3:59 PM

Satu, dua, tiga..

"Ah, aku benci Mr. Lee. Kenapa dia menyuruh kita untuk meletakkan kertas gambar ini ke ruang kesenian?" keluh seorang siswi berambut hitam panjang pada temannya.

"Iya, ruang kesenian kan ada di lantai empat. Jauh sekali.." keluh seorang siswi berambut coklat.

Empat, lima, enam..

"Ah, sebentar, kertas ini berat sekali.."

Tujuh..

"Yya, Hyemi-ah! Cepat, aku lapar. Aku ingin segera tiba di rumah."

Delapan, sembilan..

"Sabar sedikit, Soohyun-ah. Kertas gambar yang kubawa lebih banyak dari yang kau bawa!"

Sepuluh, sebelas..

"Hei, sekarang jam berapa?"

Dua belas..

"Kurasa jam empat sore."

4:00 PM

Tiga belas..

Tuk

"Aw!"

"Kenapa, Hyemi?" tanya Soohyun yang berada satu anak tangga di bawah Hyemi.

"Aku tersandung… GYAAAAA!"

"Hyemi! Hyemi! Astaga, ada apa?!"

.

.

.

.

The Thirteenth Step

Pair and Cast:

Kim Namjoon x Kim Seokjin

Kim Taehyung x Jeon Jungkook

Park Jimin x Min Yoongi

Jung Hoseok

Rate: T

Length: Oneshoot

Summary:

Kalau kau berjalan menaiki tangga dan menginjak anak tangga ketiga belas dari tangga menuju lantai empat di jam empat tepat.. kau akan melihat 'dia'. / NamJin. Slight! VKook, MinYoon, BL, AU.

Warning:

BL, AU, Fiction.

Notes:

Italic + Bold = Seokjin's side.

.

.

.

.

The Thirteenth Step

"Kita mendapat pekerjaan baru."

Suara berat Namjoon mengawali pagi mereka yang malas. Tepat setelah Namjoon mengatakan itu, terdengar dengungan penuh nada tidak suka dari seluruh penjuru ruang makan.

"Tapi kita baru menyelesaikan pekerjaan kita dua hari lalu. Aku masih butuh peregangan urat syaraf." Jimin mengeluh seraya memijat tengkuknya.

"Itu salahmu karena terlalu banyak berteriak saat kita menyelesaikan tugas kemarin." Yoongi berujar dengan nada datar seraya melirik Jimin yang duduk di sebelahnya.

Hoseok terkikik geli.

"Yya, Hyung! Kau juga berteriak-teriak terus waktu itu! Jangan menertawakan aku!" ujar Jimin kesal.

"Tapi setidaknya aku tidak memiliki kekasih yang dengan senang hati akan meledekku seperti dirimu, Jim." Hoseok berujar santai kemudian meneguk kopinya.

"Aish!"

"Jimin-ah, Hoseok-ah, hentikan. Jangan bertengkar di meja makan." Seokjin berujar seraya berjalan memasuki ruang makan dengan tangan yang membawa sebuah piring penuh makanan.

Seokjin duduk di kursinya yang berada di antara kursi Namjoon dan Jungkook. Seokjin menoleh ke arah Jungkook dan melihat kalau anggota termuda di rumah itu tengah tertidur dengan kepala yang diletakkan di atas meja makan.

"Kookie.. sarapan dulu." bisik Seokjin lembut seraya mengusap-usap rambut Jungkook.

Jungkook bergumam tidak jelas dan kembali tertidur.

"Kookie.." ujar Seokjin lagi seraya terus mengusap-usap rambut Jungkook.

"Hyung, kau tidak ingin membangunkan Taehyung?" tanya Jimin seraya menunjuk Taehyung yang tertidur dengan bersandar di kursi makan.

Namjoon menatap Taehyung yang duduk di depannya. Namjoon mengambil koran yang berada di meja makan, membentuk koran itu menjadi gulungan kemudian memukul wajah Taehyung dengan koran. "YYA! Bangun!"

Taehyung tersentak kaget dan langsung membuka matanya. Dia menatap sekeliling dengan pandangan bingung kemudian tangannya terulur dan mengelus hidungnya yang baru saja kena 'hantaman manis' dari koran di tangan Namjoon.

Jungkook terbangun karena mendengar suara ribut itu, dia menatap sekeliling dan matanya tertuju pada Taehyung yang sibuk mengusap-usap hidungnya. "Kenapa, Hyung?"

Taehyung menggeleng, "Hidungku sakit."

Namjoon berdehem dan meletakkan gulungan koran tadi di meja, "Ayo, sarapan. Setelah sarapan kita bahas pekerjaan kita yang berikutnya."

"Kita sudah dapat pekerjaan lagi, Hyung? Duh, aku capek.." keluh Taehyung.

"Kita sudah mendapat pekerjaan lagi, Hyung? Benarkah? Asiiik!" seru Jungkook senang.

.

.

.

.

.

.

.

"Pekerjaan kita kali ini ada di sebuah sekolah." Namjoon memulai 'rapat pagi' mereka.

Namjoon berdehem pelan, "Tadi pagi aku mendapat surat dari kepala sekolahnya, dia bilang terjadi kejadian mengerikan kemarin. Seorang siswi kelas dua Senior High School bernama Kim Hyemi mengalami luka cukup parah dan shock hebat saat berada di tangga menuju lantai empat. Berdasarkan kesaksian temannya, Lee Soohyun, Hyemi dan dia sedang menaiki tangga ke lantai empat untuk mengantar kertas gambar ke ruang kesenian, kemudian tiba-tiba saja Hyemi menjerit-jerit histeris dan membenturkan kepalanya sendiri ke selusur tangga."

