Disclaimer © Fujimaki Tadatoshi

WARNING: OOC, AU, Fem!Kagami

.

.

.

Keluarga Kagami yang baru dianugrahi putri pertama mereka yang baru berumur 29 hari buru-buru bergegas untuk menengok tetangga mereka yang juga baru mendapat anugrah seorang putra. Nyonya Kagami yang menggendong putrinya memimpin di depan dengan diikuti suaminya yang membawa hantaran untuk keluarga bahagia di samping rumahnya.

Setelah sampai di depan rumah dengan cat biru mendominasi dindin mereka, Tuan Kagami memencet tombol bel untuk memberitahu pemilik rumah kalau ada yang bertamu. Tak lama, pintu dibuka oleh pria tinggi dengan kulit cokelat pemilik rumah.

"Selamat sore Aomine-san," Nyonya Kagami menyapa. "Aku dengar kalian baru pulang dari rumah sakit?"

Tuan Aomine tersenyum sumringah mendengar pertanyaan tetangganya itu. "Ya, silakan masuk,"

Keluarga Kagami langsung mengikuti ajakan Tuan Aomine setelah sebelumnya mengucapkan permisi. Setelah sampai di ruang tamu mereka menemukan wanita cantik dengan rambut biru gelap menggendong bayi yang juga mempunyai sejumput rambut biru seperti ibunya dan kulit cokelat seperti bapaknya.

"Aww he's cute," Nyonya Kagami yang sebelumnya warga negara Amerika Serikat sebelum menikah dengan Tuan Kagami berseru melihat bayi baru lahir itu.

"Siapa namanya?" Tuan Kagami bertanya sambil menyerahkan hantaran yang dibawanya ke Tuan Aomine.

"Daiki," Nyonya Aomine memberitahu sambil tersenyum.

"Hai Daiki, kenalan sama Taiga…" Nyonya Kagami mencondongkan bayinya supaya lebih dekat dengan bayi tetangganya itu.

"Ah… mungkin kita bisa menjadi besan nanti Kagami-san," Nyonya Aomine berkata.

"Ah aku setuju Aomine-san," jawab Nyonya Kagami.

Tanpa disangka dan diduga dua bayi yang sedang dibicarakan menangis seperti mereka tidak pernah menangis sebelumnya.

"Ah kelihatannya mereka tidak setuju…"

.

.

.

"Daiki-kun kenapa tidak ikut bermain bersama?" guru taman kanak-kanak ramah itu bertanya ke Aomine Daiki yang mojok dan bermain mobil-mobilan sendiri.

"Tidak mau," Aomine menjawab tanpa memandang gurunya.

"Kenapa? Daiki-kun bisa bermain sama Taiga-chan dan Satsuki-chan disana," gurunya menunjuk dua anak dengan masing-masing rambut merah dan merah muda yang sedang bermain masak-masakan.

Aomine memandang kedua teman sekelasnya sebelum kembali memandang mobil-mobilannya. Bu guru tersenyum sebelum mengacak rambut biru Aomine dan menghampiri dua muridnya.

"Nah sekarang Daiki-kun bisa bermain bersama…" Aomine kaget ketika tiba-tiba gurunya datang lagi dan membawa dua anak yang membawa peralatan makan dari plastik. "Bersenang-senang kalian…" bu guru kemudian menepuk kepala Aomine secara ringan dan meninggalkan ketiga anak itu untuk bermain.

"Hei kau bisa menjadi ayahnya. Satsuki-chan akan menjadi anaknya," tetangga sampingnya rumahnya, Kagami Taiga berkata ke Aomine.

"Nggak mau," Aomine menjawab acuh.

"Kenapa, bu guru sudah menyuruh untuk bermain bersama,"

Aomine hanya membuang muka.

"Hei aku akan bilang ke bu guru kalau kau tidak mau," kata Kagami lagi.

"Tukang ngadu," Aomine membalas.

Kagami memelototkan matanya. "Kenapa kau tidak mau bermain bersama?"

"Malas." jawab Aomine.

Kagami akan maju tapi ditahan oleh yang berambut merah muda, Momoi Satsuki.

