remake from novel karya SANTHY AGATHA

alur,cerita,karakter, semua yangada di ff ini milik santhy

agatha saya hanya meremake nya.. maafkan saya...

CRUSH IN RUSH

cast: Kim Jongin

Oh Sehun

others

Genre: romance

rated: T

Chapter 1

Jongin terlambat datang bekerja. Dengan nafas terengah Jongin setengah berlari menuruni bus kota itu sambil menyumpah-nyumpah mengutuki dirinya sendiri. Kalau saja tubuhnya tidak terasa begitu lelah, Jongin pasti tidak akan memutuskan tidur lagi siang tadi. Dia berfikir hanya akan tidur satu jam saja karena rasa kantuk yang menderanya begitu kuat. Tetapi bodohnya dia lupa menyalakan alarm.

Ketika Jongin terbangun matahari sudah menyembunyikan diri di balik cakrawala, membiarkan bulan menggantikan tugasnya. Jongin terlambat kerja hampir satu jam.

sambil mengerutkan keningnya cemas Jongin membayangkan bagaimana marahnya sang manager cafe kepadanya, manager cafe itu tidak pernah menyukainya entah karena apa. Mungkin karena tubuh Jongin ramping seperti yeoja tak seperti tubuh namja pada umumnya hingga sang manager berfikir kalau Jongin sangat lemah, tidak akan bisa membantu jika ada pekerjaan berat. Selama ini sang manager selalu berusaha mencari-cari kesalahan Jongin, mencoba membuktikan bahwa Jongin tidak layak bekerja di cafe itu.

nafas Jongin makin terengah karena berlari makin kencang, jarak dari halte bus ke cafe memang biasanya dia tempuh sambil berjalan kaki ketika dia memiliki waktu yang panjang , tetapi sekarang dia harus sesegera mungkin tiba di cafe itu.

Setengah melompat Jongin terburu-buru menyebrangi jalan itu, tempat cafe itu hanya terletak diseberangnya, tetapi tiba-tiba terdengar suara rem yang berdecit kencang yang terasa begitu dekat sekali dengannya membuat Jongin memejamkan mata, kaget dan panik.

"Aku akan mati" desah Jongin didetik-detik terakhir

Tetapi ketika Jongin tetap memejamkan matanya dia tidak merasakan bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi, tidak ada rasa sakit dibadannya, bahkan dia tidak terguling-guling di jalanan. Dengan hati-hati Jongin membuka matanya.

Kumpulan orang berkerumun melihatnya. Jongin mengernyit, orang-orang memang selalu tertarik dengan kecelakaan. Jongin menatap kesamping tubuhnya dan menemukan sebuah mobil warna hitam dekat sekali dengan tubuhnya, tampaknya mobil itu di rem tepat pada waktunya sehingga tidak menabraknya meskipun hanya berjarak beberapa centi dari tubuhnya.

Pintu mobil terbuka dan seorang namja tampan bertubuh tinggi yang sedang menggunakan kacamata hitam turun dari balik kemudi. Namja itu cemberut dan ketika namja itu membuka kacamatanya Jongin menyadari bahwa namja itu adalah namja yang sama, yang telah membantunya semalam, salah satu pelanggan tetap di cafe tempatnya bekerja.

"Dimana otakmu sehingga menyeberang terburu-buru seperti itu dan melupakan keselamatanmu?" dahinya mengernyit saat menatap Jongin."oh jangan lupa keselamatan diriku juga, aku bisa saja membanting stir dan menabrak trotoar kalau aku tidak bisa mengerem tepat pada waktunya"

Pipi Jongin memerah, malu dan gugup karena dimarahi di depan banyak orang, meskipun banyak orang-orang yang berkerumun telah memutuskan untuk pergi setelah menyadari bahwa Jongin baik-baik saja.

"Maafkan saya" Jongin bergumam lemah, sedikit gemetar karna tidak tahan dengan tatapan tajam namja itu.

"Apa kau terluka" tanya namja itu cepat, matanya menelusuri seluruh tubuh Jongin.

