Tittle : Winter Rain

Genre : Hurt comfort, romance.

Rated : T+++

Cast : Do Kyungsoo ( yeoja)

Kim Jongin (Namja)

12154kaisoo

present

©2016

WARNING

No plagiat, no bash, no Sider, don like dont read, Genderswitch!

Cast dalam fanfic ini milik Tuhan dan author hanya pinjam nama.

.

.

.

...[Sorry for typo]...

.

.

.

...[Happy Reading]...

Hujan pertama di musim dingin bulan januari. Kai mempercepat laju motor besarnya, tak ingin membuat gadis dibelakangnya semakin menggigil kedinginan.

"Jongin-ah, pelan-pelan dingin…"

"hujannya semakin deras Soo, aku takut kau sakit. Apa sebaiknya kita berteduh saja?"

"tidak, terus saja. Bukankah sebentar lagi?"

Sang gadis mengeratkan pelukannya pada perut sang pria. Bibirnya membentuk garis lengkung kelewat manis, menyadari betapa menyenangkannya hari yang ia lewatkan bersama kekasihnya ini.

Kai menghentikan motornya di depan rumah Kyungsoo, melepaskan helmnya kemudian turun dari motor, mengajak Kyungsoo berlari menuju pelataran rumah.

"jacketmu" Kyungsoo melepaskan jacket kulit Kai yang tadi ia pakai kepada Kai, namun pemuda itu menahan pergerakannya agar tetap memakainya. "pakai saja" kata pemuda itu tersenyum, tangan kanannya kini beralih untuk menekan bel rumah.

"sepertinya mereka sudah tidur" gumam Kyungsoo, Kai merangkul Kyungsoo dari samping, tangan kanannya menepuk lengan atas sang gadis dan kembali menekan bel untuk yang kedua kalinya.

"dingin…" cicit Kyungsoo pelan. "maafkan aku, seharusnya aku mengantarmu pulang lebih awal."

Kyungsoo menggelengkan kepalanya di dada Kai, gadis mungil melingkarkan lengannya di pinggang Kai. Ia mendongak sambil tersenyum menatap wajah Kai yang sedang menatapnya cemas.

"gwenchana…." Gumamnya menenangkan, nada bicara lembut itu tidak berhasil membuat Kai tenang, bagaimana kau bisa tenang ketika melihat kekasihmu yang hanya memakai pakaian tidak cukup tebal kini basah kuyup dengan wajah terlihat mulai memucat.

"setelah ini jangan lupa mandi dengan air hangat, aku tidak mau kau sakit" titahnya lembut sambil merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukannya. "eum…" Jawab Kyungsoo tersenyum simpul. Kekasihnya ini perhatian sekali.

Kai kembali menekan bel rumah Kyungsoo, ia semakin khawatir ketika pintu tak kunjung di buka sementara itu tubuh mungil didekapannya kian menggigil.

"kau tidak membawa kuncinya?" Kai bertanya. Kyungsoo, gadis itu hanya menggeleng.

Hujan semakin deras, dalam hati Kai meruntuki sang pemilik rumah yang tak kunjung muncul dari balik pintu.

"kenapa tidak menelpon Jungkook saja" Kai mengusulkan, dan Kyungsoo pun melepaskan pelukannya, ia mengambil ponsel dalam tas kecilnya kemudian menghubungi Jongkook.

"tidak diangkat" desah Kyungsoo, gadis itu kembali memasukan ponselnya kedalam tas. Kai kembali menekan pintu rumah Kyungsoo berkali-kali.

"apa tidak ada orang dirumah?"

"tidak mungkin, eomma dan appa akan menghubungiku jika mereka akan pergi"

"lalu kenapa mereka tidak mendengar bunyi bel, padahal aku sudah menekannya berkali-kali" kesal Kai. Raut wajah gadis di sampingnya perlahan berubah. "aku tidak tahu, biasanya mereka belum tidur jam segini" lirih Kyungsoo.

Untuk kesekian kalinya Kai menekan bel rumah Kyungsoo dan hasilnya tetap sama.

Kai melirik ke gadisnya yang kini tengah mencoba menghangatkan diri dengan menggosokan permukaan kedua telapak tangannya. Tak lama dia pun melakukan hal yang sama, setelah dirasa mendapatkan rasa hangat ia pun menangkup wajah Kyungsoo. Ia tersenyum menatap kekasihnya. Kai mengernyit ketika melihat sorot mata Kyungsoo yang berbeda, "kenapa?" ia bertanya.

"kau terlihat kesal karena orangtuaku tak kunjung membuka pintu, maafkan mereka. Jika kau tidak mau menunggu, kau pulang saja Jongin-ah"

"apa maksudmu? mana mungkin aku meninggalkanmu sedirian disini. Memang aku paling tidak suka jika dibuat menunggu, tapi aku lebih tidak suka jika melihatmu dalam keadaan tidak nyaman seperti ini"

"…tapi aku menyukainya, aku bisa lebih lama berduaan denganmu disini"

"aigoo…ada yang sedang menggodaku rupanya" kekeh Kai, Kyungsoo mencebikan bibirnya tak suka, apa perkataannya tadi tidak terdengar romantis untuk Kai? Sepertinya begitu. Aishh seharusnya Kyungsoo tidak perlu mengeluarkan kalimat-kalimat chessy seperti itu. Sungguh ia menyesalinya. Tapi ia benar-benar mengharapkan kalimat itu keluar dari mulut Kai untuknya. "siapa yang menggodamu." Kyungsoo menunjukan wajah kesalnya. Kai tidak kuasa menahan senyumnya kala melihat Kyungsoo yang kini terlihat salah tingkah.

"tatap aku," titahnya. Kyungsoo menatap tepat kedua mata Kai, melihat tatapan lembut itu sungguh membuat darahnya berdesir. Jangan lupakan bagaimana irama jantungnya yang kini mengentak-entak rongga dadanya.

"sebentar lagi aku akan melamarmu, kita bisa berduaan kapan saja. Jadi untuk sekarang jangan sampai kau membuat kekasihmu ini lepas kendali"

Kyungsoo mengerjap. Seolah sihir perkataan itu membuat Kyungsoo menganggukan kepalanya dan mengambil langkah mundur menjauhi Kai. Namun satu detik berikutnya ia dibuat terkesiap ketika Kai menarik pinggangnya hingga tubuh depannya menempel dengan tubuh atletis Kai.

Ia urung menundukan kepalanya ketika jemari kekar itu mengangkat dagunya agar menatapnya. Ia tahu apa yang akan dilakukan pemuda itu, wajah pemuda itu kian mendekat pada wajahnya. Bukankah pemuda itu menyuruhnya agar tak lepas kendali? Lalu apa ini?

"ekhem…"

Suara dehemen memisahkan keduanya, dengan gerakan refleks keduanya saling memandang ke arah lain.

"eoh.. Jongkook-ah" Kai membuka suara, sikapnya berbanding jauh dengan gadis di sebelahnya yang terlihat masih salah tingkah. Mungkin Kai juga akan merasa salah tingkah jika yang memergokinya adalah orangtua Kyungsoo.

"kenapa lama sekali membuka pintunya, kau membuat noonamu kedinginan" lanjut Kai sedikit kesal.

"aku rasa noona sudah tidak kedinginan lagi, lihat saja pipinya sudah terbakar seperti itu" balasnya cuek, ia berlalu begitu saja dari kedua sejoli dihadapannya. Kai beralih menatap Kyungsoo, dan benar saja kedua pipi gembil itu kini sudah dihiasi rona merah. Ah benar-benar menggemaskan.

"masuklah…" ucapnya sambil mencubit pelan pipi Kyungsoo.

