CHAPTER 3

Kyuhyun menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang king size milik Donghae. Matanya tertuju pada langit-langit yang kini bersih, tak ada lagi potongan pizza menempel di sana. Tugas pertamanya baru saja selesai lima menit lalu. Kini tempat itu sudah layak disebut sebagai kamar. Paling tidak, sampah-sampah menjijikkan sudah dilenyapkan, tumpukan pakaian kotor juga telah masuk ke mesin laundry, dan mainan koleksi sang tuan muda tertata rapi di tempatnya.

Ia baru saja mendapat pesan singkat dari para bodyguard lain di kantor. Menanyakan penyiksaan macam apa yang telah dilakukan Donghae padanya. Dia tidak memintaku memakan kimchi berisi obat cuci perut, menjadi seekor kuda, ataupun berenang di sungai beku, dia hanya melemparku ke dalam kamarnya yang lebih bau dari kompos berusia enam tahun, itulah yang dia tulis untuk menjawab mereka.

Hingga tiba-tiba Kyuhyun dikejutkan dengan suara pintu yang menjeblak terbuka. Ia segea bangkit dari posisi berbaringnya, hanya untuk mendapati sosok Lee Donghae muncul dengan wajah masam. Ia membawa beberapa kantong besar di kedua tangannya. Sang brunette melepaskan sepatunya, melemparkan ke sembarang arah, kemudian mengobrak-abrik isi kantong tersebut sehingga tersebar di lantai.

"Yak! Aku baru saja selesai merapikannya!" teriak Kyuhyun, sedikit demi sedikit belasan keping DVD berserak di bawah kakinya, "dan benda apa lagi ini?!"

"Kau ini cerewet sekali, ahjussi! Jika kamar ini berantakan kenapa tidak kau rapikan lagi?" sahut Donghae menyeringai.

"Aku tidak dibayar untuk membersihkan kamar baumu, dan hentikan memanggilku ahjussi!"

"La~La~La~La…"

"Lee Donghae!"

Sang brunette menulikan telinganya. Dengan santai ia mengeluarkan belanjaan yang semuanya adalah barang-barang mewah. Kyuhyun mendapati puluhan gadget model terbaru, parfum-parfum dengan brand terkenal, dan berbagai macam jam tangan kini memenuhi lantai. Sembari bersiul, Donghae memilih apa yang disukainya, sementara benda yang tak diinginkan dilempar begitu saja. Dan Kyuhyun hanya bisa memandang dengan geram.

"Kau benar-benar tidak bisa menghargai jerih payah orang lain ya?!" ia berteriak, dicengkeramnya pundak Donghae hingga sang tuan muda menjerit tertahan. "Berhenti membuat kamarmu sendiri menjadi berantakan! Dan apa kau membeli seluruh barang di department store lagi? Kenapa kau membuang uang hasil kerja keras ayahmu seperti ini?!"

"Yak!" Donghae menyentakkan tangan Kyuhyun di bahunya. "Jangan mencoba untuk memarahiku, kau ahjussi tua! Aku bisa mengadukanmu ke pengadilan atas tindakan kekerasan!"

"Siapa yang kau panggil tua, hah? Dasar anak nakal!"

"Kau pasti tidak tahu, tapi uang adalah hal paling bodoh di dunia ini!"

Kyuhyun tertegun mendengar ucapan itu. Pandangannya lurus tertuju pada kedua tangan Donghae yang terkepal. Ia bisa merasakan kemarahan tengah menggelegak dalam tubuh sang brunette.

"Aku ingin benda laknat bernama uang segera lenyap! Karena itu aku akan membeli semua yang kulihat, semua yang ada, hingga seluruh uang milik Ayahku tak bersisa!"

Napas Donghae terengah begitu ucapannya selesai. Wajah bingung sang bodyguard hanya membuatnya ingin tertawa. Namun niat itu terurung ketika tak sengaja ia mendapati sebuah kotak beludru kecil berwarna hitam tergeletak di antara tumpukan barang belanjaan. Donghae berlutut, meraih benda tersebut, dan memeluknya erat. Bunyi berdetik dari jarum jam di dalamnya membuat ia sedikit tenang.