Jongin menggelengkan kepalanya "Saya baik-baik saja"

"Baguslah" namja itu mendengus kesal, "lain kali hati-hati"

Setelah mengucapkan kalimat penutup yang sinis namja itu lalu membalikkan badannya dan memasuki mobilnya kembali, lalu melajukan mobilnya meninggalkan Jongin. Jongin kembali menyeberangi jalan, kali ini dia memutuskan untuk berhati-hati supaya kejadian yang memalukan dan mengerikan tadi tidak terulang kembali kepadanya, lagipula dia sudah benar-benar terlambat sekarang, Jongin berdecak memikirkan sang manager cafenya yang berpesta pora dengan kesalahannya ini.

_o0o_

Ketika Jongin memasuki pintu belakang cafe itu, dia langsung berhadapan dengan Jongdae yang notabenya adalah salah satu waitres di cafe itu, namja itu mengangkat alisnya ketika melihat Jongin datang.

"kami kira kau tidak datang hari ini" ucap Jongdae sambil tersenyum

Jongdae adalah salah satu-satunya pelayan cafe yang baik padanya, sementara pelayan yang lain bersikap datar dan tak peduli.

"pak manager sudah mengomel-ngomel dari tadi"

Jongin melongok di balik punggung Jongdae mencari-cari sosok key, manager cafe yang galak itu, Jongdae tergelak melihat tingkah Jongin.

"Dia tidak ada, sedang di depan. Sekarang cepat ganti pakaianmu dan bekerja, berharap saja supaya key sudah lupa akan kemarahannya tadi" Jondae menepuk pelan punggu Jongin untuk memberinya semangat lalu melangkah pergi.

Dengan sedikit tergesa-gesa Jongin mengganti pakainya dengan seragam pelayan, merapikan sedikit rambutnya dan kemudian melangkah dengan hati-hati kedepan. Jongin sedikit mengintip dan jantungnya berdebar ketika mendapati key sedang berdiri di dekat meja kasir, sambil menghela nafas panjan Jongin melangkah keluar.

"Ya sudahlah... apa yang akan terjadi-terjadilah" batin Jongin

Baru beberapa langkah saja rupanya mata key yang jeli sudah langsung menangkap sosik Jongin, namja itu mengangkat alisnya dengan galak dan menghampiri Jongin.

"Kau pikir jam berapa ini? kenapa kau baru menampakkan batang hidungmu heh"

Jongin hampir saja melompat saking terkejutnya mendengar bentakan key di belakangnya, Jongin membalikkan badannya dan menatap key dengan tatapan takut-takut.

"Maafkan saya pak.. saya.. saya kesiangan"

Jongin sendiri merasa tak enak ketika mengucapkan alasan yang paling tidak bertanggung jawab itu. Dan seperti dugaannya key menjadi semakin marah setelah mendengar alasannya itu.

"Kau pikir cafe ini milik ayahmu sehingga kau bisa seenaknya datang terlambat dengan alasan kesiangan, sebenarnya dari awal aku sudah tidak suka dengan kehadiranmu disini sebagai pelayan cafe kau harusnya tetap berada di belakan menjadi tukang cuci piring seumur hidupmu"

Dan kemudian Key memberinya hukuman mencuci semua peralatan di dapur tanpa mendapatkan bantuan dari siapapun

_oOo_

Setelah mencuci begitu banyak piring, panci,wajan serta peralatan masak lain yang berukuran besar dan lengket, Jongin menyandarkan tubuhnya di dinding belakangnya dan menghela nafas psnjang.

Entah sudah berapa jam dia berkutatdengan kegiatan itu, ditatapnya kedua telapak tangannya yang sudah keriput karena terus-terusan terkena air dan di beberapa sisi mulai terasa perih akibat kontak terlalu intens dengan sabun cuci.

Jongin menghela nafas panjang lalu berusaha menyemangati dirinya sendiri dan menegakkan tubuhnya . Pekerjaannya masih banyak dan dia harus semangat. Dia membutuhkan pekerjaan ini untuk bertahan hidup, yang harus dia lakukan adalah bekerja lebih giat sambil berusaha mencari jalan untuk menemukan kesempatan yang lebih baik lagi.