Hoseok bergidik, "Mengerikan sekali.."

"Berdasarkan keterangan dari kepala sekolah, sekolah itu memang memiliki kisah horror yang tersebar sejak dulu. Katanya kalau kau menginjak anak tangga ketiga belas menuju lantai empat di jam empat tepat, kau akan melihat sesuatu yang mengerikan." Namjoon berujar dengan mata yang tertuju pada kertas di tangannya.

"Kira-kira apa yang dilihatnya, ya?" ujar Yoongi.

Namjoon melipat kertas di tangannya, "Tidak ada keterangan lebih lanjut soal apa yang terjadi di sekolah itu sebenarnya. Jadi sebaiknya kita mulai bekerja." Namjoon menoleh ke arah Seokjin, "Jinnie, kau tidak apa-apa? Sejak tadi kau diam saja."

Seokjin menggeleng pelan, "Aku baik. Hanya sedang berpikir kira-kira seperti apa wajah hantu yang nanti akan kulihat."

"Seokjin Hyung tidak apa? Waktu menyelesaikan pekerjaan kemarin kan Hyung kelelahan hebat." Jungkook bertanya khawatir.

Seokjin tersenyum kecil, "Aku baik. Dua hari istirahat sudah mengembalikan kekuatanku."

Namjoon berdehem keras, "Baiklah, kita akan membagi tugas seperti biasa. Jimin, Hoseok, siapkan peralatan kita. Yoongi, Taehyung, dan Jungkook, kumpulkan informasi sebanyak mungkin soal sekolah itu, dan untuk berjaga-jaga hubungi gereja, mungkin kita akan membutuhkan bantuan mereka. Dan kau, Jinnie, kita akan pergi ke sekolah itu hari ini untuk menemui kepala sekolah."

Keenam kepala lainnya selain kepala Namjoon mengangguk serempak dan bergegas berdiri dari posisi masing-masing untuk memulai pekerjaan mereka.

Namjoon berjalan menghampiri Seokjin yang masih duduk di sofa, dia membungkuk dan mengecup dahi Seokjin yang tertutup poni. "Ayo, kita juga harus bekerja."

.

.

.

.

.

.

.

Mereka bertujuh adalah pengusir hantu. Mereka menawarkan jasa berupa menyelidiki tempat berhantu dan mencari apa penyebab tempat itu berhantu hingga melakukan pengusiran hantu. Untuk membantu pekerjaan mereka, mereka memiliki kamera khusus dan beberapa alat-alat canggih lainnya seperti pendeteksi panas, pengukur hembusan angin, dan juga pengukur kadar kelembapan.

Biasanya, saat hantu muncul akan terjadi sedikit pergolakan dimensional sehingga menyebabkan beberapa perubahan seperti naiknya suhu, tekanan udara yang bertambah atau berkurang, dan kadang disertai dengan menipisnya oksigen.

Diantara mereka semua, Jimin dan Hoseok adalah anggota yang bertugas untuk mengurusi alat-alat itu. Mereka berdua takut hantu sehingga mereka jarang memasuki tempat-tempat berhantu secara langsung saat mereka bekerja. Biasanya mereka berdua akan diam di van dan mengawasi monitor.

Taehyung, Jungkook, dan Yoongi adalah anggota biasa. Biasanya merekalah yang akan menyebar dan merekam di kamera khusus yang nantinya akan diawasi oleh Jimin dan Hoseok.

Sementara Namjoon adalah pemimpin mereka. Namjoon lah yang akan mengurus masalah perjanjian pekerjaan, menghubungi klien, dan juga berbicara pada gereja mengenai prosesi pengusiran hantu yang mereka lakukan.

Sedangkan Seokjin adalah seseorang yang paling penting dalam kelompok mereka. Seokjin memiliki kemampuan lebih sehingga dia bisa melihat dan berkomunikasi dengan hantu. Tapi kadang kemampuannya juga menyulitkan dirinya karena ada banyak sekali hantu yang menyerangnya dikarenakan diantara mereka bertujuh, hanya Seokjin yang bisa melihat mereka.

Dan jika kasusnya sudah seperti itu, biasanya Namjoon lah yang akan maju dan memulai pengusiran hantu.

Seokjin berjalan menuju kamarnya dan Namjoon kemudian mengambil jaketnya. Pandangan matanya tidak sengaja tertuju pada pantulan dirinya di cermin, jarinya terulur menyentuh kalung salib yang melingkar di lehernya. Kalung itu merupakan kalung pemberian ibunya sebelum ibunya meninggal, ibunya bilang kalung itu akan melindungi Seokjin karena jiwa Seokjin begitu spesial hingga tidak jarang banyak hantu yang mencoba menarik jiwanya yang murni ke alam baka.

"Seokjin? Sayang? Ada apa?" tanya Namjoon karena dia melihat Seokjin termangu di depan cermin.

Seokjin menggeleng dan memasukkan kalung itu ke dalam pakaiannya. "Tidak, kita berangkat sekarang?"

Namjoon mengangguk dan dia berjalan keluar dari kamar mereka bersama Seokjin.

.

.

.

