Mine

Cast: Choi Hansol, Lee Seokmin, Boo Seungkwan, Choi Seungcheol and others

Genre: Drama, Angst

Summary: Rasa dendam, obsesi dan cinta yang menyatu dalam jiwanya menjadikannya seorang pria egois yang melalukan cara apapun untuk hal yang diinginkannya.

WARNING! YAOI, MPREG, DLDR

.

.

.

"Aku akan mendapatkannya dengan caraku sendiri," tangan pria itu terlihat memasukan bubuk ke dalam gelas.

Hentakan musik terdengar memekakan telinga, orang-orang berjalan berlalu-lalang di sekitar, lampu warna-warni berkerlap-kerlip menghiasi ruangan gelap itu, Hansol membiarkan gelas itu tergeletak di meja dengan pandangan tak peduli.

"Hansol-ah ini milikku?"

Hansol tersenyum, Seokmin meminumnya dalam sekali teguk, dihampirinya Seokmin dan ditariknya pria itu ke lantai dansa, melihat sekitar dan mencari seorang pria berpipi tembam, Boo Seungkwan –kekasih Seokmin, menatap tajam ke arahnya dan Seokmin.

"Hyung di sini sangat ramai, aku benci keramaian."

Hansol kembali menarik Seokmin, kali ini menjauh dari lantai dansa, Hansol mengajak Seokmin masuk ke kamarnya, tentu saja, ini adalah rumahnya dan kakaknya Seungcheol tengah mengadakan pesta ulang tahun, ini bukanlah bar tapi kebiasaan berpesta kalangan atas memang berbeda, Seungcheol bahkan membayar DJ populer untuk mengisi acara pesta ulang tahunnya.

"Euh..."

Seokmin melepas jaketnya, tiba-tiba saja ia merasa kepanasan, Hansol sedang berada di sudut kamarnya dan mencari sesuatu, pria berusia 17 tahun itu menghampiri Seokmin dengan sebuah buku di tangannya, "Hyung, aku benci pesta, lebih baik kau mengajariku PR Matematika," katanya seraya menyerahkan buku itu ke arah Seokmin.

Seokmin menelan ludah dan menggelengkan kepalanya, ia baru saja melihat bagaimana manisnya bibir merah Hansol, layaknya ceri yang menghiasi kue-kue yang manis membuatnya ingin memakan bibir itu.

"Hyung?"

Hansol menatap Seokmin dengan sangat polos, remaja itu merajuk dengan pipi menggembung yang menggemaskan tapi di mata Seokmin remaja itu terlihat begitu menggoda, Hansol berjalan kembali ke sudut kamarnya, meletakan buku matematikanya dan duduk di depan meja belajarnya. Seokmin terlihat semakin tidak nyaman, ia menarik-narik kaos yang ia pakai dan mengibaskan tangannya di leher.

"Apa pendinginnya rusak?"

Hansol tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Kalau malam sedikit panas, kadang aku juga merasakannya, anehnya kalau pagi menjelang akan terasa lebih dingin." Katanya seraya membuka kaosnya.

"A-apa yang kau lakukan?"

Seokmin terlihat gugup dan gelisah, kulit Hansol begitu halus dan putih, tidak heran memang mengingat darah kaukasian yang mengalir dalam dirinya. Tapi kulit Hansol bener-benar halus layaknya kulit perempuan, Seokmin tiba-tiba saja ingin menyentuh kulit itu tapi Hansol keburu pergi ke pintu kamarnya dan mengunci pintunya, Seokmin tidak peduli hawa panas yang semakin kuat mengikat tubuhnya jadi dengan cepat ia membuka kaos di tubuhnya, ia belum mabuk sepenuhnya tapi akal sehatnya seolah hilang ditelan hawa panas. Ya, mana ada pria yang menelanjangi tubuhnya walau hanya sebatas pinggang di dalam kamar orang lain.

"Hyung," Hansol mundudukan dirinya di kasur dan menepuk-nepukan kasur, "Kau kepanasan? Mungkin kau lelah habis berdansa, istirahat lah dulu."

.

.

.

"Seungkwan!"

Seungkwan membalikan badannya, Joshua temannya di vocal group sekolah bersama Seokmin menghampirinya dengan pria berambut panjang.

"Ah Hyung! Ada apa?"

Seungkwan terlihat gelisah, ia melihat kekasihnya pergi bersama adik Seungcheol tadi, anak itu bahkan menggenggam Seokmin dengan begitu erat dan Seokmin tidak melakukan protes sama sekali.