"Kenapa kau membenci uang? Kau bilang uang bisa membeli segalanya?" Kyuhyun menatap wajah client nya yang berubah sendu.

"Aku hanya mengulangi apa yang pernah dikatakan Ayahku," sahut Donghae sembari bangkit berdiri, menyimpan kotak berharganya di atas nakas. "Faktanya, aku sangat membenci uang. Seperti katamu, ahjussi, uang tak mampu membeli semua hal di dunia ini. Salah satunya hati manusia." Ia mengerling Kyuhyun sekilas, sebelum berbalik menghadap lemarinya yang besar.

Kyuhyun ingin menanyakan banyak hal kepada Donghae. Namun satu katapun tak terlontar dari mulutnya ketika ia mendapati sang tuan muda kini tampak panik. Dengan sedikit tergesa, Donghae menguakkan pintu lemarinya, lantas tangannya bergerak cepat menyingkap semua kemeja yang tergantung, mengobrak-abrik tumpukan-tumpukan kaos dan baju hangatnya seperti orang gila. Kedua matanya menyiratkan ketakutan, seiring dengan jerit putus asa ketika apa yang dicarinya tak kunjung ditemukan.

"DIMANA NEMO KU, KAU PABBO?!" Donghae berteriak sebelum Kyuhyun sempat membuka mulutnya untuk menanyakan apa yang terjadi.

"Nemo?"

Donghae menarik kerah kemeja Kyuhyun dengan sepasang tangannya yang kecil, memaksa sang bodyguard sedikit merunduk. "Nemo, boneka kainku! Dimana kau meletakkannya?! Dimana kau menyimpannya? Kenapa aku tak menemukan Nemo dan yang lain di sini?! J-jangan bilang kau–"

"Aku membuang mereka," Kyuhyun menyahut. Suaranya tersendat, seolah ia begitu kecewa dengan ucapannya sendiri.

"K-kau membuang… Nemo…?"

"Dengar, dengarkan aku, tuan muda," Kyuhyun hendak melepaskan cengkeraman Donghae di kerahnya, namun cairan bening yang telah menggenangi kedua manik caramel itu membuatnya berhenti. Ia mendapati tubuh Donghae gemetar. "Aku… aku tidak tahu kau ingin menyimpan bonekamu. Kupikir mereka hanyalah benda yang sudah usang!"

"MEREKA TIDAK USANG! NEMO KU DAN BONEKA LAINNYA, M-MEREKA–" Donghae menggelengkan kepalanya cepat, tak ingin melanjutkan ucapannya. "Dimana?! Sekarang katakan padaku dimana kau membuang mereka?!"

"Yak, dengarkan aku dulu! Kepala pelayan Han membuangnya sekitar empat jam yang lalu, jika ingatanku benar, tukang sampah akan melewati daerah ini setiap empat jam sekali, dan itu berarti…" sang bodyguard tampak ragu menyelesaikan ucapannya, "itu berarti boneka-bonekamu telah diangkut ke pembuangan akhir!"

Kedua mata yang telah basah itu melotot horror. Donghae mengumpat kasar, sebelum kemudian ia meraih kembali sepatunya. Tanpa peduli ia memakainya secara terbalik, Donghae segera menghambur keluar dari kamar itu dengan tergesa-gesa. Sempat hampir jatuh karena tersandung celah kecil antara pintu dan lantai, pemuda brunette itu berlari secepat yang ia bisa. Kyuhyun berteriak memanggilnya, namun karena merasa sudah tak didengar lagi, ia segera mengejar Donghae.

Brukk!

"Aggh..!"

Kyuhyun mendapati sang kepala pelayan telah terduduk di lantai setelah menjadi korban penabrakannya, "A-astaga! Maafkan aku Sungmin Hyung! Kau baik-baik saja?!"