.

.

.

.

"Jadi, bagaimana?" tanya Namjoon pada anggotanya yang lain saat mereka sudah selesai makan malam dan memulai rapat kecil mereka.

"Peralatan kita sudah siap, aku dan Jimin sudah mengemasnya ke van." Hoseok berujar seraya menepuk-nepuk bahu Jimin.

"Kami sudah mencari banyak informasi. Tapi semuanya samar-samar, sepertinya ada banyak kejadian yang ditutupi." Yoongi mengambil kertas yang berada di meja.

"Berdasarkan informasi, sekolah itu dibangun pada tahun 1925 dan masih bertahan sampai sekarang. Bangunannya sudah mengalami renovasi beberapa kali tapi pondasi awalnya masih sama. Sekolah itu juga bukan sekedar bangunan sekolah biasa, gedung itu sudah berulang kali beralih fungsi. Mulai dari menjadi sekolah, menjadi rumah sakit, bahkan pernah menjadi rumah tahanan pada beberapa periode."

"Wow," gumam Jimin. Dia menggeser posisinya mendekat ke arah kekasihnya dan ikut mengintip tulisan yang berada di kertas yang dipegang Yoongi.

"Jadi tidak heran kalau tempat itu berhantu." Taehyung menggumam pelan dengan tangan yang sibuk memainkan helaian halus dari rambut Jungkook.

"Kasus yang terjadi di bangunan itu juga sudah tidak terhitung lagi. Ada banyak kasus-kasus kecil seperti beberapa warga sekitar yang mengatakan mereka mendengar suara tangisan atau raungan, hingga ke banyaknya kasus bunuh diri yang ditemukan di sekolah itu."

Jungkook mengambil lembaran kertas lainnya, "Kasus yang terakhir terjadi belum lama ini. Sekitar dua puluh tahun lalu ada seorang siswi yang ditemukan tewas di tangga menuju lantai empat. Berdasarkan keterangan yang tertera, siswi itu meninggal dengan sangat mengenaskan, kepalanya hancur, seluruh tangan dan kakinya disayat-sayat dan yang lebih parahnya, dari hasil otopsi menunjukkan kalau gadis itu diperkosa."

"Jadi saat ini kita akan menghadapi hantu gadis itu?" tanya Seokjin pelan.

"Kau tidak melihat apapun waktu pergi ke sekolah itu, Hyung?" tanya Taehyung.

Seokjin menggeleng, "Aku tidak ke lantai empat. Tadi aku pergi ke kantor kepala sekolah di lantai satu. Kepala sekolah melarang kami naik ke lantai empat karena saat itu masih jam aktif kegiatan siswa, dia tidak ingin siswa semakin ketakutan dan berita mengenai kasus yang terjadi di sekolah itu tersebar semakin luas."

Namjoon mengangguk, "Dia bilang besok kita bisa memeriksa sekolah sepuasnya karena besok sekolah diliburkan dan seluruh warga sekolah akan mengakan sebuah upacara untuk mendoakan Kim Hyemi di rumahnya."

"Hah?" ujar Jungkook.

"Kim Hyemi dinyatakan meninggal siang tadi. Kepala sekolah mendapatkan kabar itu saat kami baru tiba di sekolah."

"Kurasa pekerjaan kali ini akan lebih berat daripada pekerjaan kita mengusir hantu di rumah yang kemarin." Yoongi menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.

Jimin dan Hoseok menghela napas serempak saat mendengar ucapan Yoongi.

"Haah, pekerjaan kemarin saja sudah membuatku ketakutan dan menjerit-jerit setengah mati. Apalagi yang ini?" keluh Hoseok.

.

.

.

.

.

Keesokkan harinya, mereka semua mendatangi sekolah tempat pekerjaan mereka akan dilakukan. Hoseok dan Jimin sudah sibuk memasang beberapa kamera di tempat-tempat yang diperlukan. Untungnya sekolah itu memiliki banyak kamera pengawas sehingga mereka tidak perlu repot-repot memasang kamera di seluruh penjuru sekolah.

Anggota yang lainnya membantu Jimin dan Hoseok mengurus perlengkapan mereka. Kali ini base camp mereka berada di ruangan security di lantai satu. Hal ini dilakukan karena seluruh monitor kamera pengawas berada di sana.

Sementara anggotanya sibuk berlarian kesana-kemari, Seokjin menghabiskan waktunya untuk berkeliling sekolah dan memperhatikan setiap sudut sekolah dengan teliti. Seokjin berjalan menaiki tangga menuju lantai tiga, Seokjin berhenti dan menatap sekeliling, kemudian matanya bergerak dan menatap tangga menuju lantai empat yang bermasalah.

Seokjin memiringkan kepalanya, saat ini baru jam 11.30 siang jadi belum terlihat aktivitas yang terlalu mencurigakan di sekitar tangga itu. Seokjin melangkahkan kakinya dan menginjak anak tangga pertama, namun dia terhenti karena ponselnya berdering.

"Hallo?"

"Sayang, kau dimana?"

"Aku di tangga."

"Turunlah, kita makan siang dulu."

"Oke.."

Seokjin memasukkan ponselnya kembali ke saku jaketnya dan berlari kecil untuk turun ke bawah, Seokjin sama sekali tidak menyadari kalau saat dia berbalik, ada sosok gadis berambut panjang dengan wajah menyeramkan dan kaki yang patah tengah menatapnya dari anak tangga ketiga belas.

