Cast : B.A.P Members

Genre : AU, Yaoi, Drama

Part : 35.2/?

Warning : Typo, alur kecepetan.

Rated : T – M

:::::

Hiruk pikuk kegembiraan tampak jelas di lingkungan sekolah Daeguk High School, tempat dimana kini Daehyun, Youngjae dan orangtua mereka menghentikan mobil jenis SUV milik ayah Youngjae di area parkir sekolah.

"Selamat datang disekolah Jung Daehyun." Canda Daehyun yang duduk dibalik kemudi pada empat orang lainnya.

"Tidak seburuk yang umma pikirkan." Ujar Mrs. Jung, matanya mengamati lingkungan sekolah dari dalam mobil.

"Sekolah ini memang tidak sebagus sekolah lamaku, tapi siswa disini lebih baik dibanding siswa disekolah itu."

"Umma tahu. Bukankah umma sempat berbicara dengan temanmu saat hari ujian kemarin?" Mrs. Jung mengingatkan Daehyun.

"Ah. Hampir aku melupakannya." Balas Daehyun sembari mengusap pelipisnya yang tidak gatal.

"Apa sebaiknya kita juga menemui kepala sekolah dan guru yang ada disini untuk mengucapkan terimakasih, besan?" Usul Mr. Yoo.

"Kau benar, kita harus berterimakasih karena mereka mau menerima Daehyunie di akhir semester." Setuju Mrs. Jung.

"Tapi kita tidak membawa apapun sebagai buah tangan."

"Haruskah kita membelinya dulu? Sepertinya di sekitar sini ada beberapa toko buah dan kue." Sahut Mrs. Jung pada Mrs. Yoo.

"Itu sangat biasa. Kita beli hadiah yang lain saja untuk masing-masing guru." Mr. Yoo menyarankan.

"Memangnya kau punya ide apa, yeobo?"

"Hm, beri wine saja."

"Ck, kau ini. Belum tentu semua guru menyukainya." Protes Mrs. Jung atas saran besannya.

"Lalu apa, aku juga bingung."

"Beri saja donasi yang banyak untuk sekolah ini." Celetuk Youngjae yang sejak tadi bosan mendengar diskusi tiga orang di kursi penumpang itu.

"Youngjae-ya, kau memang cerdas."

"Aku tahu, umma. Tidak perlu diperjelas, kasihan Daehyun." Ejek Youngjae yang membuat Daehyun mendengus.

"Apa kita hanya duduk disini?" Daehyun mengalihkan topik pembicaraan.

"Wae, kau tidak sabar bertemu teman sebangkumu?" Goda Youngjae.

"Begitulah, sudah sebulan lebih aku tidak bertemu dengannya." Balas Daehyun bercanda.

"YAK! JUNG DAEHYUN, KAU INGIN MATI?"

"Besan, siapa yang mereka bicarakan?" Bisik Mrs. Yoo pada Mrs. Jung yang duduk disampingnya, sibuk menulis deretan angka pada lembaran cek.

"Molla, tapi kelihatannya Youngie sangat cemburu."

"Heum.. Apa Daehyunie mendekati wanita lain?"

"Tidak mungkin, besan. Uri Daehyunie sangat menyayangi istrinya." Mrs. Jung membela anaknya.

"Masih terlalu pagi untuk berdebat." Tegur Mr. Yoo sebelum ia membuka pintu mobil dan mengajak dua wanita dewasa didekatnya untuk keluar.

"Aku membencimu, Jung." Youngjae melipat kedua lengannya didepan dada setelah selesai mengucapkan berbagai kalimat umpatan kepada Daehyun yang hanya diam mendengarkan.

"Dan aku mencintaimu." Daehyun tidak menghiraukan kalimat Youngjae. Ia justru mendekat kearah Youngjae untuk mencium kening serta bibir pemuda tersebut.

"Ayo, kasihan orangtua kita sudah menunggu." Ajak Daehyun yang dibalas anggukan oleh Youngjae yang sempat tersipu akibat ucapan dan perlakuannya.

"Appa pikir kalian akan pulang." Sindir Mr. Yoo saat Daehyun dan Youngjae keluar dari mobil dengan senyuman.

Mrs. Yoo berdecak dan menyikut perut suaminya pelan, "Ck, yeobo. Memangnya kau ingin mereka bertengkar seperti kemarin?"

"Pasti akan lebih menyenangkan."

"Ish! Ayah macam apa yang senang melihat pertengkaran anaknya?"

"Aku bercanda kkk." Ujar Mr. Yoo dengan cengiran kecil seraya mengusap rambut istrinya yang merengut kepadanya.

"Ayo kita masuk umma, abeoji, eommeoni." Ajak Daehyun sambil menggenggam tangan Mrs. Jung dan Youngjae dikedua sisi tangannya dan menautkan jemari mereka hingga menyatu lalu menuntun mereka pergi ke aula sekolah.

"Aigoo, manis sekali." Gumam Mrs. Yoo yang ikut berjalan dibelakang bersama sang suami sambil memegang kamera yang Youngjae titipkan padanya.

"Dae, ini area sekolah." Bisik Youngjae karena banyak siswa yang memperhatikan mereka.

"Biar saja, ini hari terakhirku disekolah. Mereka tidak akan mengeluarkanku hanya karena ini." Balas Daehyun santai yang semakin mengeratkan tautan tangan mereka sebelum Youngjae ingin melepasnya.

"Bagaimana kalau mereka menjauhimu?" Youngjae menggigit bibir bawahnya, takut.

"Selama kau berada disisiku, aku tidak peduli jika mereka menjauhiku."

"Gombal." Youngjae mengulum senyumnya dan menunduk malu, bagaimana bisa kalimat sederhana seperti itu saja dapat membuatnya merasa bahagia.

.

.