Gadis itu memasuki rumahnya, namun ia kembali berbalik menghadap kekasihnya yang masih tersenyum. "k..kau butuh payung?" tanyanya gugup, Kai tersenyum mendengarnya. "sudah terlanjur basah, dan aku bawa motor sayang"

Kyungsoo meruntuki dirinya yang mendadak menjadi bodoh di depan Kai. "Ah, iya" jawabnya malu.

"ya sudah aku pulang, tidur yang nyenyak eum…" Kyungsoo mengangguk, ia tersenyum ketika Kai mencium keningnya lama. Kyungsoo mengerang kecil saat Jongin kembali mencubit kedua pipinya.

"Aku pulang,"

Kyungsoo tidak langsung menutup pintunya, setelah melihat kepergian Kai ia bergegas masuk ke lantai dua menuju kamarnya.

.

.

.

.

.

"eommayo…"

Kyungsoo terlonjak kaget ketika melihat Jongkook kini sudah duduk di tepi ranjang sambil melipat tangan didepan dada.

"kenapa kau disini?" Kyungsoo berjalan mendekati nakas.

"Noona dan Kai Hyung habis dari mana?" tanya Jongkook langsung dengan nada bicara yang terdengar tak bersahabat, Kyungsoo memutar tubuhnya dan sejenak mengamati Jongkook yang kini memainkan kamera digital di tangannya. Kyungsoo menggedikan bahunya sebelum menjawab.

"apa eomma tidak memberitahumu?" ia bertanya sambil menaruh tas kecilnya di meja, belum sempat Jongkook menjawab. Gadis bermata bulat itu kembali bersuara "ah iya, apa eomma dan appa sudah tidur?"

"Mereka pergi ke Busan, Halmonie sakit" balas Jongkook sambil melihat-lihat hasil jepretannya.

"apa? Kenapa mereka tidak memberitahuku?"

Jongkook hanya menggedikan bahunya cuek, pemuda itu masih duduk di tepi ranjang Kyungsoo. Menunggu kakak perempuannya itu menjawab pertanyaan pertamanya.

"seharusnya eomma mengabariku. Kapan mereka berangkat?"

"sore tadi"

"lalu kenapa kau tidak ikut?"

"lalu noona sendirian di rumah dan meminta Kai Hyung untuk menemani noona begitu? Mana mungkin aku membiarkannya" jawabnya disertai dengusan kecil di akhir kalimat. Dan Kyungsoo mendesis kecil mendengarnya. Jika kalian ingin tahu, Jongkook adalah orang pertama yang memergoki Kyungsoo dan Jongin tidur diatas ranjang saling berpelukan, ya walaupun faktanya mereka tidak melakukan 'apapun'.

"aisshh…ya sudah sana ini sudah malam, tidur sana…"

"tidak sebelum noona memberitahuku, kemana noona dan Kai Hyung pergi"

Kyungsoo menarik nafasnya dalam-dalam, adik satu-satunya ini benar-benar. Sikapnya kini menjadi lebih protektive padanya, padahal umurnya saja baru delapan belas tahun. Dia hanya bocah ingusan dengan jiwa labil.

"Pergi ke suatu tempat dan melakukan hal yang biasa dilakukan sepasang kekasih" balas Kyungsoo ringan, ia mengambil handuk di dalam lemari kemudian masuk kedalam kamar mandi.

Jongkook masih mencerna perkataan kakaknya sambil memandang pintu kamar mandi yang tertutup.

"YAAK NOONA KAU TIDAK MELAKUKAN YANG TIDAK-TIDAK DENGAN KAI HYUNG BUKAN?"

"APA MAKSUDMU EOH?"

"AKU TIDAK AKAN TINGGAL DIAM JIKA KALIAN MELAKUKANNYA SEBELUM MENIKAH"

.

.

.

.

.

Kyungsoo sedang menyiram bunga di pekarangan rumahnya pagi ini, sesekali ia menjijitkan kedua kakinya guna menambah tinggi tubuhnya agar bisa melihat bangunan di sebelah rumahnya—rumah tetangga, lebih tepatnya rumah kekasihnya.

"apa dia ada kuliah pagi ini?" monolognya. Setelah ia selesai dengan bunga-bunganya ia kembali masuk kedalam rumah. Sendirian di rumah benar-benar membosankan.

Memutuskan untuk kembali ke kamarnya, ia mengambil ponsel dan berjalan menuju balkon kamar. Kedua matanya menyipit ketika melihat gorden dari jendela rumah seberang masih dalam kondisi tertutup pagi ini. Apa dia belum bangun?

Kai terbangun ketika mendengar ponselnya yang berada di nakas kini berdering, ia tidak langsung mengangkatnya karena hanya untuk menggerakan kepalanya saja terasa berat. Ia berusaha untuk meraih ponselnya. Seulas senyum tipis terlihat diwajahnya yang terlihat pucat.

"Hallo…"

Kai menyentuh tenggorokannya yang kini terasa sakit.

"kau baru bangun?" Kai tak langsung menjawab ketika mendengar perkataan yang lebih terdengar seperti omelan itu.

"eum…kau sedang apa? Apa tidak ada jadwal kuliah?"

"tidak ada, tapi hari ini aku akan pergi ke Toko Buku dengan Nayeon. Tugas akhir ku, aku ingin segera menyelesaikannya. "

"begitu yah," andai saja Jongin melihat raut wajah kecewa itu.

"kau tidak kuliah hari ini?"

"mungkin nanti siang"

"Jongin-ah ada apa dengan suaramu?"

"mungkin efek baru bangun tidur"

"kau tidak sakit kan?"

"tidak… Soo apa perlu aku antar?"

"tidap usah aku akan berangkat dengan Nayeon, ya sudah aku tutup ne"

"eum…"

.

.

.

.

.

.

Gumpalan awan kelabu menggantung menghiasi langit Kota Seoul, sang raja siang enggan menampakan diri dibaliknya, namun hal itu tidak membuat gadis mungil bermata bulat yang sedang menikmati americanonya kehilangan semangat. Kyungsoo tersenyum manis setelah menyesap kopinya, Ia jadi teringat sesuatu. Sesuatu yang tak akan pernah ia lupakan saat malam natal lalu.

"Kyungsoo"

"nde" Kyungsoo reflek mengalihkan tatapan dari Americanonya ketika Nayeon memanggil.

"kau tersenyum, sedang memikirkan apa eoh?" gadis berambut pirang itu bertanya dengan wajah menggoda.

"tidak, tidak ada"

"kau bohong, ah… tapi sudahlah. Kita harus segera menyelesaikan ini" desahnya sambil meletakan tangannya di atas keyboard laptop.

"ah..ya."

"tidak terasa yah, sebentar lagi kita akan di wisuda dan semoga setelah di wisuda nanti, aku mendapatkan pekerjaan yang aku mau"

Kyungsoo hanya tersenyum sambil mengangguk menanggapi perkataan Nayeon. Kyungsoo merenung setelah mendengar perkataan Nayeon.

Benar wisudanya sebentar lagi, ia akan lulus begitu juga dengan Kai. Apakah benar Kai akan melamarnya setelah lulus nanti? Bukankah terlalu cepat jika ia menikah setelah lulus kuliah?

Kyungsoo tersadar dari lamunannya ketika Nayeon menyentuh lengannya, ah ia menjadi merasa bersalah. Kenapa dia mendadak menjadi tidak konsentrasi.

"oh ya Kyung, kau masih bersahabat dengan Kai bukan?"

Kyungsoo mengerjapkan matanya mendengar pertanyaan Nayeon yang mendadak menyimpang dari Tema pembicaraan mereka. Seingat Kyungsoo, Naeyeon tidak sedikitpun membawa-bawa nama Kai ketika mereka baru berangkat, begitu juga dengan Kyungsoo.

Kyungsoo bingung untuk menjawab dan sebelum ia menjawab Nayeon lebih dulu membuka mulut.

