FROM YESTERDAY

EXO Novel

By: Boomiee92

ChanKai

Prolog

Semua orang bisa berubah, dan perubahan itu pasti terjadi, diinginkan maupun tidak. Seseorang yang dulu sangat menyebalkan bisa berubah menakjubkan, sayang, ada manusia yang tetap tak berubah terutama dalam hal kepekaan. Sekarang yang diperlukan hanya keteguhan hati untuk mencapai tujuan serta mempertahankannya.

BAB SATU

Ruang kelas yang sama dengan empat dinding pembatas, meja dan kursi tertata rapi, rak sepatu, papan tulis, papan absensi, beberapa tanaman dalam pot sebagai penyegar, jendela agar sirkulasi udara terjaga. Tak ada yang istimewa, sungguh semuanya biasa saja. Seorang anak laki-laki berambut hitam legam, berkulit kecoklatan menelungkupkan tubuhnya ke atas meja.

"Jongin!" teriakan membahana itu sedikit menarik perhatian pemuda berkulit cokelat, bernama Jongin. Hanya sedikit.

"Ada apa Chen?" tanyanya malas. Pemuda dengan bentuk wajah unik itu hanya tersenyum lebar kemudian mendudukan dirinya dengan nyaman di hadapan Jongin.

"Kau tahu tidak?"

"Tahu apa?"

"Tetanggamu dulu, sudah kembali, Park Chanyeol sudah kembali!" Jongin hanya mengedipkan kedua matanya bingung, kenapa Chen seheboh itu?

"Jongin!" pekik Chen sekali lagi, sungguh, telinga Jongin terasa berdenging sekarang, Chen itu anak paduan suara dan suaranya tak diragukan lagi tapi tak perlu melakukan konser solo di hadapannya.

"Chanyeol." gumam Jongin, sementara ingatannya memutar kenangan tentang Chanyeol. Telinga lebar, mata bulat, senyum bodoh, pengganggu, mengaku sahabat, mengaku penggemar, tidak ada yang baik tentang Chanyeol dalam ingatan Jongin. Jadi, Chanyeol mau kembali atau tidak, Chanyeol mau jadi apa sekarang, tidak ada hubungan dengan dirinya, titik.

"Chanyeol…"

"Menyebalkan." Potong Jongin cepat, ia teruskan kegiatan tidurnya yang sempat tertunda karena kedatangan Chen spektakuler.

"Jongin dengarkan sampai selesai! Kim Jongin!" Chen masih berteriak heboh tapi Jongin memilih menulikan kupingnya, jika dilayani Chen tak akan pernah ada habisnya, Jongin sendiri heran kenapa Chen memiliki banyak inspirasi untuk dibicarakan dan perbendaharaan kata tanpa batas.

Pukul tiga sore penderitaan itu berakhir, penderitaan duduk di kursi kayu yang keras, menjawab semua pertanyaan dan mendengar ceramah guru. Jongin menghembuskan napas kasar, ia kenakan topi berwarna biru tua miliknya, berjalan seorang diri, bukannya Jongin tak memiliki teman, dia hanya malas dengan keributan sekarang.

Jongin menyipitkan kedua matanya, melihat kerumunan di depan gerbang sekolah. "Apa ada penjual makanan baru yang enak?" gumamnya pada diri sendiri, tak mau ketinggalan jika itu menyangkut makanan lezat Jonginpun mempercepat kedua langkah kakinya, bahkan kini dia berlari.

"Jongin."

"Huh? Chen."

"Hmmm, kenapa lari-lari?"

"Makanan lezat."

Chen tertawa renyah kemudian menahan tangan kanan Jongin, menghentikan langkah kaki sahabatnya itu. "Kurasa bukan itu."

"Lalu?"

"Coba perhatikan." Chen menunjuk ke arah kerumunan heboh itu dengan dagu lancipnya.

Seseorang dengan postur tinggi tegap, berdiri di tengah kerumunan mengenakan kaos putih berlapis jaket jins biru, berkacamata hitam, berambut cokelat kemerahan. Jongin kembali menyipitkan kedua matanya. "Apa dia penjaga sekolah yang baru?"

Chen ingin sekali menepuk jidatnya dengan dramatis, Jongin ini terlalu polos atau terlalu bodoh sih?! Benar-benar tidak ada bedanya. "Itu Park Chanyeol, dia akan sekolah di sini mulai besok. Kau tak ingat sesuatu, Chanyeol mantan tetanggamu itu."

"Hmmm, aku ingat, lumayan ingat. Pindah di tengah semester? Aneh sekali." Sahut Jongin, Chen hanya mengendikan kedua bahunya. "Apa kita bisa keluar dari sekolah?" Jongin menatap putus asa gerbang sekolah yang benar-benar penuh sekarang.

"Kau mau berputar? Lewat gerbang belakang?"

Jongin diam mempertimbangkan tawaran Chen, memutar, itu jauh sekali, Jongin malas, kakinya sudah cukup pegal dan perutnya mulai keroncongan. "Aku menerobos saja." Balas Jongin setengah hati.

"Aku temani." Jongin hanya mengangguk, terserah Chen.

"Jangan salahkan aku jika kulit putihmu kena cakar."

"Kau tidak cemas dengan kulit eksotismu yang bisa kena cakar juga?"

"Aku punya banyak plester luka di rumah." Balas Jongin santai, memang apa yang perlu dipusingkan dari luka kecil goresan kuku.

