I Love You

-HunKai For You-

And very very slight LuBaek and LuMin

Cast: Kim Jongin, Oh Sehun, Baekhyun, Luhan, Others.

Disclaim: Yang pasti cast bukan milik saya, plot asli dari pemikiran saya.

Inspired by Yoon Mi Rae – I Love You

-DLDR-

And

-Happy Reading-

.

.

.

Preview

Jongin pun berbalik, kembali ke rumahnya dengan perasaan kecewa. Bagaimana harinya bisa menyenangkan bila tidak melihat wajah Sehun yang selalu didambanya, yang ada harinya mendung terus-menerus.

"Jongin?"

Jongin menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya, dan matanya melotot melihat siapa orang itu.

"Kau...?"

Part 3

"Good morning, Jonginku sayaaang~," sapa Baekhyun dengan antusias, berlari-lari kecil menghampiri Jongin.

"Hihh... apa-apaan itu?" tunjuk Jongin pada wajah Baekhyun yang terpoles make up yang uhm sedikit tebal.

"Apa? Aku cantik kan?" tanya Baekhyun dengan bangganya.

Jongin facepalm, agak miris melihat teman baiknya ini. "Baek, kau masih laki-laki kan?"

"Huh? Apa maskudmu? Tentu saja aku masih laki-laki. Kau pikir aku transgender," dengus Baekhyun.

"Sebaiknya kita ke rumahku saja," ajak Jongin.

Baekhyun menurut, mengikuti Jongin dari belakang.

"Kau kesurupan setan apa sih? Biasanya kan kau anti sekali dibilang cantik, sekarang datang-datang kau malah bertanya tentang itu," aneh Jongin. Matanya menelusuri wajah Baekhyun yang dipoles ehm agak girly. Bibir yang basah oleh lipbalm, pipi yang sedikit pink karena blush on, dengan eyeliner tebal menggaris sisi matanya. Rambutnya juga diberi jepitan. Di matanya, Baekhyun sudah seperti banci gagal -_-

"Aku biasa saja. bagamana menurutmu? Apa Luhan Hyung akan suka?"

Jongin diam. Jadi semua ini karena Luhan Hyung? Tapi apa-apaan itu, yang ada Luhan bukannya terpesona malah illfeel dengan Baekhyun.

"AAAGGHH~ JONGIN, AKU FRUSTASII~," teriak Baekhyun yang sukses mengagetkan Jongin.

"Apa? Frustasi karena Luhan Hyung?" tanya Jongin.

"Tentu saja. kau fikir karena siapa lagi? Kau tahu, selama ini aku bukan tidak berani mendekati Luhan Hyung. Tapi aku mencari tahu apa-apa yang disukai oleh Luhan Hyung, semuanya. Dan kau tahu fakta baru yang aku tahu kemarin?" Baekhyun memasang wajah meweknya yang membuat Jongin jadi salting harus melakukan apa.

"LUHAN HYUNG ITU STRAIGHT, JONG. STRAIGHT~, DIA LEBIH SUKA YANG CANTIK-CANTIK, dan berdada menonjol daripada rata sepertiku," teriak Baekhyun lagi dan semakin pelan di akhir kalimatnya.

"Jadi Luhan Hyung tidak suka dengan lelaki?"

"Tentu saja. Aku menyerah, Jong. Tak ada harapan," adu Baekhyun. Jongin jadi khawatir. Untung ia tidak jadi belok ke Luhan, dan untung saja Sehun tidak 100% straight.

"Putus asa?"

"Iya."

"Enggg... kupikir, aku bisa membantumu dekat dengan Luhan Hyung, tapi tidak lebih dari itu."

"Serius?"

"Tentu. Aku bisa membuatmu dekat dengan Luhan Hyung. Aku akan sering mengajakmu ke rumah Luhan Hyung, asal kau mau sering-sering ke sini. Selanjutnya bila kau ingin menyerah ya menyerah saja."

Baekhyun seperti mendapat pencerahan, iya tersenyum dan mengangguk cepat-cepat.

Dan di sinilah mereka. Bersama Luhan dan Paman Oh. Baekhyun –yang kini wajahnya sudah natural lagi- asyik mengeobrol dengan Luhan, sedangkan Jongin bosan sendiri dengan Paman Oh yang tidak bisa menyesuaikan pembicaraan saat sedang bersama anak muda.