"berita putusnya Kai dengan Baekhyun waktu itu benar-benar membuat kampus heboh. Dan menurut gossip yang beredar mereka putus karena kau"

Kyungsoo hanya bisa diam, ia masih memandang Nayeon yang kini memasang wajah dengan tatapan penuh pertanyaan.

"aku tahu putusnya Baekhyun dengan Kai, mungkin Kai sudah jengah dengan sikap Baekhyun. Ah maafkan aku, seharusnya aku tidak membahas ini"

"tidak apa-apa"

"tapi Kyung, boleh aku meminta bantuanmu?"

Kyungsoo mengedip kemudian mengangguk ragu, melihat wajah penuh harap temannya ini benar-benar membuatnya tak tega.

"tolong berikan ini untuk Kai, aku tahu kau bersahabat baik dengannya" Kyungsoo menerima surat yang terulur dari tangan Nayeon.

"Ahh aku benar-benar iri padamu, seandainya aku bisa dekat dengannya juga"

Kyungsoo memaksakan senyumnya saat Nayeon berkata sambil tersenyum, namun hatinya begitu tertohok saat orang dihadapannya ini mengasumsikan hubungannya dengan Kai hanya sekedar persahabatan. Memang percintaanya dengan Kai hanya baru terhitung tiga minggu. Hubungannya dengan Kai juga tidak terlalu diumbar dihadapan publik. Tidak heran jika orang lain tak mengetahui yang sebenarnya. Jika Kyungso dan Kai berdekatan di kampus, mungkin mahasiswa lain hanya menganggap mereka bersahabat.

"sampaikan ucapan selamat ulang tahun dariku untuknya" tambah Nayeon, gadis itu tersenyum begitu manis. Tapi Kyungsoo tahu, di kedua mata gadis itu terlihat sekali bahwa dia benar-benar mencintai Kai.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Kai berjalan lemah menghampiri mobilnya yang terparkir di parkiran kampus, baru saja tangannya berhasil membuka kenop pintu mobil. Sebuah suara membuatnya menoleh.

"Kai-ah…"

Suara lembut Baekhyun menyapa indera pendengaran Kai, Kai hanya terdiam melihat gadis cantik itu tersenyum padanya.

"selamat ulang tahun" Baekhyun mengulurkan tangannya, dan Kai membalas jabat tangan itu ragu.

Baekhyun mengernyit ketika merasakan hawa dari telapak tangan Kai, raut wajah gadis itu juga terlihat berubah cemas setelah mengamati wajah Kai. Kai sempat tertegun melihat mantan kekasih cantiknya itu masih menaruh perhatian padanya.

"Kai-ah kau sakit?"

Dia juga tidak bisa berkutik ketika tangan lentik itu menyentuh keningnya.

"hanya pusing, maaf Baek aku harus pulang"

"aku akan mengantarmu, aku yang akan mengemudi. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu"

Baekhyun mendorong punggung Kai ke dalam mobil.

Diam, hanya itulah yang bisa dilakukan Kai. Melawan Baekhyun yang cerewet saat ia dalam keadaan lemah sekarang ini, akan percuma saja.

"bagaimana dengan mobilmu?" Kai bertanya lirih. "aku akan menyuruh sopirku untuk mengambilnya" Jawab Baekhyun, gadis itu tersenyum memandang Kai kemudian melajukan mobil milik Kai.

Kyungsoo tidak akan menyangka jika sore ini akan berakhir seperti ini, mengerjakan tugas dengan Nayeon dan tanpa diduga gadis itu menyuruhnya untuk menjadi jasa pengirim barang untuk sesaat. Tak lupa awan mendung dengan salju tipis menambah suasana kelam Kyungsoo sekarang. Walaupun suasana hatinya hari ini buruk, tapi ia memaksakan kakinya untuk memasuki toko kue. Pada awalnya ia ingin memberikan Kai kue hasil buatannya sendiri. Tapi jika membuatnya hari ini juga sepertinya itu tidak mungkin ditambah lagi dengan suasana hatinya sedang tidak baik.

Kyungsoo sampai dirumahnya sebelum ia masuk lebih dalam, ia mengamati pekarangan kecil rumah Kai, mobilnya ada dan sepertinya Kai sudah pulang dari Kampus. Kyungsoo sengaja tidak menghubungi Kai untuk seharian ini, hitung-hitung mengerjai kekasihnya yang sedang berulang tahun. Namun hal itu membuat Kyungsoo tersiksa pula. Dia merindukannya dan kenapa pula Kai tidak menghubunginya?

.

.

.

Setelah dirasa semua siap, Kyungsoo bergegas pergi ke rumah Kai. Sambil membawa kotak berisi Kue ia membuka pintu rumah Kai dengan hati-hati.

Langkah kakinya terhenti diambang pintu ketika melihat sosok Baekhyun kini sedang duduk dan memandangnya dengan tatapan terkejut pula.

"Baekhyun"

"Hai Kyungsoo…" Kyungsoo terdiam mendengar sapaan disertai senyumpan tipis gadis cantik itu.

Beberapa menit yang lalu Baekhyun baru saja pergi, dan saat ini Kyungsoo sedang berada di dapur rumah Kai bersama Taemin. Ia sedang membantu Taemin membuatkan bubur untuk Kai.

Setelah bubur untuk Kai sudah siap, Kyungsoo pamit untuk pulang.

"ahjumma, maaf Kyungie harus pulang. Kyungie belum menyiapkan makan malam untuk Kookie"

"kau tidak mau mengantarkan bubur ini untuk Kai?"

"maaf ahjumma, mungkin Kyungie nanti balik lagi"

"ya sudah kalau begitu"

Setelah bersusah payah meminta izin untuk pulang akhirnya Kyungsoo bisa keluar dari rumah Kai. Kenapa rasa sesaknya semakin menjadi?

Kyungsoo menyibak gorden jendela kamarnya, kedua matanya memandang sendu jendela kamar Kai.

Flashback

"Baekhyun"

"Hai Kyungsoo…"

Kyungsoo menghampiri Baekhyun, dia duduk disalah satu sofa yang menghadap ke gadis cantik itu.

Taemin datang membawa satu Mug yang terlihat mengepul, ibu dari Jongin itu pun terlihat senang dengan kedatangan Kyungsoo.

"silahkan diminum Baekhyun-ah" wanita paruh baya itu mempersilahkan Baekyun untuk minum. Kyungsoo masih memandang Baekhyun, ia tidak mengerti kenapa gadis ini ada dirumah kai dan untuk urusan apa?

"Baekhyun-ah terimakasih sudah mengantar Kai"

Kyungsoo beralih menatap Taemin, apa katanya tadi? Mengantar Kai? Bagaimana bisa?

"ahjumma tidak perlu berterimakasih, sudah seharusnya saya menolongnya" tutur gadis itu lembut sambil melirik Kyungsoo sekilas.

"ahjumma, sepertinya Pak Min sudah menjeput saya. Saya harus pulang" Baekhyun berdiri dan membungkuk sambil tersenyum, Taemin mengantarkannya hingga teras rumah. Sementara Kyungsoo masih terdiam di Sofa.

Setelah mengantar Baekhyun, Taemin kembali masuk. Kerutan didahinya tercetak jelas ketika melihat Kyungsoo kini berdiam diri dengan tatapan kosong.

"Kyungie…"

"Kyungie…"

"eoh? Nde? Maaf ahjumma Kyungie melamun"

"kenapa eum? Kau memikirkan kenapa Baekhyun bisa ada disini?"

