PROLOGUE

.

.

.

_That evening_

Ten tidak tahu kenapa hari ini ia terus bersama Taeyong. Dari mulai diminta mengambil buku bersama di ruang guru, sekelompok bahasa, tidak sengaja bertemu di kantin, dan sekarang mereka berada dalam perjalanan pulang bersama.

Taeyong berjalan tak jauh di depannya. Punggung tegapnya tertutup ransel hitam. Earphone merah menutupi sebagian rambutnya dan kedua telinganya. Ia berjalan sedikit lambat-atau memang sengaja ? Ten mendengus.

Laki-laki itu benar-benar lambat sekali jalannya !

Ten hampir memukul kepala Taeyong dengan tangannya ketika pria berambut coklat itu menengokkan sedikit kepalanya ke belakang.

Ten buru-buru mengalihkan pandangan ke jalanan dan menurunkan tangannya-pura-pura merentangkan tangan, menghirup udara sore hari ceritanya.

Taeyong hanya berdecih melihat apa yang Ten lakukan, lalu kembali berjalan. Ten menghembuskan napas lega.

Ia pun kembali mengekori Taeyong. Ia tidak mau berjalan di sebelahnya, terlalu menyeramkan.

Karena tidak ada yang bisa diajak mengobrol seperti biasanya, Ten pun menekuri jalan setapak yang dilaluinya. Ia menghitung berapa banyak batu yang ditendang sepatunya, menghitung berapa daun gugur yang diinjaknya, bersenandung kecil-

"Rumahmu dimana ?"

"Huh ?"

Sontak Ten mendongak, tidak percaya Taeyong bertanya padanya. Rasa gugup tiba-tiba menyergapi dirinya kala iris mata hitam tajam Taeyong menatapnya intens.

"U-uuhm, a-anu .. r-rumahku-anu," Ten berusaha menjelaskan. Tapi entah mengapa semua kepercayaan diri yang biasanya selalu menyelimuti dirinya menghilang ditelan angin, menyisakan kegugupan dan kegagapan yang membuatnya merasa bodoh. " A-anu .. r-rumah .."

Taeyong mengernyitkan dahi.

"Rumahmu anu ?"

"B-bukan, bukan anu-aissh ! Kenapa juga aku harus memberitahumu ?!" sahut Ten kesal. Ia menghentakkan kakinya, berjalan cepat melewati Taeyong menuju halte yang sudah terlihat.

Taeyong menatap sosok Ten yang menjauh dengan bingung.

Ada apa dengan pria itu sih ?

.

.

.

Ten menempelkan bibirnya yang manyun ke jendela bis. Jendela bis yang ia tumpangi basah oleh air hujan. Akhir-akhir ini hujan lebih sering turun dari yang diperkirakan ramalan cuaca di televisi.

Apa mungkin karena pengaruh Imlek yang baru berlangsung kemarin ?

Ibunya pernah bilang, hujan akan selalu turun setiap imlek. Awalnya Ten tidak percaya, namun melihat hujan yang sekarang ini turun, sepertinya kata-kata ibunya ada benarnya juga.

Ia memandang keluar jendela dengan muram. Jalanan di luar becek oleh genangan-genangan air. Beberapa orang melintasi trotoar dengan payung berwarna-warni yang menjadi pemandangan tersendiri bagi Ten.

Bis melaju agak cepat.

Ten mengalihkan pandangan, melihat pantulan wajahnya sendiri di jendela. Ia mulai memanyunkan bibirnya lalu menggembungkan kedua pipinya. Oh my Gosh, Ten, kau benar-benar imut. Ia tersenyum-senyum sendiri melihat pantulan wajahnya.

Dan kemudian ia melihat siluet seseorang di jendela.

Menatapnya.

"Apa yang kau lihat ?!" Ten berusaha bersikap galak pada Taeyong yang tengah kembali menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

Geez, Ten benar-benar malu sekaligus kesal ! Ia lupa bahwa ada alien dari planet Pluto yang duduk di sebelahnya karena bis yang penuh ini !

"Tentu saja kau," gumaman pelan nan dingin itu kembali membuat Ten bungkam.

Taeyong meliriknya, menarik sudut bibirnya. "Centil."

"Mwo ?!"

.

.

.


(TBC or end ?

Hello, it's me. I'm back with the new story and the new cast. Yes, i'm a BIG FAN of them now, Taeyong and Ten from SM Rookies SR15B. I wonder if there's any of you like them too. And, i just want to ask you, who is your favorite pair in rookies ? )