"Look at me, although it was only briefly. For me it was more than enough."


Story Begin~~~~

Hari demi hari ia jalani sendirian, tanpa ada orang lain yang peduli padanya bahkan orang tuanya sekalipun. Saat ini, ia hanya berdiam diri pada kamar sederhananya menatap ke cahaya terang dibalik jendela bening yang masih tertutupi embun pagi. Ia hanya ditemani sebuah boneka yang sangat besar, cukup untuk memeluk dan menghangatkan tubuhnya yang kurus itu. Ia tak pernah mengeluh dengan keadaan sendiriannya.

Sejak ia memasuki sekolah dasar memang selalu sendiri dan juga tak pernah dianggap oleh keluarganya, kecuali jika keluarganya berkumpul dengan sang nenek dan kakek dari ibunya. Hanya akting? Ya. Kasih sayang yang diberikan hanyalah adegan yang dibuat-buat, tak pernah ia merasakan kasih sayang yang tulus dari keluarganya selain masa kecilnya yang menurut ia indah. Senangkah? Ya ia senang walaupun itu hanya dibuat-buat.

Perlu kalian ketahui, ia sudah menikah dengan lelaki idamannya. Lelaki yang tak bisa membuat ia membecinya walaupun sang suami selalu menghinanya dan menyakitinya, jika begitu mengapa ia menerima sang suami sebagai pasangannya? Jawabannya karena ini semua adalah akibat perjodohan bodoh dari perjanjian dari masing-masing kedua nenek dan kakek mereka yang membuat mereka berdua seperti ini. Terhitung sudah 8 bulan mereka menjalani kehidupannya 'masing-masing'nya tidak boleh ada yang mengurusi urusan pribadi diantara mereka berdua. Ibaratnya seperti 'urusanku adalah urusanku dan urusanmu adalah urusanmu. Jangan pernah urusanku!' ibaratnya seperti itu jika dijabarkan.

Tok…Tok…Tok…

Terdengar suara ketukan pintu, membuat namja cantik itu membuyarkan pandangannya ke luar jendela itu. Ia langsung membalikkan badannya, mengambil alat bantu untuk bisa membuat dirinya berdiri lalu membukakan pintu, mempersilahkan seseorang untuk memasuki ruangan kecilnya.

Krieett…

Saat membuka pintu, ia melihat seseorang wanita paruh baya tengah membawa makanan dan minuman. Ia tersenyum melihat siapa yang datang, ia pun menyuruhnya masuk dan menutup pintunya kembali.

"Bibi, aku merindukanmu" seseorang yang ia panggil bibi hanya tersenyum dan mengelus kepalanya dengan sayang

"Bibi juga rindu denganmu Tuan Wonwoo"

Yep. 'Ia' yang kumaksud adalah Jeon Wonwoo, ah tidak… Wonwoo sudah berganti marga menjadi Kim Wonwoo. Hanya sekilas tentang Wonwoo dan pasangannya. Wonwoo merupakan anak dari pasangan Jeon Seulgi dan Jeon Youngjae. Wonwoo tidak mempunyai tangan kiri serta kaki kirinya, Wonwoo terlahir sebagai lelaki yang lemah. Di awal ia selalu diberi kasih sayang yang lebih tapi seiring berjalannya waktu dan wonwoo mempunyai adik Wonwoo tidak mendapatkan kasih sayang itu lagi, kasih sayang itu tergantikan dengan tatapan menjijikkan dari kedua orangtuanya itu. Tak ada lagi yang menyemangatinya saat Wonwoo sedih atau menyerah pada kehidupannya, mungkin jika Wonwoo mati tidak ada peduli. Benarkan?

Wonwoo menikah dengan pria bernama Kim Mingyu. Seorang CEO dari Pledis Corp, lebih tepatnya sebagai penerus. Siapa tak kenal dia? Wajah tampan, tubuh yang tinggi, pintar dan juga kaya raya yang mungkin sudah menjadi tipe ideal seorang perempuan. Tapi maaf, Mingyu telah 'dimiliki' seseorang yang tidak ia cintai –Wonwoo-. Walaupun begitu Mingyu mempunyai seseorang pacar. Ya pacar. Siapa peduli toh Wonwoo juga tidak bisa memprotes apa yang mingyu lakukan.

"Bibi… aku mohon jangan panggil aku dengan embel-embel 'Tuan' panggil aku wonwoo saja Bibi Lee. Aku tidak pantas jika dipanggil dengan adanya kata 'Tuan'" mohon Wonwoo sambil menggenggam tangan si Bibi. Bibi Lee adalah wanita yang merawat Wonwoo sejak kecil saat kedua orang tuanya bekerja dan di saat Wonwoo tak lagi mendapatkan kasih sayangnya lagi.

