Hi, long time not see :D

Emm.. Setelah tiga tahun hiatus, sebenarnya udah gak PD buat bikin fanfic lagi. Tapi gatau kenapa, kayak ada sesuatu yang manggil-manggil gitu wkwk.

Btw, dulu Penname saya Michiryu. Ada yang kenal? Ahaha, gada pasti yah? Gapapa deh.

Salam kenal yah :)

Sacrifices

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Genre : Friendship, Romance, action (maybe)

Rate : T, aman kok :D

Warn!: Semi-canon, Fem!Naru, Typo(s), Gaje, ide pasaran dll.

Note: Naruto cewe yah, jadi ini bukan Fanfic humu xD

Memutuskan sebuah ikatan memang sangatlah tidak mudah, apalagi jika itu adalah ikatan pertama yang kita miliki dengan orang lain. Seperti itulah yang dirasakan oleh Naruto. Gadis itu mati-matian mengejar Sasuke yang akan meninggalkan desa hanya karena dendam kesumatnya terhadap kakak kandungnya sendiri. Dan berterimah kasihlah kepada Orochimaru, manusia ular itulah yang menghasut dan mengiming-imingi Sasuke dengan kekuatan yang konon bisa melampui kakaknya, Uchiha Itachi.

Pertarungan hebat dilembah kematian yang diakhiri dengan terkaparnya seorang kunoichi bersurai pirang dan mata biru sebiru langit tanpa awan setelah melawan sahabat sekaligus rivalnya, pemilik mata sharingan, Uchiha Sasuke.

"Kau tidak akan mengerti! Sejak lahir, kau tidak pernah memiliki ikatan. Kau tidak pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki keluarga!" Samar-samar, terngiang ucapan Sasuke saat Naruto bersikukuh akan membawa Sasuke kembali saat dilembah kematian. "Kau tidak akan pernah mengerti, Naruto!" Suara itu semakin jelas, dia dapat melihat dua mata merah menyala dengan tiga tanda koma menatapnya dengan tatapan dingin. Bayangan Sasuke semakin lama semakin menghilang ditelan oleh kegelapan. Dua tangan kecil berusaha menggapai bayangan Sasuke, namun bayangan tersebut akhirnya menghilang.

"Kembalii.. SASUKEEE!"

"Naruto, kau tidak apa-apa?" Tanya seorang kunoichi yang mengenakan pakaian medis yang terkejut karena tiba-tiba Naruto bangun dan berteriak histeris. Sedangkan yang ditanyai hanya diam. Tangannya terulur memegangi kepalanya yang terasa nyeri. Dia lalu menyadari bahwa sekujur tubuhnya dibalut perban. Kemudian sekelabat ingatan tentang pertarungan terakhirnya dengan Sasuke terlintas diotaknya. Dia ingat ketika dia mengarahkan Rasengan kearah Sasuke dan Sasuke mengarahkan Chidori kearahanya. Setelah itu, dia tidak bisa mengingat apa-apa lagi.

"Naruto.." Suara lembut itu berhasil membawa Naruto kembali dari lamunannya. Naruto kemudian menoleh dan menatap pemilik suara tersebut. Manik safirnya menatap dalam manik emerald lawan bicaranya tersebut seakan ingin mengutarakan sesuatu namun dia ragu. "Naruto.." "Sakura-chan.. Sudah berapa lama aku pingsan?" Tanyanya sebelum gadis yang bernama itu Sakura melanjutkan perkataannya. "Kau sudah tiga hari ini pingsan, Naruto." Jawab Sakura dan hanya dibalas gumaman yang tidak jelas oleh Naruto. "Dan Sasuke..." Ucapan Sakura terhenti saat Naruto mendongakkan wajahnya dan menatap Sakura lalu tersenyum pahit. "Aku tahu, Sakura-chan."