"…"

"Ahjumma juga terkejut, Baekhyun mengantar Kai pulang karena Kai sakit dan tidak memungkinkan untuk mengemudi"Tutur Taemin, Kyungsoo menatap Taemin dengan terkejut. "Jongin sakit?" taemin mengangguk sambil tersenyum. Kyungsoo bergegas menaiki anak tangga menuju kamar Kai. Dia mengabaikan Taemin saat wanita paruh baya itu memanggilnya.

Sampai di depan pintu ia memutar kenop pintu dengan hati-hati. Mendadak jantung Kyungsoo berhenti sesaat, ketika sebuah pemandangan begitu menohok hatinya, tak lama ia menutup pintu itu kembali.

Sepertinya Kai terlihat baik-baik saja karena laki-laki itu kini tersenyum sambil menatap gadis cantik yang berada didekatnya. Kenyataan yang semakin membuatnya pahit dan ragu, saat melihat siapa gadis itu.

.

.

Xi Luhan, cinta pertama Kim Kai. Gadis yang selalu menjadi prioritas bagi Kai. Gadis yang selalu di elu-elukan, gadis yang selalu dibanding-bandingkan dengannya, gadis yang lebih disayang dibanding dirinya.

Kyungsoo kecil bukanlah apa-apa dibanding Luhan kecil.

Menahan air matanya agar tak jatuh ia mengeratkan kepalan di kotak kertas kuenya, langkah kakinya membawanya pergi menuju dapur.

Flashback off

"bodoh," umpat Kyungsoo, ia menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang ia menangis dengan posisi telungkup. Sesak rasanya, ini untuk pertama kalinya ia merasakannya. Benar-benar sakit.

"bodoh…" umpatnya lagi sambil memukul dadanya, ia menghapus air matanya kasar, namun air matanya itu terus mengalir tanpa diperintah.

"eomma…appo~" tangisnya semakin pecah.

Dering ponselnya yang berbunyi nyaring membuat Kyungsoo terdiam sejenak,

Jongin calling

Walaupun ragu Kyungsoo mengangkatnya, ia menggigit bibir bawahnya agar isakannya tak terdengar. Tangan kanannya pun berusaha menghapus lelehan air matanya.

"kau sedang apa? Kenapa kau tidak mengabariku?"

"aku sibuk" balas Kyungsoo terdengar parau.

"kau tidur?"

"tidak hik.."

"kau menangis?"

"tidak"

"buka gorden, aku dibalkon"

"kau sedang sakit kenapa malah diluar?"

"dari mana kau tahu aku sedang sakit? jika kau tahu aku sedang sakit seharusnya kau kemari."

"aku tahu dari eommamu, maaf tidak bisa menjengukmu. Aku takut menganggu, lagi pula aku sedang sibuk" Kyungsoo kembali menggigit bibirnya untuk menahan isakannya kembali, dalam hati ia meminta maaf karena telah membohongi pemuda itu dan Kyungsoo sadar, bukankah ia sudah keterlaluan?

"kau tidak mau membuka gordenmu?"

"aku sudah bilang, aku sedang sibuk" Kyungsoo kembali berkilah, sungguh bayangan-bayangan tadi kembali berputar dikepalanya dan Kyungsoo sendiri tidak siap untuk bertemu dengan Kai.

"aku tutup selamat malam…" Gadis itu mengakhiri sambungannya sepihak.

Jongin memandang gorden jendela kamar Kyungsoo. Tidak tahukah bahwa seharian ini dia dibuat uring-uringan karena kekasihnya itu tidak menemuinya. Bahkan kekasihnya itu hanya sekali menghubunginya hari ini.

Kyungsoo tidak menyampaikan ucapan selamat ulang tahun padanya, oke itu tak masalah. Tapi keterluan sekali gadisnya itu tak menjenguknya ketika ia sedang sakit.

Kyungsoo berlari menuju halte kampusnya. Lagi-lagi gerimis. Bus yang ditunggunya untuk pulang pun tak kunjung datang sementara itu salju kini mulai turun perlahan. Tubuhnya menggigil seiring angin berhembus membelai tubuhnya. Ah jika saja ada Kai pemuda itu pasti melindunginya.

Kai, pemuda itu tidak kuliah hari ini dan sungguh Kyungsoo ingin tahu bagaimana kondisinya.

Kyungsoo sadar, dirinya sudah keterlaluan. Seharusnya dia tidak seperti ini. Sepulang dari sini ia akan menemui Kai. Harus.

.

.

.

Suara ketukan didaun pintu menghentikan kegiatan Luhan yang sedang menyuapi Kai. Ia berjalan kemudian membuka pintu setelah menaruh mangkuk berisi bubur di atas nakas.

Kedua matanya berbinar melihat siapa orang yang kini datang.

"Kyungsoo…"

"hai Lu…"

Sekitar lima belas menit Kyungsoo menikmati waktunya mengobrol dengan Luhan, dan sekarang gadis bermata rusa itu sudah pulang meninggalkan dirinya dengan Kai berdua dikamar.

"Jongin-ah apa kau sudah minum obat?" Kyungsoo memecah keheningan yang sudah tercipta hampir satu menit lamanya. Senyum manis diwajah Kyungsoo memudar saat melihat bagimana reaksi yang diberikan Kai. Pemuda itu hanya diam tanpa mau melihat ke arahnya.

"maaf baru bisa menjengukmu" lanjut Kyungsoo sendu, mendongakan sedikit wajahnya dia tidak ingin menangis, melihat respond Kai yang sama seperti sebelumnya Kyungsoo menyadari… Kai tengah marah.

"sepertinya kau sudah meminum obatnya" lanjut Kyungsoo sambil tersenyum. Ia menggigit bibir bawahnya ketika Kai masih tak merespondnya, melihat mangkuk kotor diatas nakas ia memutuskan untuk mengambilnya.

"ah..sudah sore Jongin-ah aku harus pulang, kau juga harus istirahat"

"…"

"…Cepat sembuh, jangan membuat orang lain repot eoh" Kyungsoo memasang wajah yang menurutnya kesal, namun respon Kai masih sama dengan sebelumnya.

Kyungsoo memutuskan untuk pergi namun baru satu langkah ia menjauhi ranjang, suara dingin Kai menghentikannya.

"Kau kenapa?"

Kyungsoo membalikan tubuhnya, salah satu alisnya terangkat. Memasang wajah seolah tak terjadi sesuatu dengan dirinya. Namun Jongin tak bodoh untuk mengetahui sesuatu yang Kyungsoo sembunyikan.

"kemarilah,"

Dengan ragu Kyungsoo kembali mendekat, ia mencoba menghindari tatapan datar yang dilayangkan Kai. "duduk," Kyungsoo kembali mengikuti apa kata pemuda itu. "taruh mangkuknya" layaknya robot, tubuh Kyungsoo menuruti apa yang diperintahkan Kai, setelah menaruh mangkuk dinakas ia kembali duduk, kepalanya menunduk dalam.

"tatap aku Soo" nada perintah yang kini terdengar lembut namun syarat ketegasan itu membuat Kyungsoo kembali menurutinya.

"a..ada apa?" Kyungsoo memberanikan untuk bertanya, namun pemuda didepannya hanya diam.

"mendekat" cukup ragu bagi Kyungsoo untuk sekedar menggerakan tubuhnya, melihat tatapan tajam Kai pun membuatnya ketakutan.

Merasa kesal dengan pergerakan ragu gadisnya Kai meraih pergelangan tangan Kyungsoo hingga gadis itu berada lebih dekat dengannya.

Pada awalnya Kyungsoo terkejut dengan gerakan tiba-tiba Kai. Ketika menyadari wajahnya yang terlalu dekat dengan Kai Kyungsoo menarik wajahnya menjauh. Namun Kai kembali mengeratkan cekalan dipergelangan tangannya dengan menariknya lagi. Kyungsoo mengernyit merasakan rasa sakit dipergelangan tangannya, namun perasaannya dibuat khawatir saat merasakan hawa panas dari tubuh kekasihnya.