"Baiklah Wonwoo-ya… Sekarang kau makan ne? Kau terlihat kurus dan tidak berisi seperti dulu" Bibi Lee memegang kedua pipi tirus Wonwoo dengan sangat lembut.

"Itu saat kecil aku selalu diberi makan olehmu bi… Tapi sekarang berbeda, aku mempunyai banyak alasan mengapa aku bisa seperti ini" Canda Wonwoo yang membuat kedua orang ini tertawa.

"Kau ini bisa saja Wonwoo-ya. Kau ingin makan sendiri atau disuapi?" Gurau Bibi Lee sambil menyimpan nampan berisi kebutuhan makannya di sebuah meja kecil disamping kasur Wonwoo

"Suapi aku biiiii~~" Rajuk Wonwoo sambil menunjukkan wajah imutnya

"sudah lama…." Gumam pelan Bibi Lee. Sudah lama? Sudah lama apanya? Yang dimaksud disini adalah sudah lama Bibi Lee tidak melihat wajah Wonwoo yang seperti ini semenjak Wonwoo menikah dengan Mingyu.

"Arraseo, Bibi akan menyuapimu tapi… kau harus menghabiskan ini semua. Tak boleh ada yang tersisa, Bibi tidak mau tahu!" Kata Bibi Lee dengan tegas hanya dijawab anggukkan oleh Wonwoo

"Ok Bi! Aaaaaaa" Wonwoo membuka mulutnya lalu masuklah makanan ke dalam mulutnya

9 suapan sudah Wonwoo memakan makanannya yang disuapi oleh Bibi Lee, Wonwoo ingin menangis sekarang. Wonwoo membayangkan jika wanita paruh baya yang ada di hadapannya ini adalah ibunya. Sedari dulu Wonwoo selalu membayangkan seperti ini, ingin sekali impiannya terdalamnya tercapai walaupun Wonwoo tahu itu mustahil.

Wonwoo tiba-tiba berhenti mengunyah makanan yang masih ada di mulutnya "Eum… Bibi apa aku boleh bertanya?" Bibi Lee yang tengah menyiapkan suapan selanjutnya untuk Wonwoo terhenti, lalu alisnya mengeriyit bingung

"Kau ingin bertanya apa?"

"Ap-pa… Mingyu sudah berangkat ke kantorn-nya?" Tanya Wonwoo ragu-ragu sambil sedikit meremas seprai putih kasurnya

"Sudah Wonwoo-ya, Mingyu tadi berangkat 1 jam yang lalu" Jelas Bibi Lee lalu melanjutkan suapan selanjutnya untuk dimasukkan kedalam mulut Wonwoo

"Ayoo Wonwoo-ya aaaa" Sendok yang berada di tangan Bibi Lee sudah berada di depan bibir Wonwoo, Wonwoo lalu memakannya dengan perlahan. Tiba-tiba pikiran negatifnya muncul membuatnya berhenti mengunyah

"Bibi…. Apakah aku tidak terlalu berharga jika di mata Mingyu bi? Ia bahkan tidak sama sekali memberitahuku jika ia akan pergi bekerja. Ia tidak pernah melihatku sedikit saja, membawaku keluar dari rumah ini. Aku ingin seperti adikku bi, ia memiliki seseorang yang bisa membuatnya terlindungi dan juga bahagia. Apakah aku tak boleh mendapatkann itu semua bi?" Tanya Wonwoo sambil menatap lekat-lekat bola mata sang Bibi

"Tidak Wonwoo-ya, kau itu sangat berharga bagi Mingyu hanya saja ia belum bisa menyadarinya. Kau itu malaikat yang diturunkan oleh Tuhan dan di takdirkan oleh Tuhan untuk Mingyu. Walaupun tidak sekarang, kau harus percaya pada Bibi jika suatu saat nanti kau akan mendapatkan itu semua. Kau harus mengikuti jalannya takdir" nasihat Bibi Lee pada Wonwoo

"Baiklah Bi, aku akan berusaha sekuat tenaga agar aku bisa bersama Mingyu" Senyum Wonwoo di akhir, bukan namanya Wonwoo kalau ia pantang menyerah "Uhm.. Bi, biarkan aku makan makanan itu sendiri. Taruh saja piring itu dip aha Woo Bi…" Pinta Wonwoo pada Bibi Lee

"Arraseo, kau harus menghabiskannya ne… Bibi akan sedih jika kau tidak menghabiskannya. Oh ya Wonwoo-ya, selama 4 bulan bibi akan pulang ke rumah Bibi disana menantu Bibi sedang mengandung dan 2 bulan lagi menantu Bibi akan melahirkan"

"Ah… Istri Baro hyung akan melahirkan? Hmm, pergilah Bi mungkin menantu Bibi akan membutuhkan Bibi saat proses melahirkannya nanti. Kapan Bibi akan pergi?"

