INSIDE

By. Railash61

.

.

Main Cast: Park Chanyeol, Byun Baekhyun

Support Cast: Oh Sehun (EXO), Kim Heechul (Super Junior)

Genre: Mystery, Crime, Horor

Rate: M

Warning: Yaoi, Boys Love, Shounen-ai

Typo everywhere, tidak sesuai dengan EYD

Summary: Chanyeol hanyalah seorang lelaki penyendiri. Tinggal di mansion tua ersama kekasih mungilnya. Keduanya begitu terobsesi dengan darah, hingga Chanyeol selalu memberi kejuta agar Baekhyun daang dalam sisi gelap mansion mereka.

Note: Full Italic untuk Flasback

.

.

.

Chapter 5

.

.

.

"Dasar kau anak haram!"

"Itu kan Sehun si anak panti asuhan,"

"Jangan dekati dia, dia anak yang telah di buang oleh ayah dan ibunya sendiri, menyedihkan!"

Kalimat-kalimat pedas itu selalu saja setiap harinya Sehun kecil dengar. Ia menunduk dengan kaki yang terus melangkah di sepanjang lorong koridor sekolahnya. Usia anak itu baru beranjak 10 tahun dimana dirinya semakin mengerti apa maksud dari ocehan memuakkan yang selalu tertuju untuknya. Pernah sekali atau bahkan ribuan kali ia berfikir dimana letak kesalahannya. Salahkah jika ia di buang begitu saja oleh kedua orang tuanya? Salahkah jika ia dititipkan di panti asuhan sejak ia masih bayi? Sehun kecil menangis dalam langkah kaki yang gemetar.

Ia selalu menyendiri, selalu menutup semua hal yang asing yang ingin masuk ke dalam kehidupannya.

"Lihat, si anak haram baru pulang dari sekolah eoh?" tanya seorang lelaki berumur 12 tahun dengan kasar.

Sehun kecil mendongak, tampaknya ia sudah tahu akan kemana larinya peristiwa seperti ini.

"Apa kau tuli bocah? Oh, apakah anak haram ini sudah mulai bisu?" tanyanya lagi pada dua orang anak lelaki di samping tubuhnya, mencegat Sehun.

"Tampaknya virus anak haram dapat membuatmu menjadi bisu sepertinya," celetuk anak lelaki dengan baju bergaris putih.

Sehun masih diam saja ketika tiga anak lelaki itu terus saja mencemooh dirinya dengan sebutan 'anak haram' yang membuat telingannya memerah seperti bara api. Namun ia harus tetap diam seperti ini agar semuanya cepat selesai.

"Jawab jika aku sedang bertanya padamu!" bocah lelaki yang berada di tengah itupun menjambak kepala Sehun dengan keras hingga kepalanya nyaris terjungkal kebelakang.

"Akh.." Sehun mengaduh karna jambakan di kepalanya semakin kencang.

"Seharusnya yang mendapatkan kesempatan bersekolah itu aku bodoh! Bukan kau, dasar anak haram tidak berguna!"

"Iya, seharusnya Minho yang mendapat kesempatan emas itu! Kau hanya cari muka saja kan pada ibu panti asuhan?! Makanya ia lebih memilih anak haram sepertimu!" kata teman Minho membuat anak lelaki yang masih menjambak rambut Sehun itu semakin terbakar amarah.

Ketiga bocah lelaki itu masih saja membully Sehun kecil yang bahkan sekarang sudah menangis karna kesakitan. Ia mendapat beberapa luka memar di sekujur tubuhnya. Mereka semua sebenarnya adalah teman sepermainan Sehun ketika ia dulu masih belum bersekolah seperti sekarang. Dengan dana seadanya yang panti asuhan punya, maka panti asuhan itu hanya memilih beberapa anak saja yang mendapat kesempatan untuk bersekolah di sekolah reguler. Sehun terpilih menjadi salah satu dari ketiga anak yang akan bersekolah. Dan sejak saat itu, Minho meminta kedua temannya untuk menyebarkan kebencian terhadap Sehun kecil. Mereka mengatai Sehun dengan sebutan anak haram yang telah di telantarkan oleh kedua orang tuanya yang tidak bertanggung jawab. Padahal semestinya mereka saling merangkul, karena mereka mempunyai kesamaan pada takdir hidup mereka, yaitu sama-sama di campakkan.

