Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Genre : Romance, Family

Pair : Sasuke x Hinata

Slight

~ Oh! ~

.

.

.

.

.

WARNING : Typo bertebaran dimana-mana, AU, OOC tingkat akut, OC, EYD amburaul, CRACK PAIR, Penempatan tanda baca tidak sesuai, dan masih banyak kecatatan lainnya.

.

.

.

.

.

X0X0X0X0X0X0X0X

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam lebih, seorang gadis cantik bersurai indigo dengan mengenakan jaket ungu serta topi kupluk hitam terlihat keluar dari pintu belakang sebuah bar. Gadis cantik itu melangkahkan kakinya cepat meninggalkan area bar dan menuju halte bus untuk pulang kerumah yang letaknya lumayan jauh dari bar tempatnya bekerja. Tapi sial, saat berjalan beberapa blok dari bar gerombolan pria hidung belang menghadang serta menggodanya.

"Hei, Nona! Mau menemani kami," goda seorang pria dewasa yang terlihat setengah mabuk dengan beberapa teman pria disampingnya.

"Tidak mau," tolaknya dengan ketus lalu melanjutkan kembali jalannya menuju halte bus tanpa mempedulikan ajakan dari pria mabuk itu.

Grep!

Tangannya dicengkeram erat oleh pria mabuk itu, "Lepaskan!" teriaknya tak suka.

Pats

Ditepisnya kasar tangan pria itu dan mata bulannya menatap tajam, "Jangan macam-macam denganku atau aku akan berteriak minta tolong," ancamnya berharap para hidung belang itu pergi.

"Silahkah saja, Nona," sahutnya seraya menyeringai.

Merasa ada bahaya sedang mengancam tanpa berpikir lagi gadis ini bersiap berlari tapi sayangnya ia kalah cepat dari gerombolan pria hidung belang itu karena tubuhnya keburu ditarik paksa masuk kedalam sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan.

"Hmmphh..." erangnya tertahan karena mulutnya dibekap.

"Diamlah, jangan berisik atau kau lebih suka kami melakukan kekerasan padamu," pria hidung belang ini menyeret paksa gadis manis ini untuk masuk kedalam mobil tapi sepertinya hal itu tak mudah.

Kriett

Gadis cantik ini menggigit tangan pria itu sekuat tenaga hingga mengeluarkan darah segar dari hasil gigitannya.

"Akh..." rintih pria itu dan merasa ada kesempatan gadis cantik bermata bulan ini langsung lari seribu langkah menyelamatkan diri.

"Dasar gadis brengsek!" racaunya dengan setengah menahan sakit ditangannya.

"Tuhan, lindungi aku!" batin gadis ini takut.

DRAP

DRAP

DRAP

Ditengah malam seperti ini, ia harus berlari menyelamatkan diri dari kejaran pria hidung belang dan ini bukan pertama kali terjadi selama dirinya bekerja di bar. Mungkin sebagian orang diluar sana memandangnya sebagai gadis rendah juga murahan karena pekerjaan yang dilakukannya, padahal ia hanya menjadi pelayan di bar itu, bukan menjajakan diri serta memamerkan tubuhnya pada hidung belang seperti wanita-wanita malam yang ada di tempatnya bekerja.

Pekerjaan sebagai pelayan bar terpaksa dilakukan gadis bermata bulan ini demi melunasi hutang mendiang sang ibu dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari karena sang ayah telah menikah kembali dan tidak mau membiayai serta mengurusnya. Apapun pekerjaan yang menghasilkan uang akan dilakukan gadis cantik bermata bulan ini asalkan tidak mencuri dan menjual diri karena hidup sebatang karang itu sulit juga berat.

Nama gadis ini adalah Hinata Hyuga, tercatat sebagai murid kelas tiga SMA Konoha dan murid terbaik serta berprestasi disekolah. Sejak kelas satu Hinata selalu mendapatkan beasiswa, teman-teman disekolahnya tidak ada yang mengetahui tentang pekerjaannya ini, karena Hinata memang merahasiakannya terutama dari pihak sekolah karena takut akan dikeluarkan mengingat tak sampai satu tahun lagi ia akan lulus.

DRAP

DRAP

DRAP

Hinata masih terus berlari kencang seraya terus berdoa dalam hati agar selamat dan tidak tertangkap gerombolan pria hidung belang itu.

"Nona, berhenti!"

