Cast :

Oh Sehun (31tahun)

Oh-Kim- Jongin (30tahun)

Oh Haowen (4tahun)

Reted : K/T

note : harap maklum dengan typo,jika alurnya kurang menarik saya akan menerima kritik dan sarannya. Cast saya hanya meminjam nama untuk cerita ini.

Happy reading ^^


Cklek

Suara pintu yang terbuka membuat pandangan namja tampan yang sedari tadi duduk di lantai beralas karpet berbulu lembut teralihkan. Raut wajah khawatir mulai digantikkan dengan kelegaan yang luar biasa. Ia menghela napas sebelum bangkit dari duduknya, meninggalkan laptop yang masih menyala menampilkan data-data perkantoran tempat ia bekerja.

Sepasang matanya menangkap seorang namja manis dengan kulit tan tengah berjalan memasuki ruang keluarga sembari membawa sekantung plastik besar entah apa isinya dan tangan kirinya menggandeng bocah berusia 4 tahun yang mewarisi wajahnya.

"Daddy!" Teriaknya senang lalu berlari kearah namja tampan yang menyambutnya dengan rentangan tangan.

Hap!

"Daddy, tadi Haowen habis jalan-jalan sama Mommy. Kata Mommy beli bahan-bahan buat di dapul, tadinya Mommy bilang mau beli bahan-bahannya kalau Daddy pulang. Tapi Haowen pengen bulu-bulu mainan di timezonenya, hihi selu sekali." Ocehnya saat sudah berada d igendongan sang Daddy. Haowen tersenyum senang sembari memeluk leher Daddynya.

"Benarkah? Wah Haowen jahat sekali tidak mengajak Daddy." Ujar namja tampan yang sedang menggendong bocah pewaris wajahnya.

Nada -pura-pura- merajuk ia keluarkan demi mendapat perhatian dari sang putra tetapi matanya menatap namja cantik yang tersenyum menatap keduanya.

Haowen melepas pelukan di leher Daddynya demi melihat wajah yang selalu ia eluk-elukan pada temannya.

"Ish, lagipula Daddy pulangnya lama sekali makanya Haowen tidak sabal." Balasnya sembari memajukan bibirnya menatap sang Daddy kesal membuat daddynya terkekeh pelan lalu mengecup hidung bangir putranya.

"Baiklah, baiklah. Maafkan Daddy ne?" Haowen mengangguk lalu meronta agar diturunkan dari gendongan sang Daddy.

"Mommy, Daddy, Haowen mau ke kamal ya. Haowen ngantuk. Mommy kalau pellu (perlu) bantuan tinggal panggil nama Haowen 3kali maka Haowen akan muncul di hadapan Mommy hehe." Katanya dengan aksen cadel yang masih kentara jelas, sambil berlari tergesa menuju kamar yang terletak di lantai dua membuat kedua orang tuanya tertawa pelan.

Teguran pelan dan halus terlontar dari sang Mommy saat melihat anaknya berlari sangat cepat dibalas acungan jempol dari Haowen saat berada di tengah tangga lalu kembali melanjutkan larinya sampai di kamarnya.

Sehun mengalihkan pandangannya kearah sang istri-suami- manisnya begitujuga dengan istrinya yang masih tersenyum menatapnya. Sehun melangkahkan kakinya mendekati sang istri lalu mengambil kantung plastik besar yang masih ia bawa.

"Kenapa tidak memberitahuku kalau ingin pergi?" Tanyanya pada Jongin istri manisnya.

Jongin melangkahkan kakinya kearah dapur setelah berterima kasih pada Sehun karena membawakan belanjanya.

"Maafkan aku, aku lupa membawa ponsel karena Haowen terus menarik-narik tanganku padahal aku sudah bilang untuk menunggumu pulang. Jadi aku hanya ingat untuk mengambil dompet sebelum Haowen menangis." Jelas Jongin sambil meletakkan barang belanjaan pada tempatnya setelah Sehun meletakkannya di atas meja makan.

