Crazy Ex Boyfriend

.

.

Naruto Disclaimer Masashi Kishimoto

Warning : Alternative Universe, Out of Character, misstypo, nista, etc. Don't Like eh? Don't Read!

.

.

Sakura PoV

"Sasuke! Kembalikan ponselkuuu! Sial kau!" Aku berlari mengejar Sasuke sambil mengumpat di sepanjang koridor sekolah. Aku terus berlari tanpa memperdulikan rok sekolahku yang berkibar. Seingatku aku tak pernah melakukan hal yang kelewat batas pada Sasuke saat kami masih berpacaran. Tunggu, berhentilah berpikir yang 'iya-iya'. Maksud 'kelewat batas' di sini adalah, seperti menggangu Uchiha bungsu yang satu itu, atau menjahilinya berlebihan. Bahkan selama dua bulan kami merajut kasih, yang selalu patuh bak anak kepada orangtua adalah aku.

Kemudian dua minggu yang lalu aku dan Sasuke putus. Alasannya? Entahlah, aku tak tahu. Karena yang memutuskan hubungan kami adalah Sasuke sendiri. Sedih? Itu sudah pasti. Tapi oke, aku coba move on, walaupun aku sendiri tahu, akan susah –sangat susah move on dari orang tertampan yang pernah kutemui. Tiga hari pascaputus, hidupku masih tenang. Namun hari selanjutnya, aku hanya bisa tenang di toilet perempuan dan di rumahku. Bahkan tak jarang dia juga merusuh di rumahku, untung saja dia tak merusuh di toilet perempuan. Dia benar-benar menggila tanpa sebab.

"Sasuke... orang sinting! KEMBALIKAN ATAU AKU AKAN-" Aku akan... ayolah, otak berpikir. Aku mencoba mencari ancaman yang tepat sambil terus berlari mengejar Sasuke.

Namun tiba-tiba- "Akhh..." Dapat kurasakan tubuhku membentur sesuatu –yang kuyakini itu tubuh Sasuke dan sebuah tangan melingkari pinggangku –aku juga yakin itu tangan Sasuke. Sebenarnya itu bagus, karena kalau tangan itu tak melingkar di pinggangku dan tidak menahanku, aku -atau lebih tepatnya kami berdua akan jatuh. Ck, ternyata aku keterusan berpikir sampai tak tahu kalau dia sudah berhenti dan berbalik mengahadapku. Jadilah berakhir aku menubruknya. Bagus sekali.

Kulirik siswa-siswi yang menatap kami dengan tatapan geli. Apa mereka tidak lapar saat jam istirahat? Hah, jika saja aku tidak berurusan dengan mantan pacar gila ini, pasti aku sudah makan dengan lahap. Hm, sepertinya mereka suka dengan apa yang mereka tonton. Akan kutandai wajah kalian dan siap-siaplah dengan semprotanku. Mataku beralih menatap sengit Sasuke lagi.

"Mencoba mengancamku? Rupanya kau akan melakukan apa jika tak kukembalikan ponselmu eh?" Sasuke menyeringai. Sial yang teramat sangat, wajah kami sangat dekat. Wajah tampannya... ugh.

'Aku tahu kau tampan! Tapi bisa tidak, biarkan aku move on?!' Innerku menjerit tidak terima.

Baiklah Sakura, jangan salah fokus. Coba ambil kembali ponselmu dari tangan pria gila satu ini dulu, baru kalau kau ingin flashback di masa maso kalian berpacaran atau saat dia memelukmu juga tak apa. Perlahan tanganku menjalar ke bagian belakang tubuhku, mencoba menjangkau ponsel kesayangan yang berada di tangan Sasuke, dan tangan itu sedang memeluk pinggangku.

Bahkan tanganku belum sempat menyentuh ponsel dengan gantungan imut itu, saat tangan Sasuke melepaskan pelukannya di pinggangku dan membuat bokongku mendarat dengan tidak mulus di lantai.