Keduanya berjalan santai mendekati kerumunan. Chen merangkul bahu Jongin, memastikan dia tak menghilang dalam kerumunan karena Jongin sering melamun, ya Jongin sering melamun dan tak fokus.

"Kim Jongin!" panggilan itu seolah menyihir semua orang yang sedang berkerumun, tak terkecuali Chen. "Jongin kau Jongin kan?! Kai?!"

Jongin menatap laki-laki jangkung misterius itu dengan malas. "Apa yang dia katakan?" Jongin menoleh menatap wajah Chen yang tampak terkejut.

"Di—dia memanggil namamu."

"Ah, namaku."

"Maaf kau siapa? Apa kita saling kenal?"

"Aku teman masa kecilmu kau melupakan aku?"

"Maaf….," TIDAK! Itu hanya ada dalam scene drama romantis picisan, yang Jongin lakukan adalah… "Ah halo Chanyeol."

"Wah!" Chanyeol memekik heboh kemudian berlari menghampiri Jongin. "Kau masih mengingatku?"

Mata bulat lebar, oke, telinga lebar, oke, senyum konyol, oke, tak ada yang berubah dari Chanyeol kecuali tinggi badanya dan tentu saja statusnya sekarang. Jongin mengangguk santai. "Aku masih ingat, sudah dulu ya aku mau pulang."

Dan semua orang yang menyaksikan hal itu hanya bisa melempar tatapan tak percaya, seorang model terkenal Park Chanyeol diacuhkan, diberi sambutan sedingin es batu.

"Itu menarik…," gumam Chen tanpa sadar.

"Aku akan menyusulnya." Ucap Chanyeol tak sadar jika kalimatnya terdengar oleh Chen dengan jelas.

"Jongin! Tunggu!"

Jongin memang gampang terkejut, panggilan keras itu membuatnya menoleh cepat ke belakang, melihat Chanyeol yang mengejarnya sontak membuat Jongin panik. Bukan karena Chanyeol menakutkan tapi puluhan orang yang mengikuti di belakangnya. "Ah! Hentikan jangan mengejarku!" Jongin berteriak histeris kemudian melarikan diri secepat mungkin.

"Kim Jongin! Berhenti aku sahabatmu!"

"Ya! Berhenti mengejarku!"

Jika kalian membayangkan adegan romantis kejar-kejaran ala film India kalian salah besar, aksi kejar mengejar Chanyeol dan Jongin ini mirip film action, seorang polisi mengejar tersangka penyadapan Gedung Putih. Dan aksi kejar-kejaran itu baru berakhir saat Jongin dan Chanyeol memasuki kawasan tempat tinggal mereka. "Jongin!" Chanyeol mengerahkan tenaga terakhirnya untuk menahan lengan kanan Jongin.

Kedua mata Jongin bergerak cepat, memeriksa keadaan, aman, semua fans Chanyeol menghilang. "Apa yang kau lakukan?"

"Aku—hanya ingin kita berteman lagi." Ucap Chanyeol disela napasnya yang tersengal-sengal.

"Hah berteman?!" pekik Jongin, Chanyeol mengernyit kenapa Jongin sama sekali tak lelah setelah acara berlarian seperti tadi. "Kita pernah berteman?"

"Kau masih menari?" Sungguh pertanyaan di luar topik, anehnya Jongin mengangguk patuh.

"Ah pantas saja staminamu sangat bagus."

"Lepaskan." Jongin menarik lengannya dari cengkeraman Chanyeol, ia bersiap untuk pergi namun Chanyeol menjajarinya dengan cepat. "Apa yang kau inginkan?"

"Aku benar-benar ingin berteman denganmu."

"Kau tinggal di tempat yang sama? di depan rumahku?"

"Ya, aku tinggal di sana. Jadi kita bisa berteman lagi kan?"

"Kau bahkan tak meminta maaf padaku," bisik Jongin, terlalu pelan untuk bisa didengar oleh Chanyeol.

"Jadi bagaimana?"

"Bagaimana apanya?"

"Kita—bisa berteman lagi kan?"

Jongin melempar tatapan penuh selidik. "Kau ini model terkenal, bisa repot kalau aku berteman denganmu."

"Apa aku harus berhenti jadi model agar kita bisa berteman lagi?"

"Apa?!" pekik Jongin, kemudian tertawa terbahak-bahak, hingga kedua sudut matanya berair. "Kau terdengar seperti Romeo dengan cinta terlarangnya. Tidak ,kau tak perlu melakukan itu."

"Kita bisa berteman lagi kan?" Chanyeol bersikeras.

"Kenapa berteman denganku sangat penting bagimu?"

Karena aku mencintaimu Kim Jongin. Jawab Chanyeol di dalam hati. Jongin menunggu, menungu hingga Chanyeol membuka mulut dan menjawab pertanyaannya. "Lihat saja kelanjutannya bagaimana, aku pergi dulu." Jongin berlari kencang meninggalkan Chanyeol.

Chanyeol menyinggung seulas senyum simpul, ia amati punggung Jongin yang menjauhinya. "Kenapa dari dulu kau tak berubah, aku bingung kau itu polos atau pura-pura, apa rasa cintaku sama sekali tak terlihat olehmu Kim Jongin?" Chanyeol bertanya entah kepada siapa, mungkin angin bisa menjawabnya, sayang ini kehidupan nyata bukan dunia dongeng dimana semua keajaiban bisa terjadi.

TBC