"Aku kira kau menghilang, saat aku menghubungimu. Namun, yang aku temukan ponselmu berada di kamar lalu aku mencari Haowen yang juga tidak ada. Aku menghubungi eomma dan mami mereka bilang tidak ada kalian. Lalu aku menunggu kalian sambil mengerjakan tugas ku dikantor. Lain kali jangan seperti ini Jongin." Kata Sehun sedikit frustasi memperhatikan Jongin yang sibuk menata belanjaannya.

Jongin menatap sekilas Sehun sembari tersenyum. Dia sangat mengerti pada Sehun yang sangat mengkhawatirkannya dan juga Haowen terlihat dari nada suaranya dan wajahnya. Jongin jadi merasa bersalah.

Ia lalu mendekati Sehun yang berdiri disamping meja dekat plastik belanjaan yang belum sepenuhnya ia bereskan. Tangannya terulur mengelus pipi tirus lalu beralih mengelus rahang tegas yang tercetak jelas pada wajah sang suami.

"Maafkan aku, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Maaf membuatmu kepikiran." Jongin menatap dalam mata Sehun melihat dengan jelas kekhawatiran, kelegaan, serta kekesalan yang tercampur menjadi satu.

Tangan Sehun bergerak melingkari pinggang ramping Jongin merengkuhnya erat seakan Jongin akan meninggalkannya.

Masih dengan wajah tersenyum, Jongin mengecup sekilas bibir tipis Sehun lalu bergerak melepaskan pelukan Sehun pelan. Jongin kembali merapikan barang belanjaannya sedangkan Sehun diam memperhatikannya.

"Akan kubuatkan kopi. Tunggulah nanti aku menyusul." Titah Jongin dengan suara pelan nan halus yang dapat terdengar jelas oleh gendang telinga Sehun.

"Jangan lama-lama aku merindukan mu sayang." Balas Sehun sembari mengecup bibir Jongin lama saat Jongin kembali mengambil beberapa sisa barang yang masih berada di plastik. Lalu Sehun kembali menuju ruang keluarga untuk melanjutkan pekerjaannya.

.

"Mommy!" Panggil Haowen membuat Jongin yang sedang memijat bahu lebar Sehun mengalihkan pandangannya begitujuga Sehun yang membuka matanya saat mendengar Haowen memanggil Jongin dengan nada merajuk.

"Ada apa sayang? Kemarilah!" Kata Jongin khawatir dan melupakan Sehun yang kehilangan kenikmatan pijitan dari istri tercintanya.

Haowen langsung saja menubruk Jongin dengan sebuah pelukan erat. Wajahnya ia tenggelamkan di dada Jongin. Sehun yang melihatnya dibuat bingung lalu ikut mengelus punggung Haowen yang sudah dilakukan Jongin terlebih dahulu.

"Kenapa sayang? Ceritalah pada Mommy." Jongin menangkup pipi Haowen lalu mengangkatnya agar bisa menatap langsung ke matanya. Jongin memang diberkahi bisa membaca pikiran hanya dengan menatap matanya.

"Mimpi buruk?" Namun tidak untuk kali ini, karena Haowen selalu membuat pandangan yang sulit untuk dibaca. Jongin sangat menyukai mata sipit itu.

Haowen menggeleng lalu memanyukan bibirnya "Haowen mau tidul sama Mommy dan Daddy ne?" Tanya Haowen dengan wajah melasnya.

Sedangkan Sehun menaikkan sebelah alisnya menatap bingung kepada putra kesayangannya berbeda dengan Jongin yang mengerti kenapa Haowen seperti ini. Tetapi Sehun hanya diam memperhatikan interaksi antar keduanya.