"Tenang dulu Tai-chan. Dai-chan ayo bermain bersama," Momoi mencoba membujuk.

"Main aja sendiri," Aomine masih tidak peduli.

"Sensei!" Kagami berteriak yang membuat Aomine bangun dan menghampiri Kagami.

"Hei mau apa kau?" Aomine bertanya dan menghampiri Kagami.

"Aku tidak mau bermain denganmu!" jawab Kagami.

"Aku juga tidak mau bermain denganmu!" Aomine melemparkan mobil-mobilannya ke Kagami. Kagami yang mendapat lemparan segera mencubit pipi chubby Aomine yang membuat Aomine kesakitan dan mencoba melepaskan tangan Kagami.

"Sensei, Tai-chan dan Dai-chan bertengkar!" Momoi berteriak untuk melerai kedua temannya.

.

.

.

"Aho!" Aomine yang sedang damai menikmati makan siangnya tersentak kaget ketika tiba-tiba suara teriakan memenuhi kupingnya. Aomine menengok dan melihat cewek seumurannya dengan rambut merah gelap panjang yang meletakkan kedua tangannya di pinggang dan memandang Aomine dengan galak. Aomine hanya mendecih dan kembali makan.

"Lu pikir bekal siapa yang lu makan?" Kagami bertanya galak.

"Punya lu." jawab Aomine enteng.

Kagami kemudian melemparkan kotak bekal Aomine yang sebenarnya, yang isinya tidak sebintang lima bekal Kagami tepat ke arah kepala Aomine yang membuatnya mengaduh tapi tetap lanjut makan. Ternyata bekal Aomine juga sudah kosong, yang Aomine yakini cewek macan ini sudah memakannya. Meskipun begitu, dia masih tidak puas dan masih ingin memakan bekalnya sendiri. Aomine mengurut dada di dalam hati.

"Ya udah tau punya gue ngapain lu makan?" Kagami mencak-mencak.

"Bagi kek, pelit lu."

Urat kekesalan semakin jelas di kening Kagami. "Lu langsung ngambil Aho!" Kagami kemudian secara kasar mengambil alih kotak bekalnya yang tinggal setengah dan langsung memasukkan isinya ke mulutnya.

"Oi Baka, jangan makan semuanya…!" Aomine mencoba mencegah Kagami untuk memakan semuanya sekaligus tapi mendapat tendangan sebagai gantinya. "Aduh, dasar cewek macan," gumamnya.

"Nih makan!" tanpa melihat, Kagami menjejalkan sumpitnya yang secara ajaib tepat masuk ke lubang hidung Aomine.

"Kampret!" Aomine misuh-misuh dan melepaskan sumpit yang sudah dengan tidak berperasaan memasuki hidungnya.

"Buahahaha sumpitnya—uhuk—blearghh!" dengan sangat tidak terhormat, Kagami tersedak nasi di mulutnya dan terbatuk secara dahsyat, yang membuat Aomine gantian menertawakannya.

"Ih jijik banget lu Baka," kata Aomine melemparkan sumpitnya ke Kagami ketika dia melihat Kagami yang secara rakus minun dari botol dan ada air yang keluar dari hidungnya.

"Salah siapa emangnya!" bentak Kagami dan memencet-mencet hidungnya yang rasanya seperti terbakar.

"Lu." Aomine berkata pendek dan berbaring kemudian memejamkan matanya.

Selama tujuh belas tahun bertetangga dan TK sampai SMA bersekolah bersama ternyata tidak membuat kedua anak muda itu untuk setidaknya gencatan senjata dan berdamai. Dan kelihatannya setiap hari mereka akan semakin berperang yang membuat para orang tua dan kerabat dekat mereka angkat tangan untuk setidaknya membuat mereka tidak bertengkar satu hari saja.

Kagami menghela napas dan duduk di sebelah Aomine.

"Jadi lu tetep ikut pendaftaran anggota OSIS?" Aomine bertanya tanpa membuka matanya.

"Iyalah, formulirnya udah gue kasiin ke OSIS," jawab Kagami.