"Kyaaah... akh!" Aku merasa sangat nyeri di bagian bokongku. Ha! Dengan begini tak ada lagi alasan untuk tidak menjambak rambut pantat ayamnya itu.

Melihat dia yang masih menyeringai, aku langsung bangkit dengan kecepatan kilat dan menerjangnya. "UCHIHA SIALAN!" Satu tanganku berusaha merebut ponsel, sedangkan satunya lagi menjambak rambut kebanggaannya. Rasakan itu Uchiha!

Aku terus berupaya merebut ponselku, sedangkan dia berusaha menangkap kedua tanganku. Setelah pertarungan yang cukup alot itu, akhirnya yang menang adalah Sasuke dengan dia menangkap kedua tanganku hanya dengan satu tangannya. Bagaimana bisa?! Seringai menyebalkan itu terpampang jelas di wajah angkuhnya. Dengan sekuat tenaga aku mencoba melepas cekalannya. Tapi kekuatannya seperti monster, hingga bisa melawanku dan lebih parahnya lagi dia berhasil membuatku terpojok ke dinding. Hell?! Dia... monster.

Dengan satu tangannya yang masih mencengkram erat kedua tanganku, tubuhnya menekan tubuhku ke dinding. Dia memang sinting. Bagaimana kalau ada guru yang lewat? Bayangan di sidang dalam ruang BP sudah berkeliaran di otakku.

Aku berdecak. "Ck, sebenarnya salahku itu apa sih?"

Dia tak mengacuhkanku dan malah menghidupkan ponselku yang semula kumatikan. Dia melihat lock screen ponselku sejenak.

"Buka saja kalau bisa. Kau tidak tahu passwordnya Sasuke." Aku menatapnya meremehkan.

"Benarkah?"

"Ya,"

Dan kemudian dia mengetikkan beberapa huruf kemudian menyeringai padaku. Diperlihatkannya ponselku yang sudah tak terkunci itu lagi. Aku menganga. Bagaimana bisa...

"Kau tidak mengubah password ponselmu," Lagi-lagi seringai menyebalkan itu yang dia tunjukkan. "Sasukentang busuk eh? Itu 'kan password-mu yang tak kau rubah."

Mataku terbelalak. Ah! Aku pernah memberitahunya password-ku saat dia ingin memeriksa social media-ku! Dasar... BENAR-BENAR SASUKENTANG BUSUK!

Dan akhirnya aku hanya bisa pasrah melihatnya mengutak-atik ponselku. Entah apa yang dilakukannya. Biarlah, itu ponselku, bagaimana pun pasti akan balik kepadaku. Dan aku bisa mengecek apa yang diperbuatnya nanti. Bel berbunyi saat dia selesai mengutak-atik ponselku dan memberikan ponsel tipis itu kepadaku.

Musnah sudah harapanku untuk sekadar makan roti sebentar. Dan lihatlah orang gila itu, dia berjalan santai meninggalkanku setelah sebelumnya mengacak rambut pink-ku. Aku mengehla napas dan membenahi penampilanku yang lumayan kacau. Setelah menatap tajam siswa-siswi yang masih cekikian, aku pun kembali ke kelas dengan langkah yang diseret. Rasanya sangat malas akan bertemu Uchiha Sasuke lagi, di kelas nanti.

~Crazy~

'Tuk'

"Aa... pensilku jatuh."

"Ada apa Uchiha?" Yamato-sensei menegur seseorang yang tak waras di sampingku.

"Pensilku jatuh sensei." Jawab Sasuke. Aku mendelik ke arahnya. Itu sama sekali tidak berguna. Jika pensilnya jatuh ya tinggal ambil saja. Apakah ini Uchiha jenius?

Yamato-sensei mengangguk. Sasuke merunduk kemudian mengambil pensilnya. Ya, setidaknya itu lah yang kupikir akan dia lakukan sampai sedetik setelah dia merunduk. Namun sedetik kemudian Uchiha gila itu memencet betisku menggunakan jari telunjuknya.