Hah~ baru beberapa jam tapi ia sudah merindukan Sehun. Dia sedang apa ya sekarang? Pasti merayu remaja-remaja puber di sekitar sana.

.

.

.

Sudah dua hari Jongin ke kampus dengan naik bus. Tak ada Sehun, berarti tak ada tumpangan. Jongin sedikit tidak suka saat naik bus, panas dan sempit. Ia lebih suka mobil Sehun. Saat sampai di rumah, ia langsung di sambut dengan Ibu dan Ayahnya yang siap-siap untuk pergi.

"Kemana?"

"Bibimu di rawat di rumah sakit, Ibu dan Ayah akan pergi menjenguknya. Setelahnya kami ada pertemuan dengan teman lama, jadi mungkin akan pulang malam. Makan malammu tinggal kau panaskan saja di dapur," ucap Ibunya.

Jongin mengangguk. Ia bukan penakut, ditinggalkan sampai pagipun tak apa. "Sampaikan salamku untuk Bibi, cepat sembuh."

"Ya, akan Ibu sampaikan. Ganti Baju dan beristirahatlah."

Jongin kembali menggangguk. Sebelum memasuki mobil, Ibunya menyempatkan diri untuk mengecup kedua pipinya dan Ayah mengusak sayang kepalanya. Jongin merasa jadi anak manja. Dan setelah itu, mobil orangtuanya pun pergi, menghilang dari jarak pandang Jongin.

Jongin menghela nafas pelan, makin sepi saja sekelilingnya. Dengan lesu ia masuk ke rumah, merasakan betapa kosong rumahnya. Bibi Jang, pembantunya hanya datang setiap pagi sampai jam 1 siang, dan sekarang sudah jam 3.

"Kim Jongin~ rasanya, hidupmu semakin melankolis. Tak ada Sehun, hidupmu semakin tak berarti~" sambil berjalan ke kamar, Jongin bernyanyi dengan lirik dan nada absurd ciptaannya. "Sehun oh Sehun mengapa kau tak peka, bagaimana kau mau peka, dasar playboy cap gajah~ da~sar playboy cap gajah."

"Kau semakin tak jelas, Kim," gumam Jongin setelah menyanyikan dengan nada dari salah satu kartun yang cast utamanya botak-botak imut itu.

Sampai di kamar, seperti biasa Jongin akan berganti pakaian dengan yang lebih santai. Setelahnya ia lebih memilih mengerjakan tugas daripada duduk diam memikirkan Sehun. Hal yang jarang Jongin lakukan, biasanya ia hanya tinggal menunggu contekan dari teman sekelasnya. Saat selesai mengerjakan tugasnya – yang ia tak yakin jawabannya benar semua- ia melirik ke arah jam dindingnya, baru jam 5, apalagi yang harus ia lakukan sekarang? Kalau saja ada Sehun, ia bisa saja main ke rumahnya. Hahh,,, Jongin jadi rindu Sehun lagi dan lagi.

"Menonton drama saja, sekali-kali tak apa," Jongin berjalan keluar menuju ruang tengahnya.

Mengambil camilan wajib Ibunya saat menonton, Jongin menyalakan televisi. Jam segini yang paling banyak ditayangkankan masih acara berita, Jongin asal pencet salah satu channel yang menayangkan serial drama. Masa bodo, ia tetap tak akan mengerti jalan ceritanya karena mononton bukan dari episode awal. Dan karena itulah, Jongin yang tak mengerti jalan cerita dramanya jadi tak fokus menonton. Matanya malah memberat, dan perlahan kesadarannya pun mulai berkurang lalu menghilang.

Saat ia bangun, televisi masih menyala dengan tayangan yang berbeda dengan yang ia ingat, camilan masih terbuka di atas meja, dan saat melirik jam ia cukup kaget ternyata sudah setengan sembilan.

"Ayah dan Ibu belum pulang ya," gumamnya. Ia mematikan televisi yang masih menyala dan menutup kembali camilan wajib Ibunya. "Ahh, sebaiknya aku mengunci pintu saja, mereka pasti membawa kunci cadangan."

