The Mighty Fall

An EXO Fiction

By: Boomiee92 ft Ren

HunKai

Rating: M

Halo semua ini chapter tiga belas selamat membaca maaf atas segala kesalahan. Ini adalah chapter terakhir dari The Mighty Fall tapi akan dipisah menjadi dua bagian 13 a dan 13 b, terima kasih sudah mengikuti cerita ini sampai akhir. Happy reading all…

BRUK! Jongin jatuh berlutut kemudian menangis sejadi-jadinya. Kedua telapak tangannya masih dipenuhi dengan noda darah. "Apa kau menyesal sekarang?" Jongin langsung bangkit dan memutar tubuhnya dengan cepat menatap Sehun. "Tidak ada kata mundur lagi Jongin, tegarlah."

"Aku tahu!" Jongin berteriak murka. "Aku tahu apa yang akan terjadi aku hanya butuh waktu sebentar. Waktu untuk bernapas." Sehun diam tak menanggapi dan memilih untuk tetap berdiri di belakang tubuh Jongin yang masih berlutut di atas padang rumput.

PREVIOUS

"Aaaahhh!" teriakkan lantang itu menarik perhatian semua orang, Jongin memutar tubuhnya melihat seseorang terjatuh di atas tanah dengan panah menancap di dada.

"Serangan mendadak!" pekikan itu membuat semua orang panik.

"Minho atur semua pasukan!" Jongin berteriak sekuat tenaga.

"Atur semua pasukan Seunghyun!" Teriakkan Jongin disambung oleh Sehun.

"Ini yang kau cemaskan kerajaan tidak pernah bermain adil?!" Jongin bertanya cepat sembari menghampiri Sehun yang bersiap dengan pedang dan pistolnya.

"Ya."

"Sehun."

"Mereka lebih jeli dari yang aku baca. Seharusnya kita menghabisi Siwon terlebih dahulu. Aku rasa pertemuan kemarin malam adalah bagian strategi untuk memata-matai kita."

"Kurasa ini bukan vampire mereka tidak akan menyerang dengan senjata! Kurasa desa sekutu kerajaan yang melakukannya, vampire tidak pernah menggunakan senjata."

"Peraturan sudah berubah Jongin, apapun caranya, mereka akan melanggar untuk memang. Pihak kerajaan tidak ingin dijatuhkan."

"Aku akan mengatur pasukan!" Minho berteriak kemudian berlari kencang dan bersiul agar kelompoknya berkumpul.

"Taemin bawa anak-anak, perempuan, dan yang lemah ke bunker perlindungan!"

"Baik Jongin!" pekik Taemin. Jongin berlari menghampiri Minho semua orang sudah siap.

"Berlindunglah!" pekik Jongin. "Jangan melakukan serangan bisa saja ini hanya jebakan."

Semua orang yang berada di garis depan berlindung di parit yang sengaja digali untuk strategi perang. Hanya Jongin yang berdiri menatap pasukan vampire dan manusia sekutu. "Jumlahnya sangat banyak!" pekik Jongin memberitahu kepada semua orang. "Jangan melakukan apapun sebelum aku memberi tanda." Sambung Jongin. "Sehun?"

"Kau juga berlindung Jongin."

"Tidak. Aku akan ikut bertarung." Sehun ingin menjawab namun hal itu terhenti saat Sehun merasakan sesuatu.

"Kelelawar dilepaskan. Jongin berjanjilah untuk selamat."

"Kau juga." Jongin tersenyum sekilas sebelum memutar tubuhnya dan berlari menuju kelompok pemanah.

"Kelelawar dilepaskan! Para serigala lindungi manusia, para penembang bidik kelelawarnya pemanah bidik vampire yang lolos dari garis depan!" Jongin berteriak lantang.

Pasukan vampire terlihat berlari dalam kecepatan penuh. Siwon memimpin pasukan berdiri di hadapan Sehun. "Siapapun pemimpin kalian ini adalah kesempatan terakhir kalian untuk berdamai dengan kaum vampire!"

"Tidak perlu menanggapi!" Teriak Jongin membuat Sehun hampir saja tertawa dan pasti akan sangat tidak elit tertawa di tengah medan pertempuran.

"Baiklah ini pilihan kalian! Serang dan hancurkan desa ini jangan sisakan apapun, pengkhianat harus dimusnahkan."

"Minho ambil alih pasukan di sini! Kyungsoo hyung juga!"