Sakura hanya menundukkan wajahnya sambil menggigit bibirnya. Dada Naruto menjadi sesak. Dia tahu bahwa Sakura yang merupakan anggota se-timnya dan Sasuke, memiliki perasaan terhadap Sasuke sejak diakademi dulu. Dia tahu, bahwa Sakura menyukai Sasuke dan salah satu alasan Naruto bersikeras membawa Sasuke kembali adalah karena Sakura. Dia tidak ingin melihat Sakura sedih, tapi apa boleh buat dia berhasil dikalahkan oleh Sasuke. "Maaf, karena aku tidak bisa membawa Sasuke pulang" Naruto berguma pelan namun masih bisa didengar oleh Sakura. Dia sadar bahwa dia lemah. Dia tidak ada apa-apanya dibanding Sasuke. Dia tidak akan pernah bisa membawa Sasuke kembali. Dia hanya Gadis kecil bodoh yang tidak pantas disebut Ninja.

"Jangan menyalahkan dirimu.. Seha-" ucapan Sakura langsung terpotong saat pintu ruangan itu dibuka secara kasar.

Terlihat seorang wanita yang diikuti oleh seorang laki-laki masuk keruangan tempat Naruto dirawat. Wanita itu langsung saja menghampiri Naruto dan mendaratkan jitakan yang cukup membuat Naruto harus memiliki benjolan diatas kepalanya.

"Hokage-sama.."

"Ittai! Baa-chan, kenapa kau datang-datang langsung menjitakku, dattebayo?" Keluh Naruto sambil mengusap kepalanya sambil sesekali meringis. Naruto merasakan atmosfir diruangan tersebut berubah saat melihat tatapan nyalang dari wanita yang bergelar Hokage itu dan membuatnya harus meneguk ludah berkali-kali. Dia kemudian menyengir gugup berharap sang Hokage menghentikan tatapan membunuhnya itu.

"Dasar gadis bodoh! Setan apa yang merasuki mu hingga kau nekat mengejar bocah Uchiha itu, hah? Kau cari mati?" Tukas Sang Hokage garang. Naruto hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kemudian seorang laki-laki tua dengan rambut putih panjang seperti landak menengahi Sang Hokage. "Sudahlah Tsunade, lagipula Naruto tidak akan mati dengan mudah. Apalagi karena bocah Uchiha itu" ada perasaan senang dihati Naruto saat mendegar laki-laki tua itu membelanya. Dalam hati dia membenarkan bahwa dia tidak akan mati sebelum menjadi hokage. Tsunade hanya mendecak sebal sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Laki-laki itu kemudian mendekati Naruto lalu menarik selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Naruto ternganga saat laki-laki tua itu dengan santai menyingkap baju kaos Naruto keatas hingga menampilkan perut langsing Naruto yang terdapat segel. "Kyaaa~ apa yang kau lakukan, Ero-sennin? Ini namanya pelecehan seksual, dattebayo!" pekik naruto sambil menurunkan Kaosnya. Semua orang yang ada didalam ruangan itu harus menutup telinganya mendengar pekikan Naruto. Laki-laki mesum tadi hanya memutar bola matanya lalu menghadiahkan jitakkan diatas kepala Naruto hingga benjolan dikepalanya kini genap menjadi dua. "Aku hanya ingin memeriksa segel Kyuubi, lagipula aku sama sekali tidak tertarik dengan Gadis dibawah umur yang belum memiliki ukuran dada yang diatas rata-rata sepertimu" ujar laki-laki itu cuek membuat urat kemarahan muncul didahi sang Hokage. Dengan satu pukulan, laki-laki tua itu terpental menabrak tembok membuat tembok pemisah ruangan tersebut menjadi retak.

"Cepat periksa saja segelnya, Jiraiya! Jangan bicara vulgar lagi atau aku akan membunuhmu" hardik sang Hokage horror dengan aura hitam yang menguar dari punggungnya membuat semua orang yang ada diruangan itu merinding.

Laki-laki tua yang bernama Jiraiya itupun bangkit dari keterpurukkannya dan mendekati Naruto untuk kedua kalinya. Dia tidak terlihat terluka sama sekali, padahal kita tahu sendiri kekuatan Hokage kelima ini sangat luar biasa. Naruto hanya menatap takjub ke Ero sennin itu sambil membayangkan jika dia yang mendapat pukulan seperti itu, dia pasti sudah mati.

