A Kiss

Cast:

Min Yoongi (BTS's Suga)

Park Jimin (BTS's Jimin)

Rate: T+

Length: one-shot

Genre: Romance / AU

Warning! YoonMin GS / Min!top Park!bottom / DLDR

.

.

"One kiss breaches the distance between

Love and friendship" –Anonim

.

.

This fic belongs to and written by

Red Casper

.

Cerita ini hanyalah fiksi belaka

.

.

Enjoy

.

.

"pokoknya aku tidak mau!"

Min Yoongi bangkit dari kursinya sambil menggebrak meja membuat 6 siswa lain diruangan itu terperanjat kaget. Matanya melotot marah pada semua orang.

"ayolah, Yoongi. Hanya–"

"–jangan memaksaku" Yoongi mendelik pada seorang yeoja berkacamata yang baru saja bersuara. Mereka semua diam, tidak senang kalau Yoongi sudah marah-marah seperti ini.

7 orang itu -termasuk Yoongi- duduk melingkari meja lonjong diruang osis, sedang rapat membahas tugas kelompok mata pelajaran kesenian. Semua siswa dibagi 7 orang dalam satu kelompok untuk mementaskan sebuah pertunjukan drama dengan judul yang ditentukan dari undian.

Kelompok Yoongi, yang diketuai Kim Seokjin, yeoja berkacamata pemegang jabatan ketua osis, mendapatkan judul Little Red Riding Hood oleh Brothers Grimm yang terkenal. Tetapi mereka tidak diperbolehkan tampil dengan cerita original dari dongeng itu –terlalu biasa. Mereka harus bisa mengembangkan cerita dan karakter , bahkan kalau bisa mendekonstruksi semua hal didalamnya, supaya menjadi sebuah cerita yang baru.

Yoongi mendapatkan peran sebagai serigala. Dia tidak keberatan, peran itu cocok untuknya; Dingin, menyebalkan, tukang gertak, rakus, tapi sialnya memiliki karisma yang tak bisa ditolak, dan pada akhirnya akan memakan si gadis bertudung merah. Sedangkan si gadis bertudung merah sendiri diperankan oleh sahabat Yoongi sejak kecil, gadis dengan rambut ikal panjang kecoklatan, Park Jimin.

Yang jadi masalahnya adalah, director mereka, Kim Namjoon sudah mengembangkan cerita. Otak jeniusnya menurut pada imajinasi yang menakjubkan dan terlampau liar, sehingga cerita itu berubah 180 derajat dengan ending tak tertebak; si serigala ternyata adalah siluman yang bisa berubah menjadi manusia di malam purnama, melihat si gadis bertudung merah dan saling jatuh cinta. Ketika warga desa membenci dan mengucilkan si serigala di pondok tua dalam hutan, si gadis bertudung merah datang padanya tiap malam purnama untuk menemani. Di akhir cerita, si serigala menyatakan cintanya dan mereka berciuman.

Itulah masalahnya; mereka berciuman. Yoongi harus mencium Jimin.

Yoongi membanting naskah 20 lembar diatas meja kemudian keluar ruangan dengan menghempaskan pintu. Berjalan tergesa-gesa, mengikuti kemanapun langkah akan membawanya.

"bagaimana ini? Yoongi hyung emosian sih" salah satu diantara 6 orang yang tertinggal dalam ruangan, Jeon Jungkook si murid akselerasi, bergerak menggaruk kepala sambil terus mematai naskah ditangannya. Ceritanya menarik, sangat menarik, sayangnya Yoongi tidak mau bekerja sama.

"aku akan bicara padanya" kali ini Park Jimin yang bersuara. Dia tersenyum minta maaf pada semua orang, terutama pada Namjoon si penulis cerita dan pada Seokjin si ketua kelompok. Seantero sekolah tau hubungan Yoongi dan Jimin. oh mereka bersahabat, teman sejak kecil; Selalu terlihat bersama dimanapun, terlihat bertengkar dibeberapa waktu, dan saling peduli pada satu sama lain. Mereka kenal Yoongi, kapten tim basket yang keren tapi pemarah. Dan mereka juga tau, sepemarah apapun Yoongi itu, dia akan mendengarkan Jimin. Jadi mereka mengangguk membiarkan Jimin mengambil tas dan ponselnya kemudian berlari keluar.

