Aduhhhhhhh….. saya minta maaf banget udah ngepublish gitu aja. Niatnya mau coba-coba ternyata kepublish beneran mana pake proxy lagi ngepublishnya gara-gara keblok… yaudah deh kali ini author beneran ngepublishnya…. *hiks* maaf ya saya noob *hiks*

Btw Mahouka koukou no rettousei itu milik Ishida kana dan Satou Tsutomu dan Naruto punya Masashi Kishimoto.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Menjadi siswa asing disini sepertinya memang dapat mengundang perhatian siswa lainnya…. Walaupun kata 'asing' disini kurang tepat digunakan karena sebenarnya siswa 'asing' ini bukanlah siswa yang berasal dari luar negeri, melainkan hanyalah seorang siswa yang mempunyai ciri-ciri fisik layaknya siswa pindahan dari Eropa ataupun USNA.

Rambut pirang dan mata biru sudah bisa membuatmu terlihat layaknya orang dari negeri barat yang pindah ke negeri timur seperti jepang ini. Tidak ada maksud rasis dalam itu, hanya saja tatapan ataupun lirikan dari siswa lainnya membuat siswa 'asing' ini merasa tidak nyaman. Padahal bisa saja kalau siswa 'asing' ini bukan berasal dari negara luar yang pindah, namun cuma orang yang mempunyai darah orang luar sehingga mempunyai penampilan seperti itu.

Namun tetap saja itu tidak akan berubah kecuali si siswa 'asing' tersebut berteriak dengan keras atau menjelaskan kesetiap siswa lainnya yang ia temui kalau dia bukanlah siswa yang berasal dari luar negeri. Namun kalau dia melakukan itu, siswa lainnya akan menatap aneh dan berfikir "Apa dia sudah gila?" atau "Mana peduli aku akan hal itu." Jadi akan jauh lebih baik jika ia diam saat ini.

"Ahhh.. lelahnya… si ero-sensei itu benar-benar serius saat latihan…"

Gumam si siswa 'asing' itu dengan nada kelelahan.

Hari ini adalah hari penerimaan siswa baru, jadi hari ini cukup penting sehingga ia tidak punya alasan untuk tidak masuk, terlebih hari ini adalah hari pembagian ID card siswa yang menjadikan alasan lebih kuat untuk masuk… walaupun sekarang siswa 'asing' dalam keadaan lelah dan kurang bertenaga karena terlalu bersemangat saat latihan bersama senseinya tadi malam sehingga ia hanya tidur 2 jam setelah pulang habis latihan.

Setelah berjalan beberapa menit ia melihat sebuah bangku taman yang dapat diduduki dengan 1 orang siswa laki-laki berambut hitam bertubuh tegap sedang duduk sambil memainkan mobile terminalnya. Si siswa yang sedang duduk sepertinya adalah siswa jalur 2 atau siswa cadangan/pengganti dari siswa jalur 1 seperti dirinya. Dia bisa mengetahuinya dari tidak adanya emblem bunga berkelopak 8 di bajunya yang merupakan ciri khas dari SMA 1 ini.

Alasan adanya perbedaan antara siswa jalur 1 dan jalur 2 adalah hasil dari masalah dalam pembelajaran ilmu sihir itu sendiri. Kesalahan dan error yang terjadi di sekolah sihir saat praktek jumlahnya tidaklah sedikit dan dapat menciptakan trauma dan shock bagi siswa yang mengalaminya, dan jumlah kesalahan yang ada ini hampir berbanding lurus dengan siswa yang putus sekolah karena trauma tersebut.

Dan disitulah guna jalur 2 ada yaitu mengisi kekosongan yang ada di jalur 1. Karena alasan ini siswa jalur 2 dipandang sebelah mata oleh siswa jalur 1 karena dianggap cuma pengganti dan pengisi kekosongan, selebihnya mereka dianggap tidak berguna disekolah ini.

Sekolah juga tentunya lebih mengutamakan siswa jalur 1 dari pada siswa jalur 2. Ini dilakukan karena terbatasnya jumlah pengajar sihir yang ada, jadi mereka harus meraih prestasi sihir dengan usaha dan kerja kerasnya sendiri.

"Boleh aku duduk disini?"

Tanya siswa 'asing' berambut pirang itu kepada siswa rambut hitam yang sedang duduk. Dia melihat siswa 'asing' itu sebentar sampai ia akhirnya memberikan jawabannya.

"Ahh.. silahkan, tempat ini kosong."

Jawab si siswa rambut hitam itu dengan suara monoton, suaranya seperti menggambarkan kalau siswa berambut hitam ini tak mempunyai emosi. Setelah mendengar jawabnnya si siswa 'asing' memberikan anggukan kecil lalu duduk sekitar 30 cm disebelah si siswa berambut hitam.

Sebenarnya si siswa 'asing' agak ragu untuk duduk karena harus duduk dengan siswa dari jalur 2. Ini bukan karena ia memandang status si siswa berambut hitam tersebut, tapi ini karena ia tidak mau untuk mengundang perhatian yang tidak menyenangkan untuk siswa berambut hitam itu seperti 'siswa asing yang duduk bersama cadangannya'. Si siswa 'asing' sadar betul akan diskriminasi yang diterima siswa jalur 2 sehingga ia agak ragu.

Tapi karena dihalaman sekolah sudah tidak ada terlalu banyak siswa, maka duduk sebentar di kursi itu bukanlah hal buruk. Terlebih ia bisa berkenalan dengan siswa berambut hitam itu, bahkan mungkin menjadi teman pertamanya disekolah ini.

"Ngomong-ngomong namaku Naruto, Namikaze Naruto."

Ucap siswa 'asing' itu sambil mengulurkan tangan tanda meminta perkenalan kepada siswa berambut hitam itu.

Sekali lagi ia melihat Naruto. Sorot matanya tajam layaknya elang tapi Naruto tidak bergeming dengan tatapannya. Setelah ia melihat Naruto beberapa saat ia menaruh mobile terminalnya di pangkuannya dan akhirnya menjawab uluran tangan dari Naruto.

"Namaku Shiba Tatsuya."

Setelah ia memperkenalkan diri terjadi keheningan beberapa saat. Ini terjadi karena Naruto bingung apa yang ingin ia bicarakan sedangkan Tatsuya sepertinya tidak tertarik membuka obrolan dengan Naruto.

Keheningan ini terganggu oleh beberapa siswi melintas sambil membicarakan sesuatu yang tidak menyenangkan.

"Lihat itu ada Weed dan siswa asing."

"Apa mereka saling mengenal?"

"Aku tidak tahu soal siswa asing, tapi lihat Weed itu datangnya cukup awal, sungguh antusias padahal dia cuma cadangan."

"Iya benar, pada akhirnya cuma akan jadi cadangan."

Itulah pembicaraan yang tidak menyenangkan dari siswi-siswi itu. Sebenarnya Naruto ingin menegur mereka, bukan untuk membela dirinya tapi untuk membela Tatsuya, orang yang baru dikenalnya. Namun tiba-tiba ia teringat kata-kata kakaknya dan ia sadar kalau sebaiknya ia tak memicu keributan pada hari ini. Sebagai gantinya tangannya mengepal dengan keras yang merupakan akibat dari menahan amarah, yahh… pada dasarnya Naruto memang buruk mengontrol emosinya sendiri.

"Oi, Tatsuya… kau tidak marah pada mereka?"

Naruto secara tiba-tiba bertanya, pertanyaan ini sekaligus memecah keheningan, terlebih ia menyebut nama Tatsuya dengan nama depannya. Dimuka Naruto masih terlihat jelas raut wajah orang yang kesal, sedangkan Tatsuya Memasang ekspresi tenang dan datarnya. Tatsuya sendiri seperti tidak peduli oleh kata-kata siswi yang mengejeknya dengan kata 'Weed'. Padahal penggunaan kata-kata ini dilarang oleh sekolah, karena dianggap sebagai kata-kata yang terlalu merendahkan siswa jalur 2.

"Yahh.. memang itu tidak enak didengar.. Tapi diskriminasi terhadap siswa jalur 2 adalah sesuatu yang lazim terjadi. Sekalipun aku marah atau merasa tidak senang… tidak akan ada yang berubah."

Jawab Tatsuya sambil mengela nafas. Ia sadar betul akan diskriminasi yang menimpanya namun ia sepertinya tipe orang yang menerimanya dan tidak terlalu memperdulikannya.