Sehun perlahan bangkit setelah lebih dari lima menit terpuruk di tanah. Ia mengais beberapa buku yang tergelepar secara acak di samping tubuhnya. Sesekali meringis tertahan karna sakit yang amat sangat pada tubuhnya. Sehun pun tak yakin jika ia bisa pulang menuju panti asuhan saat ini, mengingat jarak yang masih cukup jauh dari tempat ia sekarang. Entah mengapa Minho dan kawan-kawannya selalu saja mencegat Sehun di kawasan ini. Tepatnya di gang sepit yang bersebelahan dengan mansion tua yang cukup besar.

Sehun mendengus sebentar setelah dilihatnya senja mulai menyeruak tanda sebentar lagi malam akan datang. Entahlah, ia selalu saja bergidik ketika melewati kawasan ini. Mata sipitnya melihat ke segala arah,sembari mengumpulkan benda-benda miliknya yang masih berserakan bekas kawanan Minho tadi. Namun baru saja ia ingin mengambil sebuah kotak pensil yang berada paling jauh dari tubuhnya, tiba-tiba saja sepasang kaki bertapak tepat di depan kotak pensil itu, membuat Sehun terkejut bukan main karna sebelumnya tidak ada siapapun di gang kecil itu kecuali dirinya.

"S-siapa k-kau?" gagap Sehun setelah melihat sesosok manusia dengan setelan berwarna hitam di sekujur tubuhnya.

"Kau anak yang lemah," kata lelaki itu.

"Aku tidak,"

"Kau lemah!" ejeknya kembali.

Sehun merasa aura di sekelilingnya menjadi sangat pengap, seperti tak ada udara sedikitpun yang keluar masuk melalui rongga hidungnya. Sehun tidak tahu siapa lelaki dewasa ini. Wajahnya sangat mengerikan dengan rambut berwarna putih itu. Sorot matanya begitu tajam seolah sedang menohok jantung Sehun hingga ia merasa sesak luar biasa.

Lelaki itu kemudian mendekat lalu membungkuk sedikit, mensejajarkan dirinya dengan Sehun yang masih terduduk.

"Kau benci bukan kepada mereka?" tanya lelaki itu.

Sehun kecil mengangguk dengan polosnya, dan di sambut dengan tawa remeh sang lelaki.

"Kalau begitu, balaskan semua yang telah mereka lakukan kepada mu pada diri mereka sendiri,"

"B-bagaimana caranya paman?"

"Kau cukup ikut dengan ku,"

"Apa kau akan membawaku?"

"Ya, aku akan membawamu pergi, dan setelah kau pergi bersamaku, maka kau akan bisa mengalahkan para pecundang itu,"

Sehun memberanikan dirinya untuk melihat lamat-lamat pada lelaki di depannya ini. Rasanya ia memang ingin sekali membalas semua perlakuan buruk orang-orang di sekelilingnya. Ia ingin mereka merasakan sakitnya di cemooh, ia ingin mereka merasakan bagaimana marahnya di sebut sebagai anak haram padahal ia sama sekali tidak mempunyai kesalahan akan itu. Namun, baru saja Sehun ingin menerima uluran tangan lelaki asing itu, sebuah suara menghentikan keinginan Sehun.

"Ayah, hentikan!" seseorang lagi mengampiri Sehun yang masih terpelongo karna tidak mengerti dengan keadaan.

"Sudah cukup ayah, hentikanlah," kata seseorang itu lagi.

"Masuklah kedalam, ini bukan urusanmu,"

"Tentu ini urusanku, ia masih terlalu kecil untuk kau ambil,"

"Kita tak mengenal usia kau tahu? Sekarang masuklah, dan…"

Belum saja lelaki dewasa dengan surai putih itu selesai dengan kalimatnya, sang anak dengan secepat kilat menggendong Sehun kecil yang masih mematung.

"Aku akan mengantarkannya pulang, dan jangan larang aku," ucapnya seraya pergi dari hadapan sang ayah.

Lelaki dengan usia 14 tahun itu pun membopong Sehun kecil dengan gendongan koala, tas milik Sehun terlampir di dadanya. Ia masih berjalan dan sesekali menengok kearah wajah Sehun yang di penuhi dengan memar di pipinya.