Jongin sudah berniat untuk mengunci pintu, tapi niatnya urung saat suara ketukan dari arah depan menyapa indra pendengarannya.

Tok tok tok

Okay! Jongin tidak percaya dengan hal-hal mistis seperti hantu, ia tidak takut dengan itu. Yang ia takutkan adalah kemungkinan yang mengetuk pintu itu perampok.

"Tapi kan pintu depan tidak dikunci. Perampok bodoh mana yang bukannya mencoba membuka pintu dahulu, malah ketuk-ketuk seperti itu. Mungkin Luhan Hyung_"

Brugh Brugh Brugh

"Huaaa itu bukan Luhan Hyung~" Jongin panik sendiri, saat suara pintu yang diketuk tadi berubah jadi digedor-gedor dengan tak sabaran.

Dengan berbekal payung untuk memukul si penjahat, Jongin mulai melangkah mendekati pintu. Menghela nafas sebentar dan mempererat pegangannya pada gagang payung. Dalam hatinya ia berdoa semoga yang di depan itu bukan orang jahat.

Cklek Krieeet

Brugh

"Y-yak!" Jongin terkaget saat ia membuka pintu, seseorang malah menubruknya. Payungnya yang jatuh tak diperdulikan lagi, ia susah menahan berat tubuh seseorang itu sekarang.

"H-hey! Yak_" ia berusaha membangunkan orang itu dengan menepuk-nepuk punggungnya. Tapi tiba-tiba ia berhenti saat merasa familiar dengan postur tubuh dan wangi orang yang memeluknya (dalam pelukannya) itu.

"S-sehun?"

"Jongin... hik kau lama sekali membuka pintunya.. hik."

"Y-yak! Kau mabuk?"

Sehun dengan wajah khas orang mabuk semakin memeluk pinggang Jongin erat. Ia tenggelamkan wajahnya di ceruk leher Jongin, menghirup wangi Jongin dalam-dalam. Ujung hidungnya tepat menempel pada leher Jongin, membuat sang empu merasa kegelian.

"S-sehun, bukannya kau pulang besok?..."

"Hmm... hik! Jong, rasanya aku sangat merindukanmu hik..." dan setelahnya Sehun jatuh tak sadarkan diri, menumpukan semua berat tubuhnya pada Jongin dan tentu saja membuat Jongin kewalahan menahannya.

Jongin yang sempat mendengar gumaman Sehun tersebut langsung blushing parah. Si Oh ini kenapa? Datang-datang dengan keadaan mabuk lalu mengatakan rindu padanya. "Yak! Jangan pingsan dulu, kau berat, Oh."

Jongin dengan susah payah memapah tubuh Sehun yang lebih besar darinya kemudian membaringkan tubuh itu di atas sofa yang tadi ia pakai tidur. Ia tak sanggup bila harus memapah Sehun hingga kamarnya yang berada di lantai dua. Ia bisa saja memanggil Luhan, yang jelas rumahnya ada di sebelah. Tapi entahlah, tubuhnya malah memapah Sehun lebih masuk ke dalam rumahnya.

Ngomong-ngomong soal rumah. Kenapa Sehun malah datang padanya padahal rumah dia sendiri tepat di sebelah.

"Kau benar-benar merindukanku?" tanya Jongin menatap Sehun yang tertidur dengan pulas. "Aku juga merindukanmu."

Ia berjongkok di depan Sehun, menatap lekat-lekat wajah damai Sehun, polos sekali, tampang playboynya hilang sudah. Ia usap pelan-pelan puncak kepala Sehun, menyingkirkan anak rambut yang menghalangi dahi Sehun. Semakin tampan saja pujaannya ini.

Dengan ragu, ia mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Sehun. Semakin sedikit jarak antara wajah mereka. Dan Jongin benar-benar menempelkan bibirnya pada pipi Sehun. Hanya sekilas, kecupan seringan kapas.

"Oh! Ya ampun, ya ampun, ya ampun,,, apa yang aku lakukan? Semoga dia benar-benar tidak sadar."

Jongin dengan langkah cepat kembali ke tujuan utama, mengunci pintu. Kemudian menuju ke kamarnya, mengambil bantal dan selimut untuk di pakaikan pada Sehun. Ia sendiri kembali berblushing ria saat menatap wajah Sehun. Ya Tuhan, aku mencium Sehun.