DRAP

Hinata semakin mempercepat larinya, "Ya ampun! Mereka masih saja mengejarku," pekik Hinata panik.

Bagaimana-pun Hinata tak boleh tertangkap karena jika dirinya tertangkap hal buruk akan terjadi padanya.

"Ibu, lindungi aku." Teriak Hinata dalam hati.

Andai saja sang ibu masih hidup dan kedua orang tuanya bercerai, Hinata tak perlu merasakan hal seperti ini.

Kedua orang tua Hinata bercerai ketika dirinya berusia enam tahun dan setelah itu Hinata tinggal bersama sang ibu. Walau harus hidup dalam kesederhanaan Hinata tidak pernah mengeluh atau bersedih selama sang ibu masih ada disisinya walau sesekali ia merasa rindu pada sang ayah. Tapi kehidupan Hinata berubah saat duduk dibangku kelas dua SMP, sang ibu jatuh sakit dan tak lama wafat dengan meninggalkan hutang pada seorang Tuan tanah untuk biaya pengobatan.

Tak ada satu-pun kerabat dari keluarga Hyuga yang datang bahkan sang ayah-pun tidak datang dalam upacara pemakaman sang ibu membuat Hinata semakin mengerti kalau memang sang ayah tidak mencintai dan mempedulikan dirinya juga sang ibu. Sejak saat itu Hinata melupakan keinginannya untuk menemui sang ayah karena menurutnya itu hanya akan membuatnya semakin sakit saja.

Diusia yang masih dibilang belia, empat belas tahun Hinata sudah menanggung beban yang cukup berat dan harus hidup seorang diri tanpa ada satu-pun orang yang membantu atau menopang dirinya.

Dan kejadian seperti saat ini sudah sering dialami Hinata mengingat pekerjaan sebagai pelayan bar membuat orang-orang salah menilainya termasuk para pria hidung belang yang saat ini tengah mengejarnya.

Karena saking paniknya Hinata terus berlari dan tidak mempedulikan keadaan disekitarnya bahkan ia tidak menyadari kalau seorang pria tampan bersurai raven keluar dari sebuah restaurant.

BRUK

Tanpa sengaja Hinata menabrak pria itu hingga jatuh.

"Aaaa!" pekik Hinata karena merasa tubuhnya akan mencium aspal jalanan tapi yang dirasakannya malah benda lembut kenyal serta basah.

Saat iris bulannya terbuka Hinata menemukan kalau tubuhnya berada diatas pria bersurai raven itu bahkan kini bibir mereka berdua saling menempel dengan kedua mata sama-sama membelalak sempurna.

Wajah keduanya terlihat kaget sekaligus syok. Terlebih untuk Hinata karena ini adalah ciuman pertamanya.

Srat

Buru-buru Hinata bangun dan menjauh dari pria itu yang berdiri menatapnya tajam.

"Ma-ma-maafkan sa-saya Tu-Tuan..." Ucap Hinata gugup.

Blush~

Wajah Hinata merah padam karena malu sekaligus takut pada pria bersurai raven itu yang hanya berdiri diam menatapnya tajam serta mengitimidasi membuat perasaan Hinata tidak enak. Mungkin saja pria tampan ini merasa marah, tapi sungguh Hinata benar-benar tidak sengaja melakukannya dan ini murni sebuah kecelakaan.

"Se-sekali la-lagi sa-saya minta maaf Tuan," Ucap Hinata dengan membungkukkan tubuhnya dalam.

Hening.

Lagi-lagi pria bersurai raven itu diam seribu bahasa dan hanya menatap Hinata dengan pandangan mata yang masih yaitu tajam juga mengitimidasi.

"Itu dia," teriak salah seorang pria yang mengejar Hinata.

Dheg'

Jantung Hinata berdegu kencang dan rasa takut menyelimuti hatinya. Satu kata yang ada di benak Hinata saat ini adalah lari. Tapi saat Hinata hendak lari pria bersurai raven itu mencengkal tangan Hinata dan mencengkeramnya erat.

GREP!

"Kau harus bertanggung jawab Nona," ujar pria itu dingin tanpa melepaskan atau melonggarkan cengkraman tangannya.

"EKH!" Seru Hinata.

Iris bulan milik Hinata melihat gerombolan pria hidung belang itu semakin dekat dan entah kekuatan dari mana, Hinata berhasil melepaskan cengkeraman tangan pria bersurai raven itu.

