Dearkimkai presents:

Jongin Next Door

Oh Sehun – Kim Jongin

Warn! DLDR guys!

Because this is

Boyslove and Crack pair

.

.

Jongin mengekori kedua orang tuanya yang sedang berjalan keluar rumah dengan sang ayah yang menyeret tas koper besar dan sang ibu yang terus-terusan berbicara menasehati Jongin ini itu. ia tak benar-benar mendengarkan, karena sekarang ia sibuk menggerutu dalam hati tentang rencana kedua orang tuanya untuk menitipkan Jongin pada tetangga muda sebelah rumahnya.

Mereka bertiga sudah berdiri didepan sebuah rumah bergaya minimalis dengan model yang sama persis dengan kediaman keluarga Kim, perumahan kompleks yang hanya dibedakan dengan cat warna tembok. Ibu Jongin memencet bel beberapa kali, menunggu seseorang untuk segera membuka kan pagar rumahnya.

"Ibu, kau tak perlu melakukan ini! Aku bisa menjaga diriku sendiri" Jongin masih berusaha membujuk ibunya, ia memiliki kesempatan merajuk sebelum tetangganya ini membukakan pintu.

"Dan membiarkan kau membakar rumah seperti tiga bulan lalu?" sindir Taeyeon –ibu Jongin- dengan melirik malas sang anak.

"Ibu! Itu kecelakaan, sungguh! Aku hanya kurang paham dengan dapur, tapi sekarang aku sudah tahu cara memasak dengan benar" Jongin masih berusaha.

"Kau hampir memotong dua jarimu, itu kau sebut bisa memasak dengan benar?" Taeyeon memutar bola matanya dibalik kacamata hitamnya, ayah Jongin hanya menahan tawa mendengar rajukan sang putra dan sindiran-sindirin dari istrinya.

"Ibuuu~"

Rengekan Jongin berhenti saat seorang laki-laki membuka pintu rumahnya dengan sebuah handuk kecil yang tersampir dipundak lebarnya.

"Selamat pagi Oh Sehun" sapa ibu Jongin ramah ketika pemuda Oh itu membuka pagar rumahnya.

"Selamat pagi tuan dan nyonya Kim," balas Sehun dengan sedikit menundukkan tubuhnya. Ia tersenyum begitu formal.

"Ah maaf mengganggumu sepagi ini. Begini Sehun, aku dan suamiku berencana untuk pergi ke Jepang selama dua minggu. Kami harus kesana untuk mengurus pembukaan cabang baru restaurant dan yaa sekalian berlibur, tapi kami tidak mungkin membawa Jongin, karena ia harus tetap bersekolah. Jadi aku dan suamiku sepakat untuk menitipkan Jongin padamu. Ia anak yang ceroboh dan belum cukup dewasa, aku sedikit khawatir untuk meniggalkannya sendiri dalam waktu yang cukup lama. Bisakah kau menolong kami?" Jelas Taeyeon to the point dan panjang lebar dengan wajah yang terlihat begitu menggemaskan untuk ukuran ibu-ibu. Dibelakang ayah dan ibunya, Jongin hanya berdoa agar Oh Sehun menolak permintaan ibunya itu.

Sehun mengangguk mendengar ucapan nyonya Kim, ia melirik seorang pemuda dibelakang kedua orang tuanya yang hanya diam memberenggut dengan wajah sebalnya.

"Aku rasa... aku bisa" jawab Sehun yang disambut pekikan riang dari nyonya Kim, sedangkan Jongin membulatkan matanya. Dan Sehun tak melewatkan ekspresi lucu itu.

.

.

Oh Sehun, tetangga yang sudah tiga tahun tinggal disamping kanan rumah keluarga Kim. Tinggal seorang diri, jarang bersosialisasi kecuali dengan ibu Jongin. Kepiawaiannya dalam mengurus rumah dan diri sendiri lah yang membuat Kim Taeyeon mempercayakan anak tunggalnya kepada pemuda berkulit putih tersebut.

Jongin sendiri tak terlalu akrab dengan Sehun, ia hanya beberapa kali mengunjungi kediaman Oh untuk mengantarkan makanan dari ibunya. Selebihnya ia tak pernah bermain kerumah tetangganya itu, karena menurut Jongin, Oh Sehun adalah tipikal pria dingin yang sama sekali tidak asik.