"Kata-katamu benar, tapi diskriminasi seperti itu tetaplah tak bisa dibenarkan… aku mengerti soal perbedaan tapi itu tetaplah bukan alasan yang bisa membuatmu menghina orang sesuka hati…. Tidak semua orang dilahirkan dengan bakat dalam bidang yang sama."

Ekspresi Naruto melunak di kalimat akhir. Sebenarnya ia tahu kalau sekolah sihir seperti ini sangatlah ketat persaingannya, dan mengeluh adalah sesuatu yang tidak berarti apalagi sihir bisa disebut ilmu extact jadi kemampuan sihir mutlak diperlukan. Tapi bagaimana pun jiwa 'kebenaran' dalam diri Naruto tidak dapat membenarkannya. Tatsuya agak kaget dengan kata-kata Naruto karena selain kata-katanya mirip dengan apa yang adiknya akan katakan, ia juga sepertinya menaruh kepedulian yang besar pada dirinya walau baru beberapa saat bertemu.

Biasanya Tatsuya akan mewaspadai orang yang mencurigakan yang mendekatinya atau adiknya, namun sepertinya Naruto adalah tipe orang yang dasarnya memang peduli akan orang lain. Tapi walaupun begitu…

"…Padahal baru beberapa menit bertemu tapi kau sudah berkata hal-hal seperti itu. Jujur saja kata-katamu mengingatkan ku pada adikku."

Tatsuya Tersenyum sambil melihat ekspresi Naruto yang agak kaget soal Tatsuya yang tersenyum kepadanya. Namun setelah itu Tatsuya melanjutkan sambil menatap kembali ke terminal mobilenya.

"Aku adalah orang yang baru kau kenal kenapa kau begitu peduli? Tak peduli seberapa baiknya dirimu tapi marah sampai seperti itu karena orang yang baru saja kau kenal diejek oleh sesuatu yang lazim terjadi ini adalah hal yang aneh."

Naruto sedikit memiringkan kepalanya terhadap pertanyaan Tatsuya. Memang benar ia terlihat sangat peduli terhadap Tatsuya tetapi ia melakukan ini bukan karena ia peduli, ia melakukan ini karena memang seperti itulah sifatnya. Terlebih ia mempunyai masa lalu yang kelam tentang diskriminasi yang membuat ia sangat peduli terhadap orang lain disekitarnya.

"…Anggap saja aku ini dasarnya orang yang gampang peduli akan orang-orang yang disekitarnya."

Naruto mengatakannya dengan suara yang jelas walaupun nadanya lebih pelan dari biasanya. Tatsuya yang mendengar hal itu melirik kearah Naruto.

"Jujur saja itu membuatmu terlihat mencurigakan, baik pun ada batasnya…"

Kata-kata Tatsuya tidak membuat Naruto kaget, sifat kepeduliannya terhadap orang lain memang terkadang membuat ia sering dicurigai.

Tatsuya mematikan mobile terminalnya lalu berdiri. Disaat itu dia memberikan senyuman kecil kepada Naruto yang masih duduk di bangku, namun entah mengapa Naruto merasa senyumannya sedikit mengejek.

"Atau jangan-jangan kau ini sejenis gay, ya?"

Masih dengan senyuman kecil itu Tatsuya mengejek Naruto.

"Oi oi oi… kau mengajakku berantem?!"

Dengan sigap Naruto berdiri dan menjawab ejekan yang dilontarkan Tatsuya. Tentunya ia juga mengerti kalau Tatsuya sedang bercanda.

"Hei kalian, upacara penerimaan sudah akan dimulai! Kalian siswa barukan?"

Tiba-tiba suara mengalihkan perhatian Naruto dan Tatsuya.
Suara tiba-tiba itu membuat Naruto mengeluarkan suara "ahh.." karena kaget ada yang menegur mereka sementara Tatsuya hanya menatap kearah suara itu berasal.

Aura pertemanan Tatsuya yang tadi ia dapatkan dari pembicaraan dari Naruto menghilang dan digantikan dengan aura yang sama saat Naruto pertama kali bertemu dengan Tatsuya. Aura yang terasa kosong namun awas.

Yang Naruto lihat dari orang yang membuat suara itu adalah; cantik, senyum yang manis, pendek, tubuh yang preposional, embelem bunga berkelopak 8, dan….. sebuah CAD dipergelangan tangannya. Kalau ingatan Naruto benar harusnya yang boleh membawa CAD adalah dewan siswa atau semacamnya sedangkan siswa biasa tidak diperbolehkan. Jadi apakah perempuan didepannya ini seorang anggota dari dewan siswa? Naruto bertanya-tanya dalam pikirannya.

Naruto juga menangkap mata Tatsuya yang juga memperhatikan CAD dari perempuan didepannya ini, sepertinya Tatsuya juga sadar akan perempuan ini merupakan dewan siswa atau semacamnya.

CAD (Casting Assistant Device)—processor pendukung rapalan sihir.
Di negara ini, ini dikenal juga sebagai ( Operator Sihir ). Sesuatu yang menggantikan alat-alat seperti mantra, jimat, segel tangan, lingkaran sihir, buku-buku sihir, dan metode tradisional lainnya untuk merapal sihir, itu adalah alat yang dibutuhkan oleh setiap Teknisi Sihir modern.

Jaman sekarang, tidak ada lagi penelitian menggunakan kata-kata, atau frase tunggal untuk merapal sihir. Jika menggunakan jimat dan lingkaran sihir dan lain-lain, waktu terpendek untuk merapal sihir sekitar 10 detik, sedangkan yang paling lama dapat mencapai lebih dari satu menit tergantung pada sihir yang dilakukan, sedangkan CAD dapat mengurangi waktu yang dibutuhkan sampai kurang dari satu detik.

Walaupun merapal sihir bisa dilakukan tanpa CAD, tetapi tidak ada teknisi sihir yang walaupun tidak menggunakan CAD, dapat mempercepat perapalan sihir nya. Di antara orang-orang yang telah mendedikasikan diri untuk spesialisasi dalam satu keterampilan khusus tentang fenomena supranatural atas kehendak mereka sendiri, yang disebut "Pengguna Kekuatan Supranatural", orang-orang yang menginginkan kecepatan dan stabilitas yang dapat disediakan oleh suatu sistem aktivasi dan suka menggunakan CAD, sudah umum dilakukan setiap orang.

Akan tetapi, bukan berarti setiap orang yang memiliki CAD dapat menggunakan sihir. CAD hanya memudahkan dalam rangkaian aktivasi, dan semuanya tergantung pada kemampuan dari teknisi sihir itu sendiri dalam merapal sihir.

"Siapa kau?"

Tanya Naruto tiba-tiba, ini membuat perempuan itu kaget dan berkedip beberapa kali. Naruto mengakui kalau ini bukanlah tindakan yang sopan, tapi beginilah Naruto. Kalau nilai kesopanan dihitung dalam pelajaran sekolah saat SD ataupun SMP nilainya sudah pasti kecil. Terlebih memang banyak yang bilang soal sopan santunnya terhadap orang lain, perempuan ,dan terkadang orang tua itu kurang. Bukan hal yang jarang Naruto memanggil orang lain dengan panggilan yang aneh-aneh.

Hal inilah yang membuat Naruto sering memanggil orang yang bahkan ia baru dikenalnya dengan nama depan, seperti Tatsuya tadi. Tapi ini bukan berarti Naruto tidak bisa menjadi sopan, hanya saja dia lebih suka tipe sosialisasi yang bebas yang tidak menitikberatkan pada kesopanan atau tata krama.

"Ahh.. Maaf aku ketua dewan siswa dari SMA 1 Saegusa Mayumi, ditulis Nanakusa dalam kanji tapi dibaca Saegusa."

Naruto menaikan alisnya, ia cukup kaget karena sudah dapat menemui seorang elit hari ini.

Saegusa…. Salah satu dari 10 klan master sekaligus pemimpinnya. Naruto sudah diceritakan oleh kakaknya tentang hal ini, tentang ketua dewan siswa dari SMA 1 yang sekarang adalah salah satu dari 10 klan master, bahkan kakaknya memberitahu Naruto sedikit tentang sifat dan kemampuannya. Selain itu kakaknya mengatakan kalau ketua dari dewan siswa yang sekarang sudah mengetahui atau lebih tepatnya diberi tahu oleh kakaknya tentang rahasia miliknya sendiri. Kalau begini secara tidak langsung artinya perempuan didepan Naruto ini sudah mengetahui identitas asli milik Naruto.