"Baik Jongin!"

Jongin langsung memberi aba-aba kepada penembak untuk menembakkan peluru-peluru perak mereka pada kelewar-kelewar yang berterbangan dengan sangat cepat di atas mereka. Para serigala melindungi semua manusia dengan sangat baik sesekali mereka menyerang dengan cakar dan gigitan. Kelewar-kelelawar mengerikan terjatuh di atas tanah, berukuran besar, mengerikan, bersimbah darah dengan menjijikkan. Jongin berlari menghindari tubuh-tubuh kelewar raksasa yang meluncur cepat dari atas dan terhempas ke tanah.

Kedua mata Jongin menatap dengan teliti setiap tubuh yang terjatuh ke atas tanah. Perak hanya melemahkan dan tidak menewaskan vampire, yang langsung tewas berarti mereka adalah manusia. Manusia yang memilih tetap membela kerajaan. Jongin melompat ke dalam parit, bersembunyi bersama Minho dan beberapa puluh pria, menunggu saat yang tepat untuk melakukan serangan kejutan.

"Kita serang sekarang!" Jongin berteriak lantang sambil melompat keluar dari parit. Pistol dengan peluru perak di tangan kiri dan pedang di tangan kanan. Vampire yang sudah terkena tembakan dan lemah bisa langsung diatasi. Sehun berlari di samping Jongin. Tangan kanannya memegang pedang menghindari peluru yang dilesatkan pasukan vampire ke arah tubuhnya dengan sigap. Sehun melirik Jongin, ia merasa lega Jongin melewati semua pasukan vampire yang menghadang mereka dengan mudah.

"Kepala dan jantung! Kepala dan jantung!" Jongin berteriak mengingatkan semua orang tentang dua titik yang harus diserang untuk membunuh vampire.

Jongin berlari cepat melintasi Minho menuju Taemin yang terlihat kewalahan menghadapi satu vampire perempuan berambut merah. Jongin datang tanpa diketahui si vampire perempuan, dengan cepat Jongin memutus kepala si vampire perempuan dengan pedang tajamnya.

"Ahhh!" teriakkan Kyungsoo menarik perhatian Jongin, ia berputar cepat melihat kakak laki-lakinya yang terjatuh di atas tanah. Siwon bersiap menusuk perut Kyungsoo. Jongin mengambil belati yang diselipkan pada rompi melemparkan belati itu ke arah Siwon dan menancap pada kepala Siwon membuat sang pemimpin pasukan terjatuh di atas tanah.

Jongin berdiri di tengah padang rumput indah yang kini menjadi medan perang. Tubuh-tubuh bergelimpangan, darah dan darah, serta bau anyir tercium kuat di udara. Desingan peluru serta anak panah menghiasi langit. "Ah!" Jongin memekik tertahan saat sesuatu menubruk tubuhnya dengan keras. Tulang pinggang Jongin membentur batang pohon sikamor. Samar-samar Jongin mendengar suara retakan, pinggangnya nyeri sangat nyeri dan dirinya tidak bisa bergerak untuk beberapa saat. Aura yang menekan, membuat Jongin sulit untuk berdiri.

"Kau berniat untuk melawan vampire?"

Jongin menatap Suho dengan tatapan terkejut. Tidak salah lagi sang tetua telah turun di medan perang. "Kau berniat melawan vampire?!" Suho memekik keras sambil menarik kerah kemeja Jongin. Mencekik leher Jongin.

"Semuanya mundur!" Sehun berteriak keras kepada pasukannya. "Minho, Kyungsoo, Taemin, suruh semuanya mundur! Lari ke hutan sekarang juga! Serigala tunjukkan jalannya semuanya mundur!" Sehun berteriak kencang sambil terus membunuh vampire-vampire yang berniat untuk merangsek mendekati pasukannya.

"Kenapa mundur takut mati?!" salah seorang vampire berteriak pada Sehun.

"Bodoh yang masih bertahan di medan perang!" Sehun berteriak lantang sebelum menusuk jantung vampire yang tadi menghinanya.

Semua pasukan mundur termasuk sebagian besar pasukan vampire tak terkecuali, medan pertempuran berubah sepi dalam sesaat. Jongin merasa sesak, tubuhnya benar-benar tidak bisa digerakkan kekuatan seorang tetua memang tidak bisa diremehkan. BRUGH! Suho membenturkan punggung Jongin pada batang sikamor dengan keras. Jongin tak bisa berteriak karena lehernya tercekik. Jongin merasakan cekikan Suho pada lehernya semakin erat dan kini kedua kakinya tak lagi memijak tanah.

