Need and Love


HunKai Fanfiction

Hurt and Broken Relationship


Jongin.

Kedua mata Sehun berpendar mengamati langit sore yang mendung dari balik pintu kaca balkon.

Sejenak ia menghembuskan nafasnya yang terdengar lelah.

Ini sudah ujung bagi semua orang. Termasuk diri Sehun sendiri.

Tapi biarlah ia berjuang sedikit lagi.

Jongin.

Nama itu bukanlah nama seorang gadis cantik dengan tubuh langsing bak model serta senyum manis menggoda.

Jongin jauh dari kata itu.

Tapi Jongin selalu ada dalam pikirannya. Dalam setiap hembus nafasnya.

Ketika dadanya panas melihat Jongin berbicara dengan orang lain. Sehun ingin marah. Sungguh.

Tapi ia luluh begitu saja saat melihat senyum Jongin merekah padanya. Seakan bumi dan waktu berhenti, hanya ada Jongin dalam pandangannya.

Kembali Sehun menghela nafas lelah.

Beberapa puluh kali telepon genggamnya berdering oleh nomor-nomor puluhan wanita cantik kaya raya, yang dengan sukarela mengangkang setiap malam untuk memuaskannya.

Tapi Sehun menolak mereka.

Hanya karena Jongin.

Jongin yang tidak memiliki payudara besar, Jongin yang tidak memiliki tubuh mungil, Jongin yang tidak memiliki jemari lentik halus, Jongin yang tidak memiliki suara merdu, Jongin yang.. seorang pria.


Ya, Jongin seorang pria.

Sehun sempat hancur menyadari dirinya tidak tertarik pada wanita.

Keluarganya sempat mencacinya karena kekayaan, ketampanan, dan kehormatan keluarganya yang dinodai oleh orientasi menyimpangnya.

Sehun benar-benar merasa kacau.

Dan kini ia semakin kacau, setelah beberapa menit tadi, ketika ia tiba di apatermen Jongin.

Ia melihat sendiri.. Jongin berciuman dengan lelaki yang asing baginya.

Kedua mata Sehun kini melirik kebawah. Dimana mobil sedan hitam milik lelaki asing tadi sudah mulai pergi.

Dengan Jongin yang mengantar dibawah sana. Menunggu hingga mobil itu berbelok keluar gang, memasuki jalan raya.

"Aku lebih kaya darinya, lebih tampan darinya, lebih baik darinya, lebih pintar darinya, lebih hebat darinya, lebih kuat darinya.. Jongin" lirih Sehun menatap punggung Jongin yang mulai memasuki gedung apatermen. Menuju kamar Jongin. Dimana Sehun berdiri kaku sekarang.

Tak berselang lama, pintu dibuka dari luar.

Bunyi langkah telapak kaki membuat Sehun semakin bimbang. Ingin ia marah. Tapi itu Jongin.

Ia tidak bisa.


"Sehun, sudah sore, kau tidak pulang?" perkataan Jongin yang lembut itu sarat akan suara lelaki. Tapi Sehun menyukainya. Bahkan seringkali ia menunggu kapan Jongin akan bicara. Dan hatinya menghangat ketika Jongin berbicara padanya.

Mengeluarkan suara indah itu untuknya.

"Aku ingin menginap" diputus pandangannya dari mata sayu Jongin. Sehun ingin memilikinya. Sungguh. Memiliki Jongin seutuhnya.

"Nanti ibumu memarahimu lagi, jangan jadi anak nakal" sedikit bergurau, Jongin mendudukkan tubuhnya ditengah kasur.

"Tidak apa. Kau kan tahu alasannya" kedua mata Sehun melihat kebawah. Pada jari-jari kakinya yang putih kontras dengan lantai marmer hitam apatermen Jongin.

Biarlah ia terlihat paling lemah dan berhati lembut. Ia ingin memperjuangkan cintanya.