"Omong-omong, siapa namamu bocah?" tanya lelaki itu setelah sebelumnya ia bertanya arah pulang menuju tempat asuhan dimana Sehun tinggal.

"Oh Sehun, kau?"

"Aku Baekhyun, senang berkenalan denganmu,"

.

.

.

"Hoek... hoek... haisssh," sungut Baekhyun tepat pada bibir closet "Aku ini kenapa? Hoek..."

Ini adalah hari kedua dimana Baekhyun hidup 'normal' dengan jantung yang menghiasi rongga di dada sebelah kirinya. Namun, tak lantas senang akan kehidupan barunya, Baekhyun justru merasakan beberapa keanehan pada tubuhnya. Ia akan memuntahkan segala macam makanan yang masuk melalui tubuhnya, entah itu daging atau sayur-sayuran sekalipun. Ia akan memuntahkan semua hingga tak ada yang tersisa dalam tubuhnya.

"Are you alright, dear?" itu suara Chanyeol, pria itu sedang mengurut-urut tengkuk belakang Baekhyun yang masih saja memuntahkan makanannya.

Bukan Baekhyun saja yang merasakan khawatir, karna pada kenyataannya Chanyeol pun jauh lebih khawatir. Chanyeol dua hari ini sudah mencoba segala macam hal, dari mulai memasak berbagai macam menu untuk Baekhyun santap, bahkan Chanyeol menyiapkan satu jantung wanita kesukaan Baekhyun, namun tetap saja pria mungil kekasihnya itu akan tetap memuntahkannya.

"Aku tidak baik Chanyeollie, hoek..." racaunya sembari memuntahkan sisa-sisa daging ayam mentah yang baru saja ia lahap.

"Apa sebaiknya kita hubungi ayahmu?"

"Tidak, tidak dengan ayah,"

"Tapi kau akan sakit jika seperti ini terus sayang,"

"Aku tidak akan pernah sakit Yeollie, kau lupa itu?" Baekhyun bangkit, ia mengusap sudut bibirnya yang tampak basah, dan berlalu meninggalkan Chanyeol.

"Atau harus kah kita ke rumah sakit?"

Chanyeol bangkit, ia mengejar Baekhyun sembari bergumam seperti itu. Baekhyun yang mendengar pun berhenti di tempat dan berbalik arah menuju kekasihnya.

"Itu adalah hal gila, bagaimana jika mereka tahu kalau aku bukan seorang manusia? Itu akan membahayakan kelompok,"

"Jadi harus bagaimana? Aku tak tahan bila melihatmu terus saja memuntahkan makanan. Lihat, kau sangat pucat,"

"Bukankah sejak dulu aku memang selalu pucat?"

"Byun Baekhyun! Bisa kah kau mengerti? Aku hanya terlalu mengkhawatirkan mu,"

"Chanyeol, aku akan baik-baik saja. Mungkin ini hanya sekedar efek pembiasaan yang sedang tubuhku lakukan, percayalah aku akan baik-baik saja,"

"Berjanjilah padaku kau akan selalu baik," Chanyeol mendekat, merengkuh tubuh mungil yang tampak semakin kurus.

"Aku berjanji,"

Baekhyun mengangguk dalam dekapan Chanyeol. Ia mencium aroma kekasihnya yang sangat menenangkan sembari terpejam. Chanyeol mengelus punggung Baekhyun menggunakan telapak tangannya yang besar. Namun baru saja merasa agak tenang, Baekhyun merasa ada sesuatu yang bergerak di dalam perutnya, memelintir dan membuatnya tiba-tiba mengerang kesakitan.

"Baekhyun, ada apa?" tanya Chanyeol khawatir, lalu dengan inisiatifnya sendiri ia membawa Baekhyun untuk berbaring di atas ranjang mereka.

"C-chanyeol.." lirih Baekhyun sembari memegangi perutnya menggunakan kedua tangan.

Peluh sudah membanjiri tubuh Baekhyun yang terlentang, kerutan di dahi dan lirihan kesakitan membuat Chanyeol di landa panik yang luar biasa. Ia tidak pernah mengalami hal ini seumur hidupnya karna memang Baekhyun tidak pernah sakit, lain hal dengan dirinya yang kadang merasakan sakit meski hanya demam. Ya, karna Chanyeol masih belum sepenuhnya sempurna.