Mata Jongin mengikuti gerak-gerik seorang pria muda yang tengah sibuk menyiapkan sarapan di dapur, ia bersidekap dengan mata menyipit tajam.

"Kenapa kau mau menuruti permintaan ibuku?" mulut Jongin sudah tidak tahan untuk menahan kata-kata yang sudah berkumpul diujung bibirnya. Saat ini ia tengah berada di rumah Sehun, setelah tiga puluh menit yang lalu orang tuanya berangkat meninggalkan Seoul. Ibunya menyuruh untuk menghabiskan hari minggunya dengan tinggal di rumah Sehun dengan alasan belajar membiasakan diri hidup (tidak benar-benar) bersama untuk dua minggu kedepan.

"Aku hanya mencoba menjadi tetangga yang baik, Kim" tangan-tangan Sehun sibuk menumis sayuran diatas pan, menjawab pertanyaan Jongin tanpa melihat kearahnya. Dan Jongin benar-benar sebal, kemana Oh Sehun yang begitu ramah dihadapan orang tuanya tadi?

"Aku tidak percaya ibuku memilihmu untuk diberi kepercayaan menjagaku"

"Aku juga." Sehun masih sibuk menaburkan garam dalam masakannya, dan sedikitpun tak mengacuhkan Jongin.

"Baiklah kita buat kesepakatan!" Jongin masih memiliki harapan, jika ia tak bisa membujuk ibunya. ia akan mencoba membujuk Oh Sehun – tetangganya.

"Aku tidak membuat kesepakatan dengan anak kecil"

Jongin melotot mendengar ucapan Sehun, apa katanya tadi? Anak kecil?

"Hei jaga ucapanmu Sehun!"

"Jaga sikapmu Jongin, dan panggil aku hyung karena aku lebih tua darimu beberapa tahun" Sehun menata masakannya di meja makan, sedangkan Jongin yang duduk tak jauh dari dapur dapat mencium aroma harum dari masakan Sehun.

"Baiklah, Sehun hyung bisa kah kita membuat perjanjian?" Jongin berjalan mendekat kearah Sehun yang tengah menuangkan susu kedalam gelas. Ia sama sekali tak menghiraukan kehadiran Jongin didekatnya.

"Duduk, dan makan ini" Jongin mendengus kasar, tapi ia tetap menuruti perkataan Sehun. Entah karena lapar atau memang masakan Sehun yang terasa enak dimulutnya hingga Jongin makan dengan begitu lahap, tanpa memperdulikan Oh Sehun yang belum mempersilahkan dirinya untuk makan.

"Sehun hyung, kau tau merawat remaja sepertiku itu merepotkan"

"Aku tau," jawab Sehun pendek.

"maka dari itu kita buat perjanjian! Kau tidak perlu repot-repot mengurusku, aku sudah tujuh belas tahun aku bisa menjaga diriku sendiri. Begitu ayah dan ibuku kembali aku akan mengatakan bahwa kau merawatku dengan sangat baik, bagaimana?" perjanjian yang sangat menguntungkan bagi Oh Sehun sebenarnya, tapi juga cukup beresiko, ia ingat bagaimana cerita Taeyeon tentang Jongin yang hampir membakar rumahnya sendiri karena tidak tahu bagaimana menyalakan kompor gas.

Sehun terlihat berpikir,ini bukan masalah besar.

"Jika ibumu menelpon?"

"Oh ayolah, kau bisa berbohong!"

"Baiklah"

Yes!

Jongin berhasil.

.

.

Jongin berguling-guling diatas karpet coklat rumahnya, ia tengah menikmati waktu santai sore harinya seorang diri dengan setumpuk komik dan beberapa bungkus camilan. How so perfect. Tidak percaya ia bisa membuat kesepakatan dengan Oh Sehun dan bisa hidup bebas selama dua minggu! Ia mulai membuat rencana dalam otaknya tentang apa saja yang harus ia lakukan nanti, yang pasti itu adalah hal-hal menyenangkan.

"hoaam," sudut mata Jongin mengeluarkan setitik air, ia menoleh melihat jam dinding. "Oh aku harus mandi!"