Upacara kelulusan telah dimulai sesuai dengan susunan acara. Suasananya pun tampak sakral, jauh berbeda dengan hari biasanya dimana para siswa begitu berisik dan susah diatur. Haru bercampur bahagia terlihat jelas diwajah seluruh siswa saat menerima piagam kelulusan yang selama ini mereka impikan satu per satu diatas panggung. Para keluarga, rekan dan adik kelas pun tidak henti memberi tepuk tangan meriah sebagai tanda penghargaan dan ucapan selamat atas kerja keras yang dilakukan oleh siswa kelas tiga.

Youngjae yang sejak tadi sibuk mengabadikan momen-momen indah yang melibatkan Daehyun dan orangtuanya dari tempat ia duduk pun tersenyum lebar saat sosok Daehyun yang mengenakan kemeja putih serta dasi merah bergaris hitam dilapisi blazer seragam sekolah berwarna abu dan celana hitam tampak berlari menghampiri setelah menerima piagam kelulusan miliknya.

"Chukkae, Daehyun-ah." Ucap Youngjae sangat tulus disertai senyuman.

Daehyun mengangguk dan membalas senyuman, kemudian memaksa Youngjae untuk mengambil piagam miliknya, "Chukkae, Youngjae-ya."

"Aku mendapatkannya untuk penyemangatku yang sudah bekerja keras." Lanjut Daehyun sebelum Youngjae melontarkan pertanyaannya.

"Tapi ini milikmu."

"Milikku adalah milikmu. Dan Bahagiamu adalah bahagiaku juga. Kau bilang ingin merayakannya bersamaku, bukan? Maka terimalah. Kita lewati momen ini dengan bahagia, karena ini hari kelulusan kita berdua."

Daehyun mengambil alih kamera dari tangan Youngjae lalu ia pun segera memotret pemuda yang tengah memegang piagam dihadapannya itu berulang kali.

'Grab'

Daehyun terdiam, ia terkejut ketika mendapat pelukan hangat dari Youngjae didepan umum seperti sekarang. Ia bahkan hampir menjatuhkan kamera ditangannya jika Mr. Yoo tidak cepat menangkapnya.

"Kelulusanmu tidak akan dibatalkan hanya karena aku memelukmu disini bukan?" Ucap Youngjae pelan tanpa melepas pelukannya. Ia terlalu bahagia dan tersentuh atas sikap Daehyun padanya hingga tidak peduli jika ada yang memperhatikan mereka.

"Pertanyaan bodoh." Daehyun menggeleng dan melingkarkan kedua lengannya di tubuh Youngjae, merengkuh pemuda tersebut lebih erat lagi.

"Sayang kalau tidak diabadikan." Gumam Mr. Yoo yang diam-diam memotret kedua anaknya itu, sementara istri dan besannya hanya tersenyum senang melihatnya.

"Daehyun-ah." Sebuah suara serta langkah kaki yang mendekat memaksa Daehyun dan Youngjae melepas pelukan mereka setelah cukup lama.

"Oh, Jiho-ya Youngwoon-ah. Ada apa?" Sapa Daehyun santai saat kedua temannya sudah berada didekatnya.

"Ayo ke kelas, kita berfoto bersama."

"Tapi orangtuaku bagaimana?"

Mendengar kata 'orangtua', kedua teman Daehyun itu pun mengalihkan pandangannya pada ketiga orang dewasa yang sempat tidak mereka sadari sedang berdiri di dekat mereka.

"Oh, annyeong haseyo. Maaf kami baru memberi salam." Jiho dan Youngwoon membungkukkan badan hormat beberapa detik.

"Annyeong, selamat atas kelulusanmu." Balas Mrs. Jung ramah. Sedangkan kedua orangtua Youngjae hanya membalas dengan senyuman.

"Kamsahamnida." Jiho dan Youngwoon menundukkan kepalanya dan tersenyum.

"Err, kau Youngjae, bukan?" Jiho beralih pada Youngjae yang memandangi mereka.

"Kau tahu darimana?" Bukan Youngjae yang menjawab, melainkan Daehyun dengan ekspresi tidak senang.

"Kau tidak ingat? Kami pernah bertemu dengannya saat kau dan dia berada di depan sekolah setelah selesai ujian." Jelas Youngwoon.

"Kau bahkan melarangku berjabat tangan dengannya saat berkenalan ckckck. Youngjae-ssi, kau ingat aku kan?" Jiho menambahkan.

"Aniyo." Youngjae mengerjapkan matanya, bingung. Ia memang tidak mengingat kejadian tersebut.

"Pft, tidak apa-apa. Dia memang tidak penting untuk diingat." Ejek Youngwoon pada temannya.

"Ngomong-ngomong, kau tidak hadir di upacara kelulusan sekolahmu?" Tanya Jiho lagi, heran karena Youngjae yang notabene seumuran dengan mereka justru berada disekolah ini mengenakan kemeja serta jeans dan sneaker yang berpadu padan, bukan seragam seperti yang mereka kenakan.

"Aniyo, aku sedang malas berada disana. Jadi aku dan orangtuaku memilih ikut datang kesini saja."

"Ah begitu."

"Oh ya, jadi bagaimana. Kau mau datang ke kelas atau tidak? Mereka sudah menunggu kita." Youngwoon teringat tujuan awalnya.

"Daehyun-ah, pergilah. Kami akan menemui kepala sekolah dan para guru terlebih dahulu selagi kau bersama temanmu." Sahut Mr. Yoo pada Daehyun yang tampak ragu.

"Arraseo, abeoji. Kabari aku jika sudah selesai agar aku dan Youngjae menemui kalian."

"Apa? Aku ikut dengan appa saja."

"Eish, kau ikut dengan Daehyunie saja. Ini urusan orang dewasa." Suruh Mrs. Yoo lalu memandang kearah kedua teman Daehyun, "Kalian tidak keberatan kan kalau Youngjae ikut bergabung bersama kalian?"

"Tentu saja tidak. Kami senang kalau Youngjae mau bergabung dengan kami." Jawab Youngwoon mewakili.

