Warning!

Saya cuma punya cerita dan alurnya. Semua nama di sini punya pemiliknya.

Baca saja dulu, siapa tahu suka. :)

Casts:

Kim Jongin - dokter, 26 tahun.

Oh Sehun - hacker, 26 tahun.

Park Chanyeol - pengacara, 28 tahun.

Do Kyungsoo - guru Kindergarten, 27 tahun.

Xi Luhan - CEO, 30 tahun.

Byun Baekhyun - model, 28 tahun.

Etc.

ENJOY!

Dengan langkah tergesa Jongin meninggalkan rumah sakit setelah jam praktiknya di rumah sakit berakhir. Sebenarnya ia tak cukup lelah hari ini, ia hanya melakukan sekali operasi pemasangan ring jantung yang berakhir sukses dan mengecek pasiennya secara rutin seperti biasa. Tidak ada pasien baru hari ini. Akan tetapi, pemuda berkulit tan itu sudah ditunggu dua sahabatnya di club biasa mereka berkumpul. Suara hentakan musik sudah terdengar di telinganya. Tubuhnya sudah panas membayangkan sentuhan-sentuhan wanita cantik dan seksi yang akan hinggap padanya.

Baru sampai di lobby rumah sakit, niat Jongin teralihkan pada seorang gadis yang berdiri menyandar pada pembatas resepsionis. Tidak tahu apa yang sedang ia kerjakan. Dan bukan kebiasaan seorang Kim Jongin untuk peduli pada masalah orang lain. Yang membuatnya menaruh perhatian adalah bentuk fisik gadis itu. Jongin adalah seorang sex god. Setidaknya begitu kata para mahasiswi di kampusnya dulu dan wanita-wanita di sekitarnya kini. Ia punya banyak pengalaman dalam urusan ranjang. Hal itu membuatnya tahu jika dibalik baby doll dress berwarna broken white yang sedikit kebesaran di tubuhnya itu, si gadis menyembunyikan harta karun. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, bahkan cenderung mungil, namun berisi di bagian-bagian yang tepat dengan lekukan yang pas. Dan Jongin berani bertaruh untuk sesuatu di antara kedua pahanya jika gadis itu benar-benar masih belum pernah terjamah. Namja seksi itu menyeringai. Ada pinguin gemuk di depan mulut beruang kutub kelaparan.

Jongin menindah haluannya tanpa ragu ke depan meja resepsionis. Ia spontan berhenti tiga langkah di depan gadis tadi begitu mendengar isakan lirih. Gadis mungil itu sedang menangis. Pilu, hingga hati Jongin ikut tergetar. Ia tumbuh menjadi laki-laki yang acuh-tak acuh. Ia bahkan tidak menyangka ia masih punya hati –atau sesuatu yang tengah bergetar ngilu di dadanya kini tapi gadis yang tidak dikenalnya itu menggugahnya.

"Aku pasti akan membayarnya," gadis itu berbicara di sela isakannya. Memelas. "Tapi tolong berikan aku waktu."

Oh, shit. Suaranya indah sekali. Bahkan isakan dan getar parau karena ia mungkin sudah lama menangis tidak merusaknya sama sekali. Jongin merasa benar-benar bajingan sekarang karena ia bahkan mulai turn on hanya karena membayangkan bagaimana jika suara itu mendesahkan namanya saat si gadis meraih puncak kenikmatan di bawah tubuhnya.

"Tapi ini sudah menjadi prosedur rumah sakit, kami tidak dapat menangani ayah nona jika Anda belum membayar biaya administrasi," ucap petugas administrasi rumah sakit yang membangunkan Jongin dari lamunan kotornya.

"Tapi ayahku bisa mati kalau kalian tidak menolongnya!" gadis itu meraung. Ketara ia mulai putus asa membujuk petugas di hadapannya.

"Ada apa ini?" Jongin memutuskan untuk mendekati meja resepsionis setelah ia menyerah dengan rasa penasarannya pada gadis mungil itu. Dan bagus, ia sekarang merasa seperti tokoh superhero di film-film dengan nada bicaranya yang seperti itu.

"Kim uisanim!" si petugas resepsionis menyapa dengan sedikit tergagap dan kemudian membungkukkan tubuhnya. Tapi Jongin tidak peduli dengan apa yang dilakukan petugas wanita itu. Dokter tampan itu sudah tenggelam dalam sinar teduh wajah gadis yang menyita perhatiannya tadi. Bukan hanya tubuhnya yang indah, gadis itu juga sangat cantik dan imut. Matanya bulat penuh seperti bulan purnama, sinarnya juga terduh. Pipinya tembam dan terlihat kenyal dan lembut seperti pipi bayi. Bibirnya berbentuk unik dan penuh seperti marshmallow. Gadis itu terlihat seperti gadis senior high school yang sedang patah hati. Jongin benar-benar ingin memeluknya. Sebut ia bodoh jika ia melewatkan gadis ini. "Ada apa ini?" setelah mengabaikan petugas resepsionis akhirnya Jongin bertanya pada wanita yang kira-kira berusia empat puluhan tahun itu.

