The Show [Kiss sequel]

Cast:

Min Yoongi (BTS's Suga)

Park Jimin (BTS's Jimin)

Rate: T

Length: one-shot

Genre: Romance / AU

Warning! YoonMin GS / Min!top Park!bottom / DLDR

.

"Just enjoy the show" –a song

.

This fic belongs to and written by

Red Casper

.

Cerita ini hanyalah fiksi belaka

.

.

Enjoy

.

.

"Stand by, guys"

Suara Namjoon terdengar samar-samar diantara dentuman keras lagu penutup penampilan kelompok drama Cinderella. Sebentar lagi, setelah tirai merah besar di depan panggung itu tertutup, kelompok drama Little Red Riding Hood akan tampil dan hal itu membuat para aktornya mulai mondar-mandir gelisah, kecuali seorang namja yang mengenakan kostum serigala; dia duduk di kursi kayu di belakang panggung sambil memangku kaki dan menutup mata.

"tenanglah, teman-teman. Jangan sampai kalian keringatan dan merusak make up" ucap Namjoon seraya melongok ke panggung untuk mengecek property pementasan mereka. Namjoon memang tidak termasuk dalam deret aktor, dia director, penanggung jawab belakang layar. Dia melihat beberapa siswa laki-laki yang bertindak sebagai penata panggung sedang membangun 3 rumah kumuh kecil disana; yang jelas tidak ada seorangpun yang bisa masuk kedalam rumah itu –terlalu kecil dan sempit- kemudian mengangguk puas.

Jimin hampir saja terjatuh karna menginjak jubah merahnya saat suara guru kesenian terdengar memanggil nama kelompok mereka, untung saja ada Seokjin disana untuk menahannya.

"hati-hati," kata Seokjin, suaranya bergetar karna gugup, "jangan sampai kau terjatuh di panggung"

Jimin nyengir, mengerling pada Yoongi yang sekarang sedang memakai topeng serigala di kepalanya sendiri. Jimin baru akan bicara padanya supaya gugup yang dari tadi membuat kakinya gemetar bisa sedikit berkurang, tapi tangannya ditarik ke atas panggung oleh Jungkook. Dia menyadari Kim Taehyung sudah berdiri di atas panggung dengan lebih dari 2 lampu besar menyorot padanya, sedangkan Namjoon sudah memegang mic; membacakan cerita.

Pementasannya dimulai.

"pada suatu hari…." Suara Namjoon terdengar memenuhi ruangan yang tenang, suara beratnya yang seksi membuat beberapa adik kelas perempuan memekik genit kemudian cekikikan. "di sebuah desa kecil yang tentram…"

Taehyung mulai berjalan dengan tangan di belakang punggung, menengok kesana kemari, memperhatikan Seokjin dengan dres berlapis yang di tampal dimana-mana sedang (berakting) mencuci pakaian, Hoseok yang sedang menghitung buah apel dalam keranjang, juga Jimin dan Jungkook duduk di sudut; mengobrol. Kemudian, dia berdiri di pinggir panggung, menatap kedepan; kesekeliling ruangan dengan lagak sok penting, seakan seluruh ruangan itu termasuk wilayah desanya.

"desa itu selalu aman selama 10 tahun tanpa kekacauan. Mereka hidup saling mengasihi dan saling berbagi, saling membantu dan melindungi, tanpa gangguan dari luar. Tenang bagai air tanpa riak." suara Namjoon terdengar lagi, sangat tenang seperti professional, sedangkan para aktor masih dengan acting mereka (Jungkook dan Jimin mulai tertawa-tawa pada sesuatu dan Hoseok membagi-bagikan apel. kemudian mereka akhirnya berdiri membantu Seokjin mengangkat loyang besar penuh pakaian) "desa itu bukan desa kaya tapi kebutuhan mereka selalu terpenuhi oleh hasil hutan yang banyak. Mereka memiliki segalanya, termasuk sebuah rahasia; rahasia ketentraman desa yang tidak diketahui desa manapun; mereka dijaga oleh satu-satunya serigala besar penguasa hutan…"

Yoongi muncul dari balik tirai, merangkak dengan kostum serigala; mengawasi semua orang dengan sorot matanya yang dingin. Tatapan terakhirnya jatuh pada Taehyung yang masih berdiri dengan tenang dipinggir panggung.

