remake from novel karya SANTHY AGATHA

alur,cerita,karakter, semua yangada di ff ini milik santhy agatha saya hanya meremake nya.. maafkan saya...

CRUSH IN RUSH

cast: kim jongin

oh sehun

others

genre: romance

rated: ?

warning! typo,tidak menurut EYD dll

prolog

sehun meletakkan peralatan kerjanya dan memutar kursinya ke arah jendela. dia merenung menatap pemandangan di bawah sana, dari kamar penthousenya yang terletak di lantai paling tinggi gedung itu. mobil-mobil dibawah hanyalah tampak bagaikan titik-titik berwarna-warni yang bergerak lalu lalang. pemandangan yg tidak menarik

sehun membunuh rokoknya di asbak dan mendengus, hidupnya sungguh membosankan. Dia memang bisa dikatakan pria yang sangat beruntung. Di usia yang kedua puluh lima sehun bisa dikatakan sudah mencapai puncak kehidupannya, sebagai seorang arsitek yang jenius dia tidak perlu mencari pendapatan, semua orang berlomba-lomba untuk menggunakan jasanya, bisa dikatakan dia hanya tinggal duduk dan uang datang kepadanya. Yah.. dah yang lain-lain kemudian mengikuti datang kepadanya karena dia punya uang.

sehun berdiri dari kursinya dan mengambil jacketnya, dia memutuskan akan keluar dan mencari secangkir kopi di kedai yang buka hingga tengah malam. Insomnia ini seolah-olah sudah menjadi sahabatnya, dan yang bisa dilakukannya hanyalah duduk merenung dalam kesendiriannya.

begitu turun dari lift di lantai paling bawah, sehun melangkahkan kakinya di lobby, penjaga pintu di depan tersenyum kepadanya, dia sudah biasa melihat sehun keluar tengah malam, berjalan kaki menuju cafe terdekat dan baru pulang hingga menjelang pagi.

dengan langkah tenang sambil menyulut kembali rokoknya untuk melawan udara dingin yang langsung menyergapnya sehun menuju ke cafe di ujung jalan yang selalu menjadi tempat favoritnya untuk merenung dan menyesap secangkir kopi yang harum dan lezat, dia memilih tempat duduk favoritnya, dipojok yang sedikit tersembunyi, membuatnya leluasa duduk dan berfikir sepanjang malam sambil menyesap kopinya.

seorang pelayan yang sudah sangat familiar dengan kedatangannya langsung mendekatinya dan menawarkan buku menu, meskipun dia sudah tau apa yg akan di pesan oleh sehun, secangkir espresso yang kental dan menguarkan aroma kopi yang tajam. sehun akan memesan setidaknya tiga cangkir sampai menjelang dia meninggalkan cafe itu ketika dini hari

lalu sehun melihat namja itu sedang membersihkan meja berminyak sisa pengunjung sebelumnya. sehun selama ini sering melihat namja itu mengambil shift malamnya sebagai pelayan cafe, sepertinya diakhusus di bagian bersih-bersih mengingat sebagian besar pekerjaannya adalah membersihkan segala sesuatu, piring kotor, meja, bahkan mengepel lantai. tanpa sadar sehun mengernyit, seberapa sulitkah hidup namja itu sampai dia mengerjakan pekerjaan berat macam ini di shift malam pula. sehun hampir tidak pernah merasakan hidup berkekurangan karena itulah dia tidak bisa memahami apa yang terpampang di depannya.

namja itu sangat manis, memiliki badan yang ramping bagaikan seorang yeoja dan kulit yang berwarna tan. jemarinya kelihatan rapuh untuk bekerja sekeras itu, dan tiba-tiba saja pikiran sehun berkelana ke masa lalunya kepada tubuh seseorang yang dulu pernah ada di pelukannya, yang sekarang sudah tidak bisa lagi digapainya. benaknya menggelap dalam kemuraman, bayangan masa lalu itu adalah satu-satunya hal yang ingin dilupakannya sekarang. perhatiannya teralih lagi ketika melihat namja itu membawa begitu banyak pring dan gelas dalam satu nampan, lengan kecilnya tampak rapuh, membuatnya sedikit oleng dan terhuyung-huyung. sehun berdecak tak senang menyadari bahwa pelayan lain tidak ada satupun yang bergerak untuk membantu namja itu, dengan jengkel dia berdiri dan dengan gerakan mulus dan tegas mengambil nampan itu dari namja manis itu.

"kau akan menjatuhkan dan memecahkan semua piring dan gelas ini kalau kau membawanya sekaligus seperti itu" sehun berucap dingin sambil menatap ke arah namja itu yang sedikit mendongak menatapnya sambil ternganga kaget.

seorang pelayan pria yang melihat kejadian itu langsung tergopoh-gopoh menghampiri dan melemparkan tatapan marah kepada namja tan itu, lalu mengambil nampan yang penuh itu dari tangan sehun dan meminta maaf.

"maafkan pelayan kami Tuan dia sudah merepotkan anda"

sehun melemparkan pandangan mencemooh kearah pelayan pria itu, dia lalu mengangkat bahunya dan tidak berkata apapun. sehun menatap namja manis itu yang kini sedang balik menatapnya dengan gugup.

"terima kasih" suara namja manis itu terdengar pelan dan takut-takut, seketika membangkitkan perasaan asing di benak sehun.