"Kau memang harus mati!" Jongin hanya bisa memejamkan kedua matanya dan mengeluarkan teriakkan tak bersuara saat sesuatu yang tajam mengoyak perutnya. Susah payah Jongin membuka mata kanannya melihat tanah di bawah kakinya telah ternoda oleh darah yang tidak bisa dikatakan sedikit dan semua itu adalah darah yang mengalir dari perutnya.

"Ka—kami tidak akan—tun—duk pada kalian." Terbata Jongin mengucapkan kalimatnya.

"Kalian akan kalah." Ucap Suho kemudian tertawa terbahak. Jongin mengumpulkan sisa tenaganya ia angkat kaki kanannya dan menendang perut Suho sekuat tenaga. Suho terhuyung ke belakang cengkeraman tangan Suho pada lehernya terlepas. Tubuh Jongin terjatuh ke atas tanah dengan cara menyakitkan. Jongin menarik pedang yang menembus perutnya. "Apa yang bisa kau lakukan?! Kau akan mati!" pekik Suho.

Jongin menggenggam pedang dengan kedua tangannya, dengan sisa tenaga ia melesat cepat menusukkan ujung pedang pada leher Suho. "Aku akan mati denganmu!" Jongin berteriak. Dan semua peperangan yang terjadi seketika terhenti bersamaan dengan tubuh Suho yang terhempas ke atas tanah. "Tetua telah terbunuh!" pekikan terdengar lantang.

"Brengsek!" Sehun mengumpat keras karena beberapa vampire keras kepala terus menghalangi jalannya. "Jongin!" Sehun panik melihat tubuh Jongin terjatuh di atas tanah berumput.

Jongin terhuyung ke belakang kemudian terjatuh. Langit cerah, aroma rerumputan, suara gemirisik ranting pohon apel, angin lembut yang membelai wajahnya. Entah berapa kali dirinya sudah berada di tempat ini ia tetap saja terpesona dengan keindahan sederhana yang ditawarkan padang rumput ini. Jongin mencoba mengangkat tangan kanannya, darah segar menempel pada telapak tangan kanannya. Lukanya tidak sembuh, Jongin merasa pandangannya mulai kabur dan tubuhnya benar-benar lelah. Rasa kantuk menggalayut dengan kuat.

Tetua telah terbunuh Jongin tidak tahu apa kemenangan ada di pihak manusia sekarang. Lelah, tubuhnya sudah benar-benar lelah sekarang. Kedua kelopak matanya terasa sangat berat. Ia melihat wajah Sehun, menatapnya dengan panik, berteriak histeris, namun ia tak bisa mendengar suara Sehun. Tidak ada suara yang bisa dia dengar sekarang dan kegelapan datang dengan sangat cepat.

"Jongin!" Sehun berteriak lantang, ia berlari menghampiri Jongin. Menjatuhkan tubuhnya memangku tubuh Jongin. Tangan kirinya dengan gemetar menekan luka menganga pada perut Jongin. "Jongin!" Sehun panik kala kedua kelopak mata Jongin perlahan mulai tertutup. "Tidak Jongin kau tidak boleh mati, Jongin kau sudah berjanji untuk selamat. Jongin. Jongin?!" Sehun mengguncang pelan tubuh Jongin. Tidak ada reaksi. "Jongin…," Sehun berbisik lirih, sesuatu yang selama ini ia tahan semakin kuat menekan. Pada akhirnya Sehun mengalah.

"Ahhhh!" teriakkan lantang terdengar dari para vampire.

"Seunghyun?!" Minho berteriak panik melihat Seunghyun berlutut di atas tanah. "Ada apa?"

"Sehun, Sehun melakukannya."

"Melakukan apa?!"

"Tetap sembunyi!" itu adalah teriakkan terakhir Seunghyun sebelum ia jatuh tak sadarkan diri di atas tanah bersama para vampire yang lainnya. Para vampire tak sadarkan diri.

Sehun melesat cepat, selama ini Luhan yang menjaganya tetap waras, setelah Luhan direnggut, Jonginlah yang menjadi alasan untuknya tetap waras, semuanya telah direnggut. Sekarang kegelapan telah menyambutnya dengan sangat ramah. Sehun telah menyerah pada kegelapan.