"tapi sepertinya ketentraman itu akan berakhir hari ini…"

Tepat setelah Namjoon berhenti bersuara, Yoongi melompat dan menerjang Taehyung, membuat semua orang berteriak kaget. Jungkook menarik Taehyung dari jangkauan sang serigala, melepaskan loyang Seokjin yang sekarang sudah terjatuh, setelah itu mereka semua berdiri dalam satu kelompok memegang Taehyung; ketakutan. Sedangkan Yoongi mulai berlari-lari membongkar rumah dan merubuhkannya membuat para warga berteriak "tidak…tidak

"hey kepala desa" panggil Yoongi dengan suara berat mengancam.

Tidak ada yang menjawab. Yoongi mengerutkan kening dibalik topengnya, melotot pada Taehyung."kepala desa!" teriaknya. Mungkin Yoongi terlalu mendalami peran hingga suaranya terdengar seperti sedang mengaum.

"siapa yang kepala desa?" bisik Taehyung bingung.

Segera saja Jimin dan Seokjin mencubit pinggangnya, berbisik bersamaan dengan gemas "kau, bodoh!"

Taehyung mengeluarkan suara aah~ sambil melongo membuat Namjoon di belakang sana bersumpah akan memotong kepala Taehyung setelah pentas selesai,

"oiya, aku kepala desa" kata Taehyung akhirnya, "kenapa kau menyerang kami? Kita terikat perjanjian, dan kau melanggarnya"

"cih.." sang serigala mulai mondar-mandir di depan mereka "kalian yang MELANGGARNYA" Yoongi mengaum lagi membuat semua orang merinding termasuk Namjoon yang mengamati teman-temannya dari balik tirai, "kalian membunuh kawananku, harusnya aku tidak pernah percaya pada MANUSIA SEPERTI KALIAN."

"kami tidak pernah masuk kehutan terdalam lagi selama 10 tahun," Taehyung bersuara lagi, tangannya menggerak-gerakkan dasi kupu-kupu berudu yang melingkar di lehernya, "kami tidak pernah mengusikmu dan mengganggu kawananmu, seperti perjanjian kita"

"OMONG KOSONG!" guru kesenian mereka terperanjat di tempat duduknya, berjanji akan memberi nilai sempurna pada Yoongi, "manusia sialan, tidak bisa dipercaya. Yang aku tau salah satu diantara kalian yang membunuh kawananku, dan aku tidak terima. Mulai sekarang perjanjian kita batal, aku akan menjadi teror bagi desa ini dan kalian semua, hahaha"

Jimin bergidik mendengar tawa itu, Yoongi benar-benar mendalami perannya. Dia menakutkan.

"Setelah kejadian hari itu, keadaan desa berubah menyedihkan. Tiap hari sang serigala datang ke desa untuk membunuh siapa saja yang dilihatnya di jalanan, membuat semua orang mengurung diri dirumah, mengunci pintu dan jendela, juga berhati-hati dalam melangkah"

Yoongi sang serigala berlarian di atas panggung membongkar segala hal, lampu yang menyorotnya berubah merah dan biru bergantian dengan cepat, membuat efek horor pada cerita. Saat lampu mati, mereka akan menaruh apa saja diatas panggung yang bisa dibongkar Yoongi, kemudian lampu merah biru akan menyala lagi.

"teror dari serigala ini membuat para penduduk desa berkumpul untuk membahas rencana perlawanan…"

Jimin, Jungkook, Taehyung, Hoseok dan Seokjin berjalan perlahan naik keatas panggung, menoleh ke kiri dan kanan dengan waspada. Mereka kemudian duduk melingkar di tengah panggung.

"apa yang harus kita lakukan?" Hoseok bersuara, berkespresi takut yang berlebihan.

"serigala itu bisa dibunuh" kata Jungkook membuat semua orang menahan nafas.

"bagaimana caranya? Kita saja tidak bisa mendekatinya" sahut Jimin, dia baru akan berakting bingung sekaligus cemas saat matanya menangkap sosok Yoongi berjongkok dibalik tirai sebelah kiri. Yoongi tidak memakai topeng, bertopang dagu menatap Jimin. Saat mata mereka bertemu, Yoongi mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum begitu menggoda membuat Jimin cepat-cepat memalingkan pandangan, atau semua orang akan melihatnya merona dan salah tingkah.

