Disclaimer © Fujimaki Tadatoshi

WARNING: OOC, AU, Typo, Fem!Kagami, OC(s)

.

.

.

"Kagami-senpai!"

"Taiga!"

Kagami memejamkan kedua matanya tapi dia masih bisa mendengar teriakan Suzuki dan Aomine saat dia jatuh. Kagami akan menerima lantai keras yang akan dihantamnya ketika dia jatuh tapi dia tidak merasakan sakit malah ada dua tangan yang mengelilingi tubuhnya untuk mencegahnya tertarik gaya gravitasi dan menabrak lantai. Kagami membuka matanya dan melihat mata hijau dengan kacamata menunduk untuk menatapnya. Kagami langsung merasakan wajahnya memerah dan jantungnya berdetak kencang. Midorima menangkapnya saat dia jatuh dan membuatnya aman di lengannya, Kagami tidak tahu harus senang atau malu dengan situasinya sekarang.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Midorima dan menurunkan Kagami dari gendongannya.

"Y-ya," kata Kagami dengan wajah semerah rambutnya. "Makasih Midorima."

Midorima mengangguk dan membenarkan kacamatanya sebelum kembali ke pekerjaannya lagi.

"Kagami-senpai, Senpai nggak papa?" tanya Suzuki dengan wajah yang masih khawatir.

"Huh? Oh ya gue nggak papa," jawab Kagami yang sebelumnya masih melihat punggung Midorima.

"Senpai, biar aku aja yang masang bannernya." kata Suzuki dan mulai memanjat tangga untuk menyelesaikan memasang banner yang sebelumnya dipasang Kagami.

"Oke hati-hati." balas Kagami dan membantu memegang tangga yang dipanjat Suzuki.

"Apakah sudah pas?"

"Ya," jawab Kagami dan memegang lagi tangganya saat Suzuki akan turun. "Makasih Suzuki."

"Sama-sama, Senpai." balas Suzuki ketika dia sudah turun dan tersenyum ke Kagami.

Kagami menghampiri Aomine ketika Suzuki dipanggil lagi oleh salah satu anggota OSIS yang memanggilnya tadi.

"Lu nggak papa?"

Kagami mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Aomine. "Lu telat nanyanya."

"Gue mau kesana tapi lu udah punya dua ksatria yang udah nolongin lu disana tadi," balas Aomine.

"Apa maksud lu?" tanya Kagami yang tersenyum sendiri ketika mengingat Midorima tadi menangkapnya agar dia tidak jatuh. Kagami memandang di mana Midorima berada yang sedang berbicara dengan salah satu anggota OSIS dan merasakan wajahnya memerah. Kagami lalu membuang mukanya ketika Midorima menengokkan kepalanya dan bertemu pandang dengannya.

"Baka, ayo pulang." kata Aomine dan menusuk-nusuk pipi kemerahan Kagami dengan jari telunjuknya.

Kagami melihat jam tangannya dan melihat sekarang memang sudah sore. "Oke, gue mau pamit ke Midorima dulu."

"Gue tunggu di luar."

.

"Makan pesanan lu sendiri!" Kagami lagi-lagi menampik tangan Aomine yang akan mengambil kentang gorengnya. Mereka memutuskan untuk mampir ke restoran cepat saji untuk makan sebelum pulang.

"Pelit lu,"

"Emang siapa yang bayarin makanan lu?"

"Apa? Gue bayar sendiri," sanggah Aomine lalu kembali makan burger keduanya.

Kagami memicingkan matanya. "Make duit gue."

"Duit lu yang udah gue pinjem, jadi secara teknis itu udah jadi duit gue jadi gue bayar sendiri."

"Terserah lu." balas Kagami dan menendang kaki Aomine di bawah meja.

"Emang ulang taun sekolah kapan?" tanya Aomine.

"Entar tanggal dua puluh, emang lu nggak ingat? Taun lalu kan juga diadain." jawab Kagami dan membuka bungkus burger ketiganya.

"Taiga," Aomine kembali mencari kesempatan untuk mencuri kentang goreng Kagami. "Apa yang gue makan malam kemaren aja gue nggak ingat, apalagi kejadian taun lalu."

"Lu aho sih." balas Kagami lalu segera melindungi kentang gorengnya dari tangan Aomine.

"Terus, lu mau datang sama siapa?" tanya Aomine lagi.