"Maafkan aku Tuan," sedetik kemudian Hinata sudah berlari jauh meninggalkan pria itu yang berdiri mematung menatapnya penuh arti.

Dipikiran Hinata saat ini adalah cepat sampai kerumah dan lolos dari kejaran para pria hidung belang. Tapi karena saking panik dan takutnya Hinata tidak sadar kalau tasnya terjatuh dan tertinggal saat bertabrakan dengan pria bermata kelam itu.

BUAGHH

Pria bersurai raven itu meninju salah satu pria hidung belang yang mengejar Hinata hingga jatuh tersungkur ketanah.

"Hey, apa-apan kau!"

"Jangan mengerjarnya lagi, jika masih ingin hidup," kata pria ini dingin.

"Apa maksud ucapanmu itu?"

SIIINGGG

Pria tampan bermata kelam ini memberikan deathglare-nya pada pria itu dan hawa dingin langsung terasa di sekitarnya, "Pergilah sebelum aku mengirim kalian semua ke rumah sakit," ancamnnya tanpa main-main.

Tapi para pria hidung belang itu tidak mengidahkannya bahkan hendak memukul pria bersurai raven itu, "Rasakan ini!"

TAP

GREP

BUAGH

Pria itu dihajar oleh beberapa pria berpakaian jas hitam lengkap dengan kaca hitam, "Jangan sentuh Tuan muda kami dengan tangan kotor kalian."

DRAP

Beberapa orang berpakaian jas hitam langsung berlari menghampiri pria bersurai raven itu membuat para hidung belang itu langsung berlari ketakutan menyelamatkan diri.

"Tuan," panggil mereka dengan penuh hormat.

"Siapa mereka, Tuan?" tanya para pengawal cemas.

"Hanya para pria hidung belang, biarkan saja mereka dan aku ingin kau mencari informasi untukku," ujarnya seraya mengambil kartu pelajar milik Hinata yang tersimpan didalam dompet dan memberikannya pada salah satu pengawalnya.

"Hinata Hyuga? Siapa dia, Tuan?"

"Entahlah, tapi aku ingin kau mencari tahu siapa dia sebenarnya, karena dia harus membayar mahal apa yang sudah dilakukannya padaku," pria tampan bersurai raven ini tersenyum penuh arti membuat pria bersurai orange itu tak mengerti juga bingung.

"Baik Tuan,"

Sepertinya pria asing yang ditabrak juga dicium oleh Hinata bukan pria sembaranngan, melihat dari penampilan dan gaya berpakaiannya yang seperti seorang bangsawan atau orang kaya raya ditambah beberapa pengawal selalu mendampingi.

.

.

.

Dua hari berlalu semenjak kejadian itu, untuk sementara waktu Hinata memilih tidak masuk kerja terlebih dahulu karena takut kalau para hidung belang itu mencarinya terlebih ia sudah melukai tangan salah satu dari mereka. Tapi selama dua hari ini juga Hinata merasa panik karena tas miliknya yang berisikan dompet juga beberapa buku pelajarannya hilang saat Hinata mencoba mencari keesokkan harinya tak ada dan terpaksa ia melaporkan hal ini pada polisi mengingat didalam tas ada dompet serta kartu pelajar.

TOK

TOK

TOK

Pagi ini pintu Hinata di ketuk agak keras dan saat Hinata melihat jam, ini masih bisa terbilang pagi hari mengingat masih menunjukkan pukul enam dan hinata sendiri baru bangun tidur itu-pun karena ketukan keras didepan pintu apartemennya.

"Siapa pagi-pagi begini yang datang?" pikirnya dalam hati.

Dengan masih mengenakan piyama tidur Hinata membuka pintu.

CKELEK

"Siapa?" tanya Hinata seraya membuka pintu.

Iris bulannya menatap kaget mendapati dua pria berpakaian jas hitam lengkap dengan kaca mata hitam beridiri tegap di depan pintu apartemennya.

"Apakah anda yang bernama Hinata Hyuga?" Tanya salah seorang pria itu dengan nada yang tegas membuat Hinata sedikit takut.

"I-iya, ada a-apa mencariku?" Hinata balik bertanya dengan wajah sedikit pucat.

"Ikut kami," jawab mereka bersamaan.

"Hah?!" seru Hinata bingung.

"Ta-tapi..."

GRAP

Tiba-tiba saja kedua pria itu langsung membawa paksa Hinata keluar apartemen, "Hey, kalian mau apa?!" teriak Hinata dengan meronta.