Chanyeol yang kebingungan pun hanya bisa memberikan kompresan air hangat pada perut Baekhyun, berharap agar kekasihnya dapat membaik.

Baekhyun masih saja berseru kesakitan membuat hati Chanyeol seperti teriris.

"Kau tahu, jika kau telah sepenuhnya berada di sini, maka kau tak akan pernah merasakan sakit. Kecuali jika masa mu telah berakhir,"

Chanyeol ingat Heechul pernah berkata seperti itu ketika ia baru bergabung dalam kelompok aliran ini. Dan perkataan Heechul yang terus saja terngiang di dalam benaknya. Chanyeol menjadi sangat gelisah dan panik di saat yang bersamaan.

"C-chanyeol, a-apa.. apa aku akan baik-baik saja?" Baekhyun bertanya dengan nada bicara yang sangat menyedihkan.

"Kau baru saja mendapat jantungmu kembali, ini hanya pembiasaan saja. Ya, ini hanya pembiasaan pada tubuhmu, kau akan baik-baik saja,"

Chanyeol sekuat tenaga menenangkan Baekhyun dan menyangkal fikiran negatif yang bersarang di dalam kepalanya. Setelah ini ia harus benar-benar berbicara dengan Heechul melalui telpon. Karna fikirnya lebih baik memberitahukan ini semua kepada Heechul. Itu adalah pilihan satu-satunya yang terbaik untuk Baekhyun saat ini.

.

.

.

Lelaki dengan surai putih yang sedang terduduk di lantai berwarna hitam dengan ukiran bercat merah pekat itu terdiam dengan mata terpejam. Ia tampak sangat tenang saat itu, berbanding terbalik dengan jiwanya yang merasa sangat gelisah. Sebelumnya, ia memang merasa sesuatu telah terjadi pada anak satu-satunya. Bukan tanpa sebab ia merasa seperti itu, ini semua karna salah satu lilin merah yang melambangkan jiwa Baekhyun tiba-tiba meredup dengan sendirinya. Tidak ada angin kala itu karna kedua lilin milik dirinya dan milik Chanyeol yang mendampingi lilin Baekhyun sama sekali tidak bergoyang sedikitpun. Dan itulah sebabnya Heechul duduk terdiam dalam ruangan khusus ini. Berusaha mencari tahu keanehan apa yang sedang terjadi di dalam mansion tua itu.

Deg.. Deg..

Deg..

Deg..

Heechul merasa dalam keterdiamannya. Suara yang sama seperti miliknya namun berdetak berlawanan. Ini aneh, ia tak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Detakan khas itu tidak sama seperti miliknya atau milik Baekhyun yang tertanam di dalam tubuh Chanyeol. Lalu detakan siapa yang Heechul rasakan kini?

Sebelumnya, Heechul memang mampu merasakan juga detakan jantung Baekhyun yang berada dalam tubuh Chanyeol. Alasannya karna Baekhyun adalah darah dagingnya sendiri, kedua darah mereka telah menyatu sejak lama. Maka dengan ritual se sederhana ini saja Heechul mampu membaca detakkan jantung milik anaknya meski jantung itu telah bersarang di tubuh Chanyeol.

Deg.. Deg..

Detakan itu semakin keras berbunyi hingga Heechul merasa bahwa suatu hal yang buruk telah terjadi pada Baekhyun.

Ia tetap saja terduduk diam dengan melafalkan beberapa kalimat pujian, hingga saat ia berusaha menyelami detakan itu, sebuah hantaman sangat keras menohok jantung miliknya. Heechul masih terdiam berusaha lagi memahami apa yang telah terjadi meski kini bibirnya memuntahkan cairan merah berbau anyir tersebut. Dan seketika, kedua bola matanya terbuka dengan sekeliling leher yang terjerat benda tak kasat mata.

Heechul seolah terjerat, ia sesak nafas namun tetap berusaha pada posisinya seperti semula. Jeratan pada lehernya semakin menjadi, ia menarik nafas terengah. Ia tak tahan dengan jeratan pada lehernya dan hantaman pada jantungnya. Maka ia menyerah dengan melafalkan sebuah kalimat.