Jongin segera meninggalka acara wasting timenya lalu beranjak mengambil handuk, dan segera masuk kekamar mandi. Beberapa menit kemudian..

"Aaaaaaaa tolong!" teriakan Jongin yang begitu dahsyat mampu menembus dinding rumah Oh Sehun.

Sehun yang sedang nge-gym di ruang fitness pribadinya menghentikan tombol treadmill saat mendengar teriakan minta tolong dari rumah sebelah, keningnya berkerut dan alis hitamnya semakin menjadi satu untuk memastikan bahwa ia tak salah dengar.

"AAAAAAAA!"

Tidak salah lagi, ini suara bocah tengil tetangganya – Kim Jongin. Dengan masih menggunakan singlet abu-abu dan celana trainingnya Sehun berlari menuju kediaman keluarga Kim. Beruntung pintunya tidak dikunci, Sehun segera masuk dan meneriaki nama Jongin.

"Jongin! Kau dimana?"

"Sehun hyung aku dikamar mandi!" jawab Jongin dengan setengah berteriak. Mendengar itu Sehun buru-buru datang ke kamar mandi dan terkejut ketika baru saja pintu terbuka ia sudah disambut semprotan air yang begitu deras.

BRUUUSHH

Tubuh Sehun sedikit terhuyung kebelakang saat air dengan cukup kuat menyembur dari keran yang Sehun duga sedang bocor.

"hyung airnya tidak bisa dihentikan!" kedua tangan Jongin mencoba menutup kembali keran air dengan kewalahan, tapi air masih saja muncrat kemana-mana. Tubuh Jongin yang masih menggunakan pakaian lengkap sudah basah kuyup karena tsunami buatan yang tengah melanda dirinya (dan Sehun), terimakasih pada pompa air maha dahsyat milik rumahnya.

.

.

Sehun mengeringkan tubuhnya dengan handuk putih yang diberikan Jongin, tubuh dan bajunya basah seusai memperbaiki keran kamar mandi yang bocor. Bahkan lantai dapur pun jadi banjir terkena muncratan air yang begitu deras.

"Ini.." Jongin menyodorkan secangkir teh hangat pada Sehun.

"Terimakasih"

"Eum, aku juga berterimakasih dan maaf merepotkanmu" Jongin menundukkan kepala dengan kedua tangan memelintir ujung handuknya, Sehun yang duduk disamping Jongin memperhatikan bocah tujuh belas tahun itu dengan seksama. Ujung bibirnya tertahan untuk tidak tersenyum, melihat Jongin yang balut handuk besar dan tebal sudah persis seperti anak kucing.

"Tidak masalah"

Kemudian suasana menjadi hening dan terasa canggung.

"Tapi Jongin, kurasa Ibumu memang benar"

"Tentang?"

"Tentang kau yang ceroboh dan belum dewasa" Jongin mendelik, ia tak pernah suka dengan topik ini.

"Oh terimakasih" pemuda tan itu mencebik sebal. Sepertinya ia tak salah menilai jika Sehun itu memang benar menyebalkan.

Sehun sedikit terkekeh, ia kemudian meraih handphonenya diatas meja.

"Kau ingin apa untuk makan malam?"

"Pizza!" Jongin memekik antusias, Sehun pun menggangguk dan segera menempelkan smartphonenya ditelinga. Setidaknya Sehun tidak sebegitu menyebalkan dalam urusan makanan.

.

.

Bukan tanpa alasan Kim Taeyeon meminta Sehun untuk menjaga putra tunggalnya, ibu-ibu cantik itu sudah paham betul bahwa Oh Sehun adalah pemuda yang disiplin dan tanggung jawab. Setiap jam setengah delapan pagi ia selalu mengamati tetangga muda itu berangkat bekerja dengan pakaian yang rapi dan tampan, tak pernah tergesa-gesa dan hidup begitu teratur. Mempunyai beberapa alat gym pribadi, yang menunjukan bahwa Sehun sangat memperhatikan kesehatan tubuh. Pokoknya banyak sekali poin plus dari Oh Sehun yang membuat Kim Taeyeon begitu percaya menitipkan Jonginnya, karena Oh Sehun masuk dalam jajaran the most material husband in the world.