"Apa yang terjadi, Kyuhyun-ah?" Sungmin bertanya setelah Kyuhyun membantunya berdiri. "Aku melihat tuan muda berlari keluar. Apakah semuanya baik-baik saja?"

"Boneka itu… boneka kain usang yang kita kirim ke tempat sampah, ternyata tuan muda Donghae masih sangat menginginkannya."

"M-mwo?!"

Donghae tersandung untuk kesekian kali. Tali sepatu yang belum terikat dengan baik itu terus menyandung langkahnya. Deru napasnya sudah terdengar tersengal, keringat menghiasi wajahnya yang memerah. Otot kakinya terasa linu, campuran dari rasa lelah dan kedinginan karena terlalu lama menginjak hamparan es. Jangan lupakan salju yang masih mengguyur, menimpa langsung tubuhnya yang tak terbalut pakaian tebal, membuatnya menggigil. Namun sang brunette tak bermaksud untuk berhenti.

Ia membelokkan langkahnya, memasuki sebuah area yang sepi dari rumah-rumah penduduk. Donghae mendesah kasar ketika dirinya sampai di depan sebuah lahan luas yang berisi tumpukan sampah siap daur ulang. Sebuah traktor raksasa tanpa pengemudi berdiri kokoh di salah satu sisi. Donghae mengusap peluh di dahinya, senyuman lega terukir di bibirnya yang membiru.

Tepat waktu, ia berpikir, mereka belum menghancurkan sampahnya.

Donghae bersiap untuk melompati pagar batu bata yang mengamankan tempat pembuangan akhir itu ketika tiba-tiba saja sesuatu menariknya. Ia menjerit dan hampir saja menyikut seseorang yang kini berdiri di belakangnya, namun tak lama sepasang lengan merengkuh bahunya, membuat ia berhenti bergerak.

"Itu tindakan berbahaya, pagar ini diberi kawat listrik untuk mencegah pencuri masuk!"

"Eh?" Donghae terkejut mendengar suara familiar itu. Ia mendongakkan wajahnya hanya untuk menemukan sesosok pemuda tinggi yang tengah menatapnya kesal. "C-cho Hyujun ahjussi?"

"Namaku Cho Kyuhyun!"

Donghae terpekik ketika merasakan dahinya disentil, "k-kau kenapa bisa berada di sini? Kau membawaku pulang pun aku tak akan mau! Aku akan menemukan Nemo dan bonekaku yang lainnya!"

"Baiklah kalau begitu," Kyuhyun berpura-pura mendesah, "aku datang ke sini karena kupikir kau tak akan tahu caranya masuk ke dalam. Jika kau mengusirku, terpaksa aku tak memberitahumu pintu rahasia yang terbebas dari aliran kawat listrik."

"A-apa?" Donghae segera menarik tangan Kyuhyun sebelum bodyguard-nya berjalan menjauh, "kalau begitu jangan tinggalkan aku, kau pabbo! Ini salahmu juga sehingga Nemo bisa berada di tempat seperti ini!"

Sebuah evil smirk terukir di bibir Kyuhyun. Ia lantas menggamit pergelangan tangan Donghae, membawanya mengitari rangkaian dinding pagar berkawat listrik yang mengurung area pembuangan sampah itu. Kyuhyun memperhatikan dengan teliti, sambil sesekali ia tertawa kecil ketika mendengar Donghae mengeluh kedinginan.

Hingga kemudian, Kyuhyun mendapati dinding yang bukan terbuat dari batu bata, melainkan beberapa bilah papan kayu. Aliran kawat listrik tidak melewati bagian tersebut. Ia berjongkok, mengingat dinding yang berbeda itu terletak cukup rendah.

"Di sini," Kyuhyun menyeringai. Tangannya menelusuri permukaan papan, merasakan tonjolan besi mungil di keempat sisinya. "Ini hanya dipasang dengan baut. Aku akan melepaskannya, kau tunggulah sebentar!"