"tidak masalah" ucap sehun parau lalu membalikkan badan dan kembali ke kursinya. dia merasakan namja manis itu masih menatapnya sebelum kemudian terbirit-birit masuk kebagian belakang cafe.

sehun kembali duduk dan menyesap espressonya, merenung, malam ini terasa begitu panjang setelahnya.

jongin melepaskan tas ranselnya dan membanting tubuhnya di ranjang kecil itu dengan lelah. jam tujuh pagi dan dia baru sampai rumah setelah menyelesaikan sift malamnya di cafe tempatnya bekerja. hidup memang keras terhadanya, sebatang kara di dunia ini dia harus berjuang sendirian bahkan hanya untuk bisa makan setiap harinya.

jongin dibesarkan di panti asuhan selama tujuh belas tahun lamanya hingga kemudian ketika penjaga asrama panti, seorang pria tua yang mesum menyadari betapa manisnya dia di balik tubuhnya yang mulai tumbuh. jongin merasakan dorongan kuat untuk pergi dari panti itu sampai akhirnya sang penjaga panti berusaha berbuat tidak senonoh kepadanya dengan menjebaknya masuk ke ruang kerjanya yang sepi di siang hari. untunglah sebelum penjaga panti itu berbuat yang tidak-tidak kepadanya orang-orang datang, membuat penjaga panti itu melepaskannya sambil mengancamnya untuk tidak mengatakan kepada siapa-siapa karena kalau jongin berani mengadupun tidak ada yang akan percaya kepadanya. penjaga panti itu terkenal sangat baik dan sayang anak-anak, semua orang percaya dan menyukainya sedangkan jongin waktu itu hanyalah remaja tujuh belas tahun yang ketakutan, apalah dayanya.

sejak kejadian itu jongin selalu di dera rasa takut dan was-was dan kemudian dia memutuskan lebih baik dia meninggalkan panti itu. suatu malam dengan berbekal baju seadanya, ijazah smu dan sedikit uang tabungan dari kerja part timenya di kantin sekolah jongin melarikan diri dari panti itu dan tidak menoleh kebelakang lagi.

jongin berpikir bahwa hidup akan lebih bersahabat di luar panti untuknya tapi nyatanya tidak. jongin berjuang keras di awal-awal pelariannya, ternyata mencari pekerjaan tidak semudah itu. pada awalnya jongin di terima bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah cafe dengan gaji dua puluh ribu sehari. sisa uang tabungannya dipakai untuk menyewa kamar yang sangat kecil berukuran satu kali dua meter untuk tempatnya bernaung setiap malam.

tetapi pada akhirnya jongin menyadari bahwa dia tidak bisa hidup hanya dengan mengandalkan pekerjaannya sebagai tukang cuci piring, uang itu hanya cukup untuk makan sedangkan di akhir bulan jongin harus mempunyai uang untuk membayar uang sewa kamarnya ditambah dengan kebutuhan lain-lain yang harus dipikirkannya.

ijazah SMUnya ternyata tidak memberikannya keberuntungan karena banyak peminat pekerjaan dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan standar gaji yang sama yang menjadi saingannya dalam memperebutkan peluang pekerjaan. jadi jongin memcoba bertahan, siang dia bekerja menjadi tukang cuci piring dan malamnya dia bekerja lagi disebuah cafe 24 jam, menjadi tukang bersih-bersih . untunglah pada akhirnya cafe yang mempekerjakannya menaikkannya menjadi waitress dengan gaji yang lebih memadai. sehingga jongin tidak perlu bekerja dobel lagi. jongin melepaskan pekerjaannya sebagai tukang cuci piring dan mengambil pekerjaan sebagai waitressshif malam di cafe.

pekerjaan sebagai waitress shift malam cukup melelahkan karena tamu cafe kebanyakan datang di malam hari karena itulah dia pulang dalam keadaan yang remuk redam. tetapi walaupun begitu setidaknya dia tidak perlu melakukan pekerjaan dobel dan tidak perlu cemas memikirkan uang sewa kamarnya. jongin mendesah dan menatap langit² kamar sempitnya yang menguning. sekarang usianya delapan belas tahun dan selama itulah jongin menyadari bahwa dia tidak punya siapa-siapa.

adakah orang lain yang dilahirkan untuk sendirian seperti dirinya? jongin meringis pedih. kadang kala dia sering melihat keluarga yang datang untuk makan bersama di cafe tampak bahagia bersama, terikat satu sama lain. perasaan iri yang pedihpun akan langsung menyeruak di dadanya. membuatnya bertanya-tanya bagaimana rasanya bagaimana rasanya memiliki sebuah keluarga? dan kepedihannya akan makin dalam ketika dia menyadari bahwa dia tidak akan punya kesempatan untuk merasakannya. tidak sekarang tidak juga nanti.

dia bukan siapa-siapa, tidak ada ibu yang memeluknya dan memberikan nasehat-nasehat keibuan kepadanya, tidak ada ayah yang akan menjaganya sebagai anak tersayang, semua kebahagiaan itu milik orang lain bukan miliknya.

dengan pedih jongin bergelung diatas ranjang selerti posisi janin yang baru lahir, mencoba menenggelamkan pikiran-pikiran menyedihkan yang selalu mengganggunya.

setidaknya dia masih hidup, bernafas dan menghirup udara di pagi hari dengan tubuh dan jiwa yang sehat. itu adalah anugerah yang harus selalu disyukurinya. setelah menghela nafas panjang jongin mencoba tidur, melepaskan urat-uratnya yang pegal, mempersiapkan diri untuk masuk bekerja lagi malam nanti.

TBC