"bisa saja kalau kita menggunakan cara yang benar. Kalian tau desa kita punya banyak rahasia dan sebagai kepala desa, aku tau salah satunya" Jimin mendengar Taehyung mengucapkan dialognya dengan serius sambil kembali mennggerak-gerakkan dasinya, membuat Jimin sadar setelah ini adalah bagiannya.

"apa itu?" kata Jimin

"bulan purnama" Taehyung menjawab dengan berbisik sambil mencondongkan tubuh, berusaha agar semua orang mendengarnya,

"dia bisa dibunuh pada bulan purnama?" Tanya Jungkook memegang dagunya, terlihat berpikir.

Taehyung mengangguk "kita hanya butuh seseorang yang akan pergi membunuhnya dalam hutan. Harus seorang perawan dengan pisau perak"

"kalau begitu…." Seokjin bersuara, menatap Jimin, "hanya si tudung merah yang bisa melakukannya, karna aku sudah menikah"

"a-aku?" Jimin menunjuk dirinya sendiri disambut anggukan dari yang lain. Seokjin mengerjap senang, tidak menyangka acting kaget Jimin akan senatural itu. Padahal Jimin memang benar-benar kaget. Walaupun sudah latihan berpuluh-puluh kali, dia tetap akan kaget di bagian itu karna membayangkan dirinya yang akan pergi kehutan untuk membunuh Yoongi dan yang akan ehem berciuman setelah itu. Apalagi sekarang ini dia bisa melihat Yoongi masih ditempatnya yang tadi, menyeringai.

Taehyung dengan cepat bangkit dan berlari kearah tirai dibelakangnya, mengambil sebuah kotak panjang warna merah tua kemudian membawanya ke tengah panggung. Membuka kotak itu perlahan kemudian mengangkat dengan hiperbola potongan kayu yang sudah dibuat semirip mungkin dengan pisau warna perak, "inilah pisau perak itu. Hanya pisau ini yang bisa membunuhnya. Ambillah"

Jimin mengambilnya dengan takut takut.

"besok adalah bulan purnama, persiapkan dirimu"

Satu kalimat dari Hoseok dan lampu sorot perlahan mati. Semua aktor berlari turun dari panggung, mempersiapkan setting untuk scene selanjutnya.

"yah! Kim Taehyung" Namjoon menahan kerah belakang baju Taehyung, membuat pemiliknya berjengit marah, "bisakah kau berhenti membuat dirimu sibuk dengan dasi itu?" Namjoon melepaskan pegangannya kemudian menunjuk dasi kupu-kupu berudu yang menyembul dari kerah bagian depan Taehyung, "kuperhatikan kau memegang-megang dasimu sepanjang pementasan"

"aku tidak suka dasi" kata Taehyung menggerak-gerakkan dasi itu ke kiri dan kanan, "bisakah aku melepaskannya? It strangling me"

"yasudah, lepaskan saja. lagipula kau sudah tidak punya scene lagi"

Taehyung nyengir kemudian dengan cepat mencopot dasi itu dari lehernya, mendesah lega.

Panggung sudah diseting mirip sebuah ruang kamar dengan single-sofa warna abu-abu yang lusuh dan robek disana-sini, sebuah peti di pinggir panggung, sebuah sekat untuk ganti pakaian disudut serta gambar tempat tidur dan jendela kamar yang terbuka menampilkan bulan purnama yang dipantulkan oleh LCD di belakang layar.

Lampu sorot menyala terang saat Jimin dengan pisau perak ditangan berjalan perlahan naik keatas panggung. Dia berjalan sambil menyeret Jubah dengan tudung warna merah yang kelewat panjang, membuatnya terlihat memakai baju pengantin lusuh.

Dia terkejut dan berteriak saat Yoongi keluar dari balik sekat dengan tubuh manusianya dengan celana hitam dan kemeja putih keren, "siapa kau?" teriaknya seraya menodongkan pisau perak kearah Yoongi.

Yoongi mematai pisau itu dan Jimin, dari ujung rambut ke ujung kaki, kemudian tertawa lemah, "kau datang untuk membunuhku?" sorot mata Yoongi terlihat kecewa membuat Jimin seketika merasa bersalah. Yoongi benar-benar berbakat jadi aktor."kalian membunuh kawananku dan sekarang mau membunuhku?"