"Masih memikirkan monster hm? Temanmu masih sering bercerita, sayang?" Tanya Jongin balik dengan sabar yang dibalas anggukan malas dari Haowen

Lalu ia bergerak jadi duduk di pangkuan Jongin dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jongin. Tangannya pun bergerak memeluk bahu sempit Jongin. Posisi kesukaan Haowen.

"Tidak akan ada apapun yang keluar dari lemari sayang. Di lemari hanya ada baju-baju Haowen bukan? Mana mungkin ada monster yang menakuti Haowen. Haowen bilang tidak takut apapun, tapi kenapa hanya dengan cerita teman-teman Haowen, Haowen jadi takut hm?" Ujar Jongin sembari mengelus lembut rambut putranya lalu mengecup bagian belakang kepala Haowen.

Sehun diam memperhatikan, sepertinya ia mulai mengerti. Mungkin Haowen takut kalau film berjudul monster Inc yang pernah Haowen tonton bersamanya itu sungguhan. Sehun menghela napas lalu berdecak. Dasar anak-anak. Pikirnya.

Haowen diam memikirkan kata Mommynya. Benar juga, Haowen kan pernah bilang tidak takut pada apapun masa dengan monster saja ia mau tidur bersama kedua orang tuanya. Pikirnya. Lalu menatap mata Mommy yang juga sedang menatapnya.

Bibir Haowen kembali maju, "Tapi Mommy, monstel itu sangat menyelamkan Haowen tidak mau ikut masuk kedalam dunia meleka ihh pasti sangat mengelikan. Apalagi tidak ada Mommy dan Daddy." Oceh Haowen panjang lebar disertai raut wajah yang berbeda-beda saat mengucapkan setiap katanya.

"Haowen putra Daddy kenapa jadi penakut? Katanya Haowen jagoan. Benar kata Mommy sayang, itu hanya kartun tidak nyata. Kemarilah!" Jelas Sehun sembari mengambil Haowen dari pangkuan Jongin lalu membawa ke dalam gendongannya dan berjalan kearah kamar Haowen.

"Daddy! Haowen mau tidul di kamal Daddy dan Mommy tulunkan Haowen!" Rengek Haowen saat Sehun menaiki tangga. Badannya terus meronta namun Sehun menggendongnya erat.

"Mommy!" Panggil Haowen mulai menangis. Jongin yang dari tadi memperhatikan segera bangkit dari duduknya lalu berjalan cepat menyusul Sehun yang sudah berada di puncak tangga.

"Daddy dan Mommy akan menemani Haowen tidur, Haowen jangan takut ne?" Ujar Sehun sebelum memasuki kamar Haowen yang bernuansa biru diikuti Jongin di belakangnya yang tersenyum menenangkan menatap Haowen.

Haowen mulai terdiam dan merasa terlindungi dengan kehadiran kedua orang tuanya apalagi Mommynya yang selalu tersenyum membuatnya tenang dan Sehun yang selalu merengkuhnya erat membuatnya merasa sangat nyaman.

Sehun menidurkan Haowen di ranjang king size bagian tengah lalu menidurkan badannya di samping kanan Haowen. Jongin menutup pelan pintu putih dengan beberapa gambar Haowen, kemudian ikut menidurkan tubuhnya di samping kiri Haowen.

Sehun dan Jongin memang sengaja memberikan kasur king size pada kamar Haowen agar Haowen tidak mudah terjatuh dan lebih leluasa. Mereka juga sering menemani Haowen tidur jika ia memintanya.

Haowen bergerak memeluk tubuh Jongin membelakangi Sehun yang sedikit kesal menatap Haowen. Padahal kan ia yang menggendong Haowen tapi kenapa malah ia yang diacuhkan.

Jongin terkekeh pelan lalu memeluk tubuh Haowen. Tangan satunya mengelus pipi serta rambut Sehun lembut. Jongin lalu mengecup kepala Haowen.