"Gadis ini ingin ayahnya segera dioperasi, tapi dia tidak bisa membayar biaya administrasi!" si petugas menjawab sedikit ketus.

"Apa penyakitnya?"

"Penyumbatan pembuluh darah pada jantung."

Jongin mengerenyitkan keningnya. Seharusnya pasien yang mengalami penyakit tersebut berada di bawah penangannya sebagai spesialis pembuluh darah dan jantung, tapi bagaimana ia bisa tidak tahu sama sekali?

"Ah! Mianhaeyo, Kim uisanim, ayahnya masih ditangani dokter umum," petugas itu berucap cepat begitu menyadari tatapan bertanya-tanya dokter tampan di depannya.

Decakan kesal dikeluarkan Jongin. Tanpa berkata apapun namja itu meraih map yang dipegang gadis yang sedari tadi diam mendengar percakapan sang dokter dan petugas. Tanpa ba-bi-bu Jongin membuka map kuning tersebut dan membubuhkan tanda tangan pada bagian yang seharusnya ditandatangani oleh keluarga yang berkewajiban menanggung biaya perawatan. "Jadwalkan operasi besok pagi. Dia pasienku dan aku yang akan menanggung biaya rumah sakitnya!" instruksi Jongin begitu menyerahkan seberkas dokumen yang baru saja ditandatanganinya pada petugas dan melenggang pergi begitu saja tanpa menunggu reaksi dari lawan bicaranya.

Bibir gadis yang baru saja ditolong Jongin membulat. Semuanya terjadi begitu cepat sampai ia menyadari baru saja ada seorang malaikat tampan datang menyelamatkan nyawa ayahnya. Mata bulatnya terpaku pada bahu kokoh sosok dokter yang baru saja menolongnya. "Kim Uisanim!" gadis itu berseru mengucap satu nama yang sempat tertangkap gendang telinganya.

Dari ambang pintu keluar rumah sakit Jongin berbalik setelah mendengar suara gadis yang membuatnya resah memanggil. Gadis itu berlari cepat ke arahnya, rambut hitam legam panjangnya yang dikepang dan semula berada di bahu kirinya terlempar ke belakang karena gerakannya. Gadis itu benar-benar cute.

"Kim uisanim, jeongmal gomapseumnida!" gadis itu berucap dengan napasnya yang terengah. Langkahnya terlalu kecil untuk mengejar langkah dari kaki panjang Jongin. Dengan kedua tangan di perut, gadis tadi membungkuk mengungkapkan terimakasihnya yang sungguh-sungguh. "Do Kyungsoo-ieyo!"

"Hmm.." Jongin berdeham sebagai tanda ia menerima ucapan terimakasih gadis manis yang ternyata bernama Kyungsoo itu. Benar-benar nama yang imut seperti pemiliknya.

"Apa yang bisa saya lakukan untuk membalas jasa Anda?" dengan matanya yang masih berkaca-kaca Kyungsoo mendongak, menatap laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya itu.

"Tak perlu."

"Tapi saya benar-benar berhutang budi pada Anda. Ah! Saya akan segera mengembalikan uang Anda. Saya berjanji!" Kyungsoo meracau. Ia tak suka berhutang pada orang lain, termasuk berhutang budi.

Satu hal yang bisa ditangkap Jongin dari Kyungsoo adalah gadis ini benar-benar keras kepala. Pinguin gemuk yang menantang. "Aku bilang tak perlu," dokter muda itu memutuskan untuk mengetes sejauh mana tekat gadis kecil di hadapannya ini.

"Atau… aku akan melakukan apapun untukmu, Kim Uisanim! Kau sudah menolong satu-satunya orang yang kupunya di dunia ini."

Ough… Do Kyungsoo benar-benar gadis yang menarik. Dan ucapan gadis itu untuk melakukan apapun untuknya terdengar seperti harta karun yang merangkak sendiri padanya. Anak baik selalu mendapat bayarannya. Jongin nyaris menyeringai jika saja ia tidak ingat ia akan terlihat sangat jahat. "Temui aku setelah operasi ayahmu di ruanganku," ucapnya. Setelahnya ia kembali melanjutkan acara untuk menemui dua sahabatnya.