"Kau dengarkan? Aku tahu kau takut mereka akan menolakmu. Tapi ada aku bersamamu, kau tidak perlu khawatir." Bisik Daehyun yang tanpa ragu menggenggam tangan Youngjae erat, berusaha meyakinkan.

"Arra, aku juga ingin mengawasimu." Setuju Youngjae yang tanpa sadar membuat Daehyun terkekeh mendengarnya.

"Kalau begitu, kalian pergilah. Jangan buat teman kalian menunggu lama." Saran Mr. Yoo sambil mengalungkan kamera yang ada ditangannya pada leher Daehyun.

"Ne, abeoji. Kaja, Jiho-ya Youngwoon-ah." Ajak Daehyun lalu melangkahkan kakinya lebih dulu dengan tangan kirinya yang masih saja menggenggam tangan Youngjae disepanjang jalan.

'Yah, apa mereka tidak terlalu akrab sebagai sahabat?' Jiho berbisik pada temannya saat melihat sikap Daehyun dan Youngjae yang berjalan didepan mereka.

'Molla, mungkin karena mereka sudah lama bersahabat.'

.

.

"Aku menyusul umma dan appa saja, Dae." Ujar Youngjae saat ia dan Daehyun sudah berada di depan pintu kelas yang cukup ramai.

"Tidak. Kau harus melawan rasa takutmu, chagi." Bujuk Daehyun tegas, sambil meremas pelan tangan Youngjae yang terasa dingin.

"Tapi..."

"Sepuluh menit saja, jika kau tetap merasa tidak nyaman maka kita pergi dari sini."

"Daehyun-ah, kenapa kalian belum masuk juga." Seru Jiho yang lebih dulu masuk ke dalam kelas meninggalkan Daehyun dan Youngjae.

"Sebentar. Masih ada yang harus ku bicarakan." Balas Daehyun dengan suara yang lantang lalu kembali menatap Youngjae, menunggu keputusannya.

"Satu syarat, kau tidak boleh memberitahu hubungan kita." Pinta Youngjae, sesekali ia menggigit bibirnya ragu.

"Wae?"

"Mereka pasti akan menghinaku saat tahu semuanya." Ujar Youngjae lirih.

"Arraseo, aku tidak akan mengatakannya (untuk sementara)." Janji Daehyun yang ia lanjutkan di dalam hati.

"Yak, Jung Daehyun! Mau sampai kapan kau berdiri disana." Teriak teman Daehyun yang lain.

"Mereka sangat cerewet kkk. Ayo kita masuk." Ajak Daehyun seraya memegang pergelangan tangan Youngjae agar mengikutinya.

"Omo! Siapa pria manis ini?" Beberapa teman perempuan Daehyun sontak menggerumuni Youngjae yang baru mereka lihat.

"Aigoo, apa dia manusia?"

"Bukan, sepertinya dia malaikat yang tersesat ke sekolah kita."

"Yak... Tolong aku." Gumam Youngjae yang segera menjauh dari kerumunan siswa perempuan di sekelilingnya dan bersembunyi di belakang Daehyun.

"Aw manisnya. Dia seperti anak kecil sajaaaa." Bukannya tersinggung, para siswa perempuan itu justru semakin gemas melihat tingkah Youngjae.

"Jangan menggodanya, itu tidak akan berhasil." Usir Daehyun secara halus.

"Kenapa kau melarang kami? Kau iri karena kami tidak menyukaimu?"

"Kalau kau menyukaiku juga aku tidak akan peduli." Sahut Daehyun sarkastik.

"Heol, anak ini."

"Apa kalian bisa berhenti bertingkah seperti hewan liar yang kelaparan sebentar saja? Kita harus lakukan pengambilan foto terlebih dulu." Tegur salah seorang siswa laki-laki di kelas.

"Bisakah kita tunda? Aku belum mengobrol banyak dengan... Siapa namamu?"

"Yo—"

"Jung Youngjae." Potong Daehyun yang tentu saja mendapat cubitan menyakitkan dari Youngjae di pinggangnya.

"Marga kalian sama? Apa dia saudaramu?"

"Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau mempunyai saudara semanis dia? Daehyun, kau pelit sekali."

"Ahyoung-ah, Sojin-ah kalian cerewet sekali." Ejek Daehyun terus terang.

"Kenapa kau yang protes, Youngjae saja tidak keberatan dengan kami. Benarkan Youngjae-ssi?" Siswa bernama Ahyoung itu mengedipkan matanya pada Youngjae yang tanpa sadar langsung bergidik melihatnya.

"Hahahaha, sepertinya dia takut denganmu." Ledek siswa lainnya.

"Gwaenchana. Kau pasti belum pernah bertemu wanita secantik aku, bukan? Santai saja, tidak perlu gugup."

"Siapa yang gugup. Pergi sana, jangan dekati dia." Usir Daehyun untuk kedua kalinya.

"Pemarah sekali. Apa Minah belum menyapamu pagi ini?"

Youngjae spontan membulatkan matanya ketika nama orang yang tidak ia suka disebut.

"Eii, ini tidak ada hubungannya dengan Kang Minah." Sanggah Daehyun karena ia mulai merasakan aura kemarahan dari arah belakang, dimana Youngjae berada.

"Cepat nyatakan perasaanmu selagi masih bisa bertemu. Ku dengar dia akan pindah ke luar kota."

"Jinja?"

"Kau terkejut?" Tanya Youngjae bernada dingin saat melihat ekspresi Daehyun.

"Hm, tidak." Daehyun menggeleng cepat untuk meyakinkan.

"Meragukan." Sindir Youngjae yang lagi-lagi mencubit pinggang Daehyun sangat keras tanpa sepenglihatan siswa lain.

"Kau kenapa?" Heran siswa perempuan lainnya yang menyadari wajah Daehyun tengah menahan sakit.

"A-ani, aku hanya sakit perut."

"Yak, Kang Minah. Kau lama sekali, dimana saem?"