"Aku terkesan.. itu layar sentuh?"

Saegusa-senpai menunjuk pada mobile terminal milik Tatsuya.

"Sekolah kita melarang penggunaan terminal tampilan virtual. Tetapi, sangat disayangkan masih banyak siswa yang menggunakan tipe tampilan virtual. Namun, kamu menggunakan tipe layar sentuh bahkan sebelum masuk sekolah."

'Benarkah?' tanya Naruto dalam hatinya. Memang ia pernah mendengar kalau tipe tampilan virtual lebih banyak dipakai saat ini namun ia tidak mengetahui kalau disekolah ini memakai tipe visual itu dilarang. Ditempat Naruto berasal kebanyakan orang yang memakai visual itu jarang dan hanya pada situasi tertentu saja orang-orang menggunakannya, kerena itu ia sudah cukup terbiasa dengan tipe layar sentuh. Lagipula kakaknya juga telah membiasakan dirinya memakai yang layar sentuh.

"Tipe virtual tidak enak dipakai kalau ingin membaca."

Jawab Tatsuya dengan ringkas.

"Jadi dibandingkan menonton animasi, kamu lebih memilih untuk membaca ? jarang sekali ada yang melakukannya. Aku juga lebih memilih informasi dari buku dibanding dari animasi, jadi aku senang ada orang yang berpikiran sepertiku."

Naruto membenarkan ini dalam pikirannya. Sebenarnya ia juga memang lebih suka menonton animasi ketimbang membaca, namun karena ia sudah terlanjur lebih terbiasa membaca makanya dia lebih mengutamakan membaca informasi. Sedangkan animasi digunakan olehnya untuk memberikan gambaran atau membantunya dalam proses belajar.

Sementara itu Mayumi tiba-tiba melihat kearah Naruto yang dari tadi diam mendengarkan mereka berdua bicara. Dari wajahnya sepertinya ia merasa tidak enak karena sedang asik mengobrol dan terkesan melupakan Naruto, melihat ini Naruto langsung bertindak agar membuat senpainya itu tak merasa bersalah.

"Maafkan aku tadi aku sudah bertanya namamu tapi tak memberitahukan namaku. Aku Namikaze Naruto salam kenal."

"Ahh… aku juga, namaku Shiba Tatsuya."

Disaat itu perempuan yang menjabat sebagai ketua itu kaget sambil bergumam kecil "Naruto-kun dan Shiba-kun…" namun sayangnya gumamannya tidak terdengar baik oleh Tatsuya maupun Naruto.

"Sudah waktunya….. permisi."

Tiba-tiba Tatsuya pergi meninggalkan Naruto dan Mayumi, Naruto ingin mengejar Tatsuya tapi ia merasa tidak enak kalau harus meninggalkan senpainya begitu saja seperti Tatsuya.

"Ya ampun sopan sekali…"

Keluh Naruto dengan nada kesal.

"Mungkin ia memang yang orang seperti itu… lagipula sebaiknya kita juga harus cepat-cepat ke auditorium."

Ajak Mayumi dengan senyum sementara naruto mengangguk kecil dan mendesah "Awas kau nanti Tatsuya..", kata-kata ini mendapat tanggapan dari senpainya yang tertawa kecil.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Saat ini setengah dari tempat duduk di auditorium sudah terisi. Karena tidak ada aturan yang mengharuskan siswa untuk duduk di tempat tertentu membuat siswa bebas duduk dimana saja.

Tapi walaupun begitu terlihat jelas pembagian untuk tempat duduk siswa baru itu.

Setengah dari baris pertama akan ditempati oleh Bloom. Siswa yang memiliki emblem bunga berkelopak delapan di dada kiri mereka. Siswa baru yang bisa mendapat manfaat penuh dari kurikulum di sekolah ini.

Setengah dari baris belakang akan ditempat oleh Weeds. Siswa yang dada kirinya kosong. Sisa baru yang hanya diterima sebagai cadangan.

Walaupun mereka sama-sama siswa baru yang menjadi murid dari sekolah ini di setiap hari yang sama, mereka terbagi dengan rapi menjadi kelompok dengan emblem dan kelompok tanpa emblem.

Dan ini bukanlah sesuatu yang dipaksakan.

Para Weeds sadar dan menerima diskriminasi itu. Kejam memang 'yang menerima diskriminasi itu adalah siswa yang terkena diskriminasi'. Itu jugalah yang membuat Naruto berfikir kalau sebenarnya siswa-siswa Weeds itulah yang memberi jarak dan juga perbedaan terhadap siswa Blooms sehingga diskriminasi terjadi.

Saat berjalan kesini bersama dengan Mayumi, Naruto diceritakan olehnya kalau Tatsuya adalah siswa yang mendapat nilai tertinggi di ujian masuk. Hal itu membuat Naruto kaget, setelah itu Naruto bertanya nilai praktek sihir milik Tatsuya. Dan benar saja nilainya dibawah rata-rata bahkan untuk seorang Weeds, ini membuat Naruto menghela nafasnya.

Selain itu senpainya itu juga memberi tahukan kalau orang yang menjadi perwakilan siswa baru disekolah ini adalah adiknya Tatsuya, Shiba Miyuki.

Ini membuat naruto mengingat kata-kata Tatsuya yang katanya Naruto itu mengingatkan kalau kata-kata yang diucapkan Naruto tadi mirip dengan adiknya. Ini juga membuat Naruto penasaran seperti apa adiknya Tatsuya itu.

Apakah gadis yang memiliki tatapan tajam seperti kakaknya atau bahkan memiliki tubuh tegap layaknya Tatsuya. Namun pikiran itu membuat Naruto harus menahan tawanya dan juga mendapat reaksi senpainya yang bingung dan bertanya "Ada apa Naruto-kun?" Dan juga "Apa ada sesuatu yang lucu?" namun akhirnya Naruto juga menjawab dengan "Bukan apa-apa, cuma teringat sesuatu yang lucu.." sambil menahan tawanya lagi.

Ahh iya, Saegusa-senpai memang memanggil Naruto dengan nama depannya bukan nama keluarganya, ini tentunya hasil dari persetujuan dari Naruto sendiri yang memperbolehkan dirinya dipanggil dengan apa saja selama itu bukanlah panggilan yang aneh.

Sebenarnya Naruto juga ingin memanggil senpainya itu dengan nama depannya namun karena ia tak ingin dianggap tak sopan karena memanggil nama orang seenaknya.

Tapi saat Naruto memikirkan itu, senpainya memberitahunya kalau ia juga bebas memanggilnya dengan nama depannya. Tapi saat itu adalah saat terakhir ia dapat mengobrol dengan senpainya karena harus berpisah, ini karena senpainya itu harus memberikan sambutan sebagai ketua dewan siswa sedangkan Naruto harus duduk bersama dengan siswa-siswa baru lainnya. Namun tak lupa juga saat berpisah senpainya itu memberikan kedipan centil namun manis kepada Naruto.

"Wanita manis, baik hati, murah senyum, lembut, dan juga centil…" itulah salah satu hal yang dikatakan oleh kakaknya terhadap dirinya.

Ini memang sangat tepat kalau harus mengambarkan senpainya itu. Dimata Naruto senpainya itu adalah salah satu wanita tercantik yang pernah ia temui, walaupun pendek tapi ia mempunyai lekuk tubuh yang bagus yang menjadi nilai plus dimata Naruto. Andai saja ada satu dari 2 ero-senseinya disini ia pasti akan membisikan hal-hal yang tak benar ke telinga Naruto yang biasanya akan membuat muka Naruto memerah.

Walau bagaimana pun Naruto dan senpainya itu memang sudah terlihat dekat untuk orang yang baru bertemu. Namun entah mengapa Naruto merasa kalau Mayumi sudah sangat mengenalnya, pemikiran ini membuat Naruto berfikir apa saja yang telah kakaknya ceritakan kepada senpainya itu.