"siapa kau?" ulang Jimin, suaranya serak, "kau serigala itu?"

"benar, aku serigala sang penguasa hutan" Yoongi merentangkan tangannya untuk menguatkan kalimatnya tentang penguasa hutan, "serigala yang sekarang sendirian karena keluarganya terbunuh"

"keluarga?"

"kawananku." Yoongi menatap sedih kearah penonton, "Mereka mungkin hanya serigala biasa, bukan siluman sepertiku, tapi aku merasa tidak kesepian karena mereka. Aku punya teman, punya ayah, punya ibu, punya adik, punya kakak…"

Yoongi menggigit bibirnya dan semua orang termasuk penonton dan teman-temannya dibelakang panggung menahan nafas melihat air mata mengalir di pipi pucat itu. Namjoon tidak ingat kalau dia menyuruh Yoongi menangis.

"KALIAN MEMBUNUH KELUARGAKU!" raungnya, membuat Jimin menjatuhkan pisau karna kaget. Dia harusnya melepas pisau perlahan saat dirinya mulai merasa iba pada sang serigala, tapi akting Yoongi membuatnnya berimprovisasi dan terlihat lebih natural. "kalian manusia biadab! Aku melindungi kalian bertahun-tahun hanya untuk menerima perlakuan ini?" bekas air mata masih membasahi pipi Yoongi, tapi suaranya tidak goyah; dalam dan berat ,"aku melindungi kalian hanya untuk dibunuh?" dia tertawa dengan sangat menyedihkan membuat beberapa siswa perempuan mulai terisak, "baiklah, cantik. Bunuh aku. Selagi bulan purnama masih bertahta, selagi aku lemah dan tak berdaya. Bunuh aku!"

"tidak…" Jimin berlari ke arah Yoongi, memeluknya erat, "maafkan aku –maafkan kami. Sungguh kami tidak membunuh keluargamu, percayalah"

Perlahan tangan Yoongi melingkar di pinggang si tudung merah, mendesah dengan sedih "aku…. ingin percaya"

"percayalah. Aku janji kau tidak akan sendirian, kami akan –ah, aku akan jadi temanmu. Sungguh"

Yoongi melepaskan pelukannya, menatap Jimin masih dengan sorot sedih tapi bibirnya meyunggingkan senyum, "sudah kuduga kau akan tumbuh menjadi gadis baik, tudung merah" bisik Yoongi

"kau mengenalku?"

"aku memperhatikanmu sejak sepuluh tahun yang lalu ," Yoongi menuntun Jimin untuk duduk di sofa lusuh, sedangkan dirinya berjongkok di bawah memegang tangan Jiminn yang mulai dingin; adegan kissing-nya sebentar lagi, "umurmu masih 11 tahun waktu itu" ekspresi Yoongi menunjukkan dia masih bersedih soal keluarganya, tapi dia tersenyum mengenang masa lalu, "manis, ceria, suka membantu orang lain." Yoongi tertawa pelan, "dan kau sangat….

…cantik"

Wajah Jimin merona merah muda, dia membawa tangan kanannya untuk menyelipkan rambut coklat panjangnya ke belakang telinga membuat Yoongi menggigit bibir, menahan diri untuk tidak mencium Jimin; belum waktunya.

"perasaanku saja atau mereka memang sedang lovey dovey disana?" bisik Seokjin pada Namjoon di belakang panggung, Namjoon hanya mengangkat bahu seraya tersenyum penuh arti.

"jadi…" suara Yoongi kembali terdengar, "kau tidak akan membunuhku?"

Jimin mengerling pisau perak yang tergeletak begitu saja di lantai kemudian menggeleng mantap, "tidak"

Yoongi tersenyum, "kau mau aku hidup?"

"iya"

"tidak akan menyesal?"

"tidak"

"kau mau menemaniku disini?"

"iya"

"yakin?"

"tentu"

"boleh aku menciummu?"

"iya –eh?"

Yoongi tertawa, kemudian bangkit untuk mencium bibir Jimin membuat semua orang berteriak heboh. Kepala sekolah yang menjadi salah satu penonton hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala dan tertawa kepada guru kesenian.