Kai masih terdiam mengamati lamat-lamat wajah manis Kyungsoo, sorot mata berkaca-kaca beberapa menit tadi begitu mencubit hatinya. Dia tidak bermaksud mendiamkan Kyungsoo dan membuat gadisnya sedih.

Kyungsoo menghindari kontak matanya dengan Jongin, pipinya mulai memanas melihat tatapan dari manik tajam itu mulai melembut.

"Ack..."

Kyungsoo memekik tertahan ketika dengan cepat Kai merubah posisinya, Kyungsoo menelan ludahnya gugup saat melihat wajah berkeringat Kai begitu dekat dengannya. Kyungsoo tidak tahu harus berbuat apa, apakah dia harus mendorong Kai, tapi pemuda yang tengah mengukungnya ini sedang sakit. Kyungsoo memejamkan matanya erat ketika wajah Kai semakin mendekat, bahkan tangannya sendiri mengerat digenggaman tangan kekar Kai.

"kau tidak menanyakan bagaimana keadaanku"

Kyungsoo membuka matanya dan mengerjap saat mendengar suara Kai yang terdengar merengek. Ia juga cukup terkejut saat merasakan kepala Kai kini terkubur dilehernya.

Kyungsoo memiringkan posisinya setelah Jongin tidak menindihnya lagi, Kyungsoo menyentuh kepala Kai jemarinya membelai kepala Kai lembut, ia meringis ketika merasakan suhu badan Kai yang terasa begitu panas.

"kau membuatku kesal" keluh pemuda itu lagi teredam, Kyungsoo kembali membelai kepalanya sambil bergumam minta maaf.

Kyungsoo tidak banyak bicara, yang dilakukannya hanyalah diam dan menenangkan Kai. "terimakasih untuk Kuenya" Kai mendongak melihat Kyungsoo, Kai mengernyitkan dahinya melihat Kyungsoo bergerak salah tingkah.

"kau belum memberikan selamat padaku" ucap Kai kembali.

"kuenya sudah mewakiliku." Balas gadisnya sedikit ketus, pelukannya dengan Kai pun terlepas karena ia merubah posisinya menjadi duduk.

"yaa mana bisa begitu, saat ulang tahunmu bahkan aku menjadi orang pertama yang mengucapakannya, aku memberimu hadiah. Tapi lihatlah, memberi ucapan selamat langsungpun bahkan kau tidak melakukannya. Tapi itu tidak masalah, aku hanya kesal karena kau baru menjengukku… seharusnya bukan Luhan noona yang merawatku."

Kyungsoo terdiam mendengar kalimat panjang Jongin.

Perlahan raut wajah Jongin berubah cemas ketika melihat wajah Kyungsoo yang kini memerah dengan kedua bola mata berkaca-kaca. Apakah perkataannya tadi membuat gadisnya terluka? Hei dia hanya bercanda, dia hanya ingin menggoda kekasihnya yang sudah membuatnya uring-uringan sedari kemarin ini.

Kyungsoo menggigit bibirnya yang kini bergetar, wajah gadis itu melihat ke arah lain.

"nde," Kyungsoo membuka suara, sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tak keluar.

Gadis itu menarik nafas sebelum kembali melanjutkan. "maaf karena aku bukan orang yang pertama mengucapkan ulang tahun untukmu, maaf juga karena tidak memberimu hadiah, dan maaf tidak bisa menjadi kekasih yang baik untukmu. Mian…"

Nada bicara Kyungsoo terdengar marah, gadis mungil itu menarik nafas dalam, tenggorokannya terasa tercekat.

"yah…aku merasa diriku memang buruk" lanjutnya lirih, bulir-bulir air mata yang sebelumnya menggantung kini sudah mendesak terjun berlombaan.

Masih sibuk dengan kebingungannya sendiri, Jongin tak sadar bahwa Kyungsoo sudah turun dari ranjang dan bergegas keluar.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sudah tiga hari semenjak kejadian Kyungsoo yang menangis dihadapan Kai, Kai di buat frustasi sekaligus resah karena Kyungsoo tak mau bicara dengannya. Sudah beberapa kali ia pergi ke rumah gadisnya, dan Kyungsoo tetap bersih kukuh tak mau menemuinya. Berpuluh-puluh panggilannya Kyungsoo tolak. Gadis itu tak mau bertemu dengannya. Berkali-kali ia juga mengiriminya pesan dengan isi hampir semuanya sama 'maafkan aku, apa aku membuat kesalahan' 'ayo kita bicara' dan kalimat-kalimat lainnya.

Jongin berbaring di atas ranjangnya, memandang langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Kemudian ia menghela napas besar. Ia benar-benar merindukan Kyungsoo.

.

.

.

.

.

.

.

Kyungsoo memandang sendu ponselnya, ia baru saja membuka pesan baru dari kekasihnya 'aku merindukamu' katanya, tak bohong Kyungsoo pun merindukan pemuda itu.

Kekanakan memang, memilih menghindar. Membuat kekasihnya bahkan keluarganya kebingungan terhadap sikapnya. Kyungsoo sadar, seharusnya dia tidak seperti ini.

Tapi apa boleh buat, Kyungsoo cukup sadar diri, setelah di pikir-pikir ia merasa tak pantas untuk bersanding dengan Kai. Kai pantas mendapatkan yang lebih baik darinya yah… seperti Luhan.

Mengenai pernikahannya, Kyungsoo akan membicarakannya dengan keluarganya besok. Ia sudah memutuskan, ia akan

.

.

.

.

.

.

membatalkannya.

Tanpa sadar ia kembali menangis, ia meruntuki dirinya sendiri yang memiliki sifat cengeng. Meletakan ponselnya dinakas, tanpa membalasnya ia masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Kai masih dengan pemikirannya, memikirkan kenapa Kyungsoo bersikap seperti ini. "Apa benar karena itu?" monolognya, dan saat itulah Jongin baru sadar, ia mengetuk kepalanya sendiri karena baru menyadari hal itu. Yah tidak salah lagi, perubahan sikap Kyungsoo terjadi setelah Luhan datang.

Tak mau menunggu lama, ia bergegas turun. Keluar rumah dan masuk ke perkarangan kecil rumah Kyungsoo, mengabaikan hembusan angin malam juga titik-titik salju yang turun. Ia memandang sekeliling tempatnya, bertingkah bak pencuri yang mau menjarah barang di dalam rumah, ia menatap beberapa pohon dengan cabang-cabangnya yang sedang. Jongin bersyukur karena pucuk pohon itu melebihi pagar balkon kecil Kyungsoo. Keadaan pohon yang sedikit basah menyulitkan Jongin, faktor angin, juga berat badannya membuat pohon itu sedikit meliuk karena ulahnya.

Bruk

Jongin tersenyum puas ia berhasil naik ke balkon Kyungsoo.

.

.

.

.

.

.

Bruk

Kyungsoo terkejut ketika mendengar suara aneh diluar balkonnya. Memilih mengabaikannya, kemudian ia kembali mencari gaun tidurnya. Tubuh mungilnya masih berbalut bathrobe karena sekitar lima menit yang lalu ia menyempatkan diri untuk merendam di bathup dengan air hangat.

Kyungsoo membawa gaun tidurnya yang berwarna putih dengan renda-renda bunga dibagian dada. Bahannya nyaman untuk digunakan saat tidur.

Sementara itu diluar balkon sana Jongin bersiap-siap untuk masuk, Jongin mendengus sebal saat kenop pintu balkon Kyungsoo terkunci. Meletakan kedua tangannya dipinggang, dia berpikir sambil memperhatikan jendela Kyungsoo. kedua matanya berbinar saat melihat bingkai kaca jendela Kyungsoo sedikit menyembul keluar.