.

.

.

.

.

2:30 PM

Persiapan mereka sudah selesai dan mereka hanya tinggal menunggu waktu eksekusi mereka jam 4 tepat nanti. Saat ini mereka semua berkumpul di ruang security. Untungnya di ruangan ini terdapat dua buah sofa dan beberapa kursi, jadi mereka bisa bersantai.

"Mereka benar-benar mengosongkan tempat ini untuk kita. Bahkan securitynya pun tidak terlihat." Yoongi berujar seraya menyandarkan tubuhnya di sofa kemudian dia menggeser posisinya merapat ke Jimin.

Jungkook mengangguk setuju, "Kupikir kita akan bertemu dengan beberapa warga sekolah lainnya, tapi ternyata kita malah benar-benar sendirian."

"Tapi ini bagus, kan? Kita bisa bekerja dengan tenang." Taehyung berujar dengan pandangan yang tertuju pada sebuah kamera di tangannya.

"Kau sudah mulai merekam?" tanya Jimin.

"Tidak, aku hanya sedang memeriksanya, rencananya ini akan kupasang di dinding tangga menuju lantai empat, tapi saat kupasang tadi, kamera ini tidak berfungsi, jadi aku memeriksanya lagi."

"Tapi semua kamera sudah kuperiksa dan mereka dalam kondisi baik, kok." Jimin berdiri dari posisinya dan membantu Taehyung memeriksa kamera itu."

Hoseok memalingkan pandangannya dari monitor-monitor yang menampilkan gambar dari kamera yang sudah disebar, "Mungkin baterainya habis."

"Tidak, kemarin aku sudah memastikan semua baterai kamera penuh." Jimin mengambil kamera dari tangan Taehyung dan mulai memeriksanya, "Kondisinya baik kok. Akan kupasang ini di tangga."

"Cepatlah, Jim. Sekarang sudah mulai sore." Yoongi berujar seraya menatap Jimin.

"Aku tahu." Jimin berjalan keluar dari ruang security tempat mereka berada dengan tangan yang membawa kamera.

"Jadi, bagaimana eksekusi pekerjaan kita nanti, Hyung?" tanya Jungkook pada Namjoon yang duduk bersama Seokjin di sisi sofa.

"Seperti biasa, kita akan pergi ke sana sebelum jam empat tepat, nanti biar aku dan Seokjin yang menaiki tangga. Taehyung dan Jungkook tunggu di bawah tangga, Jimin, Hoseok, dan Yoongi Hyung tunggu di sini. Awasi pergerakan mencurigakan yang mungkin terjadi." Namjoon menoleh ke arah Seokjin, "Bagaimana menurutmu?"

"Aku.. tidak keberatan."

"Seokjin Hyung kenapa? Sepertinya Hyung menjadi lebih pendiam belakangan ini."tanya Jungkook.

Semua kepala yang berada di ruangan itu menatap Seokjin.

Seokjin menggeleng, "Aku baik. Hanya saja.. kemarin kalian ingat kalau aku sempat pingsan, kan?"

"Ya, Hyung pingsan saat Namjoon Hyung melakukan proses pengusiran hantu."

"Saat itu aku bermimpi aneh, atau mungkin itu bukan mimpi. Aku terbangun di tempat yang aneh, seperti dunia parallel dari dunia kita. Dunia yang hanya berisi para hantu, aku seperti berada di antara dunia ini dan dunia alam baka."

"Benarkah? Itu menyeramkan." Hoseok bergidik pelan.

"Kurasa begitu. Dan karena itu aku.. jadi agak khawatir. Aku beruntung aku menemukan jalan kembali, tapi bagaimana kalau aku tidak menemukan jalan kembali? Tubuhku yang ada di dunia bisa saja diisi oleh makhluk lainnya, kan?"

"Hyung, jangan berbicara seperti itu. Aku takut." Jungkook memeluk dirinya sendiri dan Taehyung segera memeluknya dari samping.

"Apa sebaiknya kita tidak melakukan pekerjaan ini, Jinnie? Kita harus menunggu sampai kemampuanmu stabil. Aku tidak mau kau mengalami hal yang sama dan memiliki kemungkinan kau tidak akan kembali." Namjoon berujar tegas seraya menatap Seokjin.

Seokjin menggeleng, "Kurasa aku akan baik-baik saja."

Namjoon terdiam cukup lama kemudian dia mengangguk pelan, "Baiklah."

.

.

.

.

.

.

.

3:45 PM

"Kurasa sebaiknya kita mulai berjalan ke lantai empat. Hanya tinggal lima belas menit lagi menuju jam empat." Namjoon berujar dengan mata yang tertuju pada arlojinya.

Seokjin, Taehyung, dan Jungkook mengangguk serempak. Mereka berdiri dan bersiap untuk menuju lantai empat.

Namjoon menatap tiga anggota lainnya yang duduk menghadap monitor, "Awasi baik-baik, kalau ada yang mencurigakan, hubungi kami."

Ketiga orang lainnya mengangguk serempak. Hoseok dan Jimin memasang headphone mereka, "Hati-hati, Hyung." ujar Jimin.

Mereka berjalan keluar dari ruang security dan memulai perjalanan mereka ke lantai empat. Taehyung berjalan dengan mata yang tertuju pada sebuah tab yang menunjukkan gambar yang sama dengan monitor-monitor yang ada. Dia berulang kali menggeser jarinya untuk menampilkan gambar dari kamera yang lainnya.