.

Jimin tau pasti akan menemukan Yoongi di ruang ganti tim basket. Yoongi selalu suka berada di ruangan dingin itu. Tidak ada orang lain disana, hanya Yoongi yang duduk di bangku besi panjang dekat loker, menyandarkan kepalanya pada dinding. Matanya tertutup.

Jimin menghela nafas kasar, mengikat rambutnya yang terurai, kemudian duduk mengambil tempat disamping Yoongi, "kau kenapa sih? Begitu saja marah"

"apanya yang begitu saja?" tukas Yoongi tanpa mau membuka mata, "naskah sialan itu. Aku tidak akan ikut kalau naskahnya masih begitu. Namjoon harus menggantinya atau aku keluar dari kelompok"

Jimin mendorong bahu Yoongi dengan sikunya, "kalau kau keluar, kelompok kita akan kekurangan aktor dan kau akan kehilangan nilai mata pelajaran kesenianmu. dasar bodoh"

"aku tidak peduli. Suruh Namjoon mengganti naskahnya"

"ish. Kita tidak punya waktu lagi" Jimin menendang udara di bawah sneaker hitamnya "kelompok lain sudah mulai berlatih sedangkan kita masih membahas naksah –memangnya kenapa sih? Kau hanya perlu menciumku. Itu saja"

Yoongi membuka mata, menoleh dengan cepat pada Jimin, "itu saja katamu? Selama ini, sedekat apapun hubungan ini, kita tidak pernah berciuman, Park Jimin. Dan aku tidak bisa menciummu"

"kenapa?" Jimin membawa dirinya bangkit dari tempat duduknya dengan hentakan kesal. Dia membuat Yoongi melebarkan mata saat dirinya duduk di pangkuan Yoongi dengan posisi kedua paha Yoongi berada diantara paha Jimin sendiri, membuat rok seragam sekolah tersingkap memampang kulit putih mulus miliknya.

"a-apa yang kau lakukan?"

Jimin meletakkan dua tangannya di bahu Yoongi, "kau hanya perlu menciumku dengan professional. Jangan melihatku sebagai sahabatmu Park Jimin, lihat aku sebagai gadis bertudung merah yang kau cintai. Seperti ini–" Jimin mendaratkan sebuah kecupan di bibir Yoongi, membuat sahabatnya itu semakin melebarkan matanya, "gampang kan?"

"tu-turun.." perintah Yoongi, tergagap. Membuat Jimin malah tertawa keras dan tidak mau bergeming dari posisinya.

"ayolah, Yoongi-ah" Jimin mengeratkan pelukannya pada leher Yoongi, "atau kau perlu latihan supaya tidak gugup? Aku akan membantu –"

Jimin baru akan mencium bibir itu lagi, tapi Yoongi membuang muka ke arah yang berbeda, menghindari Jimin. Namun, hal itu malah membuat Jimin dengan senang hati memposisikan bibirnya siap mencium dan terus mengejar bibir Yoongi. Dari semua kejahilan dan candaan mereka, permainan cium-mencium ini adalah hal baru dan Jimin menyukainya; menyenangkan melihat wajah kesal Yoongi yang mencoba menghindarinya.

"hentikan, Jim" Yoongi menghela nafas kesal sembari mendorong kening Jimin dengan telapak tangan kirinya, "aku tidak bisa menciummu"

"kenapa"

Yoongi terdiam sebentar, mengerucutkan bibirnya sambil mengerling ke lantai; berpikir, "karna…

karna aku homo"

"apa?" Jimin mencengkram seragam putih bagian pundak Yoongi dengan kuat. Matanya melebar tidak percaya. Sedangkan Yoongi sudah memasang wajah datarnya, menarik sudut bibirnya tidak peduli.