Menarik kursi yang berada tak jauh darinya Jongin kemudian menarik jendela Kyungsoo hati-hati, salah satu kakinya sudah naik dan kaki lainnya menyusul, ia sudah siap untuk melompat namun sebelumnya ia menyibak gorden jendela Kyungsoo lebih dulu. Namun ia begitu terperanjat saat melihat pemandangan didepannnya hingga membuatnya terjatuh tanpa aba-aba.

Astaga dia tak sengaja melihat gadisnya yang kini dalam keadaan hanya mengenakan bra juga celana dalamnya.

.

.

.

Bruk

Kyungsoo terkejut saat mendengar suara debuman yang cukup keras, ia menolehkan kepalanya ke sumber suara dan betapa terkejutnya dia ketika melihat Jongin kini sudah terduduk dilantai sambil memegang kaki kirinya.

Kyungsoo nyaris berteriak saat ia sadar bahwa ia belum selesai memakai bajunya. Namun ketika Jongin lekas berdiri dan membalikan tubuhnya ke arah tembok mau tak mau membuat Kyungsoo terdiam dan segera memakai gaunnya.

Kyungsoo duduk di atas ranjang dengan tubuhnya yang ditutupi selimut, kepalanya mendunduk tak ingin melihat kekasihnya yang kini duduk di kursi yang pernah didudukinya saat malam natal lalu.

Sejujurnya Kyungsoo ingin memarahi Kai yang masuk kedalam kamarnya tanpa permisi. Bahkan pemuda itu masuk kedalam kamarnya seperti seorang perampok. tapi kejadian tadi juga membuatnya begitu malu.

"kau masih tidak mau bicara denganku?" Jongin membuka suara, Kyungsoo masih menunduk gadis itu kembali mengeratkan badcover yang melingkupi tubuhnya.

"Kyungsoo-ya…"

"Aku membencimu" desis Kyungsoo tanpa melihat Kai yang kini mengernyitkan dahinya.

"apa alasanmu membenciku?" Jongin tersenyum geli melihat tingkah Kyungsoo, Jongin tahu ucapan kekasihnya tadi berkebalikan dengan isi hatinya.

"…"

"apa karena Luhan?" Jongin bertanya hati-hati, Kyungsoo mendongakan kepalanya dan Jongin menatapnya dengan dalam.

"NDE~ " Kyungsoo menatap Jongin kesal, Jongin terkejut karena mendapat teriakan dari Kyungsoo.

"…entah kenapa rasanya kesal sekali melihat kau tersenyum padanya. Melihat kau menatapnya… kau dekat dengannya. Rasanya aku ingin sekali menarikmu darinya"

Kyungsoo menoleh ke arah lain asal bukan ke wajah Kai.

"lalu kenapa kau tidak menariku? Kenapa kau yang malah menginggalkanku?"

.

.

.

.

.

.

.

"…aku lihat kau lebih senang dengannya dibanding denganku"

Sejenak Jongin terdiam mendengar kalimat tak masuk akal Kyungsoo.

"Do Kyungsoo mengacuhkanku selama empat hari karena dia cemburu, astaga…" Jongin mendesah dan tersenyum, Kyungsoo yang melihatnya pun hanya diam tanpa ekspresi.

"lihatlah siapa yang jauh lebih kekanakan disini?" ujar Kai sambil beralih ke ranjang.

"Soo lihat aku, kenapa kau beranggapan aku lebih senang dengannya dibanding denganmu? Dari mana kau tahu sementara yang merasakannya itu aku"

"walau bagaimanapun kau pernah mencintainya, apa kau tidak ingat saat kecil dulu kau selalu membela Luhan dibanding denganku, kau melindunginya, kau mengelu-elukannya, sementara aku? Kau selalu mengejekku, kau selalu menggangguku, dan sampai sekarang bahkan kau masih membandingkan aku dengannya. Dan dia sekarang sudah kembali, pasti kau senang. Aku tahu dibanding dirinya aku tidak—"

Jongin tak tahan mendengar kalimat itu, dia lebih memilih membungkam mulut Kyungsoo dengan bibirnya, ia tidak menyetujui beberapa perkataan di akhir kalimat yang diucapkan Kyungsoo.

Kyungsoo menutup matanya cepat, air mata yang sedari tadi menggantung kini mendesak keluar. Kyungsoo meraskan Jongin menciumnya kasar, namun perlahan-lahan ciumannya berubah menjadi lembut dan memabukan namun Kyungsoo hanya diam.

Jongin menyudahi ciumannya, ditangkupnya wajah Kyungsoo ia menghapus air mata gadis itu dengan kedua ibu jarinya. Sungguh ia tidak pandai dalam berkata-kata. Namun semoga saja Kyungsoo mengerti perasaannya melewati ciumannya tadi. Betapa ia begitu frustasi juga kesal terhadap pemikiran Kyungsoo.

"Mianhe…" satu kata tulus Jongin terdengar, Kyungsoo menatap Jongin.

"Jangan pernah merendahkan dirimu, kau jauh lebih dari cukup untukku"

'Benarkah?' Kyungsoo mendongak menatap Jongin, tatapan pemuda itu begitu lembut.

Kyungsoo kembali menangis bahkan gadis itu sesekali terisak. Jongin merengkuh tubuh Kyungsoo, tidak tahukah Kyungsoo bahwa Jongin benar-benar mencintainya dengan tulus.

Jongin membiarkan Kyungsoo menangis dipelukannya, tangannya terus mengelus punggung Kyungsoo agar gadis itu tenang. Dan akhirnya Kyungsoo berhenti menangis.

Jongin melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Kyungsoo "sudah menangisnya?" tanyanya, Kyungsoo hanya diam dan kembali menunduk.

"Seperti inilah Soo, saat aku melihatmu dekat dengan Chanyeol waktu itu. Pemikiran-pemikiran negatif tentangmu memenuhi kepalaku, kemudian memlih menjauhimu namun itu membuatku tersiksa sendiri" ucapnya dengan nada serius.

Benar, perkataan Jongin memang mewakili isi hatinya selama empat hari ini. Jadi ia cemburu, jadi semenyesakan inikah ketika Jongin melihatnya berdua dengan Chanyeol?

Tapi bukankah sikap Kyungsoo wajar, pemuda di depannya ini dulu pernah mencintai Luhan dan sedangkan Kyungsoo ia tak memiliki perasaan apapun pada Chanyeol.

"itu karena pemikiran bodohmu sendiri" Kyungsoo akhirnya bersuara, "aku sama sekali tak memiliki perasaan pada Chanyeol tapi kau…kau pernah mencintai Luhan" ia kembali menitikan air matanya.

"astaga Kyungsoo, itu hanya perasaan anak kecil berusia sebelas tahun" Jongin menghela nafas kasar, sebenarnya dirinya kesal karena kenapa Kyungsoo sama sekali tak mengerti.

"tapi sama saja kau pernah mencintainya, melihat kau menatap dan tersenyum padanya itu benar-benar membuatku sesak"

Kali ini Jongin terkekeh mendengar Kyungsoo. Kyungsoo sempat kesal. yang benar saja, apakah ada hal lucu saat ia mengatakannya tadi.

Tangan kanan Jongin meraih dagu Kyungsoo, mendongakannya agar melihatnya namun Kyungsoo kembali melepaskan tangan Jongin. Tentu saja Jongin tak semudah itu untuk menyerah, ditatapnya kedua mata bulat Kyungsoo yang masih berkaca-kaca. Ia menatapnya dengan intens, tak membiarkannya terlepas dari netranya.

"kau tahu sungguh aku kesal mendengar kalimat-kalimat bodohmu tadi, dan apa sekarang kau… tidak mempercayaiku?"