Mendengar teriakan Jiho yang nyaring, Youngjae, Daehyun dan beberapa siswa perempuan itu pun serempak menoleh ke arah sosok yang baru saja memasuki kelas tersebut. Sosok perempuan berperawakan mungil yang selama ini menjadi objek kecemburuan Youngjae pada Daehyun.

"Saem sedang sibuk bertemu orang penting. Dia menyuruh kita agar tidak usah menunggunya untuk berfoto."

"Dia cantik ya." Bisik Youngjae ke telinga Daehyun disaat para siswa tampak fokus mendengarkan pembicaraan teman-temannya.

"Tidak, istriku lebih cantik darinya." Daehyun balas berbisik pada Youngjae dengan nada menggoda.

"Siapa istrimu?"

"Jung Youngjae, one and only." Daehyun masih saja membalas bisikan Youngjae.

"Omong kosong." Youngjae mendorong pipi Daehyun lembut sebagai respon.

"Apa boleh buat, kita berfoto sekarang saja. Ayo semuanya berkumpul." Youngwoon mengomando teman-temannya untuk berdiri di tempat yang sudah ditentukan.

"Daehyun-ah, cepat kemari." Panggil Jiho karena hanya Daehyun yang tak kunjung mendekati mereka.

"Sana." Suruh Youngjae pada Daehyun yang memandangnya ragu. "Aku akan menunggu disini."

"Bolehkah Youngjae juga ikut?"

"Tentu saja! Youngjae-ssi, kau harus berdiri disampingku." Ahyoung melambaikan tangannya kearah Youngjae.

"Kau gila? Aku bukan siswa sekolah ini." Ujar Youngjae pelan setelah mendengar permintaan Daehyun.

"Aku tidak akan melakukan hal yang kau sendiri tidak melakukan itu. Kau mengerti kan?"

"Ayolah, ayam goreng pesanan kita akan dingin jika terlalu lama diabaikan." Keluh siswa lain tidak sabaran.

"Arra, aku ikut denganmu." Setuju Youngjae kemudian karena ia tidak ingin Daehyun melewatkan momen yang ada di depan mata. Walaupun jantungnya terus berdetak cepat akibat efek dari rasa takut yang sedang ia hadapi saat ini.

"Yes! Kajaaa." Semangat Daehyun muncul begitu saja setelah mendapat persetujuan Youngjae untuk ikut bergabung.

"Youngjae-ssi, disini saja." Ahyoung mencoba menarik tangan Youngjae yang sudah berdiri di baris belakang bersama Daehyun dan siswa laki-laki lainnya.

"Dia tidak boleh kemana-mana." Balas Daehyun seraya menjauhkan tangan Ahyoung dari tangan istrinya.

"Setelah ini kau harus mencuci tanganmu sampai bersih hingga jejak tangannya tidak ada lagi ditanganmu." Gumam Daehyun pelan sembari merangkul pundak Youngjae erat seakan ingin menunjukkan kepemilikannya.

'Dia cemburu kkk.' Batin Youngjae yang enggan menanggapi perintah Daehyun.

"Semua siap?" Tanya siswa yang bertugas menekan tombol capture di kamera yang sudah dipasang pada tripod.

"Ne!"

"Hitungan ketiga katakan 'Cheese'." Aba-aba siswa tersebut sambil berlari kembali ke barisan.

"Cheese." Seru seluruh siswa yang ada dikelas secara kompak, termasuk Daehyun dan Youngjae yang terpaksa berbaur dengan para siswa.

'Click.'

Pengambilan foto pun dilakukan berulang kali dengan berbagai macam pose yang ditunjukkan oleh setiap siswa dari pose formal hingga pose 'aneh' sekalipun. Mereka semua tampak menikmati momen kebersamaan tersebut yang mungkin akan sulit terulang kembali.

.

.

Rasa takut akan penolakan yang sempat hinggap di diri Youngjae sebelum bertemu dengan teman-teman Daehyun perlahan sirna setelah mereka semua memperlakukan dirinya sama rata seperti yang lain. Tidak ada perbedaan, mereka justru terus mengajak Youngjae bergabung dan berbicara dengan mereka disaat Youngjae merasa canggung dan hendak menjauh dari kerumunan setelah sesi foto selesai.

Dan usaha keras mereka sepertinya berhasil, terbukti dari cara Youngjae yang mulai ikut merespon topik obrolan diantara mereka. Daehyun yang duduk disampingnya pun hanya tersenyum sambil memandangi wajah bahagia istrinya yang sudah lama tidak ia lihat selain bersamanya ataupun keluarga serta sahabatnya.

"Youngjae-ssi, apa benar Daehyun sudah memiliki kekasih?" Tanya salah satu teman perempuan Daehyun saat mereka tengah menikmati ayam goreng yang sudah dipesan sebelumnya untuk dimakan bersama.

Youngjae menyelesaikan kunyahannya sebelum menjawab, dilihatnya para siswa tengah menatapnya penasaran, "Ne. Memangnya kenapa?"

"Eiii, ku pikir Daehyun dan Minah akan bersama." Celetuk siswa lainnya sambil mengarahkan pandangan kearah Minah dan Daehyun bergantian.

Youngjae yang mendengarnya langsung menatap sinis Daehyun yang refleks menggeleng cepat sebagai tanda penyangkalan.

"Minah-ssi, gwaenchana. Aku mau jadi pelarianmu." Canda teman Daehyun lainnya pada Minah yang duduk diam di barisan ujung.

Youngjae melirik Minah sekilas, sejak tadi ia memang tidak pernah mendengar anak itu berbicara dengannya atau siapapun. Gadis itu terlalu betah berdiam diri.

"Seperti apa orangnya? Ceritakan pada kami, Youngjae-ssi."

"Huh? Kenapa kalian ingin tahu sekali."

"Daehyun terlalu misterius, alasan dia pindah saja kami tidak tahu sampai sekarang. Dan berhubung ada sahabatnya disini, kami ingin bertanya." Jelas Youngwoon.

"Err, arraseo." Youngjae melirik Daehyun sekilas saat akan menjawab pertanyaan teman-teman Daehyun.