Yoongi sudah yakin Jimin akan turun dari pangkuannya, jadi dia bisa pulang kerumah dan tidur; melupakan naksah bodoh Namjoon dan tingkah aneh Jimin. Tapi tidak. Bukannya turun dari pangkuan Yoongi, Jimin malah tertawa keras-keras sambil memukul-mukul pundak sahabatnya, membuat sang korban mengaduh kesakitan.

"ya ampun" Jimin mengusap air mata yang menggenang disudut matanya karna terlalu banyak tertawa, "kenapa tidak bilang sih. Pantas saja… Kau menyukai Chanyeol oppa ya?"

"what?" Yoongi membuka mulutnya seakan mau muntah. Bagaimana bisa dia menyukai namja kerempeng jorok seperti kakaknya Jimin itu? Kalaupun dirinya homo, dia akan memilih namja yang bersih, ceria dan manis; Hoseok misalnya? Ah, Hoseok adalah teman sekelasnya, dia juga termasuk dalam kelompok tugas kesenian bersama Yoongi dan Jimin.

"kalau begitu ga masalah kan?" kata Jimin, belum mau beranjak dari posisinya.

"apanya?"

"kau tidak harus takut menciumku, anggap saja kau hanya mencium boneka kelinciku." Jimin melipat tangannya di dada, "lagipula aku tidak perlu takut kau akan merangsang setelah kita berciuman kemudian memperkosaku"

Demi ring basket yang dihormati Min Yoongi, ini pertama kalinya Yoongi mendengar candaan sevulgar itu keluar dari bibir manis sahabatnya. Dia hanya bisa kembali melebarkan matanya, bertanya dalam hati apa yang dimakan Jimin tadi pagi sehingga membuat mulutnya seberani itu.

Sadar dengan tujuannya kesini, Jimin menghentak-hentakan kaki kanannya membuat Yoongi mengeluh sakit karna Jimin bergerak diatas pangkuannya, "ayolah Min Yoongi, kau kan hanya menciumku sekali, setelah itu cut. Tidak ada yang cocok dengan peran itu selain dirimu. Mau ya? Ayolaaah~"

Jimin merengek sambil membuat wajah selucu mungkin supaya Yoongi luluh, "lagian kalau peran itu diberikan pada yang lain, kau tega melihat ciuman pertamaku di renggut hanya karna naskah? –aku tidak masalah kalau itu kau, tapi kalau orang lain? Kau mau melihat sahabatmu yang cantik ini dicium orang yang tidak dicintainya? Ayolaaaahhhh~"

"yatuhan, berhenti merengek" Yoongi menahan pinggang Jimin supaya dia tidak bergerak-gerak lagi, "ciuman pertamamu baru saja kau berikan padaku tadi, jadi tidak masalah–"

"hey itu bukan ciuman" tukas Jimin, "itu poppo"

Yoongi memutar bola mata, "bedanya apa sih?" gumamnya.

"beda lah. Poppo itu dilakukan dengan lembut dan biasa. Sedangkan ciuman –kiss itu melibatkan lidah"

Yoongi membuka mulutnya lebar-lebar, terkejut, yakin bahwa Jimin salah makan tadi pagi. Dia benar-benar tidak tau Jimin akan memiliki pikiran seperti itu. Selama ini Yoongi lah yang bertindak sebagai bad boy; hobinya memaki orang, memukul atau menampar atau bahkan menendang jika sedang marah, hingga bicara tentang ciuman dan hal-hal vulgar dengan cuek seperti hal-hal itu hanyalah persoalan makan yang bisa dibicarakan dimana saja dan kapan saja. Sedangkan Jimin adalah good girl; gadis baik dan cantik dengan segala prestasi.

Yoongi menelan ludah kemudian menggeleng, mengusir keterkejutannya, "amteun, aku tidak bisa dan aku tidak mau"

"kau menyebalkan sekali, kau tau" Jimin menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan frustasi, membuat Yoongi mau tidak mau tersenyum melihat rambut coklat itu mencuat kesegala arah karna gerakan tangan Jimin itu, "aku tidak terima penolakan lagi. Pokoknya kau harus mau. Titik"

"tap –"

"tidak pakai tapi. Aku akan membantumu terbiasa dengan ciuman kita supaya kau bisa melakukannya dengan professional dipanggung nanti"

Tepat setelah kata-kata itu terlontar, Jimin segera memangkas jarak diantara wajah mereka kemudian mengecup bibir Yoongi satu kali, "perlahan dulu. Satu-satu" Jimin berbisik didepan bibir Yoongi kemudian memberinya satu kecupan lagi.