"Gue nggak percaya lu mau jadi anggota cuman karena ketua barunya Midorima," Aomine mendengus.

"Masalah buat lu, jones diem aja." Kagami membalas dengan wajah yang sedikit memerah.

"Sekarang gue jones, yang penting kemaren gue masih punya cewek. Emang lu dari lahir gak pernah pacaran,"

Aomine mendapat geblakan dari Kagami. "Mending gue, emang lu putus kenapa? Untung lu cuma di gampar gak dilaporin ke polisi."

Kemarin setelah pulang dari kencannya, Aomine langsung cerita ke Kagami kalau dia habis putus. Saat ulang tahun pacarnya Aomine, Aomine membelikannya hadiah dan pacarnya yang sangat senang bilang akan melakukan apapun untuk Aomine. Aomine tanpa malu langsung bilang kalau dia ingin memegang dada ceweknya dan detik saat itu juga, Aomine kembali menjadi jones. Kagami yang mendengar cerita dari Aomine tertawa ngakak dengan durasi waktu yang lama.

"Tsk," kata Aomine dengan pipi yang memerah mengingat kebodohan dirinya kemarin. "Ya elu suka sama ketua OSIS cuma karena lu lihat dia gendong kucing. Emang nggak ada alesan yang lebih bodoh? Gue juga bisa kalau cuma gendong kucing,"

"Kalau lu yang gendong kucing malah serem jadinya."

Flashback pertama kali Kagami doki-doki sama Midorima.

"Ah sial bentar lagi masuk," Kagami berlari menuju kelasnya ketika jam tangannya menunjukkan kurang lima menit lagi istirahat akan selesai. Mana kelasnya jauh lagi, Kagami tidak yakin kalau dia bisa sampai tepat waktu. Ini semua gara si Ahomine yang meninggalkan buku PR Kagami di atap sekolah saat makan siang tadi. Dan tentu saja dia tidak mau bertanggung jawab dan menyuruh Kagami untuk mengambil sendiri bukunya jika dia butuh.

Kagami menghentikan larinya ketika dia mendengar suara di dekatnya. Setelah dia celingak-celinguk mencari sumber suara, Kagami mendongak dan melihat anak kucing yang kelihatannya sedang tersangkut di atas pohon.

"Awww…" kata Kagami. Mungkin karena jiwa macan di dalam dirinya, dia selalu tidak kuat jika dihadapkan dengan segala jenis kucing.

"Ah udah telat juga sih," Kagami akhirnya memutuskan untuk memanjat pohon dan menolong kucing unyu yang membutuhkan pertolongannya. Karena semua siswa sudah memasuki kelas, Kagami tidak khawatir kalau ada para mesum yang mencoba mengintip celana dalamnya.

"Oi,"

"Geh—" Kagami kaget ternyata masih ada makhluk yang belum masuk kelas. Kagami menengok ke bawah dan mendapati cowok dengan rambut hijau dan berkacamata memicingkan matanya menatap Kagami.

"Ngapain kamu?" Midorima Shintarou, sang wakil ketua OSIS bertanya sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Nih kucingnya," kata Kagami menunjuk ke atas.

"Itu kucingmu?" Midorima kembali bertanya.

"Bukan, nggak tau punya siapa," jawab Kagami.

Midorima menatap kucing itu dan Kagami secara bergantian. Kemudian dia kembali membenarkan kacamatanya.

"Turun."

"Apaan sih, gue mau ngambil kucingnya," kata Kagami.

"Turun. Biar aku yang mengambilnya. Emang kamu bisa manjat pakai rok?" Midorima berkata dan memalingkan mukanya yang memerah.

Kagami yang sadar kalau mungkin Midorima bisa melihat celana dalamnya, cepat-cepat turun dengan wajah memerah. Setelah dia di bawah, Midorima memberinya boneka macan kecil.

"Bawain bentar jangan sampai hilang," katanya.

"Apaan nih?" tanya Kagami mengamati boneka ditangannya.

"Benda keberuntungan," Midorima menjawab singkat dan langsung memanjat pohon.