"Segelnya masih utuh." Ujar Jiraiya membuat hokage kelima menghela nafas lega. Namun Jiraiya kemudian menatap Naruto dengan serius. Naruto tidak tau apa yang Jiraiya pikirkan, tapi dia yakin bahwa ini hal yang sangat penting.

"Kau harus bisa menahan emosimu, Naruto. Semakin sering kau kehilangan kendali, semakin sering pula Cakra kyuubi akan keluar dan itu bisa membuat segel ini semakin melemah." Naruto hanya diam mendengar perkataan Jiraiya. Dia ingat, terakhir kali dia bertarung lembah kematian, dirinya selimuti oleh cakra berwarna merah. Dan itulah yang membuat dirinya cukup lama bertahan saat melawan Sasuke. Jiraiya kemudian menepuk pundak kecil milik Naruto, membuat gadis itu mendongak dan menatap Jiaraiya. "Jangan biarkan siluman rubah itu mengambil alih tubuhmu" Jiraiya lalu melangkah pergi dan menghilang dibalik pintu. Naruto hanya terdiam memikirkan perkataan Jiraiya. Sungguh membayangkan tubuhnya diambil alih oleh Kyuubi dan mencelakakan orang-orang disekitarnya saja dia tidak sanggup.

"Dengarkan itu, Naruto. Sekarang kamu harus istirahat. Tidurlah. Ayo Sakura, biarkan dia istirahat." tukas Tsunade dan dibalas anggukan Naruto dan Sakura. Dia lalu menyusul Jiraiya keluar dari ruangan tersebut. Sakura pun juga mengekorinya dibelakang. Saat diambang pintu, Sakura berbalik dan menatap Naruto dengan tatapan sendu. "Naruto.. Lain kali, aku akan ikut bersamamu" sosok Sakurapun menghilang setelah pintu ruangan itu tertutup. Entah mengapa, Naruto kembali merasakan nyeri didadanya.

"Sasuke..."

.

.

.

Ditempat lain..

"Orochimaru-sama.." Mendengar namanya diucapkan, laki-laki yang memiliki mata ular itu menoleh dan mendapati pengikut setianya sedang berdiri diambang pintu. Matanya kemudian terpaku pada sosok yang berdiri disamping pengikutnya. Seringai mengerikan kini jelas terpatri diwajahnya. Namun seringai itu menghilang ketika dia melihat sasuke terluka. Dia kemudian memerintahkan pengikutnya tersebut untuk mengobati Sasuke diruang pengobatan. Pengikut Orochimaru mengangguk dan mengajak Sasuke menuju ruang pengobatan. Tanpa banyak bicara, Sasuke mengekori pengikut Orochimaru tersebut.

"Aku suka tatapan itu. HAHAHAHA! Akhirnya! Sasuke-kun, Akhirnya kau datang padaku! HAHAHA" tawa Orochimaru menggema diruangan tersebut. Dia tertawa seperti orang kesetanan. Dia kini sungguh bahagia karena apa yang dia inginkan sebentar lagi akan dia dapatkan. Ya, dia menginginkan tubuh Sasuke untuk menjadi tubuh barunya.

Sementara itu, diruang pengobatan, Sasuke sedang diobati oleh pengikut Orochimaru. Dia kemudian memejamkan mata, namun sesaat dia kembali teringat akan pertarungan terakhirnya.

"Naruto.."

xxxx

"Hahhh~ akhirnya aku bisa keluar dari rumah sakit" senyum terkembang diwajah manis Naruto saat dirinya kembali bisa menghirup udara segar. Jujur saja, dia sudah bosan berada dikamar rumah sakit. Dia juga sangat merindukan kedai ramen kebanggaannya. Ah, mengingat ramen dia jadi lapar. Dengan semangat gadis berambut pirang itu pun menghilang dengan cepat.

Tap! Tap! Tap!

Naruto melompati atap demi atap. Dia merasa akan lebih cepat sampai di kedai Ichiraku daripada berjalan.

