Caramel Popcorn

Rating: bolak balik antara T dan M

Genre: Friendship/Romance dan terus berkembang


Chapter 0: BEEP!


BEEP BEEP

"Tunggu? Itu suara apa?" tanya Hoshi.

BEEP BEEP

"Handphone?" tanya Wonwoo

BEEP BEEP

Mereka berempat saling pandang. Tidak ada satu handphone-pun yang berbunyi.

BEEP BEEP

"Apa, sih? Kok aneh, ya?" tanya Jun.

BEEP BEEP

Entah kenapa Jihoon merasa lampu di ruang tamu mulai meredup, "Teman-teman-"

BEEP BEEP

Dan lampu mati.

"Lampunya mau mati."

"Ah!"

Hoshi memukul Wonwoo pakai bantal lalu bantalnya di lempar ke arah Jun, membuat minuman kalengan Jun nyaris tumpah.

Wonwoo memukul Hoshi berkali kali, "Apa-apaan, Kwon Soonyoung!?"

"Ini pasti kau! Kau atau tidak Jun!"

Dalam kegelapan Jun cuma nyengir.

Jihoon dengan cepat mempelajari keadaan, kayaknya Om Josh belum bayar listrik.

Dan itu pasti karena salah satu dari Jun dan Wonwoo dan Hoshi ada yang belum bayar uang sewa bulanan.

Kalau Jihoon pasti selalu sudah bayar, kan dibayari Papi. Tapi tidak yakin juga, sih.

"Kau menuduhku!?"

"Itu kenyataan, Wonwoo!"

"Itu cuma akal-akalanmu! Kau kan yang belum bayar!"

"Kau yang belum bayar!"

"Kau!"

"Kau!"

Wonwoo memukuli Hoshi lagi.

Jihoon berjalan ke dapur, menyalakan lilin.

"Nyalakan satu lagi." pinta Jun, Jihoon menyalakan juga untuknya.

Sementara Hoshi masih menuduh Wonwoo yang sekarang sudah diam.

"Jadi, kalian berantem, nih?" tanya Jihoon.

Lilin diantara mereka membuat Jihoon bisa melihat Wonwoo dan Hoshi sama sama buang muka.

Dan Jun hilang.

Dari pintu depan ada yang bicara.

"Hari ini aku tidur di rumah tetangga, ya. Jangan telepon, handphoneku mati."

Dan Hoshi segera menariknya sampai mereka duduk berempat lagi di ruang tamu.

"Kau tidak boleh pergi." kata Hoshi.

"Iya, apalagi ke rumah Minghao." tambah Wonwoo. Kemudian dia dan Jun sama sama nyengir. Jihoon bersumpah dia tidak tahu apa maksudnya. (Padahal jelas sekali pikiran mereka adanya di selatan.)

"Kita harus menyelesaikan ini." kata Jihoon, berusaha membuat teman temannya serius lagi.

Tapi kalau di depannya ada Hoshi dan di sampingnya Jun, siapa coba yang bakal serius. Paling Wonwoo, itupun tidak jamin.

"Besok, deh. Handphoneku mati." kata Jun, dia sudah mau berusaha pergi lagi.

"Handphoneku juga mati." kata Wonwoo, menunjukan layar handphonenya yang hitam, mati.

"Padahal lagi asyik-asyiknya." kata Wonwoo lagi.

"Apaan? Bertukar pesan jorok dengan Adik Mingyu, hm, Kakak Wonwoo?"

Wonwoo memukul Hoshi lagi, "Berhenti bicara begitu padaku, Jomblo."

"Apa!?"

Jihoon tertawa, lebih tepatnya menertawakan Hoshi.

"Dasar pedo."

"Berisik, Jomblo."

"Diam!" seru Jihoon.

Jun menatap Jihoon dengan matanya yang bagus itu, Hoshi dan Wonwoo juga.

Dan mereka diam.

Jihoon jadi merasa aneh, padahal dia yang menyuruh mereka diam.

"Diantara kita pasti ada satu biang masalahnya. Siapa yang belum bayar uang sewa ke Om Josh?" tanya Jihoon.

Mereka bertiga diam.

"Teman teman?"

Tiba tiba Hoshi menggenggam tangan Jihoon di samping lilin, "Kau yang belum bayar, ya? Tidak apa apa, Jihoon, kalau si Seungcheol itu belum membayarmu, kita bisa bantu."

"Apa-apaan? Allowance dari Papi sudah turun, kok. Kau yang belum bayar." Jihoon berkilah.

"Enak saja, aku sudah bayar, ya. Karena aku sadar kalau salah satu dari kita belum bayar, Om pasti tidak akan bayar listrik dan air, jadi aku bayar."

"Oh, begitu kah?" sinis Jihoon.

"Tentu saja, paling si Wonwoo yang belum bayar."

"Apa!?"

"Diam!" seru Jihoon lagi, "Sudahlah, kalau begini tidak akan ada habisnya. Ayo, Jun, kita numpang nge-charge di kamar Minghao."

Hoshi menahan tangan Jihoon lagi, "Tunggu! Ok, aku mengaku!"