Donghae memperhatikan saat Kyuhyun mengeluarkan sebuah pena dari balik saku jaketnya. Ia mengerutkan alisnya, heran apakah benda seperti itu bisa digunakan untuk membuka baut. Namun ketika Kyuhyun membuka bagian penutupnya, Donghae bisa melihat ujung besi yang meruncing namun tumpul di bawah, menyembul keluar. Itu bukan pena, melainkan sebuah obeng yang sengaja didesain seperti pena.

"Daebak…" Donghae berbisik sembari memperhatikan Kyuhyun mengutak-atik papan kayu itu dengan terampil.

Tak lama, di depan mereka menganga sebuah lubang yang cukup besar. Kelihatannya para pekerja tempat pembuangan akhir menggunakan papan kayu itu untuk menutupi bagian dinding yang ambrol.

"Rusaknya masih baru. Mungkin pekerja di sini tergesa-gesa memperbaikinya, sehingga mereka terpaksa memasang baut dari luar dan tidak melilitnya dengan kawat listrik," Kyuhyun berucap, sebelum kemudian ia merangkak masuk. Dari ujung matanya, ia bisa melihat Donghae terpekik ketika salju yang dingin menyentuh kulit tangannya saat ikut merangkak.

"Tapi bagaimana cara menemukannya?" tanya Donghae menatap gunungan sampah yang sangat tinggi dan berwarna putih karena tertutup salju.

"Kurasa itu sampah yang masih baru. Yang belum tertutup salju!" Kyuhyun kembali menarik tangan Donghae, membawanya untuk melihat tumpukan kantong plastik yang terlihat masih beberapa jam diletakkan di sana. "Ini belum membeku," ucapnya kemudian.

Donghae menatap dengan takjub saat Kyuhyun begitu cekatan membongkar setiap kantong. Membukanya, mengaduk-aduk isinya sejenak, kemudian mengikatnya kembali. Kenapa justru sang bodyguard yang begitu bersemangat mencari bonekanya? Donghae mematung memikirkan hal tersebut. Ia menatap wajah Kyuhyun yang terlihat serius; kedua matanya menatap dengan tajam dan seksama, disertai kernyitan kecil di dahi, seolah ia adalah seorang pemburu harta karun yang tengah mencari uang emas.

"Yak, kenapa kau hanya diam? Tanganku hampir beku!" seruan Kyuhyun menyadarkan Donghae. Ia tergagap sejenak, sebelum kemudian ikut mengaduk-aduk kantong sampah di depannya.

"Kau hanya perlu menunjukkan jalan masuk, aku bisa mencarinya sendiri," ucap Donghae.

Kyuhyun mendecih pelan, "sekarang kau bilang begitu? Padahal kau sempat marah dan berteriak padaku."

"Aku hanya sedang panik, karena boneka-boneka itu… tidak boleh hilang," sahut Donghae yang hanya seperti gebuah gumaman.

"Kenapa? Mereka sudah sangat usang. Apa kau masih suka memainkannya?" Kyuhyun bertanya.

Pemuda brunette itu menggeleng kecil, "sebenarnya itu… hadiah dari Eomma," jawabnya sambil memasang sebuah senyuman manis.

Kyuhyun sedikit tertegun. Ia teringat dengan cerita yang pernah dituturkan oleh Sungmin. Eomma yang dimaksud Donghae tentu saja Nyonya Lee. Wanita yang telah meninggal dalam kasus penembakan delapan belas tahun lalu.

"Kau tahu, ahjussi, aku ini anak haram, aku terlahir dari hubungan gelap Appa dengan wanita lain. Tapi Eomma tetap menyayangiku tanpa membedakan diriku dengan Jongwoon Hyung. Setelah Eomma meninggal, aku tak punya siapapun yang akan mendengarkan aku, menjagaku, menjadi tempatku bercerita. Karena itulah… terkadang aku bicara pada boneka-boneka yang pernah dibuatkan Eomma untukku," tutur Donghae.