Niatnya Naruto juga mau bertanya akan sesuatu yang berkaitan erat tentang kakaknya. Namun ia sadar atas keterbatasan waktu dan fakta kalau mereka akan berpisah sebentar lagi membuatnya mengurunkan niatnya, dan bilang pada dirinya sendiri "Sebaiknya lain kali saja.. Masih ada banyak waktu…". Walau begitu ia tidak bisa menutupi rasa penasaran tentang bagaimana kakanya waktu sekolah dulu yang melanda pikirannya sekarang ini. Tapi yasudahlah…

Saat ini Naruto sedang mencari tempat duduk yang kebetulan agak sulit didapat. Siswa-siswa baru yang diterima disekolah ini terlihat begitu bersemangat. Yahh.. Naruto juga tak bisa menyalahkan mereka karena dirinya sendiri juga sedang dalam keadaan semangat, walaupun ia tak diwajibkan belajar sihir karena ia memang dasarnya bukan seorang penyihir.

Untungnya Naruto mendapatkan kursi kosong dari barisan keempat dari bangku paling tengah. Disana ada 4 bangku kosong namun Naruto mengisi yang kedua dari kiri menyisakan 2 bangku kosong di sisi kanannya dan 1 bangku kosong di sisi kirinya.

Naruto cukup bersantai duduk disana selain karena bangkunya empuk situasi yang ramai namun cukup tenang ini membuat kelopak mata Naruto menjadi lebih berat. Terlebih ia juga pada dasarnya memang lelah karena latihan tadi malam.

Tanpa ia sadaripun matanya sudah tertutup dan ia mulai tertidur….

"Permisi, bolehkah kami duduk disitu?"

"Hmmm…?"

Suara kecil yang imut membuat mata Naruto sedikit terbuka, walau kelopak matanya terasa berat Naruto memaksa membuat matanya setidaknya untuk terbuka sedikit. Sampai akhirnya Naruto sadar ada 2 gadis yang ingin duduk dan meminta ijin Naruto untuk lewat.

Alasan kedua gadis itu meminta ijin untuk lewat adalah karena kaki Naruto yang sedikit terangkat membuat jalan agak terhalang, jadi akan sulit bagi mereka berdua untuk lewat tanpa membuat Naruto kaget.

"A-ah.. Maaf, silahkan."

Dengan nada yang menyimpan sedikit rasa malu dan canggung, ia mempersilahkan kedua gadis itu untuk lewat sambil sedikit menekukan kakinya yang menghalangi jalan. Kedua gadis itu memberikan anggukan kecil.

Salah satu dari mereka memberikan senyuman kecil canggung, sedangkan yang satu lagi mukanya datar. Jujur saja Naruto mengakui kalau kedua gadis ini bisa dibilang imut.

Keduanya mempunyai postur badan yang kecil yang ramping. Wajah mereka juga menyimpan keimutan yang berbeda arti satu sama lain, dimana yang satu mempunyai wajah manis dan dihiasi dengan senyum dan sipu merah, sedangkan yang satu lagi mempunyai wajah yang dimana kau bisa mengatakannya sebagai wajah datar yang membuat orang-orang berfikir "Ahh, wajahnya imut sekali!".

Mereka berdua duduk disisi kanan Naruto dimana ada 2 bangku kosong. Naruto merasa sedikit canggung akan hal ini, terlebih yang ada sebelahnya adalah siswi yang juga sepertinya dalam keadaan canggung.

"Mmm… Maaf apa kamu Namikaze-san?"

Gadis yang duduk tepat disebelah kanan itu bertanya dengan ekspresi malu-malu.

"Ya… itu aku. Memangnya kenapa ya?"

Setelah mendengar jawaban itu, mata ungu si gadis melebar dan terlihat jelas diwajahnya ia sepeti sedang gembira. Setelah itu ia berbalik untuk menghadap kearah temannya yang sekarang melihat kearahnya namun masih memakai ekspresi datarnya.

"Shizuku lihat aku menemukannya!"

Naruto agak bingung saat perempuan disebelahnya mengatakan "menemukannya", Naruto memiringkan kepalanya dan berfikir apa dari maksud "menemukannya". Setelah itu gadis itu kembali menghadap kearah Naruto sambil memberikan senyuman ramah.

"Maafkan aku, perkenalkan aku Mitsui Honoka dan ini… Shizuku kamu juga."

"….Namaku Kitayama Shizuku, salam kenal."

Akhirnya gadis bernama Shizuku memperdengarkan suaranya, suaranya manis dan kecil pikir Naruto. Gadis yang bernama Shizuku ini adalah gadis yang seperti temannya memiliki badan yang cukup mungil namun ia memiliki wajah datar yang hambar. Selain itu gadis itu memiliki rambut abu-abu walau bisa dibilang cantik entah kenapa Naruto merasa kalau gadis itu seperti laki-laki, entah dalam aspek apa… Namun Naruto mengusir pemikiran ini.

Karena selain memakai seragam seorang siswi tidak mungkin sekolah akan mengijinkan seorang yang punya kelainan sebagai 'crossdresser' masuk sekolah.

"Kalau begitu aku Namikaze Naruto. Salam kenal Honoka-chan, Shizuku-chan…"

Dan butuh beberapa detik untuk Naruto untuk menyadari kesalahannya.

"….E-ehh maksudku Mitsui-san dan Kiriyama-san."

Naruto dengan sedikit canggung memperbaiki kesalahan pemanggilannya terhadap kedua gadis yang ada disebelahnya ini. Naruto melakukan ini bukan karena ia tidak ingin dianggap sok akrab atau semacamnya, dan ia juga melakukan bukan karena takut imagenya jelek dipublik. Hanya saja ia tak ingin membuat takut baik Honoka dan Shizuku, karena ia pernah ditampar oleh wanita yang seperti mereka karna memanggil Namanya dengan cukup sembarangan dan ini disaksikan oleh senseinya yang membuat ia tertawa melihat tampang bodoh Naruto yang ditampar oleh perempuan.

Dan tentu ia cukup kapok akan hal ini…. Tapi ia juga kadang berfikir memangnya memanggil Nama pertama seorang gadis itu sangat dilarang ya?.

Seperti yang diperkirakan Honoka hanya memasang sebuah senyum saat Naruto memperbaiki kesalahannya, walau tadi ia juga terlihat cukup kaget saat Naruto memanggilnya dengan nama depannya. Sementara itu Shizuku…

"Kitayama bukan Kiriyama…"

Ucap shizuku dengan Nada monoton, ini membuat Naruto mendesah "Ahh.. maaf..". Sementara itu Honoka yang dari tadi memasang senyum akhirnya bicara.

"Ahh… tak apa-apa Namikaze-san kalau kamu mau memanggiku Honoka."

Ucap ia dengan ramah walau disuaranya tersirat rasa canggung dan juga malu-malu, ia bisa dibilang cukup berani. Shizuku juga yang duduk disamping Honoka juga ikut bicara.

"Kalau aku…. Yang penting tidak salah…"

'Wow.. bahkan gadis tanpa ekspresi itu juga mengijinkanku memanggil nama depannya.' Itulah yang dipikirkan Naruto namun entah kenapa ia merasa kalau Shizuku masih menaruh dendam karena Naruto salah menyebut nama keluarganya.

"J-jadi begini Namikaze-san kami bukannya sok akrab dan tiba-tiba berbuat baik baik padamu hanya saja…"

Hmmm… sok akrab? Sok baik?. Sebenarnya Naruto belum sampai berfikir alasan kenapa mereka berdua bersikap baik pada Naruto. Tapi karna tiba-tiba Honoka membicarakannya ia juga jadi berfikir kenapa mereka berdua sangat baik pada dirinya.

"Kami terkesan oleh kemampuanmu.. Iyakan Shizuku?"

"..Iya."

"Hah..?"

Saat Honoka memberikan jawaban mengapa ia baik kepada Naruto, Shizuku memberikan anggukan kecil terhadap kata-kata Honoka sebagai konfirmasi. Dan Naruto memasang tampang bingung sambil berfikir "Terkesan? kemampuan? Maksudnya apa?".

"Maksudnya?"

"Jadi begini kami melihat Nilai praktek sihirmu. Itu sungguh mengesankan!"

"..itu juga menjadi salah satu nilai tertinggi dalam sejarah disekolah ini."

Honoka memberitahu Naruto dengan nada yang bisa dibilang bersemangat. Dan Naruto hanya bilang "Ohhh…". Sementara Shizuku memberikan info yang membuat Naruto cukup bingung.