"Sehun. Pikir baik-baik. Orang tuamu pernah berkata padaku kalau kau enggan meneruskan perusahaan ayahmu karena aku. Itu tidak masuk akal" kedua mata sayu Jongin menatap Sehun yang makin menundukkan kepalanya, tubuh tegap kokoh putih bak patung yang ditatah sempurna itu seperti malaikat yang biru haru.

"Kenapa seolah kau tidak mengerti.." suara parau Sehun diikuti perlahan dengan kepalanya yang terangkat. Menatap tajam Jongin, dengan kedua mata tajamnya yang memerah menahan air mata.

"Se-Sehun.." tidak tahu kalau ia sudah terlalu menyakiti Sehun, Jongin segera beranjak dari duduknya di kasur, menghampiri Sehun yang sedari tadi diam kaku menatapnya rumit. Kedua jemari tangan pucat itu mengepal erat di kedua sisi tubuh tingginya.


"Kau! Jongin! Kau! Alasannya hanya kau!" teriakan suara berat Sehun berdengung bak harimau di ruang kamar itu.

Jari telunjuk tangan kanan Sehun menunjuk tepat pada wajahnya. Jongin tercekat berhenti dari geraknya menuju Sehun. Tubuhnya bergetar.

"Se-Sehunna.. tapi.." tangan kanan Jongin terulur mencoba menepuk bahu lebar kokoh Sehun. Ragu.

"Aku mencintaimu! Kim Jongin! Kau sudah tahu tapi kau seolah tidak peduli.." bentakan Sehun berakhir kembali dengan suara parau yang lebih lirih. Kedua matanya semakin memerah dengan genang air mata yang kuat-kuat ia tahan. Bagaimana bisa sosok namja didepannya, yang lebih kecil darinya itu, bisa menyakitinya hingga sebegini parah?

"Kenapa?" didekatinya Jongin yang menggigit bibir bawahnya sembari memeluk bahu mungilnya. Jongin terlihat menyedihkan. Seperti pendosa yang dihadapi pencipta.

"Aku.. tidak mencintaimu.." bibir penuh merah itu berujar lirih dengan mata bulat yang bergetar ketakutan. Sehun bisa melihat jelas refleksi dirinya dalam hitam indah binner itu. Ada dirinya.

"Biar kuhapus jejak bajingan tadi.." tangan kanan putih Sehun memegang paksa tengkuk Jongin. Menekan kuat kearahnya untuk segera dilumat bibir merah candunya yang dengan kasarnya barusaja melubangi kembali hatinya dengan kalimat 'tidak'.

Dikecupnya berkali kali, lalu dikulum secara dua belah bibir merah Jongin bergantian. Disesap manisnya bibir itu yang selalu ingin dikecapnya. Tidak ia tinggalkan untuk melumat lembut bibir merah itu perlahan. Lidah Sehun kemudian menjiat ujung bibir Jongin, lalu menyusup diantaranya, untuk kemudian giginya pelan menggigit bibir bawah Jongin agar membuka mulut. Jongin membuka mulutnya kecil dan segera lidah Sehun memasuki rongga mulutnya, mengecap dan melilit lidah Jongin kuat. Menjilat langit-langit mulut Jongin hingga pemuda tan dalam dekapannya itu melenguhkan desahan kecil.

Kedua tangan Jongin semakin erat mencengkram tengkuk Sehun dan mengacak rambut hitam cepak pemuda putih yang memeluknya erat dan hangat kini. Ciuman semakin dalam bersamaan lolosnya sebutir air mata Sehun yang jatuh pada pipi Jongin.


Merasakan itu, Jongin perlahan membuka kedua matanya dan memandang sedikit keatas, pada pemuda tampan yang lebih tinggi darinya.

"Kau menyakitiku.. Jongin" tautan bibir itu terlepas dengan hampa, Sehun mengusap kasar air matanya dengan punggung tangan. Setelahnya, matanya masih merah nanar menatap Jongin yang juga balas menatapnya.

Tangan kanan Jongin berhenti meremat rambut Sehun, turun perlahan, menelusuri wajah tampan Sehun.

Mata tajam, alis tegas, pelipis yang sempurna, pipi tirus, hidung mancung, dagu tegas, bibir tipis..