"Seungkwan, ini Yoon Jeonghan, Jeonghan ini Boo Seungkwan."

Seungkwan mengangguk paham, ia berkenalan dengan Jeonghan dan Joshua tidak berhenti bicara. Seungkwan tidak dapat berkutik, setiap kali ia ingin pergi Joshua selalu membrondongnya dengan berbagai pertanyan yang tidak mungkin diabaikannya.

"Kuharap kau bisa membantu Jeonghan, aku mau mengenalkannya pada yang lain tapi aku tidak melihat mereka sejak tadi."

Seungkwan terdiam dan mengalihkan pandangannya menatap pintu kamar bercat putih milik Hansol, ia ingin mengatakan bahwa ada Seokmin di sana tapi tak satu pun kata-kata keluar dari mulutnya.

.

.

.

Sementara itu di dalam kamar Hansol, Seokmin terlihat semakin gelisah dan meracau tidak jelas. Hansol menatap jam tangan yang melingkar manis di tangannya, sudah nyaris 10 menit, itulah mengapa reaksinya semakin kuat.

Tiba-tiba saja ia mendorong tubuh Hansol ke ranjang dan mengecup bibir berwarna merah ceri itu, Hansol melenguh saat Seokmin melumat bibirnya dengan kasar hingga memaksa mulutnya terbuka.

"Angghh..."

Lidah keduanya beradu di dalam mulut Hansol, kedua tangan Hansol mendorong tengkuk Seokmin agar ciumannya menjadi lebih dalam lagi.

"Hosh... hosh..."

Hansol mengatur napasnya yang sesak akibat ciuman yang cukup lama, Seokmin belum puas rupanya karena ia sekarang sibuk menjilati pipi Hansol, mengecupnya setiap bagiannya hingga ke leher.

"Awh..."

Gigitan-gigitan kecil di lehernya menjadi tanda kepemilikan yang diberikan Seokmin untuknya, ada rasa menang dalam diri Hansol terlebih saat Seokmin dengan lembutnya memilin puting kanannya dan melumat puting kirinya.

DJ itu kini digantikan Choi Seungcheol, gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai teman-temannya menyambut penampilan perdana si sulung dari dua bersaudara itu. Dalam gegap gempita suara musik semakin keras memenuhi ruangan, Seungkwan sudah kembali ke lantai dansa karena semua orang sudah ada di sini.

Bola mata itu terlihat beputar gelisah mencari kehadiran kekasihnya, dalam kegelapan aula rumah yang sangat megah itu Seungkwan menemukan Hoshi, pria berambut pirang itu adalah sahabat sekaligus sepupu kekasihnya, Seokmin.

"Hai Boo!"

Seungkwan memutar bola matanya bosan sementara Hoshi mendapat tatapan sinis dari Jihoon, memang benar marganya adalah Boo tapi Hoshi memanggilnya Boo hanya untuk mengejeknya. Jika Seokmin di sini ia pasti sudah memukul kepala Hoshi dengan kerasnya.

"Kau tidak bersama Seokmin?"

Seungkwan tercekat, Hoshi menanyakan keberadaan kekasihnya di saat ia sendiri meragukan keberadaan Seokmin sekarang, ia memilih berpura-pura tidak tahu di mana Seokmin, di dalam gelengan kepalanya yang lemah ia menyimpan rasa khawatir dan curiga tentang apa yang akan dilakukan Seokmin dengan Hansol.

.

.

.

Hansol menggelinjang di atas kasurnya ia dan Seokmin sudah telanjang sepenuhnya tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi keduanya, tidak pula selimut yang justru di lempar Seokmin bersama-sama dengan celananya.

"AKHHHH!"

Hansol berteriak sejadi-jadinya saat Seokmin berhasik memasukinya, ini adalah yang pertama baginya dan ini seperti neraka untuknya, entah seperti apa rasa sakit itu yang jelas ada darah yang menetes hingga mengotori sprei putihnya. Hansol benar-benar ingin mencekik Seokmin dalam tangisnya, Seokmin dengan seenaknya memasukinya tanpa persiapan apapun, rasa sakit itu seolah akan membunuhnya saat itu juga.

"AHHH!"

Seokmin mulai bergerak, ini bukanlah gerakan halus dan pelan melainkan gerakan yang kasar dan cepat, Hansol benar-benar kewalahan sekarang, digigitnya bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit tanpa peduli bahwa itu akan melukai bibirnya.