"Diamlah, Nona jika ingin selamat," sahut salah satu pria itu dengan dingin membuat mulut Hinata bungkam.

Hinata dibawa masuk kedalam sebuah mobil mewah yang terparkir tak jauh dari depan gedung apartemen, "Kalian mau membawaku kemana?"

Kedua pria itu diam dan tak menggubris perkataan Hinata sama sekali.

BRUUUMMMM

Mobil mewah berwarna hitam mengkilat ini langsung pergi jauh meninggalkan kawasan apartemen. Selama dalam perjalanan Hinata berdoa agar Tuhan serta sang ibu melindungi, menjaganya dari orang-orang berbahaya yang saat ini tengah duduk mengapit tubuh Hinata.

Hinata terus berpikir, mengapa dua pria ini membawanya secara paksa dan ia mau dibawa kemana, seingatnya Hinata tidak pernah memiliki masalah dengan siapapun di kota ini atau bahkan berurusan dengan para Yakuza. Dengan terpaksa dan demi keselamatannya Hinata memilih diam dan terus berdoa dalam hati pada Tuhan agar dirinya tidak dibunuh atau diapa-apakan oleh mereka. Dan sebuah praduga melintas di benak Hinata, apa pria yang waktu itu Hinata gigit tangannya merasa dendam dan menyuruh Yakuza untuk membunuhnya.

Jika memang seperti itu, malang sekali nasib Hinata karena harus mati di usia muda tanpa pernah merasakan indahnya jatuh cinat serta berpacaran bahkan ciuman pertamannya harus dilakukan karena sebuah kecelakaan bukan dilakukan dengan sang kekasih juga saat moment romantis.

Sungguh kejam sekali juga tak adil Tuhan padanya.

"Ibu, sepertinya aku akan menyusul ketempatmu." Batinnya lirih.

Namun semua dugaan dalam hati Hinata salah dan meleset jauh. Hinata malah dibawa kesebuah kediaman mewah nan megah, bak sebuah istana. Iris bulannya menatap kagum dan takjub rumah megah didepan matanya, "Pemilik rumah ini pasti orang yang sangat kaya," guman Hinata.

CKIEETT

Mobil mewah ini berhenti didepan rumah dengan beberapa pelan berdiri menyambut kedatangan Hinata.

"Turunlah Nona,"

Hinata turun setelah dibukakan pintu oleh supir tak hanya itu para pelayan-pun menyambut ramah kedatangannya. Hinata merasa seperti seorang putri bangsawan atau Nona-nona kaya yang pernah ditontonnya ditelivisi.

"Saya akan menganta anda bertemu dengan Tuan," ujar seorang pria bersurai orange, "Mari ikuti saya,"

Dengan ragu dan sedikit takut Hianta mengikuti pria itu masuk kedalam rumah megah ini. Hinata tidak tahu orang seperti apa yang ingin bertemu dengannya dan didalam hati terus bertanya-tanya mengapa pemilik rumah ini ingin menemuinya, apakah mereka pernah bertemu atau saling mengenal dan ini membuat Hinata terus bertanya-tanya dalam hati.

"Silakan masuk Nona. Tuan sudah menunggu anda didalam." Ucap pria bertubuh besar itu sambil membukakan pintu besar untuk Hinata.

"Ya,"

Dengan kaki yang sedikit gemetaran, Hinata melangkah kakinya masuk kedalam ruangan tersebut.

"Permisi," ucap Hinata sopan.

Saat masuk bisa Hinata lihat seorang pria bersurai raven tengah berdiri membelangkanginya.

"Tuan," panggil Hinata ragu.

"Kau sudah datang Nona," sahutnya seraya membalikkan tubuh dan menampakkan wajahnya pada gadis cantik bersurai indigo itu.

Dheg'

Betapa kaget dan terkejutnya Hinata, saat melihat wajah pria itu yang tak lain adalah orang beberapa waktu lalu ia tabrak dan cium tanpa sengaja, saat berlari menghindar dari kejaran pria hidung belang.

"Anda!?" Ucap Hinata tak percaya.

Pria bermata kelam itu menatap Hinata penuh arti, dengan santai ia berjalan mengahampiri Hinata, yang berdiri mematung menatapnya dengan wajah syok juga kaget, "Duduklah, ada hal yang ingin aku bicarakan padamu," ujarnya mempersilahkan Hinata untuk duduk.