"Apa sehebat itu?"

"Tentu saja bisa dibilang Nilaimu bisa dibilang abnormal bahkan katanya kamu sudah menjadi bahan perbincangan kakak kelas dan juga guru-guru…"

Naruto tentu saja terkejut akan hal ini karena ia sendiri mendapat Nilai tinggi itu tidak mengetahuinya. Naruto sejujurnya mengetahui nilainya tinggi tapi ia tak menyangka kalau akan setinggi itu… karna ia juga bukan orang yang mengurusi hal-hal seperti itu, terlebih ia juga mempunyai Guardian yang cukup diandalkan.

Naruto mengakui kecepatannya dalam aktivasi sihir sangatlah cepat. Bahkan senseinya sendiri mengakui hal itu, "ini adalah sesuatu yang diturunkan oleh ayahku.." itulah yang biasanya Naruto katakan pada dirinya sendiri jika ia memikirkan kehebatannya dalam merapal. Selain itu ia juga memiliki kuantitas psion yang bisa dibilang sangatlah besar dan ditambah kualitas sihir yang sangatlah baik, jadi ia mempunyai peluang menjadi seorang penyihir sangatlah hebat kalau semua potensinya diasah terus.

"Nilai milik ku saja sudah diperbincangkan oleh guru-guru seperti yang dikatakan Shizuku, bukankah berarti orang yang menjadi perwakilan siswa baru nilainya lebih tinggi dariku. Kalau begitu ia pasti sangat hebat kemampuan sihirnya. Dan juga ia adalah adiknya Tatsuya." Ucap Naruto dalam hatinya.

Naruto berfikir cukup keras akan hal itu karna setidaknya dia sudah cukup serius saat ujian. Selain kata 'tertarik' tidak ada kata yang pas untuk menggambarkan lagi perasaannya terhadap Shiba bersaudara itu. Dan terlebih 'sang kakak mempunyai nilai ujian masuk tertinggi sedangkan sang adik memiliki nilai praktek tertinggi'.

"Sepertinya ini akan menarik.."

"Hah.. ada apa Namikaze-san?"

"Hmm…?"

Naruto agak kaget saat ternyata gumamannya terdengar tak Cuma oleh Honoka tapi juga oleh Shizuku.

"Ahh bukan apa-apa… Oh iya kalian bisa memanggilku dengan Naruto saja."

Naruto mengubah topik pembicaraan dengan memberikan Sizuku dan Honoka ijin untuk manggil nama depannya. Ini membuat Honoka tersenyum karna senang bahkan Shizuku yang dari tadi memasang wajah datar juga memberikan senyum simpul yang manis.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

'Wanita dengan kecantikan yang sempurna' atau 'Seorang Yamato Nadeshiko' hanya itulah yang dapat Naruto gambarkan dari Shiba Miyuki. Ia benar-benar menarik perhatian dirinya dan siswa baru lainnya dengan kecantikan dan keanggunannya.

Bahkan Honoka dan Shizuku tak bisa menahan kekaguman terhadap kecantikan dari Miyuki yang luar biasa. Rambut hitam layaknya malam, kulit putih layaknya mutiara, dan wajah dengan level kecantikan yang luar biasa tentunya pasti dengan mudah menyihir semua orang di auditorium ini. Naruto hampir tidak percaya kalau orang yang menjadi perwakilan dari siswa baru ini adalah adik Tatsuya, seorang siswa yang bertubuh tegap, tatapan mata tajam, dan juga tidak mepunyai hal-hal yang benar-benar menarik untuk dilihat bisa mempunyai adik secantik ini.

Mereka memang mempunyai kesamaan seperti rambutnya sama-sama hitam (dalam kasus Miyuki rambut hitamnya sangatlah indah), mata mereka sama-sama biru walau sorot matanya berbeda jauh. Namun hal ini tak bisa membuatmu menjadi saudara hanya karena kemiripan seperti itu. selain itu atmosfer yang mereka pancarkan berbeda, disaat Tatsuya mempunyai atmosfer serigala yang menyembunyikan taringnya maka Miyuki mempunyai atmosfer seorang ratu salju yang lembut namun entah kenapa terasa… dingin.

Tatsuya mempunyai atmosfer dan aura yang unik bagi Naruto karena itu terasa sangatlah kuat, bahkan saat pertama kali melihat Tatsuya saat dihalaman tadi Naruto sudah merasa ada yang berbeda dari Tatsuya. 'Kemampuan yang luar biasa? Atau seekor monster?' itulah yang Naruto pikirkan.

Ini mungkin bisa disebut pemikiran yang berlebihan, tapi…. Naruto merasakannya, entah bagaimana ia dapat mersakan sesuatu yang kuat dan juga berbahaya dari Tatsuya. Ini juga hal yang membuat Naruto ragu-ragu untuk mendekatinya dan menggunakan 'Bloom dan Weed' sebagai alasan.

Tetapi kebiasaan Naruto yang kerap mendekati sebuah masalah dan juga bahaya memantapkan dirinya untuk berkenalan atau berbincang-bincang sebentar dengan Tatsuya.

Tatsuya juga sepertinya menyadari kalau Naruto sedikit curiga dan penasaran pada dirinya, terlebih ia juga sepertinya mengetahui apa arti nama 'Namikaze'. Ini terlihat dari tatapan yang sedikit menajam saat Naruto memperkenalkan dirinya.

Naruto juga berspekulasi kalau Tatsuya itu tentara atau semacam prajurit elit. Ini bukanlah dugaan tanpa alasan karena itu terlihat dari postur tubuhnya yang sempurna, cara berjalannya, dan bahkan cara bernafasnya yang seperti membuat setiap udara yang ia hirup tidak ada yang tersia-siakan.

Kalau Miyuki mempunyai kualitas penyihir yang hebat itu adalah hal yang pasti bagi Naruto, karena tanpa menggunakan kemampuan mengamatinya Miyuki juga sudah mengalahkan Naruto di ujian praktek. Jadi ia merasa kalau kemampuan Miyuki harusnya sudah tak dipertanyakan lagi.

Pidato Miyuki itu sudah dapat dibilang tersusun rapih dan juga Sangat baik, walaupun sepertinya ia menekankan suaranya sedikit pada kata-kata "Setiap orang setara", "sebuah satu kesatuan", dan juga "tanpa perbedaan", namun sepertinya tak ada yang benar-benar menyadarinya. Sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak-tidak, jadi secara keseluruhan semuanya baik-baik saja.

"Naruto-san kamu ada di kelas apa?"

"Aku ada dikelas 1-A"

Sesaat mendengar jawaban dari Naruto mata Honoka dipenuhi sukacita.

"Wahh, kebetulan sekali aku dan Shizuku juga ada dikelas A."

Honoka mengatakan itu dengan nada gembira, Naruto pun tersenyum mendengarnya karena setidaknya ada 2 orang yang ia kenal berada dikelasnya.

Siswa jalur 1 mempunyai kelas A-D sedangkan siswa jalur 2 kelasnya E-H, setiap kelas ada 25 siswa. Pelajaran disini juga berstandar kurikulum dan seperti sekolah kebanyakan setiap kelas tidak mempunyai wali kelas.

"Sistem satu terminal untuk setiap individu sudah diterpakan di sekolah sejak puluhan tahun yang lalu. Namun sekolah yang masih memakai sistem tradisional masih ada walaupun terhitung jarang. Hampir semuanya disekolah ini dilakukan dengan menggunakan terminal data kecuali mengenai instruksi individu atau pelajaran praktek. Jika lebih banyak pengurus yang diperlukan, konselor yang punya keahlian dalam berbagai disiplin ilmu akan dipekerjakan oleh sekolah.

Jadi, alasan wali kelas tetap diperlukan adalah untuk kenyamanan dalam pelajaran praktek dan percobaan. Ketika pelajaran praktek dan percobaan berakhir, dan karena kadang ada sedikit waktu kosong, mereka diperlukan untuk mengawasi sejumlah siswa(Meskipun, pengawasan adalah pekerjaan sehari-hari). Selain itu, dengan sistem terminal pribadi dapat membuat beberapa hal menjadi sangat praktis.

Tidak peduli apa latar belakang dari orang-orang itu, mereka akan menghabiskan waktu di ruangan yang sama cukup lama, dan ini mengharuskan mereka akan berbaur dengan satu sama lain secara alami. Dengan membuang sistem wali kelas, ikatan antara teman sekelas cenderung akan menguat."