"Semua kamera dalam kondisi menyala." Taehyung memasang earphonenya, "Dan suaranya juga. Semuanya sudah siap."

Namjoon mengangguk, dia meraih tangan Seokjin dan menggenggamnya. "Baiklah, ayo kita selesaikan ini."

.

.

3:55 PM

Mereka berempat berdiri di bawah tangga menuju lantai empat. Taehyung dan Jungkook berdiri di belakang Namjoon dan Seokjin.

"Kalian siap?" tanya Taehyung.

"Ya, kami akan naik saat waktu sudah menunjukkan pukul 3:59 PM." Namjoon berujar dengan mata yang terus tertuju pada arlojinya.

Jungkook bergidik, "Entah kenapa aku merasakan firasat buruk."

"Tenanglah, ini bukan pertama kalinya kita bekerja, kan?" ujar Seokjin kemudian dia tersenyum lembut pada Jungkook.

Jungkook menatap Seokjin, entah kenapa dia mendapatkan firasat buruk seolah-olah dia tidak akan melihat senyum Seokjin lagi. "Hyung, hati-hati ya." ujar Jungkook.

Seokjin mengerutkan dahinya, "Ada denganmu, Kookie? Aku akan baik-baik saja dan malam nanti aku akan memasak daging untukmu."

"Aku tidak butuh daging, aku hanya mau Hyung baik-baik saja."

"Jungkook-ah.."

3:59 PM

"Ayo, Jinnie."

"Ah, ya." Seokjin berpaling menatap Jungkook dan Taehyung, "Awasi monitor dan aktivitas suaranya."

Taehyung dan Jungkook mengangguk serempak, "Iya, Hyung." Taehyung mendekatkan walkie-talkie ke mulutnya, "Hyung, awasi monitor di ruangan kalian. Namjoon dan Seokjin Hyung sedang menaiki tangga."

Satu, dua, tiga..

"Kita akan baik-baik saja, Jinnie. Kau bersamaku." Namjoon mengeratkan genggaman tangannya.

Empat, lima, enam..

"Ya, aku tahu."

Tujuh, delapan, sembilan..

"Aku merasakan firasat buruk." gumam Seokjin.

Sepuluh, sebelas..

"Jangan bicara seperti itu. Kau akan baik-baik saja."

Dua belas..

"Namjoonie.."

"Ya?"

Tiga belas..

"Aku mencintaimu."

4:00 PM

"ASTAGA! SEOKJIN!" ujar Namjoon keras karena Seokjin tiba-tiba saja jatuh tidak sadarkan diri tepat setelah dia mengucapkan kalimat tadi dan menginjak lantai anak tangga ketiga belas.

"HYUNG!" Jungkook berlari menaiki tangga.

"Berhenti di sana, Jungkook!" ujar Namjoon, "Jangan naik ke sini." Namjoon menunduk dan menatap Seokjin yang terbaring dalam pelukannya dalam kondisi tidak sadarkan diri.

"Seokjin? Sayang, kau mendengarku?" Namjoon menepuk-nepuk pipi Seokjin pelan, "Seokjin, bangun.."

Taehyung menarik lengan Jungkook pelan agar dia menuruni tangga, "Hyung, kurasa sebaiknya kita kembali ke ruang security. Kamera tidak melihat apapun saat kalian naik tadi."

"Seokjin?" Namjoon memeluk Seokjin dan mendekatkan bibirnya ke telinga Seokjin, "Sayang, kau mendengarku? Princess.." bisik Namjoon pelan.

Jungkook memeluk lengan Taehyung, "Hyung, aku merasakan hawa dingin. Di sini berubah menjadi dingin sekali."

Taehyung terdiam, sebenarnya dia juga merasakan bahwa suhu di sekitar mereka berubah menjadi sangat dingin. Dia menatap Namjoon yang masih enggan beranjak dari tangga, "Hyung, ayo."

.

.

.

.

.

4:01 PM

Seokjin membuka matanya dengan gerakan cepat dan dia tersentak saat menyadari kalau dia berada di tangga sendirian. Sekelilingnya terlihat sangat gelap seolah hari sudah malam dan tidak ada lampu yang dinyalakan.

Seokjin bergidik karena suhu udaranya terasa begitu dingin. "Namjoon? Namjoon!"

Seokjin tidak mendengar suara Namjoon yang menyahut panggilan Seokjin. Seokjin memperhatikan sekelilingnya, dia merasa familiar dengan kondisi ini, ini.. sama seperti saat dia terbangun di dunia parallel kemarin.

"Astaga!" Seokjin bergegas menuruni tangga, namun dia terhenti saat mendengar suara menggesek seolah-olah ada seseorang yang menggoreskan sesuatu yang tajam ke lantai. Seokjin berbalik dan dia tersentak saat melihat seorang hantu wanita yang tengah merangkak turun ke arahnya dengan tangan berkuku tajam yang terus saja menggesek tangga.

Seokjin tidak membuang waktu dan dia segera berlari menuruni tangga. Dia harus mencari jalan keluar dari dunia parallel ini atau dia bisa terjebak di sini selamanya. Seokjin berjalan dengan mata yang terus beredar mencari caranya keluar dari tempat ini.