"Apa maksud lu? Sama lu lah." jawab Kagami.

"Gue nggak mau keliatan sama lu," balas Aomine dan Kagami menendangnya lagi. "Emangnya entar nggak ada pesta yang buat dansa-dansa gitu kayak taun kemaren?"

"Ya,"

Aomine rasanya ingin menggeplak Kagami yang tidak segera mengerti maksudnya. "Terus lu mau sama siapa?"

"Sama lu lah," jawab Kagami.

"Nggak, gue mau nyari cewek lain." tolak Aomine mentah-mentah.

"Siapa?"

"Nggak tau, pokoknya sama cewek lain." jawab Aomine. "Kenapa lu nggak ngajak Midorima aja atau adik kelas yang hobinya manggilin lu Kagami-senpai Kagami-senpai itu, keliatannya dia suka sama lu."

Kagami merona merah mendengar perkataan Aomine. "Apa yang lu bicarakan?! Nggak mungkin Suzuki suka sama gue."

"Mungkin aja." balas Aomine enteng.

.

.

.

Akhirnya hari festival untuk ulang tahun sekolah dimulai dengan murid-murid yang membuat kelas-kelas mereka menjadi lebih menarik untuk memperingati ulang tahun sekolah. Kelas Kagami dan Aomine memutuskan untuk menjadikan kelas mereka menjadi rumah hantu untuk menarik murid-murid lain ke kelas mereka.

"Ketua, gue jaga stan depan buat tiket aja ya," kata Kagami ke ketua kelasnya. Dia sebenarnya agak tidak suka dengan hal-hal berbau supernatural seperti ini, bukannya Kagami takut tapi… yah dia memang takut sih. Tapi saat pemilihan tema apa yang akan diusung kelasnya untuk festival Kagami memilih rumah hantu. Lebih baik itu daripada pilihan yang satunya lagi yaitu maid butler café karena di pilihan maid butler café, Kagami harus memakai pakaian maid unyu yang sampai seratus tahun tidak mungkin akan Kagami pakai. Jadi dia lebih memilih rumah hantu daripada harus menghadapi Aomine yang pasti akan menggodanya kalau dia sampai memakai pakaian seperti itu. Dan untungnya pilihan rumah hantu yang mendapat vote terbanyak meskipun dengan selisih yang sedikit. Meskipun sekarang dia masih harus cosplay sebagai manusia serigala lengkap dengan telinga serigala yang bertengger di kepalanya dan juga ekor palsu di pantatnya. Tapi itu lebih baik daripada harus memakai pakaian dengan renda-renda dan harus menghadapi orang-orang yang pasti akan meminta berfoto bersama atau meminta fotonya.

"Kenapa nggak ikut di dalam? Kostum lu udah pas buat nakut-nakutin pengunjung." kata ketua kelasnya yang kelihatannya sedang menjadi penyihir.

Yah, masalahnya entar gue yang bakal takut. kata Kagami di dalam hati tapi dia tetap tersenyum dan mencoba mencari alasan. "Umm itu… mungkin stan tiketnya masih butuh bantuan? Gue lihat tadi di dalam anak-anak udah cukup buat nakut-nakutin."

"Oke, lagian stan tiket cuman ada Aomine jadi lu bisa bantu di sana." kata ketua kelasnya lalu kembali masuk ke dalam untuk memimpin anak buahnya.

Kagami mengangguk, tentu saja Aomine sudah menyimpan tempat agar dia tidak harus masuk ke rumah hantu kelas mereka. Kagami tahu kalau teman sejak bayinya itu juga takut tentang hantu-hantuan seperti itu meskipun dia pasti akan menyangkalnya kalau ditanya. Kagami menuju depan kelas dan melihat Aomine duduk di stan tiket kelas mereka dan bukannya melakukan tugasnya memberi tiket masuk untuk pengunjung dan mencatat nama-nama mereka, dia malah bermain-main dengan smartphonenya.

"Lu jadi apaan sih?" tanya Kagami setelah menghampiri Aomine dan duduk di sampingnya.

Aomine mendongak dari smartphonenya untuk melihat Kagami. "Vampir."