"Jangan ingat, jangan ingat, jangan ingat. Eh? Tapi setidaknya ingatlah ini sebagai mimpi, Sehun."

.

.

.

Saat membuka mata, Jongin menemukan dirinya di dalam ruangan bercat biru muda dan tertidur di atas kasur empuk yang sangat familiar diingatannya. Kamarnya sendiri. Sejak kapan?

"Uhh, bukankah tadi malam aku tidur diruang tengah bersama Sehun?" gumamnya, kemudian ia melotot mengingat kejadian semalam. "Sehun? Ke mana dia?"

Matanya menyusuri tiap sudut kamarnya dan tidak menemukan keberadaan Sehun sama sekali. Ia kemudian melirik jam, sudah jam 8 jadi mungkin Sehun sudah pulang ke rumahnya. Tapi kenapa ia ada di kamar sekarang? Apa Sehun yang memindahkannya? Lagi-lagi ia blushing. "Mungkin Ayah yang memindahkanku."

"Hahhh... rabu pagi yang... ahh, sudahlah."

Hari ini tanggal merah, jadi Jongin bebas dari tanggungan tugas. Ia kemudian bangkit dari kasurnya, berjalan tenang menuju kama mandi dan memulai ritual pembersihan diri. Dua puluh menit kemudian ia keluar dengan hanya memakai handuk yang menutupi pinggang hingga bawah lututnya. Membuka lemari dan memakai pakaiannya dengan tenang.

Saat akan membereskan ranjang, tiba-tiba ia melihat selembar kertas di atas bukunya. Penasaran, ia mengambil kertas itu dan membacanya.

'jika kau menemukannya, datang padaku dan aku akan membuatmu melayang'

Jongin menganga dengan tidak elitnya. Walaupun tidak ada tanda pengirimnya tapi Jongin tahu persis jika ini adalah tulisan tangan Sehun, dan kata 'membuatmu melayang' membuat ia memikirkan satu kemungkinan.

Cepat-cepat ia keluar dari kamar, menemukan Ibu dan Ayahnya lagi-lagi di depan televisi.

"Ke mana?" tanya Ayahnya.

"Rumah Sehun, ada sesuatu."

Tanpa menunggu lagi, Jongin segera melesat menuju kediaman Sehun dengan membawa kertas bertuliskan tulisan tangan Sehun tersebut.

"Seh_"

"Hey! Jongin."

Belum sempat Jongin memanggil nama Sehun, sang empu sudah ada di depan mata dengan di belakangnya seorang wanita imut berpipi gembil.

"A-ahh... hai, Sehun," ucap Jongin kikuk, ia agak tidak enak melihat pemandangan Sehun bersama perempuan, walaupun ia sudah sering melihatnya.

"Ah, jadi ini yang namanya Jongin?" tanya wanita di belakang Sehun.

"Iya. Ini Jongin, dan Jongin, ini Minseok Noona," ucap Sehun, memperkenalkan wanita berpipi gembil tersebut.

"Hai Jongin, aku Minseok, kau bisa memanggilku Minseok Noona karena aku lebih tua darimu," Minseok memperkenalkan diri dengan semangat di depan Jongin. Berbeda dengan Jongin yang malah merasa down.

"Kim Jongin."

"Jong, kau ingin bertemu denganku kan? Tunggu di kamar saja, aku harus mengantar Minseok Noona ke rumah sakit dulu."

"T-tidak jadi, nanti saja. Kalau begitu aku pulang ya, selamat pagi."

Jongin langsung berbalik kembali ke rumahnya dengan perasaan kecewa. Ahh... Jongin jadi berfikir, kenapa ia selalu merasa kecewa setelah dari depan pintu rumah Sehun. Saat ingin menyatakan perasaannya yang tidak jadi, saat rindu pada Sehun dan Sehun yang sedang pergi, sekarang ia mendapati Sehun malah bersama wanita lain.

"Kim pabo. Sehun itu playboy, baginya kata 'membuatmu melayang' itu sudah umum ia ucapkan pada setiap orang. Jadi tidak mungkin apa yang kau pikirkan itu menjadi kenyataan."