"Kekasihnya itu sangat pintar, dia ahli di bidang fotografi, wajahnya juga tidak kalah dengan idola." Lanjutnya.

"Apa dia juga anak pengusaha seperti Daehyun?" Timpal Jiho.

"Benar, ku dengar siswa disekolah itu merupakan kalangan atas." Sojin turut menambahkan.

"Begitulah, ayahnya memiliki perusahaan konstruksi ternama. Tapi dia tidak suka bergantung pada ayahnya, jadi dia belajar giat hingga mendapat beasiswa di Universitas Seoul."

"Whoaa daebak, kenapa orang seperti itu memilih Daehyun ckck."

Youngjae tertawa ringan lalu menoleh pada Daehyun yang mendengarkannya, "Coba kalian tanya saja, apa yang sudah dilakukan Daehyun sampai membuat dia cinta mati padanya."

Ada sebuah seringai samar di wajah Daehyun ketika ia mendengar kalimat terakhir Youngjae, "Aku hanya memberikannya cinta dan kasih sayang yang banyak untuknya."

"Ewh, kalimatmu menggelikan Daehyun-ah." Ejek teman Daehyun yang pura-pura bergidik.

"Lalu kau? Apa kau belum memiliki kekasih? Sebaiknya kau katakan iya. Karena aku tidak mau sakit hati saat mengetahui pria menggemaskan dan manis sepertimu ternyata sudah ada yang memiliki."

"Sayangnya dia juga sudah memiliki kekasih, Ahyoung-ah." Kali ini Daehyun yang mematahkan semangat temannya.

"Eish, jinja. Kenapa semua orang seperti kalian sudah memiliki kekasih." Ahyoung mengerucutkan bibirnya, kecewa.

"Kau harus bisa menandingi kekasihnya jika ingin mendekati Youngjae." Balas Daehyun datar.

"Memang seperti apa dia? Apa lebih sexy dariku?"

"Jika kekasihku tipe yang menggemaskan, maka Youngjae sebaliknya. Terlebih lagi bibirnya. Dia juga anak pemilik perusahaan IT ternama, tidak terlalu pintar memang tapi daya tariknya cukup kuat sampai Youngjae saja bisa menangis karena takut kehilangannya."

"Yak!" Youngjae meninju perut Daehyun, tidak terima dengan kalimat agak mengejek tersebut.

"Ck, sepertinya aku harus menyerah. Aku hanya anak pemilik restoran bubur kkk." Ujar Ahyoung yang mengundang tawa dari temannya yang lain.

"Oh ya, bagaimana kalau kita liburan bersama setelah ini?"

"Nanti saja, Woojin-ah. Memangnya kau tidak ikut ujian masuk universitas?"

"Untuk apa? Kita pasti tidak mungkin diterima. Lebih baik cari kerja saja, toh tujuan kuliah untuk mendapat pekerjaan." Sahut Woojin santai.

"Kalau pun ada universitas yang mau menerima akreditasi sekolah kita, sudah pasti kita harus membayar mahal." Sahut yang lain.

Youngjae hanya diam mendengarkan keluh kesah beberapa teman Daehyun, ia merasa bersyukur karena meskipun kuliahnya ditunda namun ia masih bisa melanjutkan tanpa khawatir dengan biaya ataupun nilai dan akreditasi sekolah.

"Kalian akan kuliah dimana?"

"Kami tidak kuliah tahun ini, mungkin tahun depan." Balas Daehyun segera.

"Jinjayo? Heol, jika aku jadi kalian aku pasti sudah meminta untuk kuliah di luar negeri."

"Kenapa kalian tunda? Ku pikir kalian bisa masuk universitas mana saja. Apalagi Daehyun, kau bisa kuliah di universitas swasta tanpa kerepotan biaya untuk menutupi akreditasi sekolah kita." Tanya yang lainnya.

"Karena ada sesuatu yang sangat penting jadi kami harus menundanya hingga tahun depan, Youngjae bahkan sampai melepas beasiswanya di Universitas Seoul karena itu."

"Universitas yang sama dengan kekasihmu? Daebak, Youngjae ternyata pandai juga."

"Tidak seperti Daehyun hahahaha." Woojin berceletuk.

Daehyun berdecak kesal karena semua temannya kini mentertawakannya akibat ucapan Woojin.

Disaat semuanya kembali asik dengan obrolan santai mereka sembari makan, suara ponsel Youngjae berdering nyaring dan membuat semuanya memelankan suara mereka agar tidak mengganggu.

'Ne umma, kalian sudah selesai?'

'Ah, arraseo. Sepuluh menit lagi kami ke area parkir.'

'Ne, umma.' Jawab Youngjae sebelum memutuskan panggilan teleponnya.

"Daehyun-ah, ibumu bilang mereka dan para guru sedang makan bersama dan sebentar lagi selesai. Dan kita disuruh menunggu di mobil saja, kuncinya ada padamu kan?"

Daehyun mengangguk dan segera membereskan barangnya, "Kau habiskan makananmu dulu."

"Hm... Daehyun-ah boleh aku bertanya sesuatu? Kenapa Youngjae memanggil ibumu dengan 'umma'? Kau juga memanggil ayah Youngjae dengan 'abeoji'" Jiho yang memendam rasa penasaran akhirnya berani bertanya dengan pelan.

Daehyun yang sedari tadi memperhatikan Youngjae yang masih lahap makan bersama temannya pun kini menatap Jiho yang duduk didepannya. "Karena mereka mertua kami."

Krik

Hening, para siswa yang ada disana rupanya mendengar pembicaraan antara Jiho dan Daehyun di sela kegiatan makan mereka.

"Daehyun-ah." Youngjae menegur Daehyun yang melupakan janjinya hingga membuat situasi di sekeliling mereka mulai berubah.

"Gwaenchana, aku ingin memberi penjelasan pada mereka sebelum kita pulang." Daehyun mengusap punggung Youngjae yang menatapnya cemas.