Kagami mengamati Aomine lagi, oh jadi untuk menjadi vampir dia cukup memakai seragam sekolahnya plus jas sekolahnya tanpa apapun lagi. Dasar nggak modal. "Lu tau Aho, vampir biasanya kaya dan punya uang banyak jadi nggak mungkin vampir cuman pake seragam sekolah. Lebih baik lu jadi hantu sekolah ini yang katanya nungguin toilet cowok itu."

Aomine memicingkan matanya lalu mengamati Kagami. "Emang lu jadi apaan?"

"Werewolf."

"Ngapain lu jadi manusia serigala kalo lu takut anjing?" tanya Aomine. "Lu lebih pantas jadi manusia harimau atau manusia badak."

"Ahomine!" Kagami lalu memukul lengan Aomine. "G-gue nggak takut anjing."

"Lalu kenapa lu manjat-manjat ke gue kemaren waktu ada anak anjing yang lari ke arah lu?" tanya Aomine dan menyeringai ke Kagami.

Kagami merona merah mendengar pertanyaan Aomine. "G-gue nggak pernah kayak gitu!"

"Oh ya, coba gue nyari anjing sekarang dan lu coba memegangnya." tantang Aomine.

"Oke, tapi lu harus masuk ke rumah hantu kelas sekarang." kata Kagami balik menantang Aomine.

"K-kenapa gue harus masuk ke sana?" tanya Aomine gugup.

"Kalo gue harus megang anjing jadi lu juga harus masuk ke rumah hantu." jawab Kagami lalu ganti menyeringai ke Aomine. "Kenapa? Lu takut?"

"S-siapa yang takut! Gue nggak kayak lu yang kayak anak TK takut di rumah sendirian."

"Gue juga nggak takut!"

"Ayo masuk bareng kalo begitu!"

"Siapa takut!"

"Hey lu, jagain stan tiket." kata Aomine ke salah satu teman sekelasnya yang lewat.

Akhirnya mereka berdua masuk ke rumah hantu buatan teman sekelas mereka dengan mental yang dipaksa berani. Mereka masuk berdampingan ke kelas mereka yang sudah dirubah menjadi seperti rumah hantu dengan pencahayaan yang minim dan dekorasi-dekorasi seram. Kagami melirik Aomine di sampingnya yang meskipun gelap dia bisa melihat wajahnya berkeringat yang Kagami yakin keadaannya juga sama buruknya dengan Aomine.

"Kalo takut bilang aja, lu bisa keluar sekarang sebelum kita masuk terlalu dalam." kata Kagami mencoba membuat suaranya tidak terdengar bergetar karena takut.

"Lu kalo takut bilang aja." balas Aomine.

"Gue nggak takut."

"Cepet lanjut kalo begitu!"

"Hmph!" kata Kagami lalu berjalan mendahului Aomine.

Sekarang karena masih di tahap awal, maka para setan dan dedemit yang dipersiapkan belum muncul dan hanya suasana gelap dengan lampu yang nyala-padam. Kagami merasakan jantungnya berdetak kencang ketika memasuki belokan dan mulai terdengar musik-musik horor dan benda-benda yang bergerak-gerak sendiri.

"Ahh!" Kagami berteriak kaget ketika tiba-tiba dia merasakan cengkeraman di pundaknya dan menengok ke belakang dan melihat ternyata tangan Aomine yang mencengkeramnya.

"Aho, lu ngapain?!" tanya Kagami dan menghela napas lega.

"Sini gue pegangin biar lu nggak hilang." kata Aomine dan menarik Kagami ke belakang untuk lebih dekat ke tubuhnya.

"Lepasin!" kata Kagami dan melepaskan diri dari Aomine. "Gimana gue bisa hilang kalo sebentar lagi udah—Aaaaaahhhh!"

Kagami berteriak ketika tiba-tiba ada perempuan dengan pakaian putih kotor dan rambut hitam panjang menutupi wajahnya dan keluar dari sumur buatan di depannya. Aomine ikut berteriak dan menarik tangan Kagami untuk mengajaknya berlari.

"A-apakah setannya udah hilang?" tanya Aomine yang terengah-engah dan membungkuk dengan meletakkan kedua tangannya di lututnya.

"K-keliatannya udah." jawab Kagami yang juga terengah-engah di samping Aomine.

"Ayo keluar."

Kagami mengangguk dan akan keluar bersama Aomine ketika tiba-tiba pintu toilet buatan di samping mereka menjeblak terbuka yang membuat mereka berdua kaget dan segera berlari lagi. Tapi karena suatu hal, Aomine menyandung salah satu properti untuk dekorasi dan menabrak Kagami.