"Kyaaa!" Aku yang –tentu saja terkejut langsung melompat dari kursiku. Semua atensi mengarah kepadaku. Sedangkan Sasuke, tanpa disadari siapapun telah duduk santai seperti semula.

"Haruno?!" Yamato-sensei menegurku.

Aku membungkuk kemudian meminta maaf. "Gomenasai."

Setelah kelas kembali seperti semula, aku menatap tajam Sasuke yang tempat duduknya di sebelahku. Dia menyeringai ganteng –maksudku menyeringai menyebalkan. Ugh, liat saja nanti.

~Ex~

Aku menunggu Mama dengan kesal di depan pintu gerbang. Masalahnya aku udah menunggu kurang-lebih satu jam tapi Mama belum datang-datang juga. Mau dihubungi, tapi pulsaku habis. Ck, memang sial sekali aku hari ini. Dan tingkat kekesalanku semakin bertambah karena tiba-tiba Sasuke ada di sampingku. Seenak perutnya merangkulku pula.

Aku melepas paksa rangkulan Sasuke saat ponselnya berbunyi. Dengan terburu-buru aku mengangkat panggilan itu, saat tahu yang menghubungiku itu Mama.

"Halo Ma?"

"Saku-chan, sepertinya Mama belum bisa jemput sekarang. Mungkin sekitar 2 jam atau 3 jam lagi. Saku-chan pulang sendiri ya? Kunci rumah cadangan Saku-chan bawa 'kan?" Mendengar penjelasan di seberang telepon sana sukses membuat mataku melotot. HAH?! Udah nunggu dari satu jam yang lalu dan baru dikasih tahu sekarang?! Aku mengelus dadaku tabah.

"Iya, kunci rumah ada Saku bawa. Tapi, aduh maaa... kenapa baru kasih tahu Saku sekarang. 'Kan Saku jadi nunggu lama."

"Iya maaf. Jadi Saku-chan bisa pulang sendiri 'kan?"

Aku meringis. "Engg... uang saku Saku habis. Ehehe... Saku 'kan tidak tahu kalau hari ini pulang sendiri."

Terdengar helaan napas dari seberang sana. "Pinjam uang saku temannya aja dulu. Atau kalau ada yang lebih baik lagi minta antarkan saja. Aduh, sudah dulu ya Saku-chan, Mama sudah dipanggil. Dahh... hati-hati." Setelah terdengar suara berisik, panggilan diputus secara sepihak.

Untuk kesekian kalinya aku melotot lagi. Kali ini diiringi oleh hentakan kesal dari kaki jenjangku. Iya kali, jalan kaki. Rumahku lumayan jauh tahu. Hubungi Papa? Hah, Papa sedang mengurus cabang perusahaan yang baru dibuka di luar kota dan baru pulang minggu depan. Tidak mungkin aku paksa Papa pulang jauh-jauh hanya untuk menjemputku kemudian balik lagi. Siapa ya yang bisa dimintai tolong? Emm...

Aku melirik sebelahku. Di mana Sasuke masih setia berdiri sambil melihatku. "Apa lihat-lihat?!" Bentakku.

Sasuke menaikkan sebelah alisnya. "Percaya diri sekali kau ini."

"Kau memang melihatku bodoh!" Aku memalingkan wajahku. Masih berpikir bagaimana caranya aku pulang tanpa berjalan kaki. Lagian sudah satu jam sejak sekolah bubar, jadinya sekarang sekolah sepi. Siapa yang bisa kumintai tolong?! Kan tak mungkin minta tolong dengan pantat ayam ini. Aku meliriknya lagi. Lihatlah seringai menyebalkan miliknya itu. Hohoho maaf saja. Aku masih mengingat 'tittle' mantan. Lagi pula kalau dia mengantarku-

"Aku antar saja. Sekarang bukan waktunya untuk bersikap tsundere, kalau kau tak mau kakimu copot sampai rumah. Ayo," Dia menarik tanganku. Kalimat 'kalau kau tak mau kakimu copot sampai rumah' itu membuatku bungkam dan mengikutinya.