"Ku pikir kalian masih ada satu pertanyaan lagi yang membuat kalian penasaran sejak aku pindah ke sekolah ini."

"Ne." Angguk Jiho. "Kenapa kau pindah ke sekolah ini? Kau tahu Daehyun-ah, sebenarnya kami ingin menanyakan ini padamu tapi kami urungkan karena kami tidak mau kau menjadi risih dan menjaga jarak dengan kami."

Daehyun menggeleng pelan, tidak menyangka temannya yang satu ini tidak sungkan menanyainya. Berbeda dengan yang lain.

"Salah satu siswa disekolah lamaku menyebarkan fotoku saat mencium Youngjae dikelas. Dan setelah itu pihak sekolah memberiku pilihan demi kenyamanan sekolah. Pertama aku memutuskan Youngjae, atau kedua aku pindah ke sekolah ini. Dan kalian tentu tahu apa pilihanku." Jelas Daehyun sambil merasakan genggaman tangan Youngjae dibawah meja. Terasa dingin dan basah akibat ketakutan Youngjae yang kembali muncul.

"Dan aku terpaksa merahasiakan alasanku pindah agar aku masih bisa bersekolah disini hingga lulus. Maaf karena sudah membuat kalian tidak nyaman karena alasan ini. Tapi aku tetap berterimakasih karena kalian mau berteman dengan Youngjae walau sesaat. Sudah lama aku tidak melihatnya bahagia dikelilingi teman seusia kami seperti tadi." Ucap Daehyun disertai senyum simpul kearah teman-temannya yang termenung.

"Dan maksudmu mertua? Kau pasti bercanda, bukan?" Tanya Jiho lagi ditengah keheningan mereka.

"Tidak, kami memang sudah menikah sejak setahun yang lalu." Daehyun mengangkat tangannya dan Youngjae untuk memamerkan cincin yang berada di jari manis mereka masing-masing.

"Heol... Apa ini April mop?" Ahyoung menatap tidak percaya.

"Tidak Ahyoung-ah." Daehyun menjawab tegas.

"Harusnya kau beritahu kami sejak awal Youngjae datang bersamamu, Daehyun-ah."

"Dan membiarkan keseruan yang sudah kalian buat menjadi hening seperti sekarang?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu? Kau teman kami, tidak peduli bagaimana latar belakang kalian." Ujar Youngwoon dan diikuti anggukan oleh siswa lainnya.

"Benar, memang apa salahnya kita berteman. Kalian baik dan asik diajak bicara." Ahyoung menambahkan setelah berhasil mengenyampingkan rasa keterkejutannya.

"Kalian juga tidak memandang remeh kami meski level keluarga kalian lebih tinggi. Jadi kenapa kami harus menjauhi kalian? Kalian terlalu baik."

"Setiap orang punya pilihan hidup masing-masing, dan kita harus menghormatinya bukan malah menjatuhkan."

Kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh teman-teman Daehyun rupanya sukses membuat mata Youngjae berkaca-kaca, merasa terharu.

"Gomawo... Seandainya teman sekolahku berpikir seperti kalian." Gumam Youngjae yang tidak menyangka akan mendapat respon positif dari mereka.

"Abaikan saja orang seperti mereka. Mereka hanya iri karena tidak pernah merasakan cinta sesungguhnya seperti kalian."

Youngjae menundukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan matanya yang sedang menahan tangis dan membiarkan Daehyun merangkul pundaknya.

"Terimakasih, kalian memang teman terbaik." Ucap Daehyun tulus sambil menenangkan Youngjae. Ia sendiri merasa tersentuh karena apa yang Youngjae takutkan tidak terjadi dan justru sebaliknya.

"Bukankah itu yang seharusnya dilakukan seorang teman? Mendukung sesuatu yang menjadi kebahagiaan temannya yang lain, bukan malah menyakitinya."

"Kau benar, Youngwoon-ah. Terimakasih semuanya." Daehyun sedikit menundukkan kepalanya sebagai bentuk terimakasih.

"Tidak ada kata terimakasih di kamus pertemanan. Santai saja, kau terlalu formal kkk." Sahut Ahyoung mewakili.

"Ngomong-ngomong, kami juga minta maaf sudah mendekati Youngjae tadi." Sojin merasa tidak enak atas tindakannya pada Youngjae maupun Daehyun.

"Tidak masalah, kalian kan tidak tahu." Balas Youngjae setelah perasaannya mulai tenang, meski matanya terlihat memerah karena menangis beberapa saat.

"Tapi aku sudah mengusir kalian berulang kali. Harusnya kalian segera pergi saat itu." Daehyun mengungkapkan kekesalan yang ia tahan sebelumnya.

"Salahmu sendiri tidak mengenalkan Youngjae lebih dulu, kau kan tahu kami tidak bisa menahan diri jika melihat pria manis seperti dia."

"Sekarang kau sudah tahu bukan? Jadi jaga jarak dengannya, awas saja kau mendekatinya lagi." Daehyun memicingkan matanya tajam kepada teman-teman perempuannya.

"Yak, mana boleh bersikap seperti itu pada perempuan. Kejam sekali." Protes salah seorang siswa perempuan.

"Aku tidak peduli. Untuk urusan Youngjae, aku tidak mentoleransi siapapun."

"Pabo, tidak sopan." Youngjae mendorong kepala Daehyun gemas yang tentu saja langsung ditertawakan oleh yang lain.

"Hajar Youngjae-ssi hahaha."

"Mereka terlihat seperti suami istri di drama-drama kkk."

"Tunggu, memangnya siapa yang menjadi istri dihubungan mereka?"

Krik.

Pertanyaan polos dari salah satu siswa laki-laki itu pun sontak menghentikan tawa mereka, termasuk Daehyun dan Youngjae yang juga mendengarkan.

"Tentu saja aku." Balas Youngjae bangga selang beberapa detik kemudian.

"Sembarangan, seorang suami mana ada yang mengan-hmp."

