of love and other thing

Vocaloid © Yamaha

AU, OOC, and others.


Selama 22 tahun hidupnya, Rin tidak pernah mendengar suara yang seberisik ini. Toktoktoktoktoktok—begitu terus sampai Rin menatap warna cokelat kayu pintu apartemennya. Jarinya mengusap gagang pintu, tidak berniat untuk menekan gagang tersebut dan menghadapi orang yang ada dibalik kayu ini.

"Gila." Ia berbisik pelan. Rin tahu benar, bahwa Mikuo bukanlah orang yang tidak sopan untuk mengganggu jam tidur seorang gadis—tapi mengingat apa yang sudah terjadi sebelumnya, mungkin ini mendekati wajar.

"Rin, aku tahu kau di balik pintu ini," gadis berambut pirang itu menghela napas. Mikuo mengerti Rin dengan sangat baik. "Aku hanya ingin bicara—"

Klek.

Mikuo menghentikan tangannya tepat 5 cm di depan pintu. Ia mengerti kode dari Rin yang kira-kira berbunyi, 'berhenti mengganggu tetanggaku dan cepatlah masuk'. Tidak peduli perintah pertama tentang tetangga, Mikuo masuk untuk menjawab perintah kedua dari Rin.

Sedikit pencahayaan yang bisa didapat di dalam apartemen membuat Mikuo harus berkedip beberapa kali memastikan bahwa gadis pendek yang di depannya ini adalah Kagamine Rin. Mikuo maju selangkah, membuat si gadis mundur dua langkah—Rin ingin space.

"Apa maumu?" dingin dan menusuk—Mikuo sadar ia tidak akan pernah menang melawan nada bicara ini. "Katakan Mikuo, apa maumu?"

Sepatah kata lolos dari bibir tipis Mikuo. Jawaban yang paling dicintai dan dibenci oleh Rin di satu waktu yang sama. Entah karena si penjawab atau jawaban itu sendiri, Rin memutuskan tindakan paling bijak adalah mengusir Mikuo dari pandangannya. Tidak ingin meributkan perihal cinta atau benci yang menjadi pegangan atas tindakannya—walaupun sebagian dari dirinya yakin, tindakannya tersebut merupakan perwujudan antara cinta dan benci.

Begitu saja, dan Hatsune Mikuo sudah beberapa langkah di depan pintu kayu apartemen Rin. Ia jadi bingung sendiri, jika Tuhan membenci orang yang berbohong, mengapa Rin membenci fakta? Apa satu jawaban jujur tadi melukai Rin? Melukai apanya? Ia yakin, semua wanita ingin mendengar jawaban tadi (terlebih dari seorang Hatsune Mikuo). Jadi apanya yang salah?

Penasaran apa yang salah dari jawabannya, Mikuo mencoba untuk masuk. Ia tahu, Rin belum sempat mengunci pintunya, jadi ia dengan mudah masuk dan menghadapi wajah sembab Rin.

Rin menelan ludah sekaligus semua luka yang ia perlihatkan pada Mikuo. Ia menahan isakan lebih lanjut yang akan lolos dari bibirnya dengan berteriak marah pada pemuda tosca di depannya, "Mikuo, apa maumu?!"

"Rin—"

"Demi Tuhan, apa maumu?!" Rin melihat pergerakan Mikuo yang mendekat, "Jangan coba-coba Mikuo! Berhenti di tempatmu!"

Seakan Tuhan memberikan izin Mikuo untuk membantah perkataan Rin, gadis itu sudah aman di dalam dekapannya. Sedikit memberontak, tetapi Mikuo dapat pastikan bahwa Rin mendapat kehangatan yang sudah sepantasnya ia dapatkan.

"Aku mau kamu Rin," Mikuo berbisik—mengacuhkan isakan Rin yang konstan, "Aku mau kamu. Maafin aku tadi main gamenya kelamaan."

fin

p.s. eaa, ternyata other thing nya maen game kelamaan

p.s.s. ciee ini story comeback paling sampah sepanjang masa ciee

p.s.s.s. btw, unknown 60 itu mikuo kan ya? maafin ya kalo salah. ehe.