PLAK. Tamparan kerasa itu mendarat dipipi mulusnya, Seokmin tak suka jika Hansol menahan desahannya sebagai gantinya Hansol meremas sprei untuk melampiaskan rasa sakitnya. Hansol tidak menyangka bahwa obat perangsang di segelas wine bisa membuat Seokmin begitu liar seperti hewan, ia menjerit dalam desahannya tapi tentu saja tak ada yang akan mendengarnya di saat ini.

"Ah gila! Kemana dia pergi? Masa aku harus mengantar pacarnya juga?"

Seungkwan mengangkat kedua tangannya, "A,aniya, tidak perlu Hoshi Hyung, aku akan pulang naik taksi saja."

"Tidak bisa, ini sudah terlalu larut," Jihoon menatap tajam Hoshi.

"Sudah akan pulang?" Seungcheol menghampiri Seungkwan dan yang lainnya, semua orang sudah pulang dan hanya menyisakan Seungkwan, Hoshi, Jihoon, Joshua dan Jeonghan saja.

"Hyung, kau tidak lihat kemana Seokmin?"

"Mwo? Kau kan sepupunya," Seungcheol terkekeh tapi segera diam saat Hoshi memutar bola matanya bosan, "Memangnya ke mana dia? Lalu Seungkwan pulang dengan siapa?"

"Dengan kami." Sambar Jihoon.

"Mungkin dia sudah pulang."

"Hey Josh!" Seungcheol memukul pundak Joshua, "Maksudmu anak itu lupa sudah mengajak kekasihnya ke sini?"

Seungkwan menundukan kepalanya, jemari tangannya saling bertaut menahan gugup.

Hoshi mengangkat pundaknya, "Bisa jadi, akan ku hajar dia besok! Kau tenang saja Boo."

Seungkwan mengela napas, pada akhirnya ia benar-benar pulang bersama Hoshi dan Jihoon, beruntung lah ia karena selain Hoshi adalah sepupu dari Seokmin, Jihoon adalah temannya di ekskul vocal group.

Seokmin entah kemana, semua orang berusaha menghubunginya tapi tak satu pun telepon yang diangkat, semua pesan pun tak dibalas olehnya, Seungkwan ingin menangis rasanya jika bukan rasa gengsinya kepada Hoshi dan Jihoon.

Seungkwan tiba-tiba saja ingat orang yang pergi masuk ke kamar Hansol tadi, ia jadi berpikir bahwa orang itu mungkin saja memang Seokminnya.

"Harus ku pastikan besok."

.

.

.

"KEPARAT!"

BUK.

Seokmin tersungkur ke lantai dalam keadaan masih telanjang, Seungcheol memukulinya habis-habisan membuat Hansol menjerit histeris. Seokmin baru saja terbangun saat Seungcheol mendobrak pintu kamar Hansol yang terkunci, Hansol yang juga ikut terbangun dengan segera mengambil selimut dan menyelimuti dirinya, Seokmin benar-benar tak mengingat kejadian semalam tetapi Seungcheol sudah membrondongnya dengan berbagai pertanyaan.

"Hentikan Hyung, kumohon..."

Hanso menarik tangan Seungcheol, kepala pelayan menutup kembali pintu kamar Hansol dan meninggalkan ketiganya, Seungcheol menatap tajam Seokmin dan Hansol.

"Apa yang kalian lakukan?"

Hansol menggelengkan kepalanya, meskipun ini memang rencananya, ia tidak boleh mengatakannya, Seungcheol bisa saja mengamuk lebih parah.

"A,aku dipaksa," Hansol memandang sendu Seokmin, yang ditatap membalasnya dengan tatapan tidak percaya.

Seokmin berusaha menjawab, ia ingin mengelak tapi tak ada apapun yang diingatnya, hingga yang bisa dilakukannya hanyalah menggelengkan kepalanya pasrah.

"BIADAB!"

Seungcheol kembali memukuli Seokmin, pukulan yang lebih brutak dengan cacian dan makian yang membuat Hansol gemetar, ia mundur dan terjatuh di lantai, kakaknya benar-benar mirip monster sekarang tapi bukankah ia sendiri lebih mengerikan dari monster?

'Kau milikku.' Batin Hansol dengan seringaian di wajahnya.

TBC

Halo~ aku kembali bawa SeokSol, jangan bosan ya ^^v

Padahal yang satu lagi belum di update tapi malah dateng inspirasi baru, bosen kan sama tokoh utama yang selalu baik dan lurus-lurus aja XD

HAPPY BIRTHDAY URI JOSHUA~ maaf Cuma jadi figuran XD

Para readers, mohon tinggalkan komentarnya ya, mau dilanjut atau tidak? Gomawo ^^v