Youngjae spontan menutup mulut Daehyun yang akan menyebutkan kondisinya saat ini. Tidak ketinggalan matanya yang melotot seakan sedang mengingatkan Daehyun untuk diam.

'Ku rasa Youngjae berperan sebagai istri disini.'

'Aku setuju. Dilihat dari tubuhnya yang mungil, sangat tidak mungkin jika dia seorang suami.'

'Ingin taruhan? Daehyun pasti sangat takut pada Youngjae hahaha.'

Itulah segelintir bisikan dari para siswa disaat Youngjae tengah sibuk membekap Daehyun sekuat tenaganya.

"Aigoo, apa kalian selalu berdebat seperti ini?" Tegur teman Daehyun yang membuat Youngjae melepas bekapannya pada Daehyun.

"Hehe, mian. Aku lupa kami tidak sedang berada dirumah." Daehyun memberikan cengiran polosnya.

"Dasar. Jangan membuat kami iri melihatnya."

"Ahyoung-ah, jangan iri pada mereka. Kan ada aku." Goda Youngwoon pada temannya.

"Diam. Kau tidak sebanding dengan Youngjae-ssi."

"Yah!" Daehyun meninggikan suaranya saat nama Youngjae disebut.

"Hehehe, aku bercanda." Ahyoung tertawa paksa pada Daehyun yang mulai kesal padanya.

"Hei hei, apa kita harus memberikan hadiah untuk pernikahan mereka?" Ujar Jiho semangat, berusaha mencairkan suasana.

"Eii, kalian tidak perlu melakukannya. Itu sudah sangat lama." Tolak Daehyun yang tidak ingin merepotkan.

"Tentu saja perlu. Walaupun kita baru mengetahuinya sekarang, kita tetap harus memberikan hadiah. Iya kan Minah-ssi?" Woojin bertanya pada Minah yang hanya diam mendengarkan obrolan mereka.

"Ne, seharusnya seperti itu."

"Kenapa kau diam saja? Kau sedih karena tahu Daehyun sudah memiliki pasangan?"

"Tidak. Aku hanya bingung harus bicara apa, jadi aku hanya mendengarkan kalian." Minah langsung menyanggah dugaan Woojin.

"Yah, Youngjae-ssi. Apa kau tahu tentang rumor Daehyun dan Minah?" Rasa penasaran Jiho semakin menjadi.

"Kau tidak tahu saja, dia mendiamkanku karena rumor yang kalian buat."

"Hahahaha, maaf. Kami tidak berniat seperti itu, hanya bercanda."

"Gwaenchana. Aku juga ingin minta maaf pada Minah-ssi karena sudah cemburu padamu." Youngjae tersenyum kikuk.

"Tidak apa-apa, aku juga minta maaf sudah membuat kalian bertengkar." Minah membalas dengan senyuman tipis diwajahnya.

"Senangnya bisa melihat istri dan selingkuhan akur seperti ini."

"YAK!" Mendengar celetukan itu, Youngjae langsung memukul kepala Daehyun cukup keras tanpa mempedulikan keberadaan teman-temannya.

"Pft, rasakan." Daehyun kembali jadi bahan tertawaan karena ulahnya sendiri.

"Semuanya, sepertinya aku harus pergi. Terimakasih untuk hari ini, kapan-kapan kita bertemu lagi. Annyeong." Youngjae mengambil kamera serta piagam yang terletak diatas meja lalu bangun dari duduknya dan melambaikan tangan sebelum beranjak keluar kelas meninggalkan Daehyun.

"Chagiyaaaa, tunggu akuu." Teriak Daehyun yang segera berlari menyusul Youngjae. Namun sesaat kemudian dia berhenti dan menoleh kearah temannya, "Kami pulang dulu, sampai bertemu lagi nanti." Pamit Daehyun kemudian melanjutkan larinya.

"Kenapa Youngjae bisa menyukai orang bodoh seperti dia ckck." Ahyoung berdecak heran.

"Kasihan mereka harus mendapat pengucilan disekolah itu." Ujar yang lainnya.

"Tapi bukankah mereka terlihat menggemaskan saat bersama?"

"Setuju. Apa kita harus membuat fanpage mereka di SNS?"

"Pabo. Mereka pasti tidak suka hubungan mereka disebarluaskan." Ahyoung memukul lengan dua siswa perempuan yang duduk di kiri dan kanannya.

"Anggap saja semua ini adalah rahasia, jangan beritahu siapapun. Kalian mengerti?" Youngwoon mengingatkan layaknya seorang pemimpin.

"Ne~" Seru semuanya kompak lalu kembali melanjutkan makan mereka yang sempat terhenti.

.

.

"Chagiya, aku hanya bercanda. Dengarkan aku dulu." Daehyun menahan Youngjae untuk berhenti dan berbicara tidak jauh dari kelas.

"Aku tidak mau dengar. Kau bicara saja dengan selingkuhanmu." Balas Youngjae sinis.

"Aku tidak pernah selingkuh, chagi."

"Kau pikir aku tuli, huh? Tadi kau menyebut perempuan itu selingkuhan."

"Aku hanya ingin menggodamu, tidak ada maksud lain."

Youngjae menatap lekat mata Daehyun, seakan ingin menyampaikan rasa cemburu yang tengah ia rasakan. "Aku tidak suka kau menyebutnya seperti itu."

"Maafkan aku. Aku janji tidak akan bercanda seperti itu lagi."

"Hm." Youngjae berdehem, enggan untuk berbicara.

"Chagiya."

"Kau sedang memanggil perempuan itu?"

"Aku sedang memanggil istri dan ibu dari anakku." Goda Daehyun yang tidak dihiraukan oleh Youngjae.

"Chagiyaaa." Panggil Daehyun bernada manja.

"Hm."

"Kau mau memaafkanku?" Daehyun mengusap pipi Youngjae yang menggembung lalu menciumnya.

Youngjae terdiam sejenak untuk memikirkan jawaban, "Gendong aku sampai area parkir terlebih dulu, baru aku akan memaafkanmu."