Tap!

Akhirnya dia sampai didepan kedai Ichiraku, dengan bersemangat dia pun masuk dan langsung mengambil tempat duduk.

"Yo! Paman, seperti biasa. Ramen porsi jumbo!" Naruto berseru sambil mengangkat sebelah tangannya. Senyum terkembang diwajah laki-laki paruh baya si pemilik kedai saat melihat pelanggan setianya akhirnya muncul setelah cukup lama tidak melihatnya. Laki-laki paruh baya itupun mengacungkan jempolnya dan mulai meracik pesanan Naruto

"Aku dengar kau dirawat dirumah sakit, Naruto-chan?" Teuchi meletakkan ramen pesanan Naruto. Sedangkan Naruto hanya mengiyakan pertanyaan Teuchi tanpa mengalihkan tatapannya dari semangkuk ramen diatas meja. Tidak Naruto sadari air liurnya sudah menetes membuat si pemilik kedai hanya bisa geleng-geleng.

"Ittadakimass~" lepas memisahkan sumpit Naruto berseru dan langsung menyantap ramennya dengan lahap.

"Uhh, kenyang" Naruto mengusap perutnya yang sedikit membuncit. Senyum puas dihadiahkannya untuk Teuchi karena sudah membuatnya kenyang hari ini. Tiba-tiba, seseorang datang menghampiri Naruto.

"Naruto.." Naruto pun menoleh saat mendengar suara yang cukup familiar di indera pendengarannya dan mendapati pria bermasker yang sedang memegang buku. Pria tersebut langsung mendudukkan dirinya disamping Naruto.

"Hokage-sama menyuruhmu untuk menemuinya sekarang" tukas Kakashi sambil tetap membaca buku anehnya. Kening Naruto jadi berkerut. Dia heran kenapa dia langsung dipanggil oleh Tsunade padahal dia baru saja keluar rumah sakit. Apa dia akan mendapat misi lagi? Sungguh kejam sekali nenek tua itu. Naruto mengumpat dalam hati. Melihat tatapan bosan Naruto dari ekor matanya, Kakashi menghela nafas.

"Tunggu apalagi? Apa kau ingin dia sendiri yang datang kesini dan menyeretmu kesana?" Ucapan Kakashi membuat Naruto bergidik ngeri. Tentu saja dia tidak ingin hal itu terjadi. Dia lalu bergegas pergi setelah pamit dari Teuchi.

Kakashi yang beranjak langsung mendengar deheman yang merupakan kode keras dari Teuchi.

Kakashi lalu menatap Teuchi dengan tatapan 'Apa' dan Teuchi pun menunjuk mangkuk ramen Naruto.

"Sial!"

Naruto hanya tersenyum puas sambil berjalan menuju kantor Hokage.

"Itu balasan Sensei, siapa suruh kau tidak pernah datang menjengukku" Naruto tertawa pelan membayangkan wajah gurunya itu yang berada dibalik masker.

.

.

.

Naruto menghempaskan tubuhnya diatas single bed miliknya. Manik safirnya menatap langit-langit kamarnya. Tidak ada yang menarik dengan langit-langit itu namun gadis itu begitu betah menatapnya. Dia kemudian teringat akan percakapannya dengan Tsunade tadi siang.

"Latihan khusus ya?" Naruto bergumam. Dia sebenarnya tidak keberatan jika diberi latihan khusus. Tapi apa secepat ini? Apa akatsuki benar-benar sudah memulai pergerakkannya di negara api? Muncul berbagai pertanyaan dikepala Naruto.

"Apapun yang terjadi, aku tidak akan membiarkan akatsuki menyentuh desa ini. Sekalipun aku harus mati"

Naruto membalikkan dirinya hingga menyamping. Matanya kemudian tertuju ke foto yang dia letakkan diatas nakasnya. Foto timnya. Matanya terpaku pada sosok Sasuke yang berada ditengah Sakura dan dirinya.

"Sasuke..."

TBC.

Absurd yah, gomen wkwk XD

Mind to review? Hehe