"Viene Diego rumbeando,"

Seketika, ruangan mendadak gelap karna penerangan pada lampu kamar itu medadak padam, juga pada ketiga lilin merah yang berada di hadapannya pun sama. Heechul gelisah, ia tak bisa berfikir dengan jernih lagi mengingat apa yang akan terjadi kepada Baekhyun. Dengan cekatan ia tinggalkan ruangan itu, bergegas menuju mansion tua tempat dulu ia tinggal bersama Baekhyun.

Di sepanjang perjalanan, Heechul tak berhenti-berhentinya menengok ke kanan dan kiri. Entahlah, ia merasa bahwa sang Raja sedang begitu marah kepada Baekhyun. Heechul sendiri tidak tahu apa yang membuat keadaan menjadi seperti ini. Maka dari itu ia berniat untuk tinggal sementara di mansion Baekhyun dan Chanyeol, hingga semua keadaan berangsur normal kembali.

Tak butuh waktu lama untuk Heechul sampai pada rumah tua itu karna jaraknya pun hanya kurang dari 45 menit jika di tempuh menggunakan mobil. Terlebih Heechul yang di landa panik pun selalu menekan pedal gas hingga dapat memangkas waktu 10 menit dari biasanya.

Tok..

Tok..

Lelaki dengan surai putih itu mengetuk pintu mansion. Membiarkan mobilnya teronggok begitu saja karna keadaan di dalam jauh lebih penting. Heechul menggeram karna tak ada seorangpun yang datang membuka pintu, kemana perginya Chanyeol?

Dengan gusar mencari kunci duplikat mansion itu dan menemukannya di dalam tas selempang yang ia bawa. Tanpa membuang waktu lagi, ia pun membuka dan kemudian sedikit berlari menuju lantai dua dimana kamar Chanyeol dan Baekhyun berada.

Samar-samar ia mendengar rintihan kesakitan milik Baekhyun yang sangat menyedihkan.

Brak..

Heechul membuka pintu dengan kasar, bola matanya mendapati sang anak telah terbaring dengan kulit tubuh sepucat gading. Chanyeol berada di sana, menggenggam jemari Baekhyun tanpa bisa berbuat apa-apa.

Heechul mendekat, ia melihat urat-urat milik Baekhyun muncul kepermukaan. Wajahnya tak lagi anggun melaikan sayu luar biasa. Rambut hitam itu tampak basah oleh keringat.

"Paman, ada apa dengan Baekhyun?" tanya Chanyeol perlahan.

"Sejak kapan ia seperti ini?" Heechul malah bertanya kembali pada Chanyeol.

"Semuanya terjadi sejak dua hari yang lalu, ia.. ia mendapat kembali jantungnya tepat pada saat kami sampai setelah ritual kemarin. Namun setelah itu, ia selalu memuntahkan semua yang di makannya. Bahkan sebuah jantung pun ia muntahkan. Tidak ada hal buruk yang terjadi kan paman?" jelas Chanyeol dan kemudian ia bertanya lagi untuk memastikan.

"Kau belum memenuhi 100 jantung?" Chanyeol menggeleng.

Heechul memijat pelipisnya, benar batinnya selama ini bahwa Chanyeol memang tak mampu menjalankan misi aneh seperti ini.

"Apa kalian pernah memiliki niatan untuk pergi setelah 100 jantung terlewati?" tanya Heechul lagi.

"Aku benar-benar bermimpi bahwa kita bisa menikah seperti orang normal, berjalan di altar dan berjanji sehidup semati di hadapan Tuhan,"

Sekelibat perkataan Baekhyun ketika ia sedang bersama Chanyeol terngiang tiba-tiba. Dimana Baekhyun berharap sebuah pernikahan, berharap bisa berjanji di hadapan Tuhan Yang Maha Esa berlatarkan altar gereja. Baekhyun mengharapkan hal yang benar- benar di larang dalam kelompok mereka. Dan itu berimbas sekarang, tubuhnya remuk redam karna ucapannya sendiri.

"Apa itu yang menyebabkan sebuah jantung tiba-tiba berada di dalam dirinya?" tanya Chanyeol, dan Heechul mengangguk.