_oOo_

Ketika melihat tulisan di layar ponselnya Sehun mengernyitkan keningnya. Itu telepon international dan berasal dari nomor yang sangat dikenalnya, telepon itu berasal dari pengacara ayahnya yang berada di London.

Sehun mendengus kesal, pengacara ayahnya sudah berkali-kali meneleponnya dan berusaha membujuknya supaya mau berkunjung ke London dan menemui ayahnya yang kondisi kesehatannya semakin menurun.

Sehun sama sekali tidak tertarik untuk menemui ayahnya, pria itu dulu telah membuang dirinya dan ibunya hanya karena tak mendapat restu dari keluarganya, mereka dianggap tidak sederajat dengan keluarga ayahnya yang kaya raya. Ibunya hanyalah seoarang perempuan Korea biasa yang bersekolah di London lewat beasiswa dari kampusnya.

Kesalahan masa muda.. begitulah dulu komentar kakeknya. Sehun tidak mau menyebut pria tua itu sebagai kakeknya, dia hanyalah lelaki tua aristokat yang sombong dan tidak punya hati. Saat pria tua itu mengetahui kelalaian putranya yang bernama Siwon telah menghamili gadis miskin bernama Sojung pria tua itu langsung mengirimkan putranya untuk bersekolah di amerika, dan kemudian memberi uang kepada gadis itu dan mengatur kepulangannya ke Korea dengan paksa. Ironisnya ibunya hanyalah seorang gadis biasa yang tidak punya siapa-siapa di London yang bisa membantunya melawan ketidakadilan itu, hingga pada akhirnya dengan pasrah membawa bayi dalam kandungannya pulang ke korea.

pada masa itu di tempat tinggal ibunya, hamil diluar nikah merupakan aib tersendiri. Orang tua ibunya sangat marah besar ketika ibunya pulang ke korea dalam keadaan hamil, beasiswanya di cabut secara paksa karna di nilai telah mempermalukan nama universitas.

Beruntunglah seorang pria yang notabenya adalah sahabat ibunya di masa lalu yang amat sangat menyayangi ibunya memutuskan untuk bertanggung jawab terhadap musibah yang menimpa ibunya. Pria itu kemudian menikahi ibunya dan menyelamatkannya dari aib keluarga. Pria itu selalu menopang ibunya agar selalu tegar ketika menghadapi berbagai pandangan yang penuh dengan cemoohan karna hamil sebelum menikah.

Sehun lebih mengakui changmin sebagai ayahnya karna changmin selalu menyokong kehidupan Sehun dan ibunya, memperlakukan dan menyayangi Sehun seperti putra kandungnya sendiri, membiayai sekolah Sehun hingga Sehun menjadi arsitek yang sukses seperti sekarang. Sayangnya, sepertinya TUHAN terbiasa mengambil orang-orang yang berhati baik lebih cepat supaya bisa berada di sisiNYA. Lima tahun lalu Changmin dan ibunya meninggal dalam sebuah kecelakaan, meninggalkannya sendirian di dunia ini. ya... Sehun merasa sendirian, ayah kandungnya di London tidak masuk hitungan.

Dua tahun yang lalu nama Sehun sebagai arsitek masuk dalam sebuah artikel bisnis di london, kabar tentang dirinya sampai ke telinga ayah kandungnya yang saat ini sudah memegangkerajaan bisnis besar karna telah mewarisi kekayaan kakeknya yang sudah meninggal. Sepertinya ayah kandungnya telah menyewa detektif swasta karna tak lama setelah artikel itu di muat pengacara ayahnya meneleponnya, menyampaikan bahwa ayahnya mengharapkan kedatangannya di london.

Sehun meradang punya hak apa pria itu sehingga tiba-tiba memasuki kehidupannya dan memaksa Sehun menerimanya. Sehun sudah tentu tidak membutuhkan ayahnya , dia namja yang sukse dengan kemampuannya sendiri dan sama sekali tidak membutuhkan apapun dari ayahnya yang tidak bertanggung jawab kepada ibunya di masa lampau.