Hinata duduk diatas kursi tepat didepan meja kerja pria itu, "U-untuk a-apa anda..."

Set

Pria bersurai raven itu memberikan sebuah amplop cokelat pada Hinata, "Apa ini?!" Hinata menyeringitkan dahinya.

"Bukalah dan kau akan tahu," jawabnya santai.

Hinata membuka amplop cokelat itu dengan tergesa-gesa dan menemukan selembar kertas didalamnya, saat dilihat kertas yang ada ditangan Hinata saat ini adalah sebuah surat registrari menikah yang lebih mengejutkan lagi, namanya sudah tercantum didalamnya. Memangnya sejak kapan Hinata menyetujui atau berkata kalau akan menikah dengan pria ini.

"Apa maksud semua ini Tuan!?" Tanya Hinata dengan penuh emosi karena tidak terima namanya tercantum di surat registrasi nikah ini.

Seenaknya saja pria tampan bersurai raven ini mencantumkan namanya disurat registrasi menikah. Padahal selama hidupnya Hinata belum pernah berpacaran dan merasakan jatuh cinta sama sekali pada pria. Karena memang Hinata sendiri tidak memiliki waktu untuk hal-hal semacam itu karena semua waktunya Hianta gunakan untuk mencari uang demi melunasi semua hutang mendiang sang ibu.

Pria tampan bermata kelam ini tersenyum tipis melihat reaksi Hinata yang tak diduganya sama sekali, padahal jika gadis lain akan merasa senang saat tahu menjadi istrinya tapi tidak dengan Hinata yang malah merasa marah juta tak terima. Sungguh menarik serta manis gadis bersurai indigo ini.

"Hinata Hyuga, murid kelas tiga SMA Konoha. Tinggal disebuah apartemen kecil peninggalan sang ibu," katanya santai seraya menyesap teh lemon lalu menaruhnya kembali ka atas meja, "Bekerja disebuah bar juga beberapa toko di kota ini demi..."

"Hentikan!" sela Hinata dengan mengangkat salah satu tangannya dan hal ini membuat pria bermata kelam ini tak suka karena perkataannya dipotong.

Pria bersurai hitam itu menatap Hinata tajam dan mengintimidasi namun Hinata tidak mau kalah, dirinya benar-benar kesal pada pria bersurai raven ini yang bertindak seenaknya.

Mereka berdua saling menatap satu sama lain selama beberapa menit, sungguh menarik gadis bermata bulan ini karena sifat tak terduga yang dimilikinya membuat pria bermata kelam ini semakin tertarik dan terpesona dengan daya tarik lain yang dimiliki Hinata.

"Kau harus bertanggung jawab Nona, karena sudah berani menciumku,"

"Tapi itu sebuah kecelakaan Tuan. Aku tidak sengaja melakukannya," Hinata mencoba memberikan penjelasan.

Gadis cantik bermata bulan ini tidak habis pikir bagaimana bisa dirinya harus bertanggung jawab menikahi seorang pria, hanya karena sebuah ciuman terlebih itu murni sebuah kecelakaan.

"Aku tidak peduli, kau harus tetap bertanggung jawab,"

"Tapi aku tidak bisa Tuan. Memangnya ada orang dipaksa menikah karena sebuah ciuman?!" ujar Hinata geram.

"Ada dan itu terjadi di keluargaku," sahutnya.

"Apa?!" seru Hinata tak percaya.

"Akan aku ceritkan mengenai tradisi keluargaku padamu, percaya atau tidak itu semua terserah padamu, tapi kau tetap harus menikah denganku,"

"Haah~" Hinata menghela nafasnya cepat.

Pria tampan ini tetap saja bersikeras meminta Hinata untuk menikah dengannya. Karena dikeluarga pria itu ada sebuah tradisi kuno, aneh dan sudah turun temurun terjadi, semua keturunan dikeluarganya harus menikahi orang yang merenggut ciuman pertama mereka, suka atau tidak. Dan menurut pria tampan bersurai raven ini tradisi keluarganya sangat konyol dan aneh. Tapi hal ini sudah turun temurun dan semua keturuanan dikeluarganya, melakukan serta menjalankannya tanpa terkecuali termasuk kedua orang tuanya agar tidak mengalami kesialan dan hal buruk.