"Setelah ini, masa Baekhyun akan berakhir, hanya dalam satu minggu," Heechul kembali mengiyakan, guratan wajahnya tampak sendu melihat Baekhyun yang sekarang sudah tak sadarkan diri.

"S-satu minggu? Dan.. dan setelah itu?"

"Jiwanya bangkit, namun tak lagi menginjak bumi," jawabnya lesu.

"Apa tidak ada yang bisa di lakukan lagi untuk menyelamatkan Baekhyun?" tanya Chanyeol sembari berdiri, dirinya terlihat sangat kacau dengan bola mata besar yang memerah.

Heechul menggeleng, tangannya sibuk bertautan dengan milik Baekhyun.

"Baekhyun sangat memimpikan sebuah pernikahan, dan ia mengharapkan pernikahan di hadapan Tuhan. Ia sangat menginginkan itu," ucap Chanyeol "Apa karna perkataan itu membuatnya seperti ini? Baekhyun hanya memimpikan sebuah mimpi," lanjutnya.

"Tapi itu adalah sebuah kesalahan, kau tau, disaat kau sudah memulai untuk menjalani sebuah kesalahan maka kau tidak di benarkan untuk kembali kepada kebenaran. Dan itulah yang sekarang terjadi. Begitu banyak kasus seperti ini, terlebih Baekhyun menumpang pada seorang manusia biasa seperti mu yang masih harus mengemban tubuhnya melalui 100 jantung. Ini akan menjadi semakin rumit," jelas Heechul.

Chanyeol menggeram, ia marah akan dirinya sendiri. Ia merasa gagal terhadap Baekhyun yang sudah merelakan sebuah jantung untuknya namun ia tak bisa membalas segala pengorbanan Baekhyun.

"Apa memang benar tak ada jalan keluar? Paman, tolonglah.. dia anakmu," mohon Chanyeol sembari mengoyakan kedua bahu Heechul yang masih saja menatap nanar pada tubuh Baekhyun.

"Aku pernah membaca sebuah kitab, dimana ada sebuah cara untuk menghadapi kejadian seperti ini, namun tentu semua hal memerlukan pengorbanan kembali," Heechul menatap hanyeol seolah bertanya pada anak itu mau kah ia mengorbankan sesuatu untuk anaknya.

"Apapun akan ku lakukan untuk Baekhyun, apapun itu,"

Heechul beranjak dari dudukya di tepian ranjang milik Chanyeol dan Baekhyun. Ia mengambil sebuah kitab tebal di dalam tas yang tadi di bawanya. Kitab kecoklatan bersampul huruf latin itu perlahan di buka. Chanyeol hanya mampu meliat Heechul sejenak dan kemudian kembali menatap sendu pada tubuh Baekhyun yang terus saja memucat dengan seluruh urat berwarna kehijauan bertampak pada kulit tubuhnya. Hati Chanyeol benar-benar teriris bukan main melihat kekasihnya tak berdaya seperti itu. Dan baru saja ia ingin menyentuh wajah pucat Baekhyun, Heechul mengentikan pergerkannya.

"Ada sebuah cara untuk menyembuhkan Baekhyun kembali, dan cara tersebut telah di jelaskan dalam kitab ini," kata Heechul sembari menunjukan huruf latin yang sama sekali tidak dimengerti oleh Chanyeol.

"Tolong jelaskan saja,"

"Sebuah keabadian terenggut oleh raja dari segala raja, jiwa terkutuk itu akan menjadi salah satu pemuas, tak akan pernah kembali namun ia terus selalu terjebak dalam kesenangan menyakitkan,"

"Apa maksudnya itu?" Chanyeol mengernyit dengan tangan yang enggan melepas genggaman tangannya pada Baekhyun.

"Sebuah jiwa kembali datang, berusaha membawa lari hal yang sudah di renggut oleh sang raja, keabadian terus mengekori sang jiwa yang datang, lalu menyelamatkan satu sama lain. Jiwa putih itu harus benar-benar putih, hingga sang terkutuk dapat termaafkan," lanjut Heechul seraya menerjemahkan bahasa asing ke bahasa ibu mereka.

"Kau harus mencari seseorang yang bisa menolong Baekhyun, seseorang yang… tulus mencintainya,"

Heechul merasa perubahan dari wajah Chanyeol, pria itu menatap wajah Baekhyun dan dirinya secara bergantian.