Tetapi ponselnya terus berdering, pengacara ayahnya di seberang sana rupanya tidak mau menyerah, dia pasti menyadari keengganan Sehun karena itulah pengacara itu terus menerus memaksa. Dengan jengkel Sehun mengangkat telepon itu

"Ayah anda sekarat"

Kalimat itu diucapkan oleh pengacara ayahnya dalam bahasa inggris dengan logat yang sangat kental dan Sehun mengeluarkan suara decakan tidak perduli

"Memang sudah saatnya"

Hening, pengacara ayahnya yang berada di seberang sana mungkinsedang menggeleng-gelengkan kepalanya merasakan betapa kejamnya Sehun kepada ayahnya.

"Beliau tidak punya anak laki-laki selain anda sementara itu warisan gelarnya harus diwariskan kepada anak laki-lakinya kalau tidak warisan itu akan diambil oleh sepupu jauhnya, ayah anda bersikeras untuk memberikan warisan gelar dan seluruh harta warisannya kepada anda"

"Aku tidak butuh gelar dan warisan"

"Saya tahu itu" suara sang pengacara melemah" yang perlu anda tahu istri ayah anda yang sekarang mempunyai dua anak perempuan yang dibawanya dari pernikahan sebelumnya, jadi selain mereka perempuan mereka juga bukan merupakan darah daging ayah anda, dan kalau anda mau tahu pendapat saya lebih baik harta itu jatuh ketangan anda dari pada jatuh ketangan nenek sihir itu, dia akan menguras habis seluruh harta ayah anda begitu ada kesempatan dan saya mohon kepada anda kerena hanya anda satu-satunya orang yang bisa menjaga warisan ayah anda"

_oOo_

Sehun memandang berkas-berkas yang pernah dikirim oleh pengacara ayahnya kepadanya. Berkas itu berisi inventarisir mengenai seluruh harta yang dimiliki ayahnya, mencakup saham mayoritasnya di perusahaan juga beberapa properti seperti rumah dan tanah.

Sehun bisa saja mengabaikan itu semua dan menjalani hidupnya dengan tenang. Toh dia tidak ada hubungan dengqn semua orang itu. Kalau memang harta ayahnya akan jatuh ke tangan istrinya yang tamak, itu mungkin balasan yang setimpal untuk ayahnya.

Tetapi godaan untuk membalas dendam terasa begitu kuatnya. Ayahnya sekarang memohon agar dia mau menerima gelar dan warisannya, gelar yang dulu membuat dia dan ibunya di tendang dari kehidupan ayahnya. Ada kepuasan tersendiri ketika membiarkan lelaki tua itu memohon-mohon kepadanya.

Sehun tiba-tiba tersenyum sinis , otaknya berputar mencari jalan untuk membalas dendam dengan cara yang paling menyakitkan untuk ayahnya dan keluarga angkatnya di london.

_oOo_

"Namja itu datang lagi" batin Jongin

Jongin mengintip dari balik tirai yang membatasi area dapur dengan bagian luar cafe. Namja itu tampak sangat misterius, selalu datang pada dini hari, kadang hanya datang untuk smerokok dan menikmati secangkir kopi, kadang dia tampak sibuk berkutat dengan laptopnya dan kemudian bqru beranjak pulang ketika pagi menjelang.

"Apa namja itu tidur" batin Jongin lagi

"Mengintip apa"

Tiba-tiba Jongdae muncul di belakang Jongin, ikut mengintip di balik tirai sehingga membuat Jongin kaget setengah mati , Jongin bahkan hampir melompat saking kagetnya. Jongin menoleh dan menatap Jongdae dengan kesal.

"Bisa tidak jangan muncul tiba-tiba di belakangku" ucap Jongin setengah marah setengah tersenyum. Karena jondae adalah orang yang paling baik di cafe ini, mereka berdua cukup akrab mengejek ataupun bercanda. Jongdae terkekeh dan mengedipkan matanya kearah namja penyendiri itu.