Sehun menyeringai begitu menekan tombol enter di keyboard komputernya. Deretan angka dalam tabel dan grafik yang sudah diburunya beberapa minggu belakangan ini akhirnya muncul di layar. Cacatan pemasukan dan pengeluaran sebuah perusahan teknologi terbesar di Korea. Kliennya kali ini ingin ia membersihkan namanya yang sedang tersangkut kasus penggelapan dana. "Sial!" namja tampan itu mengumpat begitu otaknya mengkalkulasi berapa jumlah dana yang sebenarnya digelapkan oleh laki-laki tua bangka yang menjadi kliennya kali ini. "Dia hanya membayarku dua persen dari yang dimakan perut buncitnya. Dia pikir aku pengemis?!"

Tanpa pikir panjang, namja berkulit pucat itu memperkecil laman yang baru saja diunduhnya. Membuka jendela baru untuk mencari informasi yang dibutuhkannya. Sekarang di layar datar komputernya sudah terpampang foto seorang wanita cantik dengan aura dewasa yang mengintimidasi. Tampak begitu profesional dengan stelan kerjanya. Spandex skirt merahyang berawal dari bawah dada dan berakhir di pertengahan betisnya menunjukkan segala aset yang dimiliki tubuhnya. Setiap lekukannya sempurna dengan pinggang yang kecil dan panggul yang lebar. Ukuran dadanya yang tertutup kemeja putih itu pun di atas rata-rata wanita Korea. Dan wanita itu sangat cantik dengan mata rusa betina, hidung bangir, tulang pipi yang tinggi, bibir dengan polesan lipstick merah merona dan dagu runcing. Tapi aset yang paling mencolok mata Sehun adalah yang berada di balik gelar CEO yang dimiliki wanita bernama Xi Luhan itu.

Cepat-cepat Sehun meraih ponsel yang berada di sebelah mouse komputernya. Jari kokohnya mendial nomor yang berhasil dibobolnya beberapa detik lalu, menempelkan benda canggih itu ke telinga kirinya sedang tangan kanannya kembali menekuni halaman yang sempat ia sisihkan. Perlu lima kali deringan nada sambung sampai sebuah suara lembut namun syarat ketegasan menyapa di seberang sana. Sehun menyeringai sebelum menjawab pertanyaan lawan bicaranya, "Aku Oh Sehun."

"Kau Oh Sehun?" nada tidak percaya terdengar dari seberang sana. Sehun mendengus. Ternyata namanya benar-benar tidak asing di kalangan para pengusaha setelah ia mendedikasikan dirinya menjadi hacker selama nyaris sepuluh tahun. Hanya saja ia tidak pernah menjadi semurahan ini dengan menelepon seseorang yang mungkin akan menjadi kliennya. Tapi mengingat berapa jumlah nominal yang akan bertambah ke rekeningnya, persetan dengan harga diri.

"Ya, aku Oh Sehun, nona Xi Luhan. Atau aku harus memanggil Anda Xi sajangnim?" suara berat Sehun berucap sembari merenggangkan lehernya yang mulai terasa pegal.

"Ada apa kau menghubungiku?"

"Ck! Tidak sabaran sekali," Sehun mendengus. Xi Luhan ini benar-benar tipe pebisnis sejati ternyata. Namja tampan itu memutuskan melupakan formalitas yang sempat digagasnya di awal. "Bawahan berengsekmu, Jang Sungjae, kau ingat dia? Tertuduh korupsi di perusahaanmu?" Sehun melepaskan kaca matanya dan meletakannya di atas keyboard sebelum kembali melanjutkan keterangannya. "Dia meminta jasaku untuk memutihkan data perusahaanmu dan sialnya tua bangka itu hanya membayarku dua puluh juta won, dia pikir aku pengemis?!"

"Kau memiliki bukti penyeludupan uang yang dilakukannya?" suara lembut Luhan mulai terdengar antusias. Cukup untuk membuat Sehun menyeringai. Sepertinya ia punya apa yang Luhan tak punya. Ia sudah menduga keputusannya akan menghasilkan uang berlipat ganda untuknya.

"Hmm.." hacker tampan itu bergumam. "Tidak ada satu sen pun yang terlewat olehku. Kau bisa memilikinya juga, Xi Sajangnim. Tapi itu tergantung penawaranmu."

"Dua ratus juta won! Temui aku di kantorku besok."

Dan nada panjang tanda panggilan yang terputus meyahut suara penuh emosi Luhan. Sehun tak ambil peduli dengan sikap Luhan selama uang wanita itu berpindah ke rekeningnya. Namja tampan itu kemudian menaruh ponsel di sakunya, meraih kunci motornya dan pergi menemui dua sahabatnya yang mungkin sudah menunggu di club tempat biasa mereka bertemu.