.

.

.

"Katakan apa ini?!" Kris berteriak murka pada professor gila di hadapannya. Blank. Sedangkan Blank hanya tertawa histeris. "Katakan dengan jelas!" Kris menarik kerah kemeja lusuh Blank mencekiknya kuat.

"Apa Anda tidak bisa membaca Tuan." Tanpa rasa takut dan rasa sakit Blank menjawab dengan lancar.

"Kau hanya bermain-main kan? Ini semua karanganmu!"

"Tuan, saya tidak mungkin membuat kebohongan. Saya menghargai ilmu pengetahuan, semua didasari oleh penelitian dan bukti. Bukan kebohongan, ah kecuali ramalan tentang Nemesis yang mungkin terdengar seperti khayalan tapi sekarang terbukti bukan. Nemesis benar-benar ada Tuan."

"Aku bukan bertanya Nemesis tapi tetua?!"

"Astaga Tuan, apa Anda tidak bisa membaca?"

"Blank!" Kris benar-benar murka ia menendang keras perut Blank.

Blank meludah ke atas lantai kerajaan yang mewah, darah keluar dari mulutnya akibat tendangan Kris. Terhuyung, Blank berdiri mengusap pelan perutnya. "Di situ jelas disebutkan jika tetua, vampire terkuat bukanlah Tuan Suho. Namun, Odult. Tuan Sehun. Tidak ada seorangpun yang tahu, energi yang tidak terdeteksi. Selama ini vampire terkuat hidup di sekitar Anda, Tuan Kris. Anda menghinanya, mengambil sesuatu yang berharga darinya. Bukan sekali tapi berulang kali. Nemesis, aku rasa Nemesis itu sesuatu yang berharga untuk Tuan Sehun jika Nemesis mati maka Tuan Sehun tidak akan melepaskan Anda." Di akhir kalimat Blank tertawa histeris.

Kris berniat untuk menghajar Blank, namun sesuatu yang terasa sangat dingin membuatnya terpaku di tempat. "Jadi ada dua tetua selama ini? Bahkan Suho sendiri tak mengetahuinya?" Kris bertanya pada Blank, sang professor gila hanya mengangguk pelan.

Aura sedingin kutub, melumpuhkan, membuat setiap vampire yang tak cukup kuat berlutut di atas tanah, termasuk Kris, ia mencoba melawan namun tak sanggup. Ia terjatuh, berlutut di atas lantai pualam kerajaan. Ia tak sempat melihat siapa yang datang karena kegelapan menyambutnya lebih cepat. Detik itu, sebelum maut menjemputnya Kris menyesal telah membuat keputusan gegabah dengan membunuh Luhan, mengobarkan perang, dan memberi perintah untuk menghabisi Jongin. Semuanya terlambat, dia mati, tidak akan dibangkitkan lagi, berakhir.

Blank gemetar saat Sehun berdiri di hadapannya, tatapan kosong tanpa belas kasihan. "Nemesis itu sudah mati?" tidak ada jawaban. "Perkamen terakhir menyebut dia indah seperti mawar, membuatmu terpesona namun jangan mencintainya karena dia akan layu dan gugur dengan cepat membuatmu merana."

Pandangan Sehun berubah ia berlutut di hadapan Blank. "Apa kau bisa menyelamatkannya, apa kau bisa?"

"Saya akan mencobanya Tuan Sehun jika gagal Anda bisa menghabisi saya detik itu juga saya tidak akan menyesal atau merasa takut."

"Ikut aku." Sehun menarik tangan kanan Blank membawanya pergi. Ketika meninggalkan kerajaan, Blank melihat bahwa semua vampire yang menentang kedatangan Sehun dan menentang peperangan sudah tewas. Tergeletak di atas tanah bersama seluruh keangkuhan mereka.

.

.

.

Perang berakhir, pemenang sudah terlihat dengan jelas. Pihak yang menginginkan perdamaian. Tidak ada seorangpun yang gugur dari pihak Sehun dan Jongin, mungkin kecuali Jongin. Semua orang ada di luar. Seunghyun, Taemin, Minho, dan Kyungsoo ada di dalam bangunan gudang. Berdiri menatap tubuh Jongin yang dibaringkan di atas peti penyimpanan kentang. Pintu gudang terbuka aura dingin menusuk. "Sebaiknya kita keluar." Ucap Seunghyun. Kyungsoo membuat gerakan menolak. "Keluar demi kebaikan semuanya." Seunghyun berucap lembut. Kyungsoo akhirnya menurut dan berjalan keluar bersama yang lain. Sehun menutup pintu gudang.

