Holla I'm back... setelah lama vakum akhirnya bisa juga update chapter pendek ini. mudah-mudahan ini sebagai pembuka untuk chapter-chapter selanjutnya ya.. pendek sih, tai mudah-mudah membuat beberapa orang yang menunggu chater ini sedikit terobati.

terimakasih untuk dukungan yang udah diberikan oleh para reader tercinta. terharu... mudah-mudahan aza gak pada bsen ya nunggu fic ini..

selamat membaca


Tahukah kalian bahwa setiap keputusan yang kalian ambil akan membawa kalian pada peristiwa yang berbeda dan kadang tak pernah terduga? Hinata mengalaminya. Ketika dia memutuskan untuk melanjutkan hidupnya tanpa bayangan masa lalu. Dia malah di hadapkan pada kenyataan yang selama ini tersembunyi. Banyak rahasia yang terungkap mengenai kehidupannya. Sanggupkah dia menghadapi semua itu, atau malah dia akan menyerah?.

I presented

SUNSHINE

Disclaimer : Masasahi Kishimoto

Pair : Naruto, Gaara, Hinata

Ratting : M

Warning : AU, Typo (s) dan segala kekurangan lainnya

DON'T LIKE! DON'T READ!

Chapter 11

Hinata membuka matanya pelan, dan merasa pangling saat melihat ke sekelilingnya. Seingatnya, tadi dia tidur bersama suami dan putrinya di rumah yang baru mereka tempati beberapa hari yang lalu. Wanita itu mengecek sekali lagi keadaan sekelililngnya. Ini aneh, selain suasana kamar yang berbeda dia juga tak bisa menemukan keberadaan suami serta putrinya.

Penasaran, akhirnya Hinata memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur yang di lapisi sprei bermotif princess yang di tidurinya.

Sejak kapan seprei putih polosnya menjadi bermotif putri negri dongeng seperti ini?

Hinata menghampiri pintu kemudian membukanya, matanya langsung di suguhi oleh lorong yang cukup lengang dengan cahaya yang tak terlalu terang. Dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar tersebut, dan berbelok ke sebelah kiri menuju ruangan yang cahayanya terlihat lebih terang. Sebuah perapian yang sedang menyala berada di sudut ruangan itu, sepertinya dari sanalah cahaya yang membuat ruangan ini lebih terang.

Ada figura besar yang menempel di dinding di atas perapian, foto keluarga kelihatannya. Dia yang berdiri cukup jauh tak dapat melihat foto keluarga siapa yang terdapat dalam figura tersebut. Ingin melihat lebih jelas, Hinata memutuskan mendekat. Mungkin saja dengan begitu rasa penasarannya tentang dimana sekarang dirinya berada sedikit berkurang.

Ada 4 anggota keluarga yang berada dalam foto tersebut, sepertinya kedua orang tua beserta satu orang putri serta seorang bayi di dalam gendongan sang ibu, wajah mereka tidak terlalu jelas karena pencahyaan yang kurang. Hinata semakin menajamkan penglihatannya karena penasaran, dia merasa sedikit aneh. Kenapa wajah anak kecil dalam foto tersebut mirip dengan foto dirinya saat masih kecil dulu, dan wanita dalam foto itu pun memiliki ciri fisik yang hampir serupa dengan tubuh dewasanya. Dia juga menemukan fakta yang paling membingungkan dari semua hal yang terjadi saat ini saat melihat dengan jelas sosok pria dewasa yang berada dalam foto tersebut.

Kenapa dirinya berada dalam rumah keluarga Hyuga?

.

.

.

.

Hinata mengerjap saat mendengar suara pintu di geser.

"Hei ... maaf aku membangunkanmu" Suara Gaara langsung menyapanya saat wanita itu membuka mata.

Dia melihat ke arah suaminya yang sepertinya baru keluar dari kamar mandi lengkap dengan rambutnya yang meneteskan air, menandakan pria itu baru selesai mandi.

Berarti kejadian tadi hanyalah mimpi

Wanita muda itu mengubah posisinya menjadi duduk, saat Gaara menghampiri untuk memberikan satu kecupan di puncak kepalanya.

"Selamat pagi.." Sapa pria berambut merah itu sebelum mencuri satu ciuman di bibir Hinata.

"Hmm... pagi" balasnya setelah morning kiss yang di terimanya usai.

"Apa kegiatan kita hari ini?" Tanya Gaara kemudian

"Aku harus ke super market untuk membeli kebutuhan kita, Gaara-kun mau ikut?"

"Tentu saja! Aku tak ingin istriku ini di lirik oleh pria-pria jahil di luaran sana" Gaara tersenyum saat Guraunya menghadirkan semu merah di pipi sang istri.

"baiklah kalau begitu aku siap-siap dulu" Hinata mendorong tubuh Gaara, kemudian berlalu menuju kamar mandi.

.

.

.

.