"Aduh!" kata Aomine meskipun Kagami yang ditabraknya dan harus menabrak tembok di belakangnya. Aomine mendongakkan kepalanya ketika Kagami tidak meneriakinya atau memukulnya karena menabraknya tapi Kagami hanya diam dengan wajah yang memerah.

"A-a-a-a-a-apa yang lu lakuin?!" tanya Kagami dengan suara bernada tinggi.

"Huh?" tanya Aomine balik dan memandang Kagami bingung tapi dia akhirnya menyadari di mana tangannya berada. Aomine memandang wajah Kagami yang semerah rambutnya lalu menunduk melihat tangannya yang tidak sengaja berada di daerah dada Kagami. "T-Taiga, gue nggak sengaja—"

"Mesum!" tanpa menunggu penjelasan Aomine, Kagami langsung menendang Aomine sampai menabrak Hanako-san palsu dan membuat toilet buatannya rusak. Kagami langsung menghentakkan kaki dan keluar meninggalkan Aomine dengan hantu-hantu palsu.

"Oi Taiga, suer gue nggak sengaja," kata Aomine sambil meletakkan jari kelingkingnya di telinga setelah berhasil mengejar Kagami keluar. "Ngapain juga gue megang oppai lu…"

Kagami masih cemberut dan tidak menghiraukan Aomine. Dia masih jengkel dengan perbuatannya Aho dan berjalan tidak melihat-lihat jalan sampai membuatnya menabrak seseorang.

"Sorry…"

"Taiga,"

Kagami mendongak dan melihat Himuro menatapnya balik. "Tatsuya,"

"Kamu nggak papa?"

Kagami akan menjawab kalau dia tidak apa-apa tapi matanya melirik Aomine yang masih mengoceh dan membuatnya tersenyum di dalam hati. Kagami langsung menjatuhkan tubuhnya ke Himuro dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Himuro.

"Taiga, kamu kenapa?" tanya Himuro dengan suara yang khawatir.

"Hiks… Tatsuya… Daiki hiks…" Kagami mengeratkan pelukannya ke Himuro dan mengeluarkan tangisan buaya.

"Kenapa? Apa yang sudah dia lakukan padamu?"

Kagami mendongakkan kepalanya dan membisiki sesuatu ke telinga Himuro lalu pura-pura menangis lagi dan memeluk Himuro.

"Bentar Taiga," Himuro lalu melepaskan pelukan Kagami sebelum menghampiri Aomine dan membuangnya ke angkasa tinggi.

Kagami akan tertawa tapi ditahannya ketika Himuro menghampirinya lagi. "Kamu nggak papa?"

Kagami mengangguk dan pura-pura menyeka matanya.

"Kamu mau ke kelasku? Kelasku membuat café dan aku yang menjadi chefnya. Gratis khusus untukmu." kata Himuro mencoba menghibur Kagami.

"Oke." balas Kagami tersenyum dan menggandeng lengan Himuro. Kagami lalu menengokkan kepalanya ke belakang dan menjulurkan lidahnya ke Aomine yang masih hampir sekarat.

.

.

.

"Oh… Mama masih ingat pesta dansa pertama Mama waktu SMA, waktu itu Mama pergi bareng kakak kelas Mama yang adalah kapten football sekolah dan setelah itu—"

"Uhm Mam, Mama udah cerita cerita itu milyaran kali."

"Oh oke maaf." balas mamanya lalu mengoleskan lipstik ke bibir Kagami terakhir kali lalu melihat wajah putrinya dan tersenyum puas. "Udah selesai."

Kagami lalu berdiri dan mengamati dirinya di cermin. Dia memakai dress yang dulunya adalah punya mamanya dan rambut merahnya dicepol di belakang kepalanya. Kagami tersenyum, dia kelihatan lumayan.

"Kamu akan datang sama siapa? Daiki-kun? Tatsuya? Atau ketua OSIS tinggi yang datang tempo hari kesini itu? Siapa namanya? Midorima-kun?" mamanya bertanya dengan semangat.

"Daiki." jawab Kagami pendek.

"Oh, jadi kapan kamu jadian dengan Daiki-kun?" tanya mamanya masih dengan semangat.