"Apa yang bisa kau lakukan."

"Baik Tuan Sehun." Sehun berusaha keras untuk tidak jatuh dalam kegelapan memperhatikan apa yang Blank lakukan pada tubuh Jongin. Tak lama Blank menoleh menatap Sehun dengan tatapan menyedihkan. Sehun mengepalkan kedua telapak tangannya kuat-kuta.

"Keluarlah sebelum aku berubah pikiran dan jangan izinkan siapapun masuk." Blank mengangguk pelan dan berlari tergopoh menuju pintu. BRAK! Pintu gudang tertutup kasar mengeluarkan suara memekakan telinga.

Rasa sakit ini lebih buruk dari semua rasa sakit yang pernah Sehun rasakan. Ia berlutut di samping tubuh Jongin, menggenggam jari jemari lentik yang kini terasa begitu dingin. "Kau berjanji untuk selamat, kau mengatakan mencintaiku. Kenapa pergi? Jongin kenapa pergi?" perlahan Sehun berdiri dari posisi berlututnya. Mengangkat tubuh tak bernyawa Jongin membawanya pergi meninggalkan gudang tua.

Semua manusia dan vampire yang melihat kedatangan Sehun, menyingkir memberinya jalan, menundukkan kepala mereka. Tidak ada suara semuanya membisu. Suara gemerisik angin dan ranting pepohonan bahkan terdengar terlalu berisik sekarang.

"Kenapa kau menolongku? Kenapa kau tidak membunuhku di hutan terlarang waktu itu? Padahal ada larangan tegas manusia dilarang memasuki hutan terlarang, pelanggar dijatuhi hukuman mati."

"Kita bicarakan nanti sekarang tunjukan dimana rumahmu." Ucap Sehun sambil menarik pergelangan tangan kiri Jongin.

"Kau yang meminta agar kita saling mengenal?!" Jongin memekik protes. "Sehun!" Sehun tidak peduli dengan teriakan Jongin, terus ditariknya tangan Jongin. Keduanya melintasi padang lavender dengan cepat.

Padang lavender. Sehun hanya ingin pergi ke tempat yang dipenuhi oleh warna ungu dan sangat harum. Perlahan Sehun membaringkan tubuh Jongin di hamparan lavender. Begitu mungil dan begitu rapuh. Sehun berulang kali mengerjapkan kedua matanya yang terus digenangi oleh air mata. Di antara balutan warna ungu lavender. "Kau tidak menepati janjimu, seharusnya aku marah. Aku harus melakukan apa Jongin?"

Sehun menggigit pergelangan tangan kirinya membiarkan darah menetes dari sana berjalan mendekati Jongin. Meletakkan pergelangan tangan kirinya yang kini dibalut darah ke atas bibir penuh Jongin. Sehun tersenyum perih. "Inipun tidak berhasil, Jongin." Sehun membiarkan air mata mengalir keluar dari kedua matanya tanpa niatan untuk mencegah dan berpura tegar. "Dia indah seperti mawar, membuatmu terpesona namun jangan mencintainya karena dia akan layu dan gugur dengan cepat dan membuatmu merana." Dengan bibir dan suara bergetar, Sehun menggumamkan kalimat terakhir dari perkamen Nemesis. "Kau Nemesis, aku yakin itu. Terima kasih Jongin." Sehun menundukkan kepalanya mengecup singkat dahi dan bibir penuh Jongin. "Aku mencintaimu, tidurlah yang nyenyak Jongin."

END

EPILOG

Sistem kerajaan. Penguasa dipilih berdasarkan suara terbanyak. Vampire dan manusia mendapat jatah sama di kursi parlemen sebagai pengawas jalannya pemerintahan. Meski ada banyak perbaikan yang harus dilakukan semua berjalan dengan cukup baik setelah peperangan. Sekolah-sekolah banyak dibuka, manusia dan vampire memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan tinggi. Bahkan pernikahan antara manusia dan vampire diperbolehkan.