Kira-kira begitulah kata guardian yang mengawasi Naruto. Seorang perempuan yang sudah kenal lama dengan Naruto, mempunyai ketrampilan sebagai asisten ataupun jurnalis. ia adalah wanita asal eropa yang mempunyai jiwa perfeksionis yang kadang membuat Naruto sendiri susah karenanya. Naruto yang mempunyai sifat sembrono dan kurang perhatian kadang bisa membuat 'sisi lain' yang mengerikan dari guardiannya bangkit.

Naruto biasa memanggil nama guardiannya Sella-nee, ia berasal jerman. Walaupun ia berasal dari eropa bukan berarti ia adalah wanita keturunan eropa, karena ia…. Dasarnya juga bukan manusia. Ia sebenarnya adalah manusia buatan yang biasa disebut Homunculus, tentunya ia adalah yang 'tak sempurna'.

Maksud dari kata 'tak sempurna' adalah jangka waktu hidupnya tak lebih dari sepuluh tahun dan juga ia tak bisa memenuhi tujuan awal pembuatannya. Saat ia bertemu Naruto dan senseinya bisa dibilang ia sedang ada di ujung kehancurannya. Karena diperintahkan untuk mati oleh masternya namun hal itu berhasil dihentikan, dan sebagai balas jasa sekarang ia menjadi guardian Naruto yang bertugas mengawasinya.

"Naruto-san apa kau mau ikut kami melihat kelas kita?"

"..Aku ada sedikit urusan dulu, kalian pergi saja tanpa aku."

Ekspresi sedikit kekecewaan mewarnai wajah honoka yang ditolak, namun ia berhasil memasang kembali senyumnya layaknya ia mengatakan "Baiklah.. tak apa-apa". Sementara itu Shizuku membuka mulutnya tanda ingin mengatakan sesuatu.

"Kalau begitu kami permisi dulu."

"Ahh.. kami kekelas duluan ya, Naruto-san."

Setelah kedua gadis itu pergi Naruto yang masih berada diruang auditorium sambil berdiri dengan linglung. Sebenarnya ia tak punya urusan apapun, jadi harusnya ia mau ikut saat diajak oleh Honoka. Terlebih ia bisa menunggu pengambilan ID card disana, tapi ia merasa seperti 'lebih baik nanti saja kekelasnya' dan juga 'lebih baik mungkin aku melihat-lihat sekolah ini lagi'.

Disini masih cukup banyak siswa yang sedang mengobrol, ataupun cuma berdiri layaknya bangga karena sudah diterima oleh di sekolah ini. Mau bagaimanapun juga sekolah ini memang sangat terkenal bahkan untuk yang non-penyihir, jadi yang diterima disekolah ini sudah pasti merasa bangga selain itu juga ujian masuknya salah satu yang tersulit menjadi nilai tambah untuk rasa bangga karena diterima.

Walau Naruto mengakui nilai ujiannya bisa dibilang standar, setidaknya nilai prakteknya adalah sesuatu yang bisa ia banggakan seperti yang Honoka dan Shizuku katakan.

Saat berjalan menuju pintu keluar auditorium ia melihat salah satu wajah yang familiar. Sebenarnya tidak bisa disebut familiar juga karena ia baru mengenalnya tadi pagi. Ya, wajah yang familiar itu adalah Tatsuya. Sekarang ia sedang bersama…. Adiknya dan juga beberapa siswa jalur 2.

Dengan langkah yang dipercepat Naruto mendekati Tatsuya, langkahnya tak bisa dibilang langkah yang sembunyi-sembunyi tapi setidaknya langkahnya tidak membuat suara yang berisik.

"TATSUYA!"

Teriak Naruto sambil sedikit melompat dan menggunakan tangannya untuk menggunakan melakukan pukulan potong ke kepala tatsuya. Ia melakukan ini saat jarak antara ia dan Tatsuya hanya sekitar 1 meter.

Tapi….

Tangan Tatsuya berhasil menangkap pergelangan tangan Naruto, ia melakukan ini dengan gerakan menggeser sedikit tubuhnya hingga setengah wajahnya dapat terlihat oleh Naruto, ia melakukannya dengan kecepatan yang bagus.

Tapi mata Tatsuya sempat berubah menjadi 'Dingin' saat melakukan gerakan reflek menangkap tangan Naruto. Tentunya hal ini terlihat oleh Naruto walaupun itu cuma terjadi kurang dari 1 detik.

Sementara itu dua siswi jalur 2 lainnya nampak sedikit kaget karena kehadiran tiba-tiba dari Naruto. Namun Miyuki entah kenapa mengeluarkan atmosfer berbahaya.

"Guh, lain kali akan kulakukan lebih baik sehingga aku dapat mengenaimumu, Teme!"

"Ternyata kau, Naruto… apa yang kau lakukan disini?"

Tatsuya melepaskan pegangannya dan mengatakan itu dengan nada tenang. Naruto tidak kaget Tatsuya bisa menghindari serangannya terlebih dengan memegang pergelangan tangannya, lagipula pada dasarnya ia melakukan itu dengan cara yang berisik dan gerakan bercanda.

"Ahh, aku tidak sedang melakukan apa-apa. Aku cuma mencari bahan pelampiasan rasa kesal karena ditinggal begitu saja oleh salah satu orang yang kukenal."

"..Maafkan aku soal itu."

Tatsuya meminta maaf dengan sedikit tawa kecil.

"Aku tidak tahu siapa kau, tapi sebagai anak baru kau berani juga berbuat heboh seperti itu."

Siswi jalur 2 yang sepertinya teman Tatsuya mengatakan itu dengan suara yang cukup ketus. Ia memiliki rambut pendek dan cerah dari tampilannya sepertinya ia gadis yang ceria (setidaknya itu penilaian dari Naruto).

Sepertinya ia juga tidak terlalu minder terhadap Naruto yang merupakan siswa jalur 1.

Kata-katanya tentunya memiliki alasan karena kehadiran Naruto yang penuh kejutan tadi mengundang perhatian dari siswa-siswa lainnya. Hasilnya ia pun mendapat tatapan aneh yang berkolaborasi dengan tatapan penasaran.

"Huh, aku tak peduli yang penting aku sudah bertemu si Teme ini."

Ucap Naruto santai dengan melirik sedikit kearah Tatsuya.

"Hooh… Yahh siapa sangka si pirang yang satu ini ternyata kurang mengerti konsep dari kata 'Malu'."

"E-erika-chan sudah…"

Siswi ini ternyata lidahnya tajam juga, kata-katanya cukup membuat beberapa Naruto kesal mendengarnya. Sementara siswi yang satu lagi berusaha membuat siswi bermulut ketus itu tak mencari masalah dengan Naruto.

"Malu atau tidak itu bukan urusanmu Firehead (Rambut Api, ini diambil dari warna rambut Erika)."

"Wah..wah..wah.. seorang yang warna rambutnya seperti kotoran burung itu tak pantas mengatai rambut milik orang lain."

"A-apa katamu… Grrrgghh… Hah terserahlah! Kalau kau ingin mengejekku lagi sebaiknya kau memperkenalkan dirimu dulu!"

Perang ejekan singkat ini berakhir dengan kekalahan Naruto. Ia memang tidak terlalu pandai berdebat dengan perempuan. Karena itu kalau pun ia mengejek perempuan biasanya ia akan mendapati kata-katanya sendiri berbalik menyerang dirinya layaknya boomerang. Dan lagi entah kenapa sepertinya si Firehead ini sepertinya sudah terasah mulutnya untuk menghina orang.

"Karena sepertinya kau sudah mengakui kekalahanmu maka aku akan memberitahukan namaku. Perkenalkan aku Chiba Erika."

Erika memperkenalkan dirinya dengan senyum jahat penuh kemenangan.

"A-aku Shibata Mizuki salam kenal."

Sementara itu siswi yang tadi mencoba menghentikan Erika ikut memperkenalkan dirinya, ia mengenakan kacamata dan memperkenalkan dirinya sambil membungkuk. Kalau dilihat ia seperti siswi yang sopan dan juga pemalu.