Hinata sangat kaget dan tak percaya saat mendengar cerita dari pria itu, memangnya ada tradisi aneh semacam itu terlebih di jaman secanggih ini, tapi hal itu memang kenyataan dan berlangsung dikeluarga pria itu. Tapi apapun cerita dan penjelasan dari pria itu, Hinata tetap pada pendiriannya menolak untuk menikahi pria asing itu yang bahkan namanya saja belum di ketahui Hinata.

Tapi pria tampan ini tak habis akal dan cara agar Hinata mau menikah dengannya. Pria tampan bermata kelam ini mengancam akan mengeluarkan Hinata dari sekolah karena ia adalah donatur terbesar sekolah tempat Hinata belajar tak hanya itu Hinata juga harus melunasi seluruh hutang sang ibu karena Tuan tanah yang dipinjam oleh sang ibu adalah pria ini.

"Apa melunasi hutang ibu sekarang?!" teriak Hinata kaget.

"Ya dan jumlahnya dua puluh juta yen itu-pun tanpa bunga sedikit-pun," sahutnya santai.

"Tapi bagaimana caranya aku mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Hinata dengan wajah memelas berharap pria itu berbaik hatinya.

"Kalau begitu menikahlah denganku dan semua masalahmu selesai," jawabnya menawarkan solusi pada Hinata.

"Tidak," tolak Hinata keras.

"Kalau begitu, lunasi semua hutang ibumu,"

Hinata terdiam dan berpikir sejenak mengenai tawaran pria tampan bermata kelam itu, "Aku..."

"Aku berikan tawaran terakhir, menikah dengaku atau melunasi semua hutang ibumu," ujar pria tampan ini seraya menyodorkan surat registrasi nikah pada Hinata.

Saat ini Hinata benar-benar bingung harus memilih yang mana, jika menolak maka ia terancam dikeluarkan dari sekolah dan harus melunasi hutang sang ibu hari ini juga tapi jika menerima tawarannya Hinata harus menjadi istri pria menyebalkan itu.

"Bagaimana Nona, mana yang akan kau pilih?" tanya pria tampan ini membuat Hinata semakin bingung dan terdesak.

Hinata menghembuskan nafasnya cepat, "Baiklah, aku mau menikah dengan anda," jawab Hinata pasrah.

Pria itu tersenyum senang, "Pilihan yang tepat,"

Hinata memberikan stempel keluarga miliknya diatas surat registrasi nikah dan pria ini hanya tinggal mendaftarkan ke catatan sipil mereka berdua sudah resmi menjadi suami istri, sah dimata hukum dan Negara.

"Aku akan mengursu Jugo untuk mengurusnya," pria itu meraih tangan Hinata dan memakaikan sebuah cincin di jari manis Hinata, "Selamat datang dirumah ini, istriku," dikecupnya cincin yang melingkar dijari manis Hinata.

"Mulai kini namamu adalah Hinata Uchiha dan aku adalah suamimu, Sasuke Uciha," katanya penuh penegasan.

"Ya," sahut Hinata datar.

Hari ini Hinata resmi menjadi istri dari pria asing menyebalkan bernama Sasuke Uciha, tanpa adanya sebuah upacara pernikahan yang dihadiri oleh teman serta kerabat yang menjadi saksi di upacar pernikahan, mengucapkan janji suci di dalam gereja, mengenakan gaun pengantin yang indah serta cantik bukan mengenakan piyama tidur serta penampilannya yang bisa dibilang berantakan karena baru bangun tidur. Hinata melewati semuanya dan langsung menjadi seorang istri tanpa adanya upacara pernikahan, janji suci hanya bermodalkan surat registrasi nikah dan cap stempel keluarga miliknya, Hinata resmi menjadi istri Sasuke dan menjadi Nyonya besar dikediaman Uchiha.

"Tuhan semoga saja ini bukanlah sebuah bencana." Jerit Hinata dalam hati.

TBC

A/N : Ini adalah Remake dari Fic GEE milik saya yang diakun 'Ogami Bejiro' yang tidak bisa saya buka karena lupa pasword ditambah semua data Fic milik saya hilang karena si lappy rusak membuat saya harus MENDISCONTINUE sementara waktu semua Fic saya di Akun lama saya karena hilang ide dan harus mengetik ulang semua Fic.

Saya kembali dengan pen name saya sebelumnya dan saya ingin mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang sudah mau membaca Fic ini.

Jika berkenan Read and Riviewnya.

Inoue Kazeka