"TUDUNG MERAH?" suara teriakan Jungkook yang membahana di ruangan itu membuat semua orang terdiam. Yoongi melepaskan ciuman mereka dan berlari untuk bersembunyi di balik sekat, sedangkan Jimin bangkit dari duduknya, menghadap Jungkook yang berlari naik ke atas panggung. Dia meneliti setiap sudut dan menatap Jimin sambil terengah, "kau sudah membunuhnya kan?"

"aku –"

"bagus.." kata Jungkook memotong, dia segera mendekati peti di pinggir panggung dan membukanya. Semua orang tersigap melihat emas (buatan) yang menumpuk di dalam sana, "bantu aku membawa ini"

"kenapa kau tau ada emas disana?" Jimin menyentak lengan Jungkook dengan kasar.

"hey, ayolah. Semua orang tau si serigala brengsek itu punya emas," kata Jungkook sambil mencoba menarik peti berat itu, "dia sudah hidup ribuan tahun dan menyimpan emas yang didapatnya dari gunung kita. Para tetuah bodoh itu tidak mau menyetuh bahkan meminta emas ini dan malah menukarnya dengan perlidungan –berat skali sialan. Bantu aku dong"

Jimin memandang Jungkook dengan tatapan tidak percaya, "kau yang membunuh kawanan serigala itu?"

"tentu saja" kata Jungkook tanpa rasa bersalah, masih mencoba menarik peti berat di tangannya, "kalau tidak, dia tidak akan memberontak dan para tetua desa tidak akan bertindak untuk membunuhnya. Harus ada seseorang yang memulai. Lagipula emas ini untuk desa kita juga –hei, tudung merah. Bantu aku"

"aku tidak menyangka kau sekejam itu –hanya untuk emas" Jimin memincingkan matanya, menatap Jungkook dengan marah.

"kejam apanya? Serigala-serigala itu bodoh dan lemah; langsung mati hanya dengan satu tembakan. Uh, kau tau karpet bulu yang kuberikan pada kepala desa sebagai hadiah? Itu aku buat dari kulit mereka"

Namjoon mendengar penonton tersigap kaget menahan nafas saat dialog itu dilontarkan Jungkook, tersenyum, tidak menyangka kalimat tanpa perasaan yang diucapkan dengan begitu polos akan terdengar kejam dan menyeramkan. Dia tidak salah memilih Jungkook untuk peran itu.

"apa katamu?" suara berat Yoongi terdengar dan dia keluar dari tempat persembunyiannya. Sorot matanya dingin mengancam, penuh amarah. Jungkook yang kaget dengan suara itu melepaskan pegangan peti kemudian berbalik menatap Yoongi yang sudah berdiri dibelakangnya dengan wujud serigala (Yoongi sempat lupa bahwa dia harus keluar dalam wujud itu membuat Namjoon dengan panik melempar kostum padanya)

"dia belum–"

Yoongi melompat dan menerkam Jungkook tanpa menunggu kalimatnya selesai. Satu cakaran di alamatkan sang serigala di nadi leher Jungkook dan pemuda itu langsung mati terkulai. Masih belum puas, sang serigala mencakar seluruh tubuh Jungkook dalam amarah, mengaum menyedihkan membuat semua orang merinding.

"cukup!" Jimin berteriak, mendorong Yoongi, menjauhkannya dari mayat Jungkook. "sudah cukup"

Yoongi mundur, menyembunyikan diri di balik tirai dan dengan cepat membuka kostum, kembali ke atas panggung dengan bentuk manusia. Rambutnya terlihat berantakan karna membuka topeng dengan terburu-buru tapi hal itu malah membuatnya terlihat err seksi. Jimin ingin mencongkel mata adik kelas centil yang sedang menatap pacarnya dengan muka mupeng dibawah sana.

Yoongi berjalan mendekati Jungkook dan menendangnya jatuh dari panggung. Hal itu memang ada di naskah dan Jungkook harus jatuh bergulingan ditangga, "uh, shit. Lenganku" maki Jungkook dalam hati saat dirinya akhirnya terjatuh begitu saja di tangga paling akhir.