Sebetulnya Naruto agak merasa aneh terhadap siswi yang memakai kacamata karna jaman sekarang ini orang yang memakai kacamata bisa dibilang cukup jarang. Tapi Naruto tak terlalu memikirkan ini karena kenalannya juga ada yang memakai kacamata, jadi ini tak terlalu mengganggu.

"Miyuki kamu juga perkenalkan dirimu."

Tatsuya juga menyuruh adiknya yang sepertinya agak segan memperkenalkan dirinya.

"Aku Shiba Miyuki, adik dari Onii-sama, salam kenal."

Ia memperkenalkan dirinya dengan cara yang anggun, walaupun ia terlihat tidak terlalu ingin melakukannya (setidaknya dimata Naruto).

"Aku Namikaze Naruto, panggil saja Naruto. Salam kenal Firehead, Shibata-san dan Shiba-san."

Tanpa dipungkiri lagi Naruto tentunya masih kesal dengan Erika sehingga masih mengatainya. Dan karena ini juga pertarungan mengatai-ngatai Naruto VS Erika babak kedua pun dimulai.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Saat ini Naruto, Tatsuya, Erika, Mizuki, dan juga Miyuki berada di toko kue yang direkomendasikan Erika. Ya, mereka berlima sepakat untuk minum teh dan juga pergi ke toko kue.

Nama dari toko kue ini adalah "Kafetaria Perancis dengan dessert yang enak". Ini sebenarnya kafe yang cukup baik (Naruto tentunya tidak mengatakannya didepan Erika). Walau sebenarnya Naruto cukup lelah hari ini tapi ia masih ingin menghabiskan waktu dengan teman-temannya, dan kebetulan hari ini lidahnya menginginkan sesuatu yang manis.

Jadi pergi ke toko kue bersama teman-temannya adalah sesuatu yang pas. Walaupun saat pagi dia sangat lelah tetapi sekarang saat ini ia sudah bisa bergerak layaknya ia bukanlah dirinya yang tadi pagi. Mungkin untuk staminanya yang bagus ia harus berterimakasih kepada garis keturunannya.

"Dari pada membahas itu, aku lebih ingin bertanya kalau Tatsuya dan Miyuki itu kembar atau tidak."

Naruto membicarakan hal ini sambil mengganti topik yang mereka berlima bicarakan.

"Ohh… Naruto-kun belum tahu, ya?"

"Tentu saja Mizuki, ia kan tadi tidak ada."

"Tahu apa?"

Mendengar pertanyaan Naruto, Erika, dan Mizuki melirik ke arah Shiba bersaudara.

Mizuki, Erika, dan Miyuki sudah dapat memanggil Naruto dengan nama aslinya. Ini karena Naruto tidak ingin adanya kecanggungan diantara mereka (kecuali Erika tentunya), jadi Naruto memperbolehkan mereka mereka memanggil nama depannya dan begitu sebaliknya.

Mereka melihat Naruto sebagai orang yang baik dan juga gampang bergaul jadi mereka juga tak mempersalahkan ia memanggil Nama depan mereka. Mereka tidak mempermasalahkan penampilan Naruto yang 'asing' dan juga status 'Bloom' Naruto. Ini juga mungkin yang membuat Miyuki cukup betah berada diantara mereka selain karena ada kakaknya.

Bisa dibilang ini sudah menjadi grup unik karena ada siswa dengan sihir terkuat pertama dan kedua di antara siswa baru, siswa dengan nilai ujian tertulis tertinggi, Siswi pemalu dengan kacamata, dan siswi dengan rambut warna mencolok yang penuh semangat.

"Kalau itu kami ini memang bukan kembar, tapi saudara yang jarak kelahirannya terpisah 11 bulan. Itulah yang membuat kami bisa bersekolah ditahun yang sama."

Ujar Tatsuya.

"Hoh, Pantas kalian gak mirip."

Kata-kata Naruto dengan cepat mendapat tatapan tajam Miyuki. Ini membuat Naruto sedikit bergidik.

"Naruto-kun, sebaiknya kamu tidak berkata begitu terhadap Onii-sama."

Sebuah peringatan terhadap Naruto dengan tegas diluncurkan.

"U-uh.. Maksudku tidak terlalu mirip…. Maaf."

Naruto pun dengan cepat meminta maaf. Ia sejujurnya memang sedikit takut kalau dibentak oleh perempuan, bisa dibilang ini adalah hasil dari waktu bersama guardiannya yang membuatnya begini.

"Miyuki…"

"Tapi Onii-sama…"

"Kamu tahukan kalau bukan cuma Naruto saja yang berfikir seperti itu terhadap kita. Tidak seharusnya kamu begitu terhadap Naruto.."

Disisi lain Tatsuya menasehati Miyuki yang membentak Naruto, walaupun itu juga tak bisa dibilang bentakan melainkan hanya sebuah kata-kata penuh peringatan.

Mendengar nasehat ini Miyuki menundukan wajahnya tanda bersalah, tapi justru karena ini Naruto menjadi merasa bersalah karena membuat Miyuki dimarahi.

"Sudahlah Tatsuya, pada dasarnya kata-kataku tadilah yang salah.. tidak perlu memarahi adikmu…"

Miyuki mendengar yang ini sedikit mengangkat kepalanya dan melihat Naruto yang membelanya. Matanya seperti mengatakan "Aku berlebihan… Maafkan aku." Melihat hal ini Erika mencairkan suasana.

"Naruto, jadi kau ini tipe yang mudah ditundukkan oleh perempuan, ya?"

Sekali lagi ia mengatakan sesuatu yang menjatuhkan imej Naruto dengan nada nakal.

"Terserahlah kau mengatakan apa…. Hanya saja, Sella-nee sudah terlalu sering melakukan itu padaku sehingga mengalah jadi pilihan yang lebih baik dari pada melawan."

Ucap Naruto dengan nada sedikit kesal dan juga pasrah. Mendengar ini Mizuki memiringkan kepalanya.

"Sella-nee…?"

"Ahh, dia itu orang yang bertugas sebagai guardianku. Jadi karena aku…. cukup sering membuat masalah dia bertugas membantuku atau lebih tepatnya…. Memarahiku."

Mendengar hal ini Tatsuya menaikan alisnya, sementara itu miyuki sepertinya agak kaget sehingga mengeluarkan suara "..Ehh?".

"Kasihan sekali orang yang menjadi guardianmu harus menjaga orang sepertimu Naruto."

Erika mengatakan ini sambil membuat suara "Ck..ck..ck" tentunya ini membuat Naruto naik darah. Tetapi ia berusaha menahan dirinya agar dapat membuat dirinya dapat bersikap tenang, namun pada akhirnya ia tak bisa membuat giginya berhenti menggertak karena kesal. Melihat hal ini Mizuki berusaha menjadi penengah mereka berdua.

"Erika-chan kamu tidak boleh bicara seperti itu…"

Walaupun begitu Erika terlihat seperti tidak mempedulikannya, karena pada dasarnya ia memang tidak mempermasalahkan ejekannya kepada Naruto. Tetapi Naruto sepertinya cukup menganggap permasalahan ini cukup besar, ini terlihat dari tatapan kesalnya kepada Erika. Terlebih ia sudah kalah 3-0 saat beradu ejekan dengan Erika, ini membuat Naruto semakin kesal dengan teman(musuh) barunya ini.

"Kenapa sih kau ini senang sekali mencoba membuat masalah denganku?!"

Kata-kata Naruto bukanlah kata-kata yang murni pertanyaan. Melainkan kata-kata yang seperti mengisyaratkan "Aku sudah pada batasnya!".

"Sudahlah Naruto, Erika, berhentilah berdebat kalian ini mirip seperti pasangan yang sedang bertengkar."

Ucapan Tatsuya ini dengan cepat mendapatkan tanggapan dari orang bersangkutan.

"Gahhh… jangan coba-coba membayangkan aku bersama si kotoran burung ini!"

"Hiiii… mana mau aku berpasangan dengan wanita berotak otot!"

Dan setelah itu justru perang ejekan semakin memanas, melihat ini Tatsuya hanya menghela nafasnya.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Seorang brocon…. Itulah yang ada dipikiran Naruto kalau ditanya Miyuki itu seperti apa. Naruto bukannya ingin menjelek-jelekan Miyuki, hanya saja itulah kenyataan yang tertangkap bukan cuma oleh Naruto sendiri tapi Erika dan juga Mizuki.