Seokjin menghentikan langkahnya saat dia melihat sesuatu seperti kamera milik Jimin di depannya, dia berlari menghampiri kamera itu dan mendecak kesal saat melihat kamera itu mati, dia menatap ke arah kamera. "Namjoon, kau mendengarku? Namjoon kau harus membawaku kembali."

Srek Srek Srek..

Seokjin menoleh ke belakang dengan perlahan dan dia melihat hantu seorang wanita dengan wajah hancur dan salah satu kaki yang patah sehingga diseret olehnya berjalan ke arahnya.

Seokjin menahan napasnya, dia bergerak mundur dengan perlahan dan tidak sengaja menabrak jendela kelas yang mengarah ke koridor. Dan saat Seokjin menatap ke sana, dia melihat ada banyak sekali wajah seram menempel di kaca dan menatap ke arahnya.

"Waaa!" jerit Seokjin dan melompat menjauh dari jendela.

Dia menatap hantu itu yang ternyata mengenakan seragam dan Seokjin baru menyadari kalau seluruh tubuh gadis itu penuh luka sayatan yang mengalirkan darah, dan Seokjin juga bisa melihat darah yang mengalir di sela kaki gadis itu.

"A-apa itu kau? Siswi yang ditemukan tewas dua puluh tahun lalu?" Seokjin berujar seraya melangkah mundur dengan perlahan.

Dia tidak boleh mati di sini! Tubuhnya yang berada di dunia bisa diambil oleh makhluk lain jika Seokjin sampai mati di sini atau dia terjebak di sini.

Hantu wanita itu tidak menjawab, dia terus saja melangkah mendekati Seokjin sementara Seokjin terus melangkah mundur dengan wajah ketakutan.

'Namjoon..'

4:15 PM

.

.

.

.

.

.

.

"Hyung, apa yang terjadi pada Seokjin Hyung?" tanya Jungkook dengan mata berkaca-kaca. "Hyung, dia tidak juga bangun."

Namjoon terdiam menatap wajah Seokjin yang tidak sadarkan diri, kemudian dia menatap Yoongi, "Yoongi, hubungi gereja. Katakan kita butuh bantuan."

"Eer.. Hyungdeul.."

Semua kepala yang berada di sana langsung menoleh ke arah Jimin yang sedang mengawasi monitor.

"Apa?" tanya Taehyung.

Jimin menunjuk monitor yang berada di hadapannya, "Itu.. Seokjin Hyung. Dia tiba-tiba saja muncul di monitor beberapa menit lalu."

Namjoon mengerutkan dahinya dan bergegas melompat maju menuju monitor yang diawasi Jimin dan dia benar-benar melihat wajah Seokjin yang tengah menatap ke monitor, mulutnya terbuka dan mengucapkan sesuatu.

"Hoseok! Suaranya!" ujar Namjoon keras.

Hoseok segera mengatur volume di speaker dan mereka semua bisa mendengar suara dengungan keras dari kamera yang menandakan kalau hantu berada di sekitar kamera tempat Seokjin berada.

"Namjoon, kau mendengarku? Namjoon, kau harus membawaku kembali."

Suara Seokjin terdengar begitu lirih dan samar, kemudian mereka melihat Seokjin menatap ke arah lain dan kemudian Seokjin menghilang dari kamera.

"Apa ada kamera lainnya yang menangkap Seokjin Hyung?" tanya Taehyung cepat.

Jimin dan Hoseok bergegas menggerakkan jemari mereka di keyboard dan menampilkan gambar dari tiap kamera.

"Tidak, hanya kamera itu." Hoseok berujar seraya menggeleng sedih.

Namjoon segera berlari menghampiri Seokjin, dia mengeluarkan kalung salib yang sama persis dengan milik Seokjin dan menggenggamnya. Dulu sebelum ibu Seokjin meninggal, dia juga memberikan kalung yang sama seperti yang dia berikan pada Seokjin karena ibu Seokjin mempercayakan Namjoon untuk menjaga Seokjin selamanya.

Namjoon memeluk kepala Seokjin dan menempelkan bibirnya ke telinga Seokjin, "Epanélthei , parakaló .. akolouthísoun ti foní mou.." Namjoon membisikkan kata yang sama berulang kali di telinga Seokjin.

Taehyung bergeser mendekati Jimin, "Namjoon Hyung bilang apa?"

Jimin menggeleng, "Aku tidak tahu."

"Pihak gereja akan segera menuju ke sini." ujar Yoongi.

4:30 PM

.

.

.

.

.

"Epanélthei , parakaló .. akolouthísoun ti foní mou.."

Seokjin mendengar suara Namjoon di sekitarnya. "Namjoon!" serunya.

Seokjin menatap ke sekeliling dan dia sadar kalau dia benar-benar tidak bisa berada di sini lebih lama lagi. Dia mengulurkan tangannya ke dadanya saat dia merasakan sesuatu yang hangat di sana dan saat dia mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya, dia baru sadar kalau kalung salibnya yang mengeluarkan hawa hangat.

Seokjin menggenggam kalung itu, "Tuhan.. aku ingin kembali ke sana. Bantu aku.."

Klang Klang

Seokjin menatap ke arah asal suara dan dia melihat hantu seorang pria berseragam militer dengan kaki yang dirantai ke sebuah bola besi tengah berjalan menghampirinya. Kepala pria itu nyaris putus dengan salah satu bola mata yang mencuat keluar.