Yoongi menahan nafas, membiarkan Jimin berkuasa atas bibirnya. Kecupan terakhir diterima Yoongi kemudian Jimin tersenyum menemukan mata Yoongi terbuka lebar menatapnya.

Jimin bergerak mencium Yoongi lagi; menyelipkan bibir bawahnya diantara belah bibir tipis Yoongi, memagutnya sekali kemudian meninggalkan bunyi lembut yang tercipta saat bibir keduanya terlepas. Dia mengulang hal yang sama 2 kali membuat Yoongi perlahan memejamkan mata. Hingga dikecupan terakhir, Yoongi mengangkat tangan kiri dan menyelipkannya di bawah rambut Jimin, menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman mereka.

Jimin tersentak dengan gerakan itu, refleks matanya yang terpejam terbuka seketika dan mencoba memisahkan ciuman mereka, tapi Yoongi menahan tengkuknya dan dia berganti mengerjai bibir Jimin.

Yoongi mengambil ciuman pertamanya. Oh yah, seperti yang Jimin katakan tentang perbedaan poppo dan kiss –dia membuat lidahnya berguna. Menyapu dengan lembut dan basah rongga mulut gadis dipangkuannya. Tangan kiri yang tadi menekan tengkuk, turun ke rahang Jimin, mengusapnya dengan perlahan dan lembut. Sedangkan tangan kanan naik turun di punggung sang gadis, menekan tubuh itu ketubuhnya sendiri. Ciuman mereka semakin liar dan Yoongi memeluk Jimin dengan kuat, menghapus jarak; mereka sudah menempel pada satu sama lain tapi Yoongi selalu merasa tidak cukup.

Sedangkan di dalam sana, jantung Yoongi berdegup kencang menambah laju sirkulasi darahnya, kemudian membuat kepalanya pening. Telinganya menangkap desahan Jimin diantara ciuman-ciuman mereka, sehingga bulu kuduknya berdiri. Yoongi menginginkan Jimin.

Dan disaat Jimin mendorong Yoongi karna kehabisan nafas, mereka menyudahi ciuman itu dengan benang saliva yang merenggang diantara keduanya. Yoongi membiarkannya, melepaskan pelukan kemudian menyandarkan kepalanya di dinding dengan mata terpejam.

Jimin mematai Yoongi yang sedang terengah dengan bekas saliva didagunya, dengan ciuman mereka itu, Jimin menyadari satu hal, "kau bukan homo" katanya menuduh..

"memang" jawab Yoongi tanpa membuka mata.

"kau bisa menciumku seperti ini sekarang, kenapa tadi malah bersikeras menolaknya?"

"kau tidak mengerti?" Yoongi menegakkan leher, menatap Jimin, "aku menyukaimu"

"apa?"

Yoongi mengedipkan matanya disertai helaan nafas berat, "aku menyukaimu Park Jimin" dia mengusak helai hitamnya kasar sambil terus menatap Jimin, "aku menyukaimu sejak kita kelas 2 smp. Aku menyukaimu sejak kau menangis dibahuku karna putus dari pacarmu. Aku menyukaimu sejak kau menghapus jarak dan membuang manner yang selalu menjadi dinding pemisah kita dari kecil, aku menyukaimu sejak pertama kali kita menertawakan sesuatu bersama, aku menyukaimu sejak kau bilang bahwa kau akan selalu membutuhkanku"

Jimin mengerjap bingung, membuat Yoongi tambah frustasi, "aku menyukaimu, Jim" ulangnya, "aku menyukai caramu berjalan, caramu duduk, caramu tidur, caramu menangis, caramu tersenyum, caramu marah, caramu tertawa. aku menyukai rambut panjangmu, menyukai matamu, menyukai bibirmu, menyukai tanganmu, menyukai kakimu, menyukai telingamu. Aku menyukai semua hal tentangmu, Jim. Tapi kita cuma teman..