Tangannya yang sedang mengelus rambut Sehun ditarik Haowen lalu diarahkannya pada punggung Haowen. Sembari melakukan itu, Haowen memeletkan lidahnya kearah sang Daddy membuat Sehun gemas ingin menjitak kepala bocah yang mengcopy wajahnya.

Kemudian Sehun benar benar melakukannya, ia menjitak kepala Haowen pelan membuat Haowen meringis pelan dan mengadukannya pada sang Mommy.

"Sakit sayang hm? Pukullah Daddy biar sama sama merasakan sakitnya. Mau Mommy pukulkan?" Tawar Jongin yang diangguki Haowen antusias.

"Yak! Yak! my bear, kenapa kau mengajarkan itu pada anakku yang paling tampan namun tetap saja Daddynya yang paling tampan".

Jongin memutarkan bola matanya malas mendengar ucapan kelewat narsis dari Sehun. Tidak hanya Jongin, Haowen pun langsung membalikkan badannya menatap tidak terima pada Sehun.

"Ish, Daddy. Daddy itu jelek, Haowen yang paling tampan dikelualga ini." Ucap Haowen membuat Sehun tersenyum senang dalam hati. Akhirnya dia meladeniku. Gumamnya dalam hati.

"Tentu saja Haowen tampan. Tapi wajahmu itu keturunan Daddy yang sangat tampan makanya Haowen juga ikut-ikutan tampan." Balas Sehun sembari memeluk Haowen gemas mengabaikan tatapan tidak terima dari putranya

"Lalu Mommy bagaimana? Apa Mommy tidak tampan?" Tanya Jongin menatap kedua orang yang sangat berarti baginya.

"Tentu saja tidak!" Jawab Haowen dan Sehun serempak menimbulkan keterkejutan dari Jongin. Apa-apaan mereka ini. Pikir Jongin

"Tapi Mommy itu sangaaaaaaaaaat cantik dan manis hihi, Haowen suka bibil Mommy, lasanya manis." Terang Haowen polos melihat kewajah Mommynya. Sedangkan wajah Jongin mulai memerah.

Sehun tersenyum miring pada Jongin. Oh tuhan, jangan biarkan Sehun mengucapkan yang aneh-aneh. Doa Jongin saat melihat seringai Sehun yang samar namun terlihat jelas pada pandangan Jongin.

"Kau tahu Haowen? Bukan hanya bibirnya saja yang manis tapi semua tub- ahh! Jongin akh! Awh! sakit sayang." Sehun menghindari cubitan serta pukulan dari tangan Jongin, sungguh Jongin itu pria pukulannya masih sakit jika kalian ingin tahu.

"Yak! Jaga ucapanmu didepan anakku, dasar vampire! Yak! Sehun singkirkan tanganmu dari anakku!" Teriak Jongin kesal saat Sehun memeluk erat Haowen membuatnya susah untuk memberikan pelajaran pada Sehun.

Berani-beraninya ia mengucapkan hal yang tidak-tidak di depan putra semata wayangnya itu.

"Hahaha Haowen bantu Daddy." Ujar Sehun pura-pura ketakutan meminta bantuan dari Haowen agar Jongin berhenti menyubiti lengannya yang memeluk Haowen.

Tak tahukah mereka bahwa Haowen yang cerdas untuk seusianya sedikit mengerti apa yang diucapkan Daddynya meskipun tidak sampai tuntas. Haowen hanya diam mendengar Jongin yang teriak-teriak menahan kekesalan serta malunya kepada Sehun.

Sampai Jongin yang kelelahan dan mulai menyadari jika Haowen pasti mengetahui sifat Jongin yang suka teriak-teriak jika sedang menahan malu atau kesal meski tidak dengan suara yang keras. Jongin khawatir jika Haowen ketakutan karena sifatnya ini. Sehun masih tertawa karena berhasil menggoda istri manisnya itu.

"Tubuh Mommy pelnah dicium Daddy? Kok Daddy bilang bukan cuman bibil Mommy yang manis tapi semua tubuh Mommy juga?" Tanya Haowen tiba-tiba membuat Sehun dan Jongin melongo.