"Mam, aku cuma berangkat bareng Daiki." jawab Kagami sebelum mamanya merecokinya tentang pacaran.

Ketika Kagami akan mengambil smartphonenya untuk menghubungi Aomine untuk segera mengajaknya berangkat, pintunya sudah terbuka dan papanya masuk ke kamarnya. "Taiga, kamu dicari Daiki."

"Oke." Kagami mengangguk.

"Papa tidak pernah melihatmu berdandan seperti ini," kata papanya dan menghampiri Kagami. "Ciee yang mau pacaran…"

"Papa, aku nggak mau pacaran," bantah Kagami dengan muka yang memerah. "Ini untuk acara sekolah."

"Iya Papa, Taiga pacarannya nanti kalo udah sampai sekolah." tambah mamanya.

"Mama!" kata Kagami. "Udahlah aku mau berangkat."

"Hati-hati, Sayang."

"Bye." kata Kagami lalu keluar untuk menemui Aomine. Dia harus berjalan sangat hati-hati karena memakai heels mamanya. Ini sudah lumayan karena sebelumnya Kagami tidak bisa berjalan lima langkah tanpa jatuh dahulu.

"Hai," kata Kagami pelan setelah menghampiri Aomine yang memakai setelan jas yang membuatnya kelihatan lebih tampan seperti biasanya. Yang tidak akan Kagami memberitahunya keras-keras.

"Siapa lu?" Aomine bertanya dan melihat Kagami ke atas ke bawah.

"Jangan becanda! Ayo berangkat," Kagami membalas dan berjalan mendahului Aomine untuk menuju mobilnya.

"Lu keliatan bagus juga Baka." kata Aomine setelah dia mengejar Kagami.

"Bilang aja kalo gue cakep." balas Kagami dan menggandeng lengan Aomine agar dia bisa berjalan berdampingan dengan Aomine dan tidak jatuh karena heelsnya.

"Lu dan cakep nggak pantes dijadiin satu kalimat." Aomine menjawab dan membuat tangan Kagami untuk lebih erat memegang lengannya.

"Kalo gue nggak pake nih sepatu jahanam, udah gue tendang lu ke langit." balas Kagami.

Aomine tersenyum dan menabrakkan pundaknya ke Kagami. "Ayo berangkat, gue udah nggak sabar liat cewek-cewek cantik sekolahan yang bakal pake baju-baju minim jadi oppainya keliatan."

"Pervert." kata Kagami lalu memasuki mobil Aomine untuk berangkat.

.

"Tai-chan!"

"Oh!" Kagami mundur sedikit ketika tiba-tiba Momoi langsung memeluknya ketika dia sudah sampai di aula sekolah yang sudah didekorasi oleh OSIS (termasuk dirinya) dengan ciamik. "Hai Satsuki-chan."

"Kamu cantik sekali malam ini~" puji Momoi yang membuat Kagami merona merah.

"Kamu juga." Momoi memang kelihatan sangat cantik dan elegan malam ini (sama seperti hari-hari biasa yang selalu terlihat cantik) dengan dress berwarna biru muda yang sangat pantas untuk dikenakannya.

"Hmph dasar cewek," kata Aomine yang berdiri di sebelah mereka.

Momoi lalu berganti memandang Aomine. "Dai-chan kamu… biasa aja."

"Hey!" seru Aomine dan Kagami tertawa terbahak-bahak.

"Udah sana pergi Dai-chan, jangan ganggu," kata Momoi dan mendorong Aomine untuk menjauh. Dia lalu berfokus ke Kagami lagi ketika Aomine sudah pergi dengan menggerutu. "Jadi, jangan bilang kamu beneran pergi sama Dai-chan?"

"Ap—tentu saja tidak!" bantah Kagami.

"Jadi sama siapa?"

Kagami menjadi mengalihkan pandangannya ke lantai. "N-nggak sama siapa-siapa."

"Tai-chan…" kata Momoi dan memegang tangan Kagami. "Kamu tau kan nanti bakal ada acara dansa pasangan, kamu akan sama siapa?"

Kagami mengangkat bahu.

Momoi menghela napas. "Denger-denger Midorin belum punya pasangan loh, mungkin kamu bisa mengajaknya."