Karena itu, bonekanya menjadi sangat berharga, Kyuhyun berpikir, hidupnya pasti sangat berat. Apakah dia merasa kesepian? Apakah tingkahnya selama ini hanya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain?

"Ah!" Donghae terpekik. Ia menatap salah satu isi kantong dengan kedua mata yang berbinar, "aku menemukannya! Aku menemukan Nemo dan teman-temannya!"

Benar! Di dalam kantong besar tersebut terdapat puluhan boneka kain dengan berbagai ukuran. Donghae mengambil sebuah yang paling besar. Boneka dengan bentuk seekor ikan dengan warna orange. Kyuhyun hanya tersenyum samar, memandang lucu ke arah seorang pria dewasa yang tertawa girang sambil memeluk bonekanya seakan itu adalah harta paling berharga.

"Jangan menertawakan aku!" Donghae memperingatkan ketika ia menatap Kyuhyun tengah berusaha untuk mempertahankan wajah datarnya.

"Tingkahmu terlalu berharga untuk tidak ditertawakan, tuan muda!" jawab Kyuhyun.

Donghae mengerucutkan bibirnya dan langsung mengacungkan jari telunjuknya ke arah sang bodyguard, "yak! Berterima kasihlah karena aku menemukan Nemo-ku lagi! Jika tidak, aku sudah memecatmu sekarang, ahjussi jelek!"

"Arra, arra, sekarang ayo kita pulang! Di sini dingin sekali!"

"Kau bawakan boneka ini!" perintah Donghae sembari menyerahkan kantong plastik itu kepada Kyuhyun.

"Ugh… lain kali kau harus mencucinya! Jika seperti ini, semua orang juga akan salah mengiranya sebagai benda rongsokan," kata Kyuhyun.

"Tidak, itu tidak boleh," Donghae menjawab sembari berjalan mendahului, "jika dicuci, akan ada sesuatu yang hilang dari boneka-boneka itu."

Sesuatu yang hilang?

"Hei, apa maks–"

Ucapan Kyuhyun terhenti ketika ia melihat Donghae tiba-tiba terduduk di tanah. Ia terkejut dan segera menghampirinya dengan cemas. Sang brunette tampak mengernyit kesakitan sambil memegangi salah satu kakinya.

"Kenapa, tuan muda? Apakah ada yang sakit?" tanya Kyuhyun tergesa.

"Ini… nyeri sekali…" ucap Donghae.

"Pasti kram karena kedinginan, selain itu kau memakai sepatumu juga terbalik!"

Kyuhyun segera membantu Donghae meluruskan kedua kakinya, kemudian melepas sepatunya perlahan. "Wah, benar. Lihatlah, kaki kananmu membiru, tuan muda," katanya, lantas mulai memijat telapak kaki Donghae dengan lembut, hingga ke jari-jarinya.

Donghae hanya terpaku melihat perlakuan Kyuhyun padanya. Ia terlalu fokus pada wajah sang bodyguard, hingga tanpa sadar rasa nyeri yang semula begitu menyakitkan, mulai menghilang sedikit demi sedikit.

"Sudah lebih baik?" suara Kyuhyun membuat ia terkejut.

"A-ah, n-ne. Tapi, ini sakit jika kupakai untuk berdiri…"

"Kalau begitu, naiklah ke punggungku!"

Kedua mata Donghae segera membulat. Kyuhyun sudah berjongkok di depannya, memperlihatkan punggung lebar yang terbalut jaket. Donghae menggigit bibir bawahnya ketika ia mulai merasa ragu, "hei, aku ini berat. Apa kau yakin?"

"Aish… kenapa banyak bicara, huh?" Kyuhyun memprotes karena berjongkok terlalu lama jugamembuat kakinya pegal. "Kalau kau tidak mau, akan kucarikan gerobak di tempat ini. Kau naik, lalu kudorong sampai ke rumah!"