Jongin kembali menggulung dirinya di dalam selimut, tak dipedulikan suara perutnya yang protes minta makan.

.

.

.

Malamnya, tiba-tiba Sehun datang ke kamarnya tanpa permisi. Ini juga kebiasaan yang tidak dapat di hilangkan. Kamar Jongin = kamar Sehun, begitu pula sebaliknya. Jadi tak perlu ketuk pintu untuk masuk ke kamar sendiri.

"Jong."

"Apa?"

"Kau sedang bed mood ya?"

"Bukan urusanmu."

Sehun diam, duduk di pinggir ranjang Jongin. Jongin juga diam, bergelung dalam dekapan hangat selimutnya. Sehun menghela nafas panjang, Jongin juga. Sehun menghadap Jongin dan memusatkan pandangannya hanya pada Jongin, Jongin malah berbalik memunggungi Sehun.

"Hey! Aku ingin bicara denganmu, jangan punggungi aku seperti itu," protes Sehun.

"Tidak peduli."

"Jong."

"..."

"Jongin."

"..."

"Jongin, bukankah kau merindukanku?"

"Hah? Kata siapa? Tidak kok," elak Jongin.

"Kau yang mengatakannya... tadi malam," Sehun menyeringai mendapati gerakan tidak nyaman Jongin yang salah tingkah.

"Apa? Kau bermimpi mungkin," Jongin masih mengelak, ia kembali bergerak gelisah. Salah tingkah, kenapa Sehun bisa tahu padahal seingatnya saat itu Sehun sedang tidur dengan pulasnya.

"Terserah," Sehun memutar bola matanya malas akan ucapan Jongin yang lagi-lagi mengelak dari kenyataan. "Tapi hey! Kau sudah menemukan kertasnya kan. Tadi pagi aku melihat kau membawanya."

"Iya, memangnya kenapa?" ucap Jongin datar, berpura-pura tidak peduli.

"Sudah kubilang, tunggu di kamarku."

"Cih, seperti iya kau akan pulang cepat."

"Tak ada alasan aku pulang lambat."

Jongin bangun dari tidurannya, menatap Sehun dengan jengkel. "Sebenarnya apa maumu? Aku tidak mau membahas ini lagi. Urus saja pacar baru berpipi gembilmu itu."

"Humfff..." Sehun terlihat menahan tawanya tapi kemudian tawanya terdengar membahana memenuhi setiap sudut ruangan, ia sampai memegang perutnya sakin lamanya tertawa.

"Apa yang lucu?" bentak Jongin semakin jengkel.

"Oh My... kau mengira Minseok Noona adalah pacar baruku?"

Jongin mengangguk dengan pertanyaan Sehun, kemudian menatap Sehun dengan sinis. "Dasar playboy."

"Ah sudahlah, yang pasti Minseok itu bukan pacarku."

"Lalu kenapa dia ada di rumahmu? Pulang pagi-pagi, malamnya pasti menginapkan?"

"Iya, Minseok Noona memang menginap semalam. Tapi apa kau tidak merasa ada yang aneh dengan pemikiranmu?"

"Apa?"

"Hey! Semalam aku ada di rumah ini, ber-sa-ma-mu."

Jongin tertegun menyadari satu hal itu. Kalau Minseok memang pacar Sehun, tidak mungkin kan Sehun malah datang ke rumahnya dan meninggalkan pacarnya begitu saja. Lagipula, seingatnya Sehun tidak pernah membawa pacarnya ke rumah. "Jadi, Minseok Noona itu siapa?"

"Kekasih Luhan Hyung. Ahm lebih tepatnya, calon istri Luhan Hyung. Semalam Luhan Hyung demam dan Minseok Noona merawatnya. Ngomong-ngomong, dia seorang Dokter. Dan berhubung tadi pagi Luhan Hyung belum sehat pasti, jadi aku yang mengantar Minseok Noona ke rumah sakit tempat kerjanya," jelas Sehun panjang lebar.

Jongin terdiam, malu sedikit. Jadi tadi pagi ia cemburu dengan calon istri Kakak Iparnya sendiri? Ah, apa-apaan Kakak Ipar? Blushing lagi kan. Dasar Jongin. Ah, Jongin jadi kasihan juga dengan Baekhyun, benar-benar tidak ada kesempatan.