"Benarkah?" Kagami bertanya dengan berbinar-binar. Dia sebenarnya sudah mencoba untuk mengajak Midorima menjadi pasangannya di acara ini tapi setiap kali dia sudah berduaan dengan Midorima, nyali Kagami langsung menjadi ciut dan dia langsung kabur.

"Ya, aku bahkan menanyakannya sendiri waktu latihan. Katanya pikirannya sudah penuh dengan acara ini jadi dia tidak punya waktu untuk mencari pasangan." cerita Momoi.

"Tapi… nggak tau deh," Kagami tiba-tiba menjadi ragu lagi.

"Tai-chan, dengar—"

"Momoi-san,"

Ketika Momoi akan meyakinkan Kagami untuk mengajak Midorima, temannya sudah memanggilnya dan membuatnya menghentikan perkataannya. "Oke aku harus pergi dulu. Pokoknya ajak Midorin!" katanya lalu pergi bersama temannya.

Ketika Kagami akan melakukan saran Momoi, Aomine sudah kembali menemuinya lagi. Dia lalu segera menarik Kagami dan mengajaknya ke pinggir dekat pintu masuk.

"Aduh, apa sih Aho?"

"Lu liat cewek rambut merah di sana?" kata Aomine sambil menunjuk cewek berambut merah yang sedang berbincang dengan teman-temannya.

"Kenapa?"

"Coba tanyain dia udah punya pasangan belum? Kalo belum, katakan kalo gue akan ngajak dia."

"Kenapa harus gue yang ngajak dia? Kenapa nggak lu sendiri yang ngajak?" Kagami balas bertanya.

"Gue nggak nyuruh buat ngajak dia, gue nyuruh lu nanya dia udah punya pasangan atau belum." balas Aomine.

"Nggak mau."

"Oke, kalo lu mau pulang sendirian nanti."

"Tsk, Aho." Kagami akhirnya terpaksa menuruti permintaan Aomine dan menghampiri gerombolan cewek yang bahkan tidak dikenalnya. Kagami menoleh ke Aomine yang langsung menyuruhnya pergi dengan lambaian tangannya. Kagami menggerutu tapi kembali mengarahkan wajahnya ke depan.

"Hai," sapa Kagami.

Gerombolan cewek-cewek itu menolehkan kepala mereka ketika mendengar sapaan Kagami. "Ya?"

"Um… gue—"

"Kagami Taiga-san, 'kan? Ada apa?" tanya si cewek berambut merah incaran Aomine.

"Oh lu udah tau gue, oke. Ehem, lu tau cowok di sana?" Kagami menunjuk Aomine yang masih berdiri di tempatnya tadi.

"Aomine-kun? Kenapa?"

Kagami mengerutkan kening, si Aho populer juga sama cewek-cewek sekolah ini. "Iya, dia mau tau lu udah punya pasangan belum buat dansa nanti?"

Cewek itu membelalakkan matanya lalu terkikik-kikik ke teman-temannya. "Kenapa Aomine-kun pengen tau aku sudah punya pasangan atau belum?"

"Yah… dia mungkin mau ngajak lu."

Cewek itu terkikik-kikik lagi yang membuat Kagami sakit kepala sedikit. Kalau bukan Aho yang minta, dia tidak akan pernah mau melakukan hal ini.

"Aku belum punya pasangan." jawabnya akhirnya setelah selesai tertawa-tawa dengan temannya.

"Oke cool, gue akan ngasih tau Daiki." kata Kagami lalu kembali menghampiri Aomine.

"Gimana?" tanya Aomine setelah Kagami kembali.

"Dia belum punya pasangan jadi lu bisa ngajak dia." Kagami menjawab.

"Sip." Aomine lalu akan menghampiri gebetannya tapi kembali lagi. "Eh tunggu, siapa namanya?"

"Nggak tau," jawab Kagami.

"Kenapa lu nggak tanya?"

"Masalah lu," kata Kagami dan menendang Aomine. "Udah sana pergi!"

"Baka." Aomine lalu segera pergi dengan terpincang-pincang sedikit.

Kagami menghela napas lalu berjalan ke meja minuman untuk mengambil jus. Dia lalu akan duduk di situ ketika matanya melihat Midorima duduk sendirian tidak jauh dari tempatnya berdiri. Kagami lalu mengembalikan gelas jusnya ke tempat semula dan menghampiri Midorima.