Ini tentunya bukan penilaian tanpa alasan, ini semua terlihat bagaimana Miyuki dan Tatsuya sendiri berinteraksi satu sama lain. Bagaimanapun kalian melihat mereka, yang terlihat adalah sepasang kekasih yang sangat menyayangi satu sama lain bukannya pasangan adik dan kakak.

Ini membuat Naruto kalau mereka itu adalah seorang adik dan kakak yang bukan lagi dalam kategori unik, melainkan sedikit aneh. Memikirkan hal ini cukup membuat Naruto tertawa kecil, tapi setidaknya ia sudah memenuhi beberapa rasa penasarannya terhadap Shiba bersaudara.

Naruto sekarang sudah dapat berinteraksi dengan 3 teman barunya termasuk Miyuki, mereka sudah dapat berbincang-bincang dengan normal. Naruto senang akan hal ini karena ia adalah tipe manusia yang jiwa sosialnya tinggi jadi bisa dekat dengan orang yang baru sehari ditemui adalah hal yang bagus baginya.

Sekarang sudah menjelang malam, pada waktu seperti ini biasanya Sella aka guardian Naruto sedang mempersiapkan makan malam untuk mereka berdua.

Naruto memang cuma tinggal dengan guardiannya, lagi pula ia juga baru pindah kesini selama 3 minggu. Dan satu-satunya tamu yang pernah kesini adalah Senseinya, itu pun terjadi sekitar seminggu lalu.

Karena Naruto sudah bilang kalau ada kemungkinan ia takkan langsung pulang kerumah, guardiannya takkan memarahinya asal ia tak melewatkan makan malam.

"Aku pulang…"

Membuka pintu rumahnya Naruto langsung disuguhi oleh segarnya udara dari pendingin udara dan wangi dari mesin parfum ruangan yang juga dipasang di ruang depan membuat tubuh Naruto rileks. Sebuah wangi yang mempunyai sensasi segarnya mint dan juga wangi samar-samar musim dingin yang melegakan, ini adalah wangi parfum kesukaan Naruto dan juga guardiannya.

Setelah merapikan sepatunya Naruto berjalan kedalam rumahnya.

"Ahh.. Naruto, selamat datang. Kau habis latihan?"

Suara wanita yang berasal dari ruang makan menjawabnya. Sepertinya ia sedang sibuk merapihkan meja makan untuk makan malam, karena biasanya ia akan langsung menyapa Naruto kalau ia pulang kerumah sehabis pergi.

"Enggak kok, aku habis pergi dengan teman-teman ku."

Naruto menjawabnya sambil menengok masuk ke arah ruang makan. Disana ada wanita cantik yang umurnya sekitar 5 atau 6 tahun lebih tua dari Naruto kalau dilihat dari penampilannya. Ia memakai pakaian pakaian coklat muda dengan apron merah kecoklatan, ia mempunyai rambut seputih salju yang dikuncir kuda, kulitnya bagaikan mutiara, dan mempunyai mata merah yang membuatnya sangat menawan.

"Teman?.. Ahh, itu sesuatu yang bagus. Ganti pakaianmu dan kesini lagi, makanannya akan segera kuhidangkan."

"Oke!"

Naruto mengatakan itu dengan semangat karena telah mencium bau masakan dari guardiannya, dan segera ia menuju kamarnya untuk berganti baju.

Kamar milik Naruto adalah sebuah kamar standar siswa SMA biasa, sebuah kamar berukuran 7X8 meter dengan furnitur standar seperti lemari dan tempat tidur. Adapun beberapa barang tambahan seperti konsol game klasik, sebuah audio musik dan juga papan darts.
Naruto langsung membuka lemari pakaiannya dengan menyentuh bagian kunci sensor lemari. Setelah terbuka Naruto langsung menentukan pakaian yang akan dipakainya.

Sebuah kaus oranye bermotif api simpel dan juga celana simpel selutut menjadi pilihannya.

Walau banyak kemajuan pakaian jaman sekarang tidak terlalu jauh beda dengan pakaian beberapa dekade yang lalu. Hal ini disebabkan oleh banyak industri pakaian yang masih menganggap kalau pakaian beberapa dekade yang lalu itu pakaian yang dapat beradaptasi dengan waktu.

Setelah selesai berganti baju Naruto langsung menuju keruang makan. Disana ada Sella yang sepertinya sudah hampir selesai dengan pekerjaannya.

Sella selain bertugas sebagai guardian yang mengawasi Naruto ia juga bertugas sebagai penjaga kebersihan, pengatur dana, dan koki masak dirumah. Selain itu ia juga berperan sebagai ibu/kakak Naruto, ini karena ibu Naruto sudah meninggal sebelum Naruto dapat mengingat seperti apa ibunya itu, dan kakaknya sudah jarang berhubungan dan bertemu dengan Naruto.

Ini membuat Naruto menganggap kalau Sella adalah keluarganya sendiri, jadi hubungan mereka sangatlah dekat.

"Jadi…. Hari ini steak?"

"Hmm.. aku kira ini sesuatu yang bagus, lagipula kita sudah lama tak makan daging, 'kan."

Seperti biasa hidangan yang disiapkan oleh Sella selalu terlihat lezat dan rasanya selalu pas dilidah Naruto, terlebih hari ini daging. Memang terakhir kali Naruto makan daging adalah waktu sebelum Naruto pindah disini, jadi Naruto memang cukup rindu akan rasa dari daging.

"Walau begitu… aku masih ingin Ramen."

"Kamu ini… kita sudah makan itu kemarin lusa, kamu harus tunggu 4 hari lagi baru kamu boleh memintaku membuatnya lagi."

Naruto mempunyai perjanjian dengan Guardiannya ini kalau ia hanya boleh makan ramen seminggu sekali. Walau begitu tak jarang Naruto memakan ramen diluar perjanjian itu, seperti makan diluar, atau membeli ramen instan diswalayan.

Naruto memang sangat suka ramen dari kecil, jadi bisa dibilang ramen adalah bagian dari hidup Naruto. Entah kenapa ia bisa sangat menyukai makanan sejenis mie itu, tapi yang pasti ia sudah mempunyai tempat favorit ia makan ramen, yaitu Ichiraku ramen. Karena tempat itu cukup jauh dari sini, ia tak bisa leluasa membeli ramen disana, jadi pilihannya hanya ramen buatan Sella atau beli di swalayan.

Ramen buatan Sella dianggap ramen terenak kedua setelah ramen dari Ichiraku, sedangkan ramen swalayan kelezatannya tergantung dari rasa dan edisinya (seperti yang spesial atau istimewa).

Naruto segera duduk dibangku begitu juga Sella yang pekerjaannya dengan makanan sudah selesai.

Semua yang tertata di meja didepan mereka berdua sangatlah rapih dan posisinya strategis, sebuah kerapihan yang mungkin hanya dipunyai oleh pelayan-pelayan kelas atas. Naruto yang sudah terbiasa tentunya tidak kaget dengan hal ini.

"Selamat makan."

Mereka berdua mengucapkannya bersama-sama sambil memulai memakan steak yang ada didepan mereka.

Tidak ada kata-kata yang terucap dari kedua bibir kedua orang yang sedang makan ini, mereka berdua makan dengan rapih. Naruto awalnya adalah orang yang sulit makan dengan tata krama, namun setelah mendapat 'pelajaran' khusus dari Sella, ia mulai makan dengan cara yang benar, tentunya ini tidak dapat dicapai dalam waktu singkat.

"Teman-temanmu… itu seperti apa?"

Sella memecah keheningan dengan bertanya dengan Naruto, suaranya ada tersirat rasa senang karena naruto mendapat teman dengan cepat dan juga penasaran karena seperti apa teman baru Naruto itu.

Naruto mendengar hal ini Naruto mengangkat kepalanya sedikit agar bisa melihat wajah guardiannya dan tersenyum.

"Jadi mereka itu….."

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Yaps… itulah chap 1 yang lumayan panjang dari author, aga gantung sih hehehe. Untung author punya pegangan yaitu light novelnya Mahouka, jadi seenggaknya author punya referensi buat nulis :v

Anyway author masih mau minta maaf soal yang tadi…. Khilaf Author… dan selain itu kalau ada kritik atau saran silahkan komen atau review. Author terima kritikan dan jangan lupa difav dan follow, minggu depan bakal ada Chap 2 huffft….