Seokjin menahan napasnya, dia ingat dulu Yoongi pernah bilang tempat ini sudah beralih fungsi beberapa kali, maka tidak heran kalau penghuninya pun sangat beragam.

Seokjin melangkah mundur dengan perlahan. Dia sadar kalau kehadirannya yang berbeda pastinya akan menarik perhatian semua makhluk di sini. Mereka pasti berusaha membunuh Seokjin yang ada di sini agar mereka bisa menempati tubuh Seokjin di dunia sana.

Srek Srek..

Seokjin menoleh ke belakang dan dia melihat hantu siswi yang sejak tadi mengejarnya itu tengah mendekatinya.

"Oh, tidak.."

.

.

.

.

.

.

.

5:00 PM

Namjoon terus saja membisikkan kalimat yang sama di telinga Seokjin sementara batinnya terus berdoa agar Tuhan menjaga Seokjinnya.

Jungkook meraih sebelah tangan Seokjin dan menggenggamnya, "Tubuhnya dingin.."

Namjoon membuka matanya dan bergerak menyentuh tangan Seokjin yang terasa sedingin es. Hanya bagian bahu dan kepala yang masih terasa hangat.

"Tidak, tidak. Seokjin, kembali. Kumohon, kembali.." Namjoon memeluk Seokjin semakin erat.

"Pihak gereja sudah tiba di sini." ujar Yoongi, "Aku akan menjemput mereka."

"Hyung, aku ikut!" seru Jimin.

Yoongi dan Jimin berlari keluar dari ruang security untuk menjemput pihak gereja yang datang karena dihubungi oleh mereka.

Tak lama kemudian mereka kembali bersama seorang Pastur.

"Namjoon.. ada apa?" tanya Pastur itu seraya menghampiri Namjoon dan Seokjin. Dan saat Pastur itu menyentuh tangan Seokjin dia tersentak, "Seokjin.."

"Tolong aku. Seokjinku terjebak di sana." Namjoon menatap Pastur itu dengan mata berkaca-kaca. "Kumohon, tolong aku.." sebutir airmata lolos dari mata Namjoon.

Jungkook terisak kecil dan memeluk tangan Seokjin yang tadi digenggamnya, "Seokjin Hyung.."

5:05 PM

.

.

.

.

.

Seokjin bersandar ke pilar dengan napas terengah-engah. Dia bisa merasakan energinya terkuras habis saat berada di sini. Tubuhnya semakin melemah dan mulai dingin. Kedua tangannya sudah benar-benar terasa sedingin es.

"Akolouthíste to fos , akolouthíste ti foní mas , Seokjin.."

Seokjin mendengar suara seseorang yang seolah bergaung dalam kepalanya. Dia mencengkram kalungnya kuat-kuat.

Seokjin ingin kembali. Sangat ingin. Tapi dia harus menyelesaikan masalahnya di sini, dia harus tetap menyelesaikan pekerjaannya.

Seokjin melirik ke arah ujung koridor dan dia melihat kalau hantu siswi itu kembali berjalan menuju ke arahnya. Seokjin berjalan ke tengah koridor dengan terus menggenggam kalungnya.

"Kenapa kau tidak ingin pergi? Apa yang terjadi sampai kau begitu dendam pada tempat ini?"

Hantu itu tidak berhenti, dia terus berjalan mendekati Seokjin.

Seokjin menarik napas dalam, "Páme, páme. Aposyndéste to kai páme ekdíkisi."

Kalung di tangan Seokjin terasa panas.

"Seokjin! Pergi dari sana, sekarang!"

Seokjin bisa mendengar suara Namjoon dalam kepalanya bersamaan dengan doa yang ditujukan untuknya. Dia menggeleng, "Namjoon, aku harus menyelesaikan ini."

Hantu siswi itu semakin dekat.

Seokjin memejamkan matanya dan merapalkan doa untuk seluruh hantu di tempat itu. Seokjin merasakan tubuhnya semakin mendingin di tiap kalimat doa yang dia ucapkan. Seokjin terengah-engah dan jatuh terduduk karena kakinya sudah tidak sanggup lagi menyangga tubuhnya.

Suara-suara dalam kepalanya semakin mengecil dan terus mengecil. Seokjin bisa mengenali suara itu sebagai suara Namjoon dan salah satu Pastur yang ada di gereja yang sering dia kunjungi bersama Namjoon.

Seokjin mencengkram kalungnya semakin erat, dia terus saja merapalkan doa agar semua hantu yang berada di tempat itu pergi dari sana.

Seokjin membuka matanya perlahan dan dia melihat kaki dari hantu siswi tadi sudah tiba di depannya.

'Namjoon..'

5:35 PM

.

.

.

.

.

Isakan Namjoon terdengar cukup keras di ruangan yang hening itu. Tubuh Seokjin sudah dingin seutuhnya dan dia belum juga kembali ke tubuhnya sendiri.

"Princess, kembali. Kumohon, kembalilah.. Jangan tinggalkan aku.." Namjoon terus saja berbisik pada tubuh Seokjin yang sudah dingin.

Sementara itu, semua yang berada di ruangan itu tidak bisa bereaksi, mereka hanya diam dengan wajah sedih saat melihat Namjoon begitu terluka.

Jungkook terisak cukup keras dan Taehyung terus saja memeluknya dan mengelus punggungnya. Sementara Hoseok sudah menangis tersedu-sedu dan mengusap matanya yang basah beberapa kali.

Jimin menunduk sedih sementara Yoongi memeluknya erat.