Deg

Jantung Kyungsoo mendadak berhenti berdetak, pertanyaan Jongin tadi membuat hatinya teremas. Tentu saja ia mempercayai pemuda di depannya sepenuhnya. Tapi kenapa, kenapa dirinya bisa menjadi se-egois ini.

'apakah Jongin kecewa padanya, apakah Jongin akan meninggalkannya?' pemikiran itu begitu cepat terlintas dalam kepala Kyungsoo. Tidak, Ia tidak ingin Jongin meninggalkannya karena kebodohannya sendiri.

Jongin mengakhiri tatapannya ketika tak kunjung mendengar jawaban Kyungsoo, ternyata tak mudah membuat hubungannya dengan Kyungsoo kembali membaik.

Jongin tersenyum, senyuman yang terlihat pahit dan Kyungsoo merasa takut melihatnya. Ia tidak mau kehilangan pemuda ini.

"kita bicarakan ini saja nanti," ucap pemuda itu kemudian berdiri,

"hajima~"

Grep

Kyungsoo menghentikan pergerakan pemuda itu, dia melingkarkan kedua lengannya di perut Jongin dengan erat. Menjadikan lututnya sebagai tumpuan untuk berdiri, ia menyandarkan Kepalanya dipunggung Jongin, suaranya terdengar serak, dan kini ia menangis kembali.

"hajima~"

"…"

"mianhe, aku juga bingung kenapa aku sampai bersikap seperti ini. Aku tidak tahu kenapa rasanya sesak sekali…"

"…"

"hajima~ Mian, tidak seharusnya aku bersikap seperti ini. mianhe hiks…Jongin-ah…"

Jongin membalikan tubuhnya, dia kembali duduk dan memeluk Kyungsoo lembut.

"bodoh" ucap Jongin sambil mencium kepalanya.

"nde aku bodoh, bodoh.. kenapa aku harus mencintaimu dan bersikap kekanakan seperti ini" Jongin tersenyum mendengar kalimat itu. Kyungsoo mengeratkan pelukannya, menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Jongin, wanita itu menangis sesegukan.

Kyungsoo selesai dengan acara menangisnya. Jongin melepaskan pelukan yang berlangsung tiga menit itu, kemudian melihat wajah Kyungsoo, ie terkekeh.

"kau pikir aku mau pergi tadi?"

"bukankah begitu?"

Jongin menjentikan telunjuknya dikening Kyungsoo, membuat gadis itu mengerang kecil.

"apa kau tahu? sebenarnya aku bingung untuk keluar tadi" ucapnya kemudian tersenyum lebar.

Kyungsoo menatapnya dengan kesal ia baru menyadari bahwa pemuda itu masuk melalui Balkonnya dengan entah bagaimana caranya dan akan aneh sekali jika pemuda itu keluar melalui pintu kamarnya. Apa respon keluarganya nanti? Ah…Pemuda ini juga sempat melihat keadaan tubuhnya yang…

"Yak…"

Dipukulnya paha Jongin hingga pemuda itu mengerang kesakitan, namun selanjutnya pemuda itu tertawa begitu keras sambil berbaring dengan kedua tangan memegang perutnya.

Merasa jengkel luar biasa ia memukuli tubuh Jongin yang bisa dijangkau, dan tentu saja Jongin bergerak-gerak untuk menghindarinya. Hingga pukulan dari tangan Kyungsoo terhenti setelah Jongin menarik gadis itu untuk berbaring bersama. Ia menggulingkan tubuhnya, menempatkan tubuh besarnya menaungi tubuh mungil kekasihnya. Tawa lepasnya tiba-tiba menghilang saat melihat wajah Kyungsoo dari dekat, Ia meremas jemari kekasihnya ketika gadis itu sedikit bergerak.

Kyungsoo mendadak tenggelam dalam tatapan lembut Jongin, pipi Kyungsoo perlahan merona saat tangan kiri Jongin membelai pipinya halus. Atensi Kyungsoo sepenuhnya hanya tertuju pada Jongin. Hanya pemuda itu, pemuda yang sangat ia rindukan.

Jongin meremas jemari Kyungsoo, tak membiarkan gadis itu bergerak sedikitpun. Menatap dalam mata bulat yang kini terlihat sayu, wajahnya kini merona manis dia tidak bisa terlepas dari wajah Kyungsoo. Gadis ini selalu membuatnya terpesona, mata Jongin beralih menatap bibir hati Kyungsoo, bibir yang sudah menjadi candu untuknya.

Kyungsoo membalas remasan jemari Jongin, dia memejamkan matanya saat wajah Jongin mulai mendekat. Kyungsoo merasa terkesiap saat merasakan bibir Jongin kini sudah menempel pada permukaan bibirnya, Kyungsoo memejamkan matanya erat-erat ketika Jongin mulai melumat bibir bawah dan atasnya bergantian. Kyungsoo meraskan tangan Jongin yang tak menggenggam tangannya beralih ke tengkuknya, kepala Kyungsoo sedikit terangkat ketika pemuda itu menarik tengkuknya. Terbuai, Kyungsoo membalas ciuman kekasihnya. Salah satu tangannya yang bebas menelusup kedalam surai tebal Jongin.

Intensitas ciuman Jongin mulai berubah, lidahnya menjilat celah bibir Kyungsoo mencoba memasukinya, saat ia mendapat kesempatan ia langsung menelusupkan lidahnya.

Kyungsoo meremat pelan rambut Jongin, perutnya menegang dengan senasi menyenangkan saat Jongin mengeksplorasi mulutnya.

Kesadaran keduanya telah hilang, pikiran logis mereka terpatahkan, karena rasa mendamba kian menjadi. Mereka saling membutuhkan, melepaskan rindu yang membuncah dan hanya dengan ini mereka bisa menuntaskannya.

Jongin masih memagut Kyungsoo kasar, kemudian menjadi lembut dan mengakhirinya setelah mengecupnya dengan cara yang begitu manis. Kesadarannya menyeruak muncul ketika mendengar gadisnya melenguh.

Otaknya masih berfungsi untuk tidak melakukannya lebih, dia sudah berjanji dia tidak akan 'menyentuh' Kyungsoo sebelum gadis ini benar-benar menjadi miliknya.

Jongin menatap Kyungsoo, celah bibir gadis itu sedikit terbuka untuk meraup oksigen, Jongin menggerakan ibu jarinya untuk menghapus saliva disekitar mulut Kyungsoo. Bibir merah yang sedikit membengkak itu begitu menggoda dan ia tidak bisa menjamin, jika sekali lagi saja dia menyentuhnya sudah pasti dia tidak akan bisa mengendalikan diri.

"jangan pernah meragukan dirimu… aku mencintaimu"

Kyungsoo terpejam saat Jongin memberikan ciuman lembut dikeningnya.

Kyungsoo tersenyum sambil berbaring menyamping, sementara sosok Jongin yang kini berbaring disampingnya hanya terkekeh geli.

Kyungsoo memeluk boneka beruangnya gemas, setelah Jongin menciumnya tadi pemuda itu meraih boneka Kyungsoo dan menjadikannya sebagai batas jarak posisi mereka. Jika kalian ingin tahu sebenarnya Kyungsoo ingin sekali memeluk tubuh hangat Jongin.

"Kau tidak mau pulang?" Kyungsoo menatap Jongin sambil memeluk bonekanya,

"tadi kau melarangku untuk tidak pergi"

"nde, sekarang aku tidak melarangmu"

"kau tega menyuruhku pergi lewat balkonmu begitu? Kalau aku jatuh bagaimana?"

"kau bisa pergi lewat sana" Kyungsoo menunjuk pitu kamarnya, Jongin mengikuti arah pandang Kyungsoo kemudian ia menatap gadis mungil itu kembali.

"baiklah," ucapnya kemudian berdiri, namun Kyungsoo bergegas untuk duduk.