"Yes sir!" Tanpa aba-aba, Daehyun langsung berjongkok membelakangi Youngjae

"Siapa bilang aku mau gendong seperti itu? Berdiri." Titah Youngjae sambil bercekak pinggang dengan satu tangannya, sedangkan tangannya yang lain memegang piagam milik Daehyun.

Daehyun kembali berdiri didepan Youngjae dengan wajah bingung.

"Aish, Jung Daehyun. Kau pura-pura tidak tahu atau bagaimana. Bridal style Jung, bridal style!" Rengek Youngjae yang sudah merengut kesal.

"Ah~" Daehyun menyeringai samar, "Seperti ini?"

"Yah! Ini bukan bridal style." Protes Youngjae saat Daehyun mengangkat dan menggendong tubuhnya seperti koala di depan dada.

"Sepertinya kau lebih menyukai ini." Daehyun terkekeh ketika sadar lengan dan kaki Youngjae melingkar ditubuhnya.

"Pabo, aku takut jatuh." Sangkal Youngjae lalu memukul punggung Daehyun pelan.

"Tidak akan, walau kau sangat berat aku tetap kuat mengangkatmu." Ujar Daehyun sambil melangkahkan kaki perlahan melewati lorong yang tampak sepi. Tidak ketinggalan sebuah ciuman ia daratkan dibibir Youngjae disela langkahnya.

"Yak!"

"Kau protes karena aku menciummu atau mengataimu, hm?"

"Keduanya."

"Jinja?" Daehyun kembali mencium Youngjae.

"Aish, Jung! Bagaimana jika ada yang melihat kita?" Youngjae menempelkan lensa kamera yang menggantung dilehernya sejak tadi ke bibir Daehyun.

"Bagus, biar mereka tahu kalau kau milikku."

"Pabo! Turunkan aku."

"Diamlah, kau ingin ku cium lagi?" Ancam Daehyun dan langsung membungkam Youngjae yang memilih memyembunyikan wajahnya diantara leher dan pundak Daehyun.

Daehyun tersenyum simpul melihat sikap malu Youngjae saat ini.

"Uhm... Dae, aku sangat bahagia hari ini." Ucap Youngjae yang masih nyaman dengan posisinya setelah hening sejenak.

Daehyun tidak merespon, ia ingin membiarkan Youngjae untuk menyelesaikan kalimatnya terlebih dulu.

"Aku bahagia karena melihatmu bisa lulus seperti yang diharapkan. Dan aku juga senang karena temanmu mau berteman denganku, terlebih lagi mereka tidak masalah setelah tahu hubungan kita."

"Syukurlah, semua ketakutanmu tidak terjadi." Daehyun menghela napas lega.

Youngjae mengubah posisinya hingga berhadapan dengan Daehyun dan tersenyum, "Terimakasih sudah mengajakku kesini dan bertemu dengan mereka."

"Beri aku ciuman jika kau ingin berterimakasih." Goda Daehyun disertai kedipan.

"Shireo!" Youngjae memukul dada Daehyun agak keras sebagai bentuk penolakan.

"Pelit sekali." Daehyun mengerucutkan bibirnya yang membuat Youngjae tertawa kecil melihatnya.

"Aku akan memberikannya di rumah." Janji Youngjae lalu membenamkan wajahnya lagi di ceruk leher Daehyun, malu.

"Yes!" Seru Daehyun dan mempercepat langkahnya untuk menghampiri orangtua mereka yang sudah terlihat menunggu di area parkir.

Senyuman tidak henti terukir diwajah Daehyun, bukan karena ia terlalu senang mendengar janji Youngjae. Melainkan karena ia merasa bahagia sudah mengurangi ketakutan yang dialami Youngjae sejak masalah yang mereka hadapi.

Ya, Youngjae memiliki ketakutan tersendiri saat bertemu dengan orang-orang dilingkungan baru. Takut akan penolakan, pengucilan, serta hinaan yang kapan saja bisa dilakukan oleh orang pada dirinya setelah mengetahui status hubungan mereka. Dan sebagai satu-satunya orang yang mengetahui hal itu pun membuat Daehyun semakin ingin menjaga dan melindunginya dari orang yang memandang sebelah mata mereka dan membuktikan bahwa mereka tidaklah berbeda dengan masyarakat lainnya.

:::::

- TBC –

Hohoho, maaf lanjutannya ngebosenin ya. Kayak yang aku bilang sebelumnya, part ini gabungan dari part 35 yang sengaja aku pisah karena halamannya yang terlalu panjang. Jadi maaf karena ga ada BangHim, JongLo untuk kali ini dan cuma fokus sama lingkungan sekolah baru Daehyun.

Thanks buat yang masih mau bacaaa, salah khilaf dalam penulisan mohon dimaafkan ya hehe.

See ya ^^

[Balasan Review Part Sebelumnya]

Miss Ngiweung : Unong masih kecil buat nikah dan kenal dunia orang dewasa kak :') belum resmi, mereka kan ga mau pacaran tanpa restu orangtua junhong kak.

Ah iya kak, aku lupa nyelipin info usia kandungannya di part ini hehehe. Miaaaan. Tapi next part bakal ada terus kok kkkk.

Iyaa, semoga udah cukup indah ya momen kelulusan ini buat jae makasih udah baca dan review ^^

Sooya : Hehehe, lagi pengen bikin Youngjae manja-manjaan dulu sih sama Dae, kasian kalau galak terus sama suaminya kkk. Makasih udah baca dan review ya ^^

Meymey : Akhirnya ya, setelah lelah liat sifat galaknya Youngjae kemaren-kemaren kkkk. Makasih banyak udah baca dan reviewnya yaaa ^^

Jdarea : Adem ayem buat sementara waktu /eh. Makasih banyak udah baca sama review yaa ^^

Jung Rae Gun : Iya ga kejadiaan apa-apa kok, mereka aman sejahtera (?) kkkk. Makasih udah baca dan review ya ^^