..kau mengerti sekarang? Aku menolak menciummu karna aku takut tidak akan bisa mengendalikan diriku seperti tadi. Aku terlalu menginginkanmu. Aku takut kau akan meninggalkanku karna melangkah keluar dari batas yang sudah kita garis bersama. Aku menahan perasaanku selama ini karna aku ingin terus berada disampingmu, aku ingin kau tetap menangis dibahuku, aku ingin kau tetap tertawa bersamaku, aku ingin kau tetap membutuhkanku. Tapi kau yang memaksaku Jim. Kau membuatku lepas kendali seperti ini"

Jimin segera turun dari pangkuan Yoongi, berdiri dengan canggung dihadapannya. Sedangkan Yoongi menenggelamkan wajah di telapak tangannya sendiri, menumpu siku dipahanya yang ditinggalkan Jimin, mengabaikan keram yang menggerogoti kaki membuatnya mati rasa.

"maaf aku menciummu seperti itu, Jim" bisik Yoongi dibalik telapak tangan yang menutup wajahnya, "kau boleh meninggalkanku–"

"kau ini bicara apa sih?" Jimin bergerak duduk disamping Yoongi, duduk sangat dekat tanpa jarak. Dia mengamit lengan Yoongi, melepaskan wajah itu dari telapak tangan, kemudian menyenderkan kepalanya dibahu sang namja, membuat Yoongi terpaku.

"Jim…"

Jimin tak menjawab, dia menggerakkan jari telunjuknya di lengan Yoongi untuk menulis huruf tak kasat mata; tulisan yang cukup panjang, ada 3 kalimat. Mengerti dengan tulisan itu, Yoongi tersenyum, dia menciumi puncak kepala Jimin dan menyandarkan pipinya di sana.

"jadi, kau mau ikut drama kan?" bisik Jimin, sejenak dia merasakan tubuhnya tidak sehat. Lemas karna detak jantung yang terlalu cepat. Tapi sensasi itu, Jimin menyukainya.

"baiklah" jawab Yoongi, masih tersenyum,"kurasa aku tidak akan keberatan mencium pacarku sendiri"

Jimin tertawa, "cih, sejak kapan aku jadi pacarmu?"

"sejak semenit yang lalu"

Perkataan final Yoongi membuat Jimin bergidik. Dia memeluk lengan Yoongi lebih erat, berjanji akan lebih peka terhadap perasaan sahab –ah pacarnya. Sedangkan Yoongi masih belum bisa melepaskan senyumnya, dia menggigit bibir kemudian merasakan panas ditubuhnya, terutama ditempat dimana Jimin menuliskan huruf-huruf tadi. Senyumnya semakin lebar, menggoreskan setiap huruf itu di ingatannya.

.

Kau tidak mengerti?

Aku menciummu karna…

Aku juga menyukaimu

.

.Theend.

A/N:

Err, hai..

Pada bosen liat saya muncul terus? Hahaha, maapin, mumpung waktu lagi senggang, soalnya kayaknya saya bakal sibuk dihari-hari kedepan.

Another fic gaje from me. Dapet inspirasi waktu lagi dicium *eh* sama bantal. Hahaha. ini my first GS fiction, jadi mohon maaf kalo banyak kurangnya.

Eh, ada yang ngenalin cerita little red riding hood versi Namjoon? Oh yas, itu cerita yang saya ingat dari sebuah film yang pernah saya nonton bertahun-tahun yang lalu. Ternyata film itu adalah versi horor dari dongeng little red riding hood yang judulnya red riding hood rilis tahun 2011. Cuma sekedar copyright aja..

Yang pada nungguin fic fantasy, secepatnya bakal di publish. Tapi belum pasti kapan ya.. Hint? 'That thing and I' titled, chaptered, BTS's pair; Namjin, YoonMin,VKook (first name!top), not everyday publish.

Well, that's all

Review?

Deep bow, Red Casper