"Kau mengintip namja itu ya" bisik Jongdae menggoda "Karena dia sangat tampan?"

Jongin menggelengkan kepala kuat-kuat "aku hanya penasaran kenapa dia selalu duduk disitu sepanjang malam hingga pagi, apakah dia tidak tidur"

Jongdae mencibirkan bibirnya "Kalau dia tidak tampan pasti kau tidak akan tertarik"

Pipi Jongin langsung merah padam dan tidak mampu berkata apa-apa, tidak bisa dipungkiri namja itu memang sangat tampan, tetapi ada sesuatu di dalam dirinya yang tidak bisa di jelaskan, sesuatu yang tersimpan dalam dan kelam, dan entah kenapa Jongin bisa memahaminya, hatinya bertanya-tanya apakah namja itu memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan seperti dirinya.

"Jangan hanya berdiri di situ, bereska meja-meja kotor itu"

Suara key yang galak mengagetkan Jongin dan Jongdae, mereka bergegas menuju area cafe dan melaksanakan tugas, menghindar dari semprotan menager yang pemarah itbterletak di dekat namja tampan itu. Namja itu mengalihkan tatapannya dari laptop dan ada sinar di matanya saat menatap Jongin.

"Kenapa namja sepertimu bekerja di shif malam seperti ini?" ucap Sehun dengan suara datarnya sambil menatap Jongin dengan seksama dari ujung rambut sampai ujung kaki.

mereka berada cukup dekat karena meja yang dibersihkan oleh Jongin ada di dekat meja tempat Sehun duduk, karena itu sehuj bisa berbisik pelan yang hanya mampu di dengar oleh Jongin.

Jongin merasa tidak nyaman dengan tatapan yang menelanjangi itu, dan dia tidak menduga bahwa namja itu akan menyapanya, Jongin memalingkan mukanya karna malu

"Karna memang hanya pekerjaan ini yang bisa saya lakukan"

Kali ini Sehun benar-benar mengalihkan seluruh pandangannya kepada Jongin.

"Masih banyak pekerjaan lain yang bisa dilakukan namja sepertimu"

"Apakah namja ini adalah jenis namja mesum yang menawarkan pekerjaan pada namja lugu sepertinya" batin Jongin, Jongin memandang Sehun dengan tatapan was-was

"Hanya pekerjaan ini yang mau menerima saya, sayang memang hanya lulusan smu di desa, ketika pergi saya membawa ijazah smu dengan harapan untuk hidup yang lebih baik, tetapi ternyata banyak yang tidak menghargainya di kota ini karena banyak saingandengan pendidikan yang lebih tinggi tapi mau di gaji sama"

"Pergi dari mana?"

namja itu menopang dagu tampak tertarik, mungki baginya Jongin adalah selingan yang menarikdi sela-sela kegiatan bersantainya.

Jongin mendongakkan dagunya"dari panti asuhan"

Jongin melirik tidak nyaman kepada Sehun karena sungguh tidak lazim seorang pelanggan bercakap-cakap dengan pelayan cafe seperti ini, bahkan key sang manager tampak menatap mereka tanpa malu-malu

"Maaf saya harus pergi"

"Tunggu"

Sehun meraih tangan Jongin dan menggenggamkan sesuatu di tangannya

"Jangan di kembalikan karna aku cukup kaya dan aku tidak membutuhkan ini"

Jongin segera melepaskan diri dari cekalan tangan Sehun dan memasuki area belakang dapur karena Key menatapnya dengan pandangan mencemooh yang tajam, mungkin key mengira bahwa dirinya sedang merayu pelanggan.

Ketika sampai di area belakang dapur yang sepi di dekat tempat cuci piring Jongin membuka kepalan tangannya dan menatap sesuatu yang di jejalkan namja itu dalam genggaman tangannya.

Selembar uang dengan nominal yang cukup besar

Jongin bergegas melangkah kedepan untuk mengembalikan uang itu lalu tertegun, kursi tempat namja itu biasa duduk telah kosong namja itu sudah tidak ada...

TBC