"Hmm, jagalah dirimu baik-baik selama Bibi tidak ada. Sehabis kau menghabiskan makananmu Bibi akan segera pergi"

"Ah, begitu… Eum! Sekarang aku akan makan, Bibi tunggulah sebentar disini"

Keheningan pun terjadi setelah obrolan tadi berlanjut, hanya terdengar suara aduan antara sendok dan piring. Wonwoo memakan makanan itu kesusahan karena piring yang berada di pahanya hampir saja jatuh, untung saja disebelahnya ada Bibi Lee yang menahan piring itu agar tak jatuh. Tak banyak nasi yang berjatuhan pada piring karena Wonwoo susah mengambil lauknya, akhirnya nasi itu kepinggir dan kepinggir akhirnya jatuh deh/?. Tapi tenang, ada Bibi Lee yang sabar mengambil nasi yang jatuh ke celananya itu dengan telaten dan sabar. Bibi Lee sangat sabar menjaga Wonwoo, tak sedikitpun ada kata-kata mengeluh keluar dari mulutnya.

Wonwoo menyodorkan piring kosong kehadapan Bibi Lee yang dimana sang Bibi menerimanya dan menaruh minuman di meja kecil Wonwoo lalu akhirnya pergi meninggalkan Wonwoo sendirian 'lagi' di kamarnya.

"Terima kasih Bi…"

.

Langit pagi kini berganti menjadi langit jingga yang berarti waktu sudah menunjukkan waktu sore menjelang malam, Wonwoo yang tadinya berdiam diri dikamar kini beranjak ke ruang tengah. Menunggu sang suami –Mingyu- pulang, Wonwoo mulai menyalakan TV dan mengangkatkan 1 kakinya ke atas sofa dan berduduk sila.

5 menit berlalu akhirnya Wonwoo mendengar adanya suara dari kenop pintu utama rumahnya dan sudah bisa ia tebak itu adalah Mingyu dan… err pacarnya Yuju. Wajah sumringah Wonwoo kini berganti menjadi wajah masamnya, tatapan menjijikan Yuju pun berubah saat melihat wajah masam Wonwoo menjadi seringaian licik Yuju.

"Chagi… Mengapa ada lelaki cacat itu disini?" Tanya Yuju bergelayut manja di tangan kekar Mingyu

Apa yang dia bilang? Chagi? Wonwoo sendiri pun tidak pernah memanggil Mingyu 'chagi' atau semacamnya

Mingyu yang mendengar keluhan Yuju hanya mengelus lembut pipi Yuju "Sabarlah chagiya… Nanti aku akan menceraikannya dan menikahimu nanti" Wonwoo yang mendengarnya hanya mengepalkan jari-jarinya sampai ujung jarinya memutih. Mingyu yang menyadari Wonwoo sedang marah ia hanya menatap remeh Wonwoo

"Apa kau? Kau marah padaku? Ckck, orang sepertimu tak pantas untuk marah padaku karena kita bukan apa-apa. Kau dan aku bukanlah siapa-siapa kita hanyalah 2 orang asing yang dijodohkan oleh perjodohan konyol itu. Jangan berharap aku akan menganggapmu sebagai pasanganmu! Ingat itu!" Tegas Mingyu menunjuk telunjuknya di muka Wonwoo "Ah dan satu lagi, diantara kau dan aku tidak pernah ada kata 'kita'!"

"Ayolah chagi, biarkan namja cacat ini kita makan saja. Perutku sudah lapar"

"Ah, iya. Ayo chagi kita ke ruang makan dan makan bersama" ajak Mingyu pada Yuju

Seperti samurai mencabik-cabik tubuhnya, Wonwoo yang mendengarnya hanya menatap Mingyu dengan tatapan terluka. Wonwoo tidak tahu apa yang membuat Mingyu membencinya sampai seperti ini.

Wonwoo mengambil tongkat kruknya dan berjalan menuju kamarnya. Saat menuju kamarnya ia melihat Mingyu dan Yuju sedang makan malam bersama sambil ditemani dengan canda dan tawa diantaranya saling menyuapkan makanan antara satu sama lain. Wonwoo hanya melihat sebentar lalu pergi dengan cepat, tak mau merasa sakit saat melihat sang suami dengan perempuan lain.


TBC yeorobundeul...

Haluuu gua author baru disini. Gua membawakan FF yang berkapel Mingyu ama si Wonwoo, duh gua lopek-lopek ama mereka berdua. Oh ya nanti jangan bash gua kalau ceritanya jelek trs gaje, maklumin atuh da saya teh author baru.

Gua harap banyak ngerespon tentang ff ini/? Biar tau entar bakal dilanjut apa kaga, kalau banyak yang mendukung gua lanjut kalau sedikit yang mereview/? gua bakal langsung meng-END kan/? .g . Gua tunggu review anda readers-nim~.

Sekian dan Terima kasih /bungkuk hormat/?