Chanyeol menggeram. Ini sudah setengah jam berlalu sejak jam yang mereka tetapkan untuk bertemu seminggu yang lalu namun dua sahabat karibnya belum juga muncul. Suara musik yang dimainkan disk jokey semakin keras membuat kepalanya semakin pusing. Asal-asalan ia menuangkan wine yang tadi dipesannya. "Shit!" namja jangkung itu mengumpat bergitu menyadari ternyata satu botol wine-nya sudah tandas tak tersisa. Ia sudah merelakan sebuah meeting penting dengan kliennya tapi si mata keranjang Jongin yang semula paling bersemangat belum menunjukkan batang kemaluannya. Chanyeol yakin pasti ada gadis cantik yang si hitam itu temui di jalan dan membuat Jongin lupa pada janjinya. Ia masih bisa memaklumi si hamba uang Sehun yang pasti tidak akan melewatkan sepeserpun won untuk datang berpesta seperti ini.

Chanyeol harus membatalkan niatnya untuk membanting botol saat aroma manis yang dikenalnya menyapa hidungnya. Ia menegakkan tubuh jangkungnya dan benar saja apa yang ia pikirkan. Byun Baekhyun baru saja melewatinya. Super model yang sudah dikenalnya lebih dari sepuluh tahun itu kini sedang menari di lantai dansa dengan dikelilingi beberapa laki-laki hidung belang. Namja bertelinga seperti peri itu menggeram. Sejak kapan wanita itu di sini?! Kepala tampannya seperti ingin meledak karena emosi pada kedua temannya dan sekarang pada kelakuan bitchy Baekhyun yang nampak begitu puas dengan banyaknya atensi yang ia dapatkan.

Sudah terlalu lama dan Chanyeol masih tidak bisa berbuat apapun untuk menghentikan Baekhyun. Ia bukan siapa-siapa wanita itu dan kenyataan itu cukup menamparnya serta membungkam mulutnya untuk melayangkan protes terhadap apapun yang dilakukan wanita cantik itu. Ia tidak ingin bertengkar lagi dan membuat Baekhyun menghindarinya seperti kejadian beberapa minggu lalu saat Baekhyun menerima tawaran pemotretan majalah pria dewasa. Akhirnya Chanyeol hanya bisa membakar majalah dengan cover potret Baekhyun yang nyaris telanjang itu. Tubuh indah yeoja itu hanya ditutupi selembar kain satin yang menutupi payudara dan daerah kewanitaannya. Chanyeol tahu foto itu benar-benar indah dan penuh sentuhan seni, tapi dengan membayangkan Baekhyun akan menjadi objek fantasi laki-laki mesum di luar sana membuat darahnya mendidih.

Di balik semua yang terjadi saat ini. Dimana Baekhyun terasa begitu dekat namun juga begitu jauh di saat yang bersamaan, Chanyeol memiliki penyesalan yang terpendam. Andai ia tidak mengabaikan gadis itu untuk cita-citanya sepuluh tahun lalu, mungkin saat ini ia dan Baekhyun sudah menjadi keluarga yang bahagia. Namun penyesalan itu juga perlahan terkubur dan menyatu dengan segala ambisi yang dimilikinya untuk terus mendapatkan kedudukan yang lebih baik. Baekhyun pun akhirnya mengendap menjadi salah satu obsesinya.

Chanyeol baru akan beranjak saat kedua tangannya ditahan dari arah yang berbeda. Jongin di sebelah kanan dan Sehun di sebelah kiri. "Biarkan Baekhyun noona bersenang-senang," Jongin berkata saat si workaholic Chanyeol berusaha menyentak tangannya.

"Toh, hanya kau yang akan dicarinya untuk kepuasan," Sehun menambahkan sebelum menangkat tangannya memanggil waiter. "Kita harus bersenang-senang juga, Chanyeol hyung! Aku akan menraktir kalian kali ini!"

Chanyeol dan Jongin yang mulai ditempeli wanita cantik yang sempat digodanya di pintu masuk menyeringai. Pasti ada hal besar yang akan terjadi karena Sehun bersedia mengeluarkan uangnya untuk berfoya-foya.

-TBC-

Anyeonghaseyo, readernim!

Saya Ai, atau boleh dipanggil siapa aja deh sebahagia kalian, syukur-syukur ada yang manggil nyonya Oh. *plak*

salam kenal semuanya. saya author baru buat FF exo, udah lama penging ngepost cerita di sini. setelah berbagai macam pertimbangan taraaaaa... cerita ini lahir deh.

oh ya, saya seumuran sama sehun sama kai.. yup! line 94. and I'm officially Sehuned! hehehe.. salam kenal semua.

satu lagi, jangan lupa review buat Love on Top yaaaa... saya butuh belajar dan dukungan. Kritik boleh, bash silahkan kalo nggak capek.

satu lagi, satu lagi, I love you all... :*

sincerely

ai!