin atau dirinya? Kulitnya akan seputih dirinya atau seseksi kulit isterinya? Tapi ia masih harus menunggu enam bulan lagi. Hahh. Sehun tak sabar.

"Sayang, kau tidak tidur kan?" Ucapan Sehun hanya dibalas keheningan oleh isteri cantiknya.

"Sayang?" Sehun kembali memanggil Jongin, tapi lagi-lagi keheningan yang menjawabnya.

Walaupun Sehun sadar isterinya itu suka sekali tidur, tapi kali ini ia yakin sekali isterinya tidak sedang tidur. Isterinya pasti sedang merasa malu, makanya ia bertingkah seperti ini.

Ah, Sehun dapat ide. Ia tahu bagaimana cara membuat isterinya tidak merasa malu lagi.

Dengan menyeringai Sehun mengucapkan "Kalau kau ingin kembali tidur, pindahlah kekasur, Jong. Jangan tidur disini, kau berat."

Nyuutt

"Adaw. Kenapa kau mencubitku?! Jahat sekali." Sehun hanya bisa mengaduh kesakitan. Jongin mencubit pinggangya dengan keras, tapi wanita itu masih belum mau turun dari atas tubuhnya.

Ah, Sehun punya ide yang lebih brilian lagi.

"Kau masih belum mau turun dari tubuhku, hm? Kau ingin kita melakukan- Aaaaw. Yak!" Belum selesai kalimat Sehun untuk menggoda Jongin, tapi tangan isterinya sudah kembali menyapa pinggangnya. Kali ini terasa lebih panas.

"Rasakan! Dasar mesum."

.

.

.

.

~ THE END ~

.

.

.

Author Note:

Hai. Hai.

Saya bawa fanfic manis HunKai nih, ada yang suka? Niatnya saya mau buat fanfic ini jadi series, tapi setiap chapternya sengaja saya buat END, biar aman. Hehe. Ada yang setuju?

Terimakasih buat semua yang sudah mau baca, review, favorite dan follow fanfic saya. Untuk silent reader juga makasih ya udah mau baca fanfic saya.

And, bye bye~ :)