Jungkook mengelus jemari Seokjin, "Hyungie.."

Dan tiba-tiba saja jemari Seokjin bergerak perlahan. Jungkook membelalakkan matanya, "Hyung!"

Jungkook menunjuk-nunjuk jemari Seokjin dengan heboh. Namjoon mengangkat kepalanya dan menatap jemari Seokjin yang bergerak, pandangannya segera beralih ke wajah Seokjin yang tadinya pucat pasi perlahan-lahan mulai berubah menjadi tidak pucat.

Dan akhirnya.. mata Seokjin terbuka.

"Oh, Tuhan.. syukurlah.." ujar Namjoon dan dia langsung mengecupi wajah Seokjin.

Jungkook tersenyum gembira dan ikut memeluk Seokjin bersama dengan Namjoon.

Pastur yang berada di sisi mereka tersenyum lembut dan mengelus lengan Seokjin, "Syukurlah kau kembali.."

.

.

.

.

.

.

.

_Dua Minggu Kemudian_

"Seokjin? Kau di sini?"

Seokjin menoleh ke arah asal suara dan dia melihat Namjoon tengah menyembulkan kepalanya dari pintu teras. "Sini." ujar Seokjin seraya menepuk-nepuk tempas kosong di sebelahnya.

Namjoon berjalan menghampiri Seokjin dan duduk di sebelahnya, "Bagaimana keadaanmu?"

"Aku sudah merasa jauh lebih baik."

"Benarkah?"

"Yap."

Namjoon menatap Seokjin, "Aku punya kabar gembira untukmu."

"Apa?"

"Kepala sekolah baru saja menghubungiku dan dia bilang insiden di tangga itu sudah menghilang. Tidak ada lagi yang terjadi kalau kau melewati tempat itu di jam empat tepat."

"Oya? Baguslah."

"Ya, Yoongi dan Taehyung juga sudah menemukan kebenaran dari apa yang sebenarnya terjadi pada siswi itu."

Seokjin mengerutkan dahinya dan menatap Namjoon, "Apa?"

"Siswi itu dibunuh dan diperkosa oleh beberapa siswa. Akhirnya setelah menyelidiki banyak hal, diketahui kalau siswi itu adalah siswi pendiam di kelas. Waktu itu dia menetap di sekolah sampai malam hari dan diserang oleh beberapa siswa berandalan di sekolah itu. Siswi itu diperkosa di tangga tadi, dia juga disiksa dengan cara disayat-sayat agar dia diam. Dan dia tewas karena kepalanya dibenturkan berulang kali ke anak tangga."

"Dan anak tangga itu adalah anak tangga ketiga belas?"

"Ya, kau benar. Semua siswa itu tidak diadili karena beberapa hari setelah kejadian itu mereka tewas secara misterius. Jadi mungkin hantu siswi itu sudah membalaskan dendamnya, hanya saja dia memang masih terikat pada tempat itu atau mungkin dia marah karena tidak ada seorangpun yang menolongnya. Karena itu, kurasa setiap orang yang menginjak anak tangga itu akan terbawa ke dunia parallel seperti yang kau alami. Hanya saja, karena kau memang memiliki kemampuan lebih, makanya kau bisa kembali ke sini. Tidak seperti orang lain yang menginjak anak tangga itu."

Seokjin mengangguk kecil, "Tapi syukurlah semuanya sudah selesai."

"Ya, aku nyaris gila hari itu. Aku mungkin akan bunuh diri kalau kau benar-benar tidak kembali."

Seokjin tertawa kecil, dia memeluk Namjoon dan bersandar ke bahunya, "Aku tidak akan meninggalkanmu."

"Hyung."

Seokjin dan Namjoon menoleh dan dia melihat Taehyung tengah berdiri di ambang pintu teras dengan membawa sebuah amplop dan surat di tangannya.

"Ada tawaran pekerjaan baru. Klien kita meminta kita memeriksa.. Lake House?"

"Hah?" ujar Namjoon.

"Ya, dia bilang keluarganya diserang oleh sesuatu yang menyebabkan mereka semua terluka. Bahkan salah satu putri mereka sempat koma karena tiba-tiba saja terjatuh dari lantai dua. Mereka juga mengirimkan foto rumah mereka." Taehyung merogoh-rogoh ke dalam amplop dan menarik keluar sebuah foto kemudian memberikannya ke Namjoon dan Seokjin.

Namjoon menerima foto itu, foto itu menampakan tampak depan dari sebuah rumah dengan interior luar yang terbuat dari kayu.

"Di depan rumah itu ada danau. Berdasarkan surat dari klien kita, masyarakat setempat menyebut danau itu berhantu karena dulu, sekitar lima puluh tahun lalu, ada seorang pembunuh gila yang dibunuh beramai-ramai oleh warga dengan cara ditenggelamkan ke situ." Taehyung menjelaskan lagi dengan mata yang tertuju pada surat di tangannya.

Namjoon menatap Seokjin, "Bagaimana menurutmu?"

Seokjin tersenyum, "Sepertinya menarik."

The End

.

.

.

Another super-long oneshoot for you guys. Hahaha

Aku sedang minat menulis cerita horror. Entah kenapa. Hahaha

Hmm, bagaimana menurut kalian?

Apa ini sudah seram? Atau masih kurang seram?

.

.

.

.

Lastly, review? ^^v

.

.

.

Thanks