Empat puluh tahun berlalu namun Sehun masih mengingat semuanya dengan sangat jelas. Sepulang mengajar di universitas Sehun menyempatkan diri untuk pergi ke ladang lavender. Semuanya terlihat sama kecuali rumah-rumah penduduk yang lebih besar, gedung rumah sakit, universitas, dan pagar pembatas yang dihilangkan dari desa. Desa kelahiran Jongin. Sehun berdiri di kejauhan mengamati anak-anak yang berlarian melewati jalan setapak yang membelah ladang lavender. Mereka tidak tahu, pernah ada pertempuran besar untuk mendapatkan hak dan kebebasan yang sekarang mereka nikmati. Pernah ada sebuah legenda yang sebagian besar meragukan legenda tersebut, namun, ia benar-benar datang kemudian pergi secepat kelopak mawar yang mekar dan layu.

Sehun tersenyum perih, ia melihat bukit di kejauhan. Kedua kakinya melangkah pelan melewati jalan setapak. Menikmati indahnya lavender-lavender yang mekar. "Maaf professor!" seorang anak kecil yang sedang berlarian dengan temannya menabrak kaki kanan Sehun. Sehun hanya tersenyum dan mengusak puncak kepala sang bocah sebelum melangkahkan kedua kakinya kembali.

Batu nisan yang terbuat dari marmer hitam nampak berkilau diterpa sinar matahari tengah hari. Jongin, Sehun sangat merindukan sosok itu yang selalu muncul di hampir setiap mimpinya. Tersenyum hangat dengan kedua bola mata bulatnya. Jika jantung Sehun masih berfungsi ia yakin kini pasti berdetak dengan lebih cepat. "Kau membolos lagi."

"Aku merindukan kakekku."

"Sudah berapa kali kau membolos kelas? Aku yakin bukan itu alasannya."

"Diamlah professor ini bukan urusanmu."

"Kai, kakekmu sudah berpesan jika kau membolos satu kelas lagi aku akan memberimu nilai E. Kau tahu artinya nilai E kan?"

Kai memutar tubuhnya menatap Sehun dengan tajam. "Aku penasaran." Sehun tak membalas. "Benarkah Nemesis itu sangat mirip denganku? Bagaimana bisa? Kami bahkan tidak memiliki hubungan darah, dia Nemesis aku setengah vampire dan setengah manusia."

"Siapa yang mengatakan jika Jongin mirip denganmu?" Sehun bertanya sambil meletakkan seikat lavender di atas nisan.

"Kakek Minho." Kai berdiri di sisi kanan tubuh Sehun masih melempar pertanyaan penasarannya.

"Selain Minho."

"Nenek Taemin, Kakek Kyungsoo juga."

"Dan kau masih ragu?" Kai mengangguk pelan. "Kau bisa melihat semuanya di perpustakaan."

"Hanya lukisan yang ada di perpustakaan tidak bisa dipercaya."

"Jika aku menjawabnya apa kau berjanji akan memperbaiki semua nilaimu."

Kedua mata Kai menyipit, bibirnya sedikit mengerucut. "Entahlah."

"Kalau begitu aku tidak akan menjawabnya."

"Perhitungan sekali!" Kai mendengus. Kai memutar tubuhnya berniat untuk pergi meninggalkan Sehun namun dia ingat ingin bertanya satu hal lagi. "Profesor mencintai Jongin?"

"Kau ingin jawaban seperti apa Kai."

"Pelit sekali." Kai kembali mencibir. "Ah ya aku punya tugas yang cukup susah bisakah Profesor membantuku?"

"Membuat rangkuman tentang Drakula."

"Kau bisa membacanya di perpustakaan."

"Aku malas melakukannya itu novel yang sangat tebal dengan bahasa yang yah—lumayan ketinggalan jaman. Aku bahkan tidak bisa membayangkan setingnya bagaimana aku bisa tahan membaca buku seperti itu." Kai menggerutu panjang lebar.

"Seingatku kau tidak pernah tahan membaca buku apapun." Sehun kini membungkukkan badannya mencabut beberapa batang rumput liar yang tumbuh.

"Ya benar juga, aku benci buku aku benci belajar." Sehun tersenyum mendengar pengakuan Kai.

"Setiap hari Profesor datang ke tempat ini di jam yang sama….,"

"Dan seandainya jantungku masih berdetak aku pasti terkejut melihatmu di sini."

Kai tertawa pelan. "Terkejut karena aku lagi-lagi membolos kelas?!" Sehun tak membalas. "Ayolah itu soal sepele aku lebih suka melakukan penggalian situs kuno langsung daripada duduk di bangku keras, membaca buku tebal dan mendengar ceramahmu juga teman-teman kunomu itu."