Hinata mendorong troli belanjanya dengan sedikit malas, dia mengingat-ingat kira-kira apalagi barang yang harus di belinya. Sayang sekali Gaara dan Himawari tak bisa ikut mengantarnya belanja, padahal jika mereka pergi bersama pasti akan menyenangkan. Himawari di ajak pergi berlibur bersama Temari, kakak iparnya itu keukeuh ingin membawa Himawari. Hitung-hintung belajar mengurus anak perempuan katanya. Sementara Gaara, suaminya itu mendapat telepon tiba-tiba dari sekretaris pribadinya, mengabarkan bahwa klien mereka yang dijadwalkan datang besok, tiba lebih awal. Dan sisinilah dia belanja sendirian di sebuah supermarket di kota Konoha.

Hinata sedang memilah-milih buah ketika tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya,

"Nona..." seseorang memanggilnya dari belakang

Reflek Hinata berbalik menghadap orang tersebut, namun perbuatannya itu malah membuat jantungnya serasa akan copot. di sana berdiri Naruto yang terlihat kaget juga. Mereka berdua sama-sama terdiam dengan fikiran masing-masing. Saat tersadar dari kekagetannya, Hinata segera menyingkir dari hadapan pria itu. bahkan saking gugupnya, dia meninggalkan troli belanjaannya begitu saja.

Setelah dirinya cukup jauh pergi, Hinata mencoba menengok ke belakang. Dan dia bernafas lega ketika tak menemukan Naruto mengejarnya. Hinata sempat mendengar tadi Naruto memanggil-manggil dirinya dengan sebutan nona. Apa mungkin pria itu benar-benar sudah melupakan namanya? Entahlah saat ini dia tak sanggup berspekulasi apapun. Yang terpenting dia ingin menjauh dari tempat itu sesegera mungkin.

Dia melirik tangannya yang bergetar akibat kejadian tadi. bagaimanapun keras usahanya untuk bersikap sewajarnya terhadap masa lalu. Tetap saja wanita itu belum bisa merealisasikan tekadnya tersebut saat berhadapan langsung dengan objek yang berhubungan dengan masa lalunya tersebut. Hinata memutuskan untuk membasuh mukanya di toilet dan mungkin sedikit menunggu di sana. Mungkin saja dia bisa mengambil belanjaan yang tadi sempat di tinggalkannya. Tentu saja jika Naruto sudah tidak berada di sana lagi.

.

.

.

.

Naruto mengumpat kesal berkali-kali. Padahal dia sedang enak rebahan di atas tempat tidurnya yang empuk. Tapi sang istri memintanya untuk menemani belanja. Namun sebagai bentuk tanggung jawab, mau tak mau dia tak bisa menolak.

Pria bersurai kuning itu berjalan ogah-ogahan ke counter buah-buahan. Shion memintanya untuk mengambil beberapa jenis buah-buahan untuk melengkapi belanja bulanan mereka. istrinya sendiri sedang berada di counter perlengkapan kamar mandi. Awalnya Naruto menolak, tapi karena alasan penghematan waktu, dia pergi juga. Lagi pula jika belanjanya cepat selesai, dia juga bisa melanjutkan acara santainya yang tadi tertunda.

Naruto berhenti sejenak di belakang seorang wanita yang sepertinya sedang serius memilah-milih buah, sampai wanita itu tidak sadar bahwa ada orang di belakangnya. Sepertinya dia mengenal sosok ini, namun entah di mana. Penaasran, akhirnya Naruto menyapa dan menepuk pelan bahu wanita tersebut. saat wanita itu menoleh, Naruto terdiam kaget. Wanita dihadapannya adalah obejk yang beberapa hari ini membuatnya penasaran sejak dia melihatnya di pesta pernikahan Lee.

Belum sempat Naruto mengucapkan sepatah kata, wanita tadi langsung berlari menghindarinya.

"Nona... tunggu!" baru saja Naruto hendak menyusul, untuk menuntasakan rasa penasaran tentang kemiripan wanita itu dengan objek wanita yang berada dalam mimpinya. Dia mendengar Shion mengumpat.

"Siapa sih yang menaruh troli belanja di tengah jalan seperti ini"

Naruto berbalilk dan melihat Shion berjalan ke arahnya dengan mendorong troli belanjaannya.

"Apa kau sudah selesai Naruto-kun?" Shion berhenti di hadapannya "Ya ampun kau belum memilih buah apapun?" Lanjutnya yang hanya di balas dengan cengiran dan gelengan dari pria bersurai blonde tersebut.

Sepertinya belum saatnya Naruto tahu misteri dari semua mimpi absurb dan wanita misterius tadi. Tapi di fikir-fikir dia semakin yakin jika ada sesuatu di balik semua ini. Jika tidak untuk apa wanita tadi cepat-cepat menghindarinya sampai melupakan troli belanjaannya dibelakang. Namun dia juga tak menemukan memori apapun di otaknya selain kemiripan wanita dalam mimpinya dengan wanita yang di lihatnya tadi.


Chapternya cuma sepanjang 1k, tapi mudah-mudahan tak mengecewakan. do'ain biar penulis bisa segera publish lagi. itupun klo masih ada yang kangen...

sampai jumpa di chapter selanjutnya..