Lalu jemari tannya kemudian memutus benang saliva yang masih menautkan kedua bibir mereka.

Sehun terdiam masih menatap penuh luka pada sosok lelaki yang dipeluknya erat. Ingin ia berteriak bahwa hatinya sakit. Tapi ia serasa tidak mampu. Kedua mata sayu Jongin benar-benar menghancurkan jiwanya.

"Sehun-"

"Ssst.. aku sedang terluka. Diamlah dulu sebentar. Hanya sebentar" jari telunjuk Sehun membungkam bibir Jongin, lalu perlahan direngkuhnya tubuh Jongin. Didekap erat tubuh orang yang sangat ia cintai itu. Dapat ia rasakan Jongin mengisitirahatkan kepalanya pada bahu kokohnya. Tapi tak ia rasakan sebesitpun kedua tangan Jongin balas memeluknya.

Ini menyedihkan untuknya. Apakah benar ia tidak diharapkan oleh Jongin?

Langit sore yang mendung itu semakin hitam.


Kedua mata Jongin menjadi sendu, mengamati beberapa lampu menyala diluar sana, sedang kamarnya samar-samar gelap, Sehun masih memeluknya erat.

Tubuh Sehun hangat dan bahu Sehun sangat nyaman dan pas untuknya.

Tapi ia tidak mencintai Sehun. Sehun hanyalah teman kuliah baginya. Tidak lebih.

Ia tidak bisa menyakiti hati sahabatnya lebih dari ini. Bahkan membuat keluarga sahabatnya tersebut kacau karenanya.

Jika boleh berharap, Jongin berharap ia tidak pernah bertemu seorang Oh Sehun dalam hidupnya. Menghancurkan kehidupan sempurna Oh Sehun yang tampan dan kaya raya.

Kalau saja ia tidak menceritakan pada Sehun kalau ia seorang gay, Sehun pasti tidak akan menjadi gay dan mencintainya.

Kalau saja ia tidak terlalu memberikan skinship pada Sehun, pasti Sehun tidak akan memiliki perasaan lebih padanya.

Kalau saja..

Kalau saja..

Dalam diam, air mata Jongin luluh juga, membasahi jaket hitam Sehun. Setidaknya Sehun tidak akan tahu.

Dan disisi lain, Sehun menahan kuat-kuat air mata yang menggenangi kedua mata tajamnya.

Dikecup leher Jongin dengan bibir tipisnya. Sarat akan kelembutan dan cinta.

Ini tidak adil. Kenapa cintanya ditolak mentah-mentah sejak awal? Padahal ia sempurna.. Kenapa Jongin tidak dapat mencoba? Ia rela hatinya dicoba berkali-kali hingga Jongin dapat memilihnya.. Ia sanggup. Tapi ditolak sejak awal sangat menyakitkan..

Ia tidak dapat jauh dari Jongin. Sungguh tidak sanggup.

Ia masih menunggu. Ya, Oh Sehun masih menunggu.

Menunggu Kim Jongin..


TBC


BocahLanang bawa ff baru! Yeey!

FF Angst dimana Sehun tersakiti! Hahaha.. rasain lo Seno! Beraninya dalam FF kamu selalu menyakiti Jongin! Kini biar kubuat kau sengsara oleh Jongin! hahaha! *anakHunKaiyangdurhakasamaDaddyHun :v

Disini ceritanya Sehun orang kaya raya yang sempurna. Tapi berteman dengan Jongin membuatnya malah jatuh hati sama si tan. Dan akhirnya ia gak bisa jauh dari Jongin. Tapi ternyata Jongin gak cinta sama Sehun. Gak tau, tapi Jongin gak bisa cinta sama Sehun. Jongin Cuma butuh Sehun disisinya. Jadi inti ceritanya tu Jongin cuma butuh Sehun, padahal Sehun cinta Jongin.

Jahat kan?

Iya, Jongin serakah membutuhkan Sehun, tapi gak cinta Sehun.

Jadi begitulah.. *bingung sendiri gimana jelasinnya, hehe

So,

Review ya?