"Hai,"

Midorima mendongak dari kertas yang sedang dibacanya ketika mendengar Kagami. "Hai,"

"Lagi ngapain?" Kagami bertanya dan duduk di sebelah Midorima.

"Membaca lagi pidato pembukaan untuk nanti." jawab Midorima.

"Oh, apa aku menganggu?"

"Nggak," jawab Midorima lalu menyimpan pidatonya. "Ada apa?"

"Nggak," Kagami menjawab sambil tersenyum. "Aulanya keliatan beda banget, kamu udah bekerja keras."

"Semuanya bekerja keras," kata Midorima. "Kamu juga sering pulang malam kemarin-kemarin."

"Yah…" balas Kagami. Dia lalu memandang Midorima dengan wajah memerah. "Kamu… kamu s-sudah punya pasangan nanti?"

"Untuk dansa? Belum."

"K-kalo gitu k-kamu mau dansa denganku nanti?" tanya Kagami deg-degan.

Midorima menatap Kagami sebelum membenarkan letak kacamatanya. "Aku nggak bisa dansa."

"A-aku juga," balas Kagami. "Tapi apa kamu tidak ingin?"

Midorima mengamati Kagami sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah."

"Baiklah? Oke!" Kagami berseru gembira sebelum menyadari perbuatannya. "S-sorry."

"Acaranya akan dimulai, aku akan bersiap untuk membuka acaranya." kata Midorima lalu berdiri dan meninggalkan Kagami.

"Oke, aku tunggu di sini." balas Kagami tersenyum dengan gembira.

.

Akhirnya setelah acara-acara yang direncanakan yang lain, acara untuk dansa pasangan berlangsung. Kagami masih duduk di tempatnya semula menunggu Midorima yang masih mengurusi acara malam ini. Kagami melihat pasangan yang lain sudah mulai memenuhi lantai dansa dan musik slow sudah diputar untuk menemani dansa. Ketika Kagami melihat hanya dia sendiri yang masih duduk-duduk manis dan akan mencari Midorima, Midorima sudah menghampirinya dulu.

"Kagami,"

"Ah, aku baru saja akan mencarimu." kata Kagami agak kaget ketika tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Kamu siap?" Midorima mengulurkan tangannya ke Kagami.

"I-iya." Kagami lalu menyambut uluran tangan Midorima dan menggenggamnya erat.

Mereka lalu berjalan ke lantai dansa dengan pasangan yang lain. Midorima langsung melingkarkan tangannya yang bebas ke pinggang Kagami.

"Aku pikir kamu sudah pasangan sama Aomine." kata Midorima, menunduk untuk menatap Kagami.

"Oh nggak, aku sama Daiki cuma berangkat bareng. Dia udah punya pasangan sendiri." jawab Kagami dan memeluk lengan Midorima, mencoba mengikuti gerakan Midorima dan mencoba tidak menginjak kakinya Midorima atau tersandung kakinya sendiri.

"Oh," balas Midorima. "Kalian keliatan dekat sekali, aku pikir Aomine adalah pacarmu."

"Bukan, kami hanya teman." jawab Kagami dan akan akan bergerak ke kiri tapi Midorima malah bergerak sebaliknya sampai membuatnya menginjak kaki Midorima dengan sepatu haknya. "Oh maaf maaf."

"Nggak papa," jawab Midorima sambil mengernyit sedikit.

"K-kalo kamu gimana? Apa kamu punya orang yang disukai?" Kagami bertanya setelah mereka kembali mencoba untuk berdansa lagi.

"Hm? Nggak ada," jawab Midorima.

"Nggak ada satupun?"

Midorima menjawab dengan menggeleng. Kagami mengangguk dan menunduk. Mungkin tidak apa kalau dia hanya berteman dengan Midorima, tidak masalah kalau mereka hanya teman, teman juga bisa menjadi dekat. Seperti dia dengan Aomine selama ini, tapi dia ingin lebih dari teman dan sesuatu yang lebih spesial. Tapi… ya sudahlah.

"Kagami,"

Kagami mendongak menatap ketika Midorima memanggilnya. "Apa?"

"Uh… kamu mau istirahat sebentar?"

"Hah? Kenapa?" Kagami bertanya bingung tapi menyadari di mana kakinya berada. "Oh maaf Midorima."

"Nggak papa." kata Midorima lalu berjalan pelan-pelan untuk duduk.