"Hati-hati," pesan Kagami mendongak melihat Midorima dengan tubuhnya yang tinggi bisa dengan cepat mencapai pohon yang memang tidak begitu tinggi itu.

Kagami melihat Midorima mengambil anak kucing itu dan mengelusnya yang membuat Kagami tersentak. Midorima kelihatan gentle sekali nangkring diatas pohon sambil gendong kucing. Seperti pangeran. Kagami bisa dengan jelas membayangkan Midorima yang menggunakan setelan jas putih dan menjemputnya menggunakan mobil. Karena sekarang sudah modern maka kuda sudah kuno dan pasti akan menimbulkan polusi bau. Mobil juga menimbulkan polusi sih tapi Kagami lebih suka naik mobil karena adem dan rambutnya tetap rapi tidak terkena angin.

Kagami menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghapus pikiran Midorima adalah prince charming nya. Selama ini Kagami hanya menganggap Midorima adalah anak teladan yang berangkat dan pulang tepat waktu. Plus dia adalah bawahannya si iblis Akashi yang pernah mengguntingnya ketika Kagami sedang bertandang ke rumah Aomine yang kebetulan se klub basket dengan Akashi. Kagami waktu itu sedang ada perlu dengan si Aho dan memaksanya untuk ikut ke rumahnya tapi dilarang Akashi karena mereka, Generasi Keajaiban (Bleh, Kagami lebih suka menyebut mereka Pelangi Ciptaan Tuhan) sedang rapat. Kagami yang tetap memaksa, berhenti menarik Aomine ketika Akashi menusuk pipi Kagami dengan gunting. Mulai dari itu Kagami segera hunting dukun untuk nyantet Akashi.

Dengan muka memerah, Kagami kembali mendongak melihat keadaan Midorima dan kaget ketika Midorima goyang-goyang diatas.

"Oi kenapa lu?" Kagami bertanya dan meneliti dahan sebagai bahan pijakan Midorima sebentar lagi akan patah. Kagami membulatkan matanya.

"Oi Midorima, gue akan nangkep lu kesini." Kagami sudah merentangkan tangannya untuk bersiap menangkap Midorima kalau dia jatuh.

"Bodoh!" kata Midorima dan kemudian jatuh di semak-semak.

"Midorima!" Kagami langsung menghampiri Midorima yang masih mendekap kucing dan wajahnya kelihatan kesakitan. "Lu nggak apa-apa?"

"Nih kucingnya," Midorima menyerahkan kucingnya ke Kagami.

"Ah terima kasih," kata Kagami menerima kucing putih itu dari Midorima. "Kenapa lu ngehindar, gue kan udah siap nangkep lu," Kagami berkata setelah membebaskan kucingnya.

"Bodoh, kamu kan cewek," kata Midorima yang membuat Kagami bingung.

"Apa maksudnya?"

"Emangnya kamu kuat buat nagkep?" Midorima memijit-mijit kakinya.

"Hah? Lu pikir gue—"

"Sudahlah," sela Midorima. Dia berdiri dengan susah payah. "Cepat kamu kembali ke kelas,"

"Hei, sini gue bantu," Kagami dengan cepat langsung mengalungkan lengan Midorima di lehernya dan dia menahan beban Midorima.

"O-Oi…"

"Diam, lu butuh ke UKS sekarang." Kagami dengan ngeyel tetap membawa Midorima ke ruang UKS tanpa menghiraukan jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang.

Flashback end

"Cemen banget lu setahun suka tapi baru sekarang ngambil ekshion,"

Kagami mengernyit mendengar engrish Aomine. "Lu pikir selama setahun gue cuman duduk diem? Gue bikin rencana dan rencana itu butuh setahun agar matang dan siap digunakan," jawab Kagami.

"Sok banget lu," ejek Aomine.

Dan sebelum Kagami sempat membalas, bel berakhirnya istirahat sudah berbunyi yang membuatnya harus kembali ke kelas bersama Aomine untuk mendapat pelajaran selanjutnya.

.

.

.

Hai hai, ini ada lagi MidoKa ahahahaha. Tolong di review ya soalnya ini masih pengenalan...