"Apa yang ada di piramida Mesir?"

Kai mengangkat sebelah alisnya. "Bercanda ya? Tentu saja makam raja-raja Mesir."

"Apa yang ada di dalamnya?"

Kai memutar kedua bola matanya malas. "Tentu saja tubuh raja dan bekal kubur."

"Kau benar tapi ada hal yang kau lewatkan."

"Apa?" Sehun menegakkan tubuhnya, berbalik menatap Kai.

"Kutukan. Setiap makam raja dilengkapi dengan kutukan untuk mencegah penjarahan makam."

"Tapi penjarahan tetap terjadi…,"

"Dan ada banyak arkeolog yang tewas mengenaskan sama dengan bunyi kutukan yang dipahatkan pada dinding makam." Kening Kai berkerut dalam. "Kau tidak percaya?"

"Kurasa itu hanya kebetulan."

"Nemesis?"

"Aku percaya soal itu."

"Apa susahnya mempercayai kutukan." Keheningan tercipta cukup lama sampai Kai mendesis dan menggaruk pelipis kanannya.

"Jangan berbicara hal itu denganku, aku tidak paham." Sehun hanya mengulas senyum tipis, Kai memilih untuk melangkah pergi. "Musim panas menyenangkan aku ingin berlibur."

"Masih musim semi." Ucap Sehun yang menyusul Kai dengan cepat.

"Aku ingin libur lebih cepat."

"Memang kau siapa bisa mengambil libur seenakmu sendiri?"

"Bukan siapa-siapa, yah tidak ada salahnya dicoba siapa tahu aku diberi libur." Kai menjawab enteng kemudian diiringi dengan senyuman lebar. "Profesor tahu aku berkelahi dengan Moonkyu."

"Aku sudah mendengarnya. Apa masalah kalian?"

"Sebenarnya masalahnya bukan denganku, Profesor tahu Moonkyu punya banyak kekasih lalu aku mengatakan jika dia harus setia. Moonkyu tidak terima dia bertingkah menyebalkan dan kami berakhir dengan berkelahi."

"Kurasa itu tidak apa-apa. Alasanmu cukup bisa diterima."

"Benarkan?!" Kai memekik keras. "Itu alasan yang bisa diterima tapi kakek Minho menghukumku dengan sangat berat, aku tidak boleh bermain game selama dua minggu. Parah sekali."

"Dua minggu cukup untuk membuat rangkuman Drakula."

"Jangan samakan otakmu dengan otakku." Kai bersungut-sungut, paling malas jika sudah membahas tentang buku dan pelajaran. Kai memperlambat langkah kakinya, menoleh ke kanan. Sehun membalas tatapannya. "Ladang lavendernya sangat indah dan harum."

"Kau tidak pernah memperhatikannya?" Kai menggeleng pelan. "Kurasa kau harus lebih banyak memperhatikan hal-hal kecil di sekitarmu."

"Hmmm." Kai menggumam pelan. "Jadi—apa Jongin mirip denganku?"

Sehun tersenyum lembut menggenggam tangan kanan Kai. "Tidak. Kalian sama sekali tidak mirip. Jongin itu Jongin dan Kai adalah Kai."

"Jawaban macam apa itu?!" Sehun hanya tertawa pelan menanggapi protes yang dilemparkan oleh Kai.

END

Rating M bukan untuk adegan dewasa maksud saya…. Adegan sex, rating M untuk peperangan dan kekerasan maaf jika ada yang kecewa. Terima kasih sudah membaca cerita ini sampai akhir, maaf jika tidak semua pembaca puas. Saya dan teman saya sudah berusaha yang terbaik untuk menulis dan menuntaskan cerita ini. Terima kasih review kalian saju won, Park Rinhyun Uchiha, rofi mvpshawol, Rapid trans, xodult, Athiyyah417, cute, Guest, laxyovrds, Hunna94, fiaPCY, Jeyjong, Oh Kins, sejin kimkai, chocomilkfaza, ismi ryeosomnia, milkylove0000170000, BabyCevy67, riri8894, geash, Tikha Semuel RyeoLhyun, ulfah cuittybeams, kanzujackson jk, diannurmayasari15, 110114hk, Wendybiblu, jumeeee, Lizz Liel Lawliet, Kim762, tynwwww, Maknae lines 1994, novisaputri09, Kim Jongin Kai.