"Kau belum bayar?" tanya Wonwoo.

"Kau setengah benar, Jeon Wonwoo."

"Lalu?"

"Sebenarnya aku," Hoshi terdiam, "Uang bulananku belum dikirim."

Ketiga temannya terdiam.

Wonwoo menepuk pundak Hoshi beberapa kali.

"Tapi gajiku sudah turun, jadi aku bayar setengahnya ke Om. Mungkin itu dihitung belum bayar."

"Aku baru transfer tadi sore." kata Wonwoo, "Aku kebanyakan borong film, jadi, ya, aku pinjam uang Mingyu dulu."

"Wonwoo, kasihan Mingyu." kata Jun, "Dia bukannya mau study tour?"

"Tahu darimana, Jun?" tanya Jihoon.

" Hao-er, kan, teman sekelas Mingyu."

"Iya, katanya dia mau beli oleh-oleh untukku, tapi sekarang dia malah tidak punya uang. Aku pacar yang parah, ya?"

"Kau memeras anak kelas 2 SMA? Hebat kau, Jeon Wonwoo." sindir Hoshi, "Film apa yang kau beli?"

"Biru, ganda putra." jawab Wonwoo.

Jihoon bersumpah dia jijik mendengar istilah itu, tapi Hoshi malah tertawa.

" Unduh gratis, dong."

"Jijik, aku mau yang ada plotnya."

"Alah, alasan."

"Kau, kan, juga ikut nonton, Kwon Soonyoung!"

"Papi juga, sebenarnya Allowance dari Papi belum turun." kata Jihoon, berusaha mengembalikan pikiran teman temannya yang ternodai itu, "Aku tidak tahu Papi sudah transfer ke Om atau belum."

Tiba tiba handphone Jihoon dan Hoshi yang masih menyala berbunyi.

Dari Om Josh.

From: Uncle Josh

Jihoon, i'm sorry. Seminggu ini aku demam, jadi belum sempat bayar listrik dan air. Pasti di rumah sekarang gelap, ya?

From: Hong Jisoo Ahjusshi

Soonyoung, i'm sorry. Seminggu ini aku demam, jadi belum sempat bayar listrik dan air. Pasti di rumah sekarang gelap, ya? Oh, ya, aku anggap utangmu lunas, ya.

"Jadi?" tanya Jihoon dan Hoshi bersamaan.

"Apa?" Wonwoo malah bertanya.

"Bukan kita yang belum bayar, tapi Om yang sakit jadi belum sempat bayar." jelas Jihoon.


Jun benar benar pergi ke rumah Minghao malam itu. Melempari kaca jendela Minghao dengan kerikil sambil memanggil manggil Hao-er berkali kali.

Akhirnya sekarang dia tiduran di balkon kamar Minghao sambil merokok.

"Ge, asapnya masuk, berhenti merokok."

"Maaf, Hao-er."

Jun mematikan rokoknya dan menyalakan handphone-nya, sebenarnya handphonenya tidak mati.

To: Joshua Hong

Maaf aku belum transfer uangnya, aku akan transfer besok.

From: Joshua Hong

Tidak apa apa, Junhui. Besok siang listrik dan air di rumah pasti sudah nyala lagi.

Jun tertawa, untung dia lolos dari amukan teman serumahnya, kalau tidak bisa diusir dia.

"Gege, SMS siapa, sih?"

"Malaikat pelindung, Hao-er. Dia baru menyelamatkanku dari bencana."

Minghao mengerutkan alisnya, "Aku tidak mengerti, Ge."

"Kau tidak perlu mengerti, Baby." kata Jun, tangannya sudah mau menyalakan sebatang rokok lagi.

Tapi Minghao menahannya.

"Kamarku ini area bebas rokok, Junhui Gege."

"Maaf, Hao-er."


TBC


Note: mungkin ini bisa di katakan chapter 'pilot'-nya. Kurasa semua sudah ada penjelasannya disini, dari rumah siapa yang qwartet 96 tempati sampai siapa itu Mingyu dan Minghao, juga siapa itu Papi-nya Jihoon. Yang belum tinggal Seokmin, Hansol, Seungkwan, Yoon Jeonghan, dan Lee Joongchan.

Note(2): katanya nama lengkap Chan yang sebenarnya adalah Lee Joongchan, tapi diakta cuma ditulis Lee Chan. Aku memutuskan pakai Joongchan karena Joongchan itu nama yang manis.

Note(3): karena ini selingan, atau pancingan supaya aku produktif, jadi pasti akan sering ada qwartet 96 yang leha leha.

Note(4): aku senang sekali kalau review itu kelipatan lima.

Note(5): aku bingung mau buat oneshot yang mana dulu, kalau chaptered, tentu saja aku harus menamatkan P&AC dulu. Aku bingung mau Meanie dulu, atau Coupzi dulu, atau Cheol/Won?

Note(6): aku punya plot chaptered yang lain juga, tapi itu nanti saja di keluarkannya kalau P&AC sudah tamat.

Note(7): it's saturday already, guys, ayo begadang~(sesat.)