"Lalu apa yang harus dikorbankan? Diriku atau..?"

"Perasaanmu," potong Heechul.

"Perasaanku?"

"Ya, perasaanmu. Karna disini di sebutkan 'Jiwa putih itu harus benar-benar putih' dalam artian ia harus benar-benar mencintai Baekhyun dan harus benar-benar menyerahkan seluruh jiwa raga dan hatinya kepada Baphomet,"

"Tapi aku menyerahkan seluruh jiwa raga dan hatiku juga padanya, lalu apa masalahnya?" ujar Chanyeol tak terima.

"Tugas mu belum selesai Chanyeol-ah, kau masih mempunyai hutang padanya. Jiwa mu belum sepenuhnya berada pada kami, kau masih separuh dan itu tidak akan cukup. Coba relakan sedikit saja perasaanmu untuk Baekhyun, setidaknya ia harus kembali hidup karna hanya ia satu-satunya yang kupunyai saat ini. Tolong mengalah lah demi dirinya,"

Chanyeol terdiam dengan perkataan Heechul barusan. Haruskah ia merelakan perasaanya untuk membiarkan Baekhyun di selamatkan oleh orang lain? Ingin sekali rasanya ia marah, ingin sekali rasanya ia memaki keadaan karna saat semua hampir saja berakhir, sebuah cobaan kembali menghambat kebahagiaannya bersama sang kekasih. Namun rasanya egois bukanlah hal yang tepat saat ini. Jika Baekhyun tak kembali hidup maka ia akan menjadi seonggok daging yang tak mempunyai rasa. Karna cintanya akan ikut pergi bersama Baekhyun.

Chanyeol memejamkan matanya. Ia menguatkan diri sendiri bahwa pilihannya kini adalah yang terbaik untuk Baekhyun.

"Jika memang harus seperti itu, lantas siapa yang akan melakukannya? Haruskah orang itu Oh Sehun?" lirih Chanyeol.

"Sepertinya tak ada jalan lain, hanya dia yang mampu kita harapkan. Waktu akan terus bergulir, dan ritual ini bukanlah ritual sepele yang dapat terlaksana dengan mudah," kata Heechul "Kau harus merelakannya kali ini untuk Oh Sehun, Chanyeol-ah,"

"Ini semua hanya untuk Baekhyun, hanya untuknya," ujar Chanyeol guna menguatkan kembali dirinya sendiri.

.

.

.

TO BE CONTINUE

.

.

.

Haiiii semuanyaaa…. Selamat malam hihi..

Bagaimana? Wordnya dikit ya?:"Soalnya mau panjangin buat besok ritual-ritualan, jadi kalian masih mau baca ga? Kkkkk aku jadi inget kemarin ada yang nanya tau ritual-ritual di chap sebelumnya dari mana. Aku bukan salah satu dari mereka, tapi berterima kasihlah pada Google dan Youtube kkkk berkat dua mesin pencari itu aku bisa tau beserta dengan kalimatnya. Btw aku bikin Chanyeol lembek sekali di chap ini karna Chanyeol yang brengsek sudah mainstream /ditabok/ kkkk

Dan… Happy Birthday buat kak Aya a.k.a Sayaka Dini, buat kak Putri a.k.a Pupuputri, buat kak Alfi a.k.a Kacangpolongman, buat Yuri a.k.a Oh Yuri. Semoga panjang umur buat kalian, sehat selalu, cepet dapet momongan /eh.. kkkk buat kak Aya maksudnya itu kkkk semoga makin sukses kedepannya.

Aku malam ini pun update ga sendirian, tentu bareng sama Author Chanbaek yang lain seperti: Pupuputri, Baekbychuu, SilvieVienoy96, Oh Yuri, RedApplee, PrincePink, Hyurien92, Park Ayoung, Byun Min Hwa, Myka Rein (Tim rusuh kkkk), JongTakGu88, Sayaka Dini, CussonsBaekby. Jangan lupa check strory line mereka ya! Hihi..

Terakhir, jangan lupa review meski di chap ini aku yakin kurang memuaskan kalian. Terima kasih sudah mau membaca^^

-R61-