"Dapat darimana kata cium itu Haowen?" Tanya Sehun balik.

"Haowen belcelita pada Minguk hyung ditempat latihan taekwondo, saat melihat Mommy dan Daddy kemalin saling menempelkan bibil sebelum Daddy belangkat kelja. Lalu Minguk hyung bilang itu namanya ciuman, katanya itu untuk menyalulkan lasa kasih sayang." Jawab Haowen sambil mengingat yang diucapkan anak berumur 8tahun yang menjadi salah satu temannya di tempat latihan taekwondo.

Sehun dan Jongin saling berpandangan.

'Haowen melihatku dan Jongin berciuman?'

'oh tidak apa yang anak itu ucapkan, dia merusak pikiran polos anakku. Ini semua karena Sehun-'

Begitulah pemikiran dari keduanya. Pertanyaan serta omelan masih terus berlanjut pada benak Jongin.

"Tunggu dulu, belalti Daddy menyalulkan lasa sayang pada Mommy melalui ciuman pada tubuh Mommy juga? Apa Daddy menciumnya dengan keadaan Mommy memakai baju? Tapi tidak mungkin kalena pasti tidak telasa manisnya. Ah apa Daddy menciumnya saat Mommy telanjang? Hmm mungkin lebih masuk akal kalena pasti kelasa manisnya. Benal itu dad?" Tanya Haowen panjang lebar sedangkan Sehun hanya bisa mengedip-ngedipkan matanya begitujuga Jongin.

Oh, Haowen bagaimana bisa kau berpikiran lebar seperti itu.

"Ehm, Haowen hari sudah malam. Ngobrolnya sudah dulu, sekarang tidur ne? Kasian Daddy nanti kesiangan." Jongin yang sudah sadar terlebih dahulu berusaha mengalihkan dengan mengajak Haowen tidur

"Ah iya Mommy, tapi jawab dulu peltanyaan Haowen lalu Haowen pasti akan tidul." Tegas Haowen.

Sehun yang merasakan kegelisahan Jongin mulai membantunya dengan mengajak Haowen tidur.

"Jawabannya ditunda dulu sampai Haowen sudah dewasa. Dan jangan pernah bertanya pada Minguk jika menyangkut kegiatan Mommy dan Daddy, arraseo?" jawab Sehun tak kalah tegas membuat Haowen mengembungkan pipinya dan bergumam dengan mengucapkan "baiklah" lalu beringsut memeluk tubuh tegap Sehun yang miring menghadapnya.

Jongin berterima kasih pada Sehun melalui senyumannya. Ia bergabung memeluk Haowen dan Sehun yang memeluk dua tubuh orang yang sangat ia sayangi.

Mata Haowen mulai mengantuk dan lama kelamaan nafas teratur mulai terdengar dari Haowen. Jongin dan Sehun yang tetap terjaga. Namun, bedanya Jongin memejamkan matanya sedangkan Sehun hanya diam nemperhatikan wajah Jongin karena tidak mungkin ia menatap wajah Haowen yang tenggelam di dadanya meski ia ingin menatapnya juga.

"Lain kali jaga ucapanmu sayang." Gumam Jongin pelan masih dengan mata tertutup.

Sehun jelas mendengarnya dan bergidik ngeri saat Jongin membuka matanya dengan pandangan tajam. Tapi entah mengapa itu terlihat imut bagi Sehun.

"Atau kau tidak dapat jatah selama 3 bulan." Ancamnya pelan dan terlewat santai, sukses membuat Sehun memelototkan mata sipitnya.

"Oh no andwae!" Teriak Sehun dalam hati.

End


Yeay! Akhirnya kelar hehe. Ini ff pertama yg dipublish di ffn, sebelumnya pernah di post di wattpad hehe

Kritik dan saran diperlukan ^^ terimakasih