"Yak! Itu sangat memalukan!" teriak Donghae. Karena takut ucapan Kyuhyun serius, ia memutuskan untuk mengalungkan lengannya di leher sang bodyguard. Dengan sekali hentakan kecil, ia merasakan tubuhnya terangkat dari tanah bersalju itu. Donghae berpegangan dengan erat, seolah khawatir Kyuhyun akan menjatuhkannya saat mereka sudah mulai berjalan.

Hangat, Donghae berpikir dan tanpa sadar menenggelamkan wajahnya di bahu Kyuhyun.

"Mianhe," Kyuhyun berucap lirih, membuat Donghae mengangkat kepalanya, "mianhe karena sudah membuang bonekamu."

"Ah, gwaenchana," jawab Donghae, "aku juga minta maaf karena telah berteriak padamu."

"Kyaa! Ini sakit sekali! Kau tidak bisa sedikit lebih pelan, huh?!"

"Maafkan saya, tuan muda…"

Donghae mengerucutkan bibirnya dengan sebal. Ia tengah duduk di atas ranjang, kakinya yang sakit berselonjor di paha Sungmin. Sementara sang kepala pelayan memijatinya sembari mengoleskan krim pereda nyeri. Kyuhyun tengah bersandar pada dinding dan memutar matanya, bosan melihat kelakukan Donghae yang seperti anak kecil.

"Yak, kepala pelayan Han. Aku bisa saja memecatmu hari ini!"

Sungmin seketika mengangkat kepalanya dengan terkejut, "e-eh? Kumohon jangan lakukan itu, tuan muda! Maaf karena saya telah membuang boneka-boneka Anda! T-tolong, berikan saya satu kali kesempatan lagi!"

"Kau sudah bersamaku selama hampir lima belas tahun, seharusnya kau tahu siapapun tidak boleh menyentuh boneka itu!" teriak Donghae.

"Maaf… saya benar-benar melupakannya, tuan muda. Maafkan saya…!" Sungmin menundukkan kepalanya berkali-kali.

"Bonekamu sudah ketemu, jadi berhentilah menyalahkan orang lain!" Kyuhyun menimpali, yang hanya membuat Donghae mendelik kesal ke arahnya.

"Kau sudah melupakan aku, kepala pelayan Han! Kau sama saja seperti Jongwoon Hyung!"

Sungmin hanya menggigit bibir bawahnya dan menunduk semakin dalam, "cheosonghamnida. Saya akan bekerja lebih baik, tuan muda. Tolong jangan pecat saya, karena jika saya tidak memiliki pekerjaan lagi, Appa–"

"Sudahlah, sebaiknya kau segera pergi dari tempat ini, karena jika kau masih di sini, aku benar-benar akan memecatmu!" potong Donghae tanpa melepaskan wajah masamnya.

"Baiklah, selamat beristirahat, tuan muda."

Sungmin melangkah dengan hati-hati, tak ingin menginjak barang belanjaan tuan mudanya yang masih berserakan di lantai. Sebelum membuka pintu, ia sempat memberikan senyuman kecil ke arah Kyuhyun. Ia tahu namja yang lebih muda darinya itu tengah menatapnya dengan khawatir. Sungmin menggumamkan kata 'gwaenchana', sebelum akhirnya benar-benar pergi dari kamar sang tuan muda.

"Apa barusan itu kau membelanya?" tanya Donghae setelah memastikan langkah Sungmin sudah tidak terdengar lagi di koridor.

"Siapa?" Kyuhyun mengangkat alisnya.

"Aissh… aku tidak suka jika kau membela kepala pelayan Han, ahjussi pabbo!" teriak Donghae sembari menyambitkan sebuah bantal ke wajah Kyuhyun.

Kyuhyun menangkap benda empuk itu dengan cekatan, "dasar manja."

Han Sungmin memasuki kamar pribadinya yang gelap gulita. Ia tak memiliki niatan untuk menyalakan lampu, meskipun steker hanya berjarak beberapa senti dari lemari pakaian di hadapannya. Ia menatap bayangannya sendiri yang terpantul di kaca rias, wajahnya terlihat marah, sorot matanya lebih tajam, tanpa ada sedikitpun senyum manis yang biasa ia sunggingkan.