"benar kau akan pergi?" Kyungsoo menghentikan langkah Jongin. "Eomma appa ada dibawah," lanjutnya, Jongin menyipitkan matanya, apakah Kyungsoo mencoba mencegahnya?

"tak ada pilihan, aku akan pergi lewat balkonmu"

"JONGIN-AH hajima…

.

.

.

.

.

.

.

…tidur disini saja"

Kyungsoo berbaring terlentang dia kembali memainkan boneka beruangnya yang berukuran tidak terlalu besar. Sesekali ia menciumi ujung hidungnya, dan menggerak-gerakannya.

Sementara Jongin hanya bisa tersenyum melihat tingkah menggemaskan Kyungsoo, benarkah gadis disebelahnya ini satu tahun lebih tua darinya?

dia harus menekan hasratnya dalam-dalam ketika gadis itu kini mulai bosan dan mulai bergerak mendekat untuk memeluknya.

"pakai ini" Jongin menarik boneka yang sebelumnya dilepaskan Kyungsoo, Jongin menempatkan boneka itu diantara tubuhnya dengan Kyungsoo. Jongin tidak mau tubuh bagian depan gadis itu menempel ditubuhnya.

Kyungsoo mempoutkan bibirnya, namun tangannya sudah melingkari tubuh bagian samping Jongin. Pelukannya terhalang oleh boneka, dan itu membuatnya kesulitan untuk menyerukan kepalanya dileher Jongin.

"boneka ini mengganggu" Kyungsoo memprotes, Jongin menariknya semakin merapat "jangan mengeluh, ini untuk kebaikanmu" katanya garang. Sebenarnya Jongin bisa saja membanting Kyungsoo, dan membuat gadis ini menenangkan bagian tubuhnya yang kini meronta-ronta ingin dipuaskan. Tapi ia sudah berjanji pada Tuan Do untuk tidak menyentuh Kyungsoo sebelum ia menikahinya.

"ini mengangguku" kesal Kyungsoo lagi tanpa diduga ia melemparkan boneka beruangnya dan langsung mendekap Jongin erat, menelusupkan kepalanya diceruk leher Jongin sambil tersenyum menang. Sementara Jongin diam membeku, tidak menyangka Kyungsoo akan seagresif ini. Tidak tahukan bahwa keadaan dirinya sekarang ini sedang tersiksa karena ulah Kyungsoo.

"kau benar-benar menguji pertahananku" Jongin menggeram. Kyungsoo terkikik geli mendengarnya, sungguh dia tidak bermaksud menggoda atau membuat pertahanan Jongin runtuh tapi dia sangat merindukan aroma tubuh Jongin. selama tiga hari ini tidurnya tidak nyenyak dan biarkan saja Jongin tersiksa karena pemuda ini tanpa sengaja sudah menyiksanya pula.

"Jongin-ah aku suka pelukanmu," suara lembut Kyungsoo terdengar , "aku merindukanmu, kau tahu—"

"Diam" Kyungsoo membulatkan matanya ketika Jongin memotong ucapannya, astaga pemuda itu baru saja memerintahnya dengan nada bicara yang terdengar sedikit kasar "Diamlah dan cepat tidur" kini suara Jongin terdengar rendah. Kyungsoo pun mengangguk,

"aku pun merindukanmu hingga rasanya aku ingin memasukimu dan membuatmu lemas" Kyungsoo mendongakan wajahnya, matanya membulat menatap mata Jongin, astaga pemuda itu baru saja berbicara frontal padanya. Sesaat dia hanya diam mengamati wajah Jongin, tangannya terulur mengelus rahangnya, "walaupun aku mengizinkanmu untuk menyentuhku sekarang, aku yakin kau tidak akan melakukannya" ujar Kyungsoo, gadis itu tersenyum kemudian membalikan tubuhnya perlahan memunggungi Jongin. Jongin tersenyum, gadis itu mencoba membantu pertahanannya rupanya.

Kyungsoo merasa terkesiap saat tangan kiri Jongin melingkar diperutnya dan menariknya. Tubuhnya meringkuk saat Jongin merengkuhnya lebih dalam. Hangat sekali rasanya.

"tidurlah" Jongin berbisik setelah mencium kepala Kyungsoo sambil mengelus tangannya. "eum..jalja Jongie"

.

.

.

.

.

Epilog

Jongin bersandar di kepala ranjangnya, dengan pelan ia menghabiskan air putih dalam gelas. Setelah semalam ia hujan-hujanan dengan kekasihnya pagi ini dia jatuh sakit

Entah ini mimpi atau apa? Kai bisa melihat lagi sosok gadis yang ia cintai dulu, cinta pertamanya kini berada didepannya. Memandangnya sambil tersenyum namun kentara sekali diwajahnya cemas.

"tidurlah…kau harus istirahat" gadis itu menarik selimut hingga sebatas dada Kai setelah menaruh gelas kosong di nakas.

Xi Luhan namanya, gadis cantik berambut panjang itu menyuruh Kai untuk tidur. Kai tersenyum tanpa menuruti perintah Luhan,

"kapan kau pulang?" tanyanya menghentikan pergerakan Luhan yang sedang membenarkan kain kompres di keningnya.

"jangan sentuh aku, aku sudah punya pacar"

Kai terkekeh mendengarnya,

"aghh…" Kai menyentuh pelipisnya, akibat pergerakan kecilnya membuat kepalanya kembali pusing.

"aku bilang apa, tidurlah. Aneh sekali, seharusnya obatnya membuatmu tertidur. Masih sakit?" Luhan menyentuh pelipis Jongin dan memberikan pijatan lembut di pelipis pemuda itu.

"kapan kau pulang?"

"kemarin, maaf seharusnya aku memberitahumu juga Kyungsoo"

"aku merinduka mu" bisik Jongin, Luhan hanya tersenyum mendengarnya.

"jangan menggodaku, aku bilang aku sudah punya pacar"

"kau pikir aku tidak punya eoh?" kai tidak mau kalah, lelaki itu tersenyum singkat melihat Luhan terdiam.

"apa gadis yang mengantarmu tadi itu?"

"Baekhyun?"

"siapalah namanya"

"dia mantanku"

"lalu siapa pacarmu?"

"kau tidak perlu tahu"

"yakk nuguya…"

Jika sudah berdebat dengan Kai, Luhan tidak akan menyerah. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Kai dengan mata menyipit meminta jawaban, dan otomatis Kai menahan perempuan itu dengan menahan dahi Luhan menggunakan jari telunjukanya.

"aishh katakan siapa eoh?"

Karena terlalu kesal Luhan menepis tangan Kai, dan reflek Kai mencengkram tangan kurus yeoja cantik itu.

"Kyungsoo" jawab Kai

"eoh?"

Kai tersenyum melihat wajah cantik itu terkejut, benar-benar lucu. Sementara itu sosok gadis yang berada dibalik pintu menitikan air matanya.

.

.

.

.

.

.

End

Aku rasa ini mau fluf tapi gagal, wkwkwkwk… *masihperlubelajar

how about you readers, what do you think about my new story? Pasaran? Yah sepertinya begitu, nggak ngefeel, aku rasa begitu. Ah bodoah, yang penting ide-ide di otak sudah tertuang.

Yah semoga menghibur… RIVIEW JUSSEYOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO…

Terimakasih untuk yang review di chap pertama.

|Hugo Carbet|kyung1225|FafaSoo202|amiikim28|jihanowl7| 07|Lovesoo|Kasoomin|kaisooexo|nara|Ray KT KS CB| .imagine|kaisoov|fitriamangati|Cactus93|v3 pitchezta|jihanowl7|SehGyu|Kim Jong Soo 1214|rly|NopwillineKaisoo|hnana|mocca|kim gyuna|