"kau baik-baik saja?" Jimin datang mengelus pundak Yoongi, "aku tidak tau kalau temanku sendiri yang tega membunuh keluargamu. Maafkan aku"

Yoongi tertawa sedih, "aku akan memaafkanmu," dia membawa Jimin kehadapannya kemudian bergerak menyingkirkan rambut panjang Jimin dari bahunya, "jika kau mau menemaniku disini, selamanya"

Tanpa ragu, Jimin mengangguk, "baiklah"

"tudung merah tidak pernah kembali ke desa" suara Namjoon terdengar lagi, membacakan ending cerita "desa kembali aman dan tentram walaupun para penduduk bersedih menyimpulkan tudung merah dan temannya tewas di tangan serigala. Tudung merah tinggal bersama serigala di dalam hutan yang terdalam, menemaninnya dalam suka, dalam duka, dan hidup bahagia selamanya"

Jimin akan bergerak meninggalkan panggung tapi sayang dia tidak sengaja menginjak jubah panjangnya dan jatuh terduduk dipanggung, penonton yang sedang bertepuk tangan tiba-tiba tertawa. dia merona malu dan mendongak, menatap kesal pada Yoongi yang juga menertawakannya.

Yoongi masih tertawa saat membantu Jimin berdiri, dia memegangi pinggang Jimin dan berkata dengan lembut, "kenapa kau ceroboh sekali sih, tudung merah?"

Setelah itu, Jimin melebarkan mata karna Yoongi mendaratkan sebuah ciuman dibibirnnya. Hal itu membuat semua orang kembali berteriak heboh. Guru kesenian dengan segera menutup mata anak-anak kelas satu yang bisa dijangkaunya saat Yoongi tidak melepaskan ciuman untuk waktu yang lama, kepala sekolah yang tadinya hanya tertawa-tawa kini mulai ber 'huu..huu' heboh sekali bersama guru olahraga.

"heol, aku tidak ingat ada adegan itu dalam naskah" kata Namjoon sambil melipat tangannya di dada. Taehyung dan Hoseok sudah melompat-lompat girang campur malu dibelakangnya, sedangkan Seokjin sedang sibuk berteriak pada siswa laki-laki yang mengurus tirai diatas, "TUTUP TIRAINYA, BODOH! TUTUP TIRAINYA."

Jungkook? Dia masih di bawah tangga, tertidur…

.theend.

A/N:

Halo lagi…

Saya nulis ini karna ada reader yang minta epilog Kiss. Ga nyangka epilognya malah lebih panjang dari Kiss sendiri; 2,6K meeenn.. hahaha (Kiss Cuma 2,3K) jadi saya meng-katagori-kan fic ini sebagai sequel.

Awalnya cuma pengen nulis bagian Yoongi sama Jimin kissing di panggung, tapi saya suka banget naskah red riding hood yang saya tulis di fic ini, jadi ga nyadar udah duduk di depan laptop dari sore, ngetik semua ini. Omaigash. Ga di edit lagi jadi mohon maaf kalo fic ini banyak kurangnya. saya ngetiknya sambil dengerin sepupu-sepupu saya yang kelewat rame dan ribut banget nyanyi-nyanyi sambil ngobrol ga jelas, katanya sengaja bikin saya ga konsen. Sialan lu semua! Hahaha

Saya pernah bilang naskah itu adalah cerita yang saya ingat dari film Red Riding Hood (2011), tapi yang dipentaskan Yoongi dan teman-temannya mungkin ga sama dengan film itu (ada yang sama, ada yang enggak). Once again, Just a copyright.

Teruuus…..Saya minta maaf buat reader yang minta sequel A Little Pieces of Your Love, saya belum tau bakal bikin apa enggak, tapi tetep diusahain, semoga saya ga sibuk-sibuk banget supaya bisa nulis lagi.

Makasih buat yang udah baca semua karya saya, kalo ada yang pengen pesan FF, silahkan kirimi saya PM. kalian bisa pesan plot, karakter, profesi karakter, rate (yang ini saya lagi belajar nulis M-rated), dan apa aja. Akan dicatat dan dibuatkan kerangka ceritanya. Tapi saya ga akan nulis semua pesanan, hanya yang bisa membangkitkan (?) imajinasi saya aja. Dan ga gratis loh; bayarnya pake syarat, satu aja: SABAR.

That's all, enjoy this sequel, guys.

Review?

Deep bow, Red Casper