"Kau tidak ingin menanyakan maksud kertas itu?" tanya Sehun.

Jongin sedikit ragu untuk menanyakannya, tapi akhirnya ditanyakan juga. "Memangnya apa?"

"Aku menerima cintamu."

"YAK! Apa-apaan itu? Aku bahkan tidak menyatakan cinta padamu."

"Ahh... ku kira kau mencintaiku, padahal aku sudah senang dengan kecupanmu tadi malam," ucap Sehun dengan nada menggoda.

Jongin blushing parah, mukanya merah sampai ke telinga. "B-bukankah kau sedang tidur saat itu?" tanya Jongin kikuk.

"Aaaah, jadi karena aku sedang tidur, kau berani berbuat mesum padaku."

"A-aku tidak mesum kok."

"Dasar Bearku satu ini," Sehun mengusak rambut Jongin dengan lembut, Jongin jadi semakin salah tingkah. "Malam itu aku tidak mabuk kok, itu hanya akal-akalanku saja. jadi aku ingat semua apa yang kau katakan dan kau lakukan padaku. Aku mencintaimu."

"A-apa? sejak kapan?" Jongin sudah akan melambung tinggi mendengarnya. Penantian, kekecewaan, harapan, dan kesetiaannya terbayarkan sudah.

"Aku tidak tahu, yang pasti aku menyadarinya sekitar seminggu yang lalu, saat aku membangunkanmu. Aku membuka pesan dari Baekhyun tentang 'apa kau sudah berhasil menyatakan perasaanmu pada Sehun?' kau mencintaiku lebih dulu kan? Jadi aku tak butuh jawabanmu. Sekarang kita resmi menjadi sepasang kekasih!" ucap Sehun mutlak sambil merangkul Jongin.

"T-tidak mau. Aku tidak mau menjadi kekasih kesekianmu."

"Jadi aku harus memutuskan pacar-pacarku agar bisa denganmu?"

"Tentu saja."

"Baiklah, besok pacarku satu-satunya hanya Kim Jongin. Setuju, sweetheart?"

"A-apa-apaan panggilan itu? Menjijikan. Kau harus berjanji untuk tidak akan pernah mempermainkaku seperti kau mempermainkan mainan-mainanmu."

"Janji. Kau juga harus janji hanya setia untukku."

Dan pinky promise mengikat janji mereka. Berharap bahwa pasangannya kali ini akan menjadi pelabuhan terakhir. Sahabatnya, kini menjadi pasangannya, cintanya, masa depannya, orang yang akan menemani hari-harinya dengan penuh warna.

END

End, iya end nya segitu saja. maaf untuk late update. Rencananya mau update tanggal 10, tapi ya gituu... selain faktor kesehatan saya yang menurun, sampai listrik mati satu kampung dan Notebook serta Handphone mati total karena kehabisan baterai. Tapi sekarang saya sudah fit lagi, listrik juga sudah dibenerin, jadi saya buru-buru update keburu mati lagi hehe... maaf curhat.

Terima kasih untuk readers yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Maaf untuk semua kekurangannya, maaf juga tidak sesuai dengan ekspektasi kalian. Saya sebenarnya rada bingung, buat nyambungin jalan cerita itu dialog kaya apa yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Mohon bantuan dari kalian untuk membenarkan apa yang perlu dan tidak perlunya dalam cerita.

And big thanks to: my love double b , Wiwitdyas1 , ariska , oohsehun12 , My world , Hun94Kai88 , Bellasafir48ExoL , Baby bear , Rei14 , youngimongi , Hunna94 , Jun-yo , Narundana , cherry , Guest , cute , Grey378 , Vioolyt , Kim Jongin Kai , yuvikimm97 , jjong86 , ivanarooo , utsukushii02 , Xinger XXI , Exofanfic'rae , geash , elshii , htyoung , saniathbbbv , hsejong94 , diannurmayasari15 , afranabilacantik , kaerinkartika , winsliabego1 , ulfah . cuittybeams , KaiNieris , nabilapermatahati , novisaputri09

And the last, Happy Birthday Uri D.O.

Ngomong-ngomong, apa ada harinya HunKai? Tanggal berapa bulan berapa gitu?

12/01/16