Lihat saja, di jam setengah tujuh pagi ini pria tampan itu sudah sibuk memasak sarapan didapur. Ia bukan chef yang begitu mahir mengolah bahan masakan, tapi ia tidak bodoh jika hanya untuk sekedar menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. pancake.

Kegiatan memasaknya diinterupsi oleh getaran yang berasal dari celana trainingnya, ia merogoh kantung celana dan segera melihat layar ponselnya. Satu sms diterima.

From : nyonya Kim

Selamat pagi Oh Sehun, apakah Jongin sudah bangun? Ia harus bersekolah pagi ini, dan Jongin memiliki kebiasaan bangun kesiangan. Apa ia sudah bersiap-siap sekolah? Pukul 7 ia harus berangkat.

Oh bagus! Sehun melupakan bocah itu.

Dan kini Sehun sadar, bahwa menjaga anak labil itu cukup merepotkan. Apalagi anak itu adalah Kim Jongin yang tidak tahu tanggung jawab, ia bodoh jika menyetujui perjanjian Jongin kemarin jika hasilnya tetap ia yang harus mondar mandir kembali ke rumah keluarga Kim.

Sehun meninggalkan dapurnya dan segera pergi kerumah sebelahnya, pagar rumah Jongin tidak dikunci. Apa anak itu sudah bangun?

Ia melewati pekarangan rumah yang dibuat seperti jalan setapak dengan batu bulat buatan, lalu mengetuk pintu beberapa kali namun tak ada sahutan sama sekali. Sehun hanya menggeleng-gelengkan kepala. Baik, sekarang apa yang harus kau lakukan Oh Sehun?

Ah, sehun ingat jika kamar Jongin berseberangan dengan kamarnya. Ia kemudian berlari kesamping rumah dan menatap jendela kamar Jongin yang masih tertutup, Sehun yakin pemuda tan itu belum bangun.

"Hey Kim Jongin!" teriak Sehun tidak begitu kencang, ia tak mau membuat keributan dipagi hari. Tapi caranya ini tidak akan mungkin berhasil, ia pun mengambil beberapa kerikil di taman buatan milik nyonya Kim. Melemparkannya kearah jendela kamar Jongin.

Pada lemparan ke-7 usaha Sehun baru membuahkan hasil, dilihatnya tirai jendela yang disibak kasar oleh seorang pemuda dengan rambut acak-acakan dan muka bengkak khas orang bangun tidur.

"Ada apa, Hyung?" jongin ingin mengumpat sebenarnya, tapi saat melihat Sehun lah yang berada dibawah dan menjadi oknum pelempar kerikil pada jendela kamarnya ia mengurungkan niatnya tersebut.

"Kau hanya punya waktu dua puluh menit untuk bersiap sekolah, cepat mandi dan sarapan dirumahku" nada Oh Sehun mengucapkan dengan begitu tenang tapi terdengar begitu bossy.

Jongin memeriksa wekernya, dan membelalakan mata "Yatuhan!"

To be continue...

.

Hai gaes! Lol

I'm back for the long long long hiatus, aduh agak gak pede sih ya balik ke ffn.

Not for sure sih kalau masih ada yang inget sama aku, cause iam not a good author! Sorry.

Aku hiatus ninggal utang ff yang belum selesai sampai sekarang, ingat ff Accidentally Love gak? Aku rasa gak hahaha. Dan kini ku kembali membawa ff berchapter lagi~~

Ini fanfiction gak panjang sih ceritanya, jadi aku berekspektasi pada diri sendiri untuk bisa menyelesaikan project ini dengan cepat. Hehe

Dan maaf jika kemampuan menulis aku semakin pas-pasan karena ternyata gak mudah memulai sesuatu yang sudah lama ditinggalkan (oke, ini alasan! Tapi seriusan loh) dan terimakasih untuk kalian semua yang masih berdiri sebagai fans Hunkai atau Sekai shipper tetap enjoy menikmati kebersamaan mereka. Aku menyayangi pair ini dengan begitu sederhana, tidak peduli saya hanya menjadi kelompok kecil sepi peminat dan penuh kontroversi. yang penting saya mencintai mereka apa adanya, ada atau tanpa ada moment (meskipun tiap buka instagram selalu search tag #sekai lol).

Last, wanna give me some review?

Sincerely,

dearkimkai