"Apakah hari ini pekerjaanmu kurang mengenakkan?"

Sang kepala pelayan menatap sosok yang berdiri di belakangnya melalui cermin. Ia menyeringai tipis, "aku sudah melakukan pekerjaan yang kau minta," ia berucap lantas merogoh sesuatu dari balik saku jasnya, "mencuri boneka yang terdapat sidik jarimu saat kau membunuh nyonya Lee delapan belas tahun yang lalu."

Sungmin menjatuhkan sebuah boneka kain lusuh berbentuk anak ayam. Sosok yang ada di belakangnya terkekeh, lantas memungut benda tersebut dari lantai. "Pekerjaan yang bagus. Tak salah aku menjadikamu sebagai anak buahku, Han Sungmin."

"Aku tidak bekerja dengan gratis," kali ini Sungmin membalikkan tubuhnya, dengan kedua tangan terlipat di depan dada. "Kau akan menepati janjimu, kan? Membawa ayahku untuk menjalani pengobatan di London."

"Tentu saja, jangan khawatirkan itu. Sebaliknya kau juga harus bekerja dengan baik. Hingga tiba saatnya nanti aku melenyapkan mereka semua dan Lee corporation menjadi milikku."

Suara itu lebih terdengar seperti perintah. Sungmin mengangkat dagunya tinggi, memandang sosok yang hanya diketahui oleh dirinya itu tanpa ada sedikitpun rasa takut. Di tengah kegelapan, ia bisa melihat sebuah tangan dengan jari-jari panjang mengulurkan sesuatu padanya. Sebuah benda berwarna hitam yang memiliki moncong dan picu.

"Kau ingin aku membunuh juga?" tanyanya sembari meraih pistol yang disodorkan.

"Hanya untuk berjaga-jaga. Jika bodyguard itu mulai mengganggu rencana kita,"

"Dia bukan orang sembarangan. Kau harus berhati-hati pada Cho Kyuhyun,"

Dalam kegelapan Sungmin bisa memastikan sosok itu tengah menyeringai, "aku sangat mengerti. Besok kudengar satu lagi tuan muda akan pulang dari perjalanan bisnisnya. Lee Jongwoon, dia sejak awal sudah curiga kematian Ibunya disebabkan oleh orang dekat. Mungkin pria itu yang harus kusingkirkan terlebih dahulu."

"Yang membuatku heran, kenapa sidik jarimu bisa terdapat di dalam boneka itu? Apakah saat kau membunuh, Nyonya tengah memegangnya?"

"Tidak. Tapi anak itu yang menjatuhkannya dan tak sengaja kupegang. Seorang anak yang sebenarnya melihat pembunuhan yang telah kulakukan."

Sungmin mengangkat alisnya, "oh, pantas saja sejak awal kau berniat begitu keras untuk membunuh tuan muda Lee Donghae."

.

.

A/N:

Hayolooh, Min oppa diem-diem kamu…

.

.

Halo, readerdeul. Sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat tahun baru 2016! Semoga tahun ini menjadi tahun yang berkah untuk kita semua. Senatiasa diberikan kesehatan dan pertolongan oleh Allah SWT. Terima kasih yang banyak, banyak, banget (author alay) saya ucapkan kepada reader sekalian yang ternyata menyukai FF ini. Review kalian membuat saya semangat untuk terus menulisnya.

Nih dia chingu-chingu keren yang udah mereview FF saya

Hae Fishy ^ elfish ^ Fishy Lover ^ widiantini9 ^ HilmaExotics ^ ElizElfishy ^ Wonhaesung Love ^ kyuhae ^ gnagyu ^ guest ^ jihyunelf ^ Haebaragi86 ^ avhin7vkook ^ YJSexolf ^ readlight ^ Syuku ^ angel sparkyu ^ Awaelfkyu ^ dll yang belum kesebut, termasuk para silent reader kalo ada xD

.

Sekian dari saya, sampai jumpa di chap depan. (^_^)/ bai bai