"Kamu beneran nggak papa?" tanya Kagami khawatir dan mengikuti Midorima. Ternyata daritadi sejak dia berpikir, dia secara tidak sadar sudah menginjak-injak kaki Midorima dengan sepatunya.

"Ya." jawab Midorima dan membungkuk untuk memijat-mijat kakinya.

"Maaf Midorima, aku beneran nggak sengaja," Kagami meminta maaf lagi dan membungkuk di depan Midorima untuk melihat kakinya. "Mungkin kamu harus ke UKS."

"Aku nggak papa Kagami," kata Midorima.

"Ayo aku anterin." Kagami lalu menggandeng tangan Midorima untuk mengantarkannya ke UKS. Midorima yang sebelumnya merasa tidak apa-apa akhirnya menuruti Kagami untuk UKS.

.

Kagami kembali duduk sendirian setelah mengantar Midorima ke UKS dan hanya melihat pasangan-pasangan yang lain. Sebenarnya dia mau menemani Midorima di UKS tapi dia menyuruhnya kembali. Satu-satunya kesempatannya untuk berdansa dengan Midorima dan dia malah mengacaukannya. What an idiot.

"Hey,"

Kagami menoleh ketika mendengar Aomine duduk di sebelahnya. "Kenapa lu di sini?"

"Bosen." jawab Aomine.

"Emang cewek lu kemana?" tanya Kagami heran.

"Nggak tau, katanya mau ke kamar mandi daritadi nggak balik-balik." Aomine menjawab dan mengambil jus yang Kagami pegang dan meminumnya.

"Ngambil sendiri kenapa," omel Kagami.

"Lu daritadi ngejomblo di sini?" tanya Aomine.

"Nggak, gue tadi sama Midorima."

"Trus?"

"Midorima di UKS sekarang."

"Kenapa?"

Kagami memelototi Aomine dengan wajah memerah. "G-gue nggak sengaja nginjak kakinya waktu dansa tadi."

Aomine hampir menyemburkan jus yang diminumnya ketika mendengar jawaban Kagami dan tertawa terbahak-bahak.

"Jangan ketawa!" sentak Kagami dan memukul lengan Aomine.

"Kaki lu gajah sih." Aomine masih tertawa.

"Diam!" Kagami cemberut dan memalingkan mukanya.

"Hey," kata Aomine akhirnya setelah dia berhenti tertawa dan mencolek Kagami.

Kagami masih tetap tidak menatapnya.

"Hey, lu mau dansa?"

Kagami akhirnya menoleh. "Sama lu?"

"Ya."

Kagami mempertimbangakan sebentar, yah… daripada hanya duduk-duduk dan tidak melakukan apapun lebih baik dia berdansa bareng Aomine. Midorima juga mungkin tidak akan mau lagi berdansa dengannya.

"Oke." Kagami lalu berdiri dan memegang tangan Aomine.

"Mungkin dia nggak papa," kata Aomine setelah mereka sudah di lantai dansa.

"Siapa?" Kagami mendongak untuk melihat Aomine.

"Midorima, mungkin dia nggak papa." jawab Aomine dan mengeratkan pelukannya ke pinggang Kagami.

"Ya…" balas Kagami, meletakkan kepalanya ke dada Aomine dan memeluk leher Aomine.

Aomine membalas dengan meletakkan pipinya di atas kepala Kagami dan berayun bersama diiringi lantunan musik.

.

.

.

"Akhirnya kalian datang juga!"

Ketika Aomine dan Kagami baru datang ke sekolah, Momoi berlari-lari menghampiri mereka.

"Ada apa Satsuki-chan?" tanya Kagami heran.

"Kalian menang!" kata Momoi berbunga-bunga dan memegang tangan Aomine dan Kagami.

"Apa yang lu omongin, Satsuki?" Aomine bertanya.

"Ayo ikut aku!" tanpa menjawab pertanyaan kedua temannya, Momoi langsung menarik Aomine dan Kagami untuk berlari bersamanya.

"Lihat! Lihat!" tunjuk Momoi ke pengumuman yang ditempel di depan ruang OSIS.

Aomine dan Kagami melongo melihat pengumuman itu.

.

.

.

A/N: sori update nya lama :') review pls~

P.S. Fem!Kagami bisa dilihat di akun instagramku aflhyla