Kami berjalan ke parkiran dengan tangan yang masih berpegangan. Cih, modus. Padahal aku sudah berjalan di sampingnya.

Karena risih, aku pun mencoba melepaskan tanganku. "Sasuke... tanganku."

Dia melihat ke arah tangan kami, lalu menyeringai. "Hn, biarkan saja." Kemudian dia mempercepat jalannya menuju parkiran tanpa melepas pegangan tangannya pada tanganku.

Sepanjang perjalanan terasa canggung bagiku. Ya, hanya bagiku. Sedangkan Sasuke dengan santainya mendengarkan musik sambil tetap konsentrasi menyetir. Padahal aku sedang bersusah payah mengenyahkan ingatan-ingatan saat kami dulu juga seperti ini. Berdua di dalam mobil yang sama. Ya, dia dulu sering mengantarku.

Menyerah akan pikiranku yang susah diatur, aku pun mengambil ponsel dari tas. Ah iya, aku belum memeriksa apa yang Sasuke lakukan pada ponsel unyu-unyu milikku pada saat istirahat tadi. Satu-persatu bagian ponselku kuperiksa.

Sosial media, sip.

Kontak telepon, oke.

Memo, aman.

Aplikasi-aplikasi lainnya, tidak ada yang kurang dan tidak ada yang bertambah. Jadi apa yang dilakukannya?

"Sasu-"

"Sudah sampai." Belum sempat pertanyaanku selesai, kami sudah sampai.

Ya, ya baiklah, aku bisa menanyakannya lain kali dari pada harus lebih lama di dalam mobil ini dengannya. Dengan cepat aku mengatakan terima kasih dan keluar dari mobilnya.

Setelah membuka pagar, dengan cekatan aku mengeluarkan kunci rumah dan membuka pintu. Namun ada yang terasa janggal. Kenapa tidak ada deru halus mobil yang menandakan kalau Sasuke sudah pergi? Dan kenapa yang ada malah deru napas? Terasa sangat dekat pula. Hah... pasti Sasuke. Ini lah kalimat yang belum kuselesaikan tadi. Lagi pula kalau dia mengantarku-, dia pasti akan singgah –atau lebih tepatnya merusuh di rumahku.

Dengan perlahan aku menoleh ke arah kiri, siap-siap memukulnya dan... "Hoy!"

"Kyaaaa...! Sasuke bodoh!" Aku refleks memukul bahu yang kuyakini itu milik Sasuke. Eh? Tapi kok... suaranya Sasuke berubah? Sasuke juga jarang bilang 'Hoy'. Ini juga bukan harum Sasuke... Lantas siapa?

Aku mendongk ke atas. Oh Sasori-nii. Wait, "SASO-NII! Tu-tumben pulang cepat."

Kulihat Saso-nii tersenyum dan menyubit hidungku. "Saking sayangnya sama Sasuke, sampai apa-apa dihubungkan ke Sasuke ya?" Saso-nii melirik ke belakang. Aku mengikuti arah pandangan Saso-nii dan mendapati Sasuke sedang menyeringai. Wajahku memerah.

"Ti-tidak! Bukan begitu-"

"Sudah, jangan berbohong. Dan lagi, kalian berpacaran 'kan? Begini-begini aku mengikuti kabar tentangmu juga, Sakura." Saso-nii memotong ucapanku. Dasar Nii-chan sotoy.

Aku menggeleng. "Tidak kok. Sudah putus!" Aku memalingkan wajahku dari mereka berdua.

Saat kulirik Saso-nii, dia terlihat terkejut dan melihat Sasuke seakan meminta kepastian. Dan Sasuke hanya mengangguk lalu mengangkat bahu.

Kemudian raut terkejut Saso-nii berubah menajadi raut jahil. "Aa... souka. Tapi sebentar lagi balikan 'kan? Buktinya sekarang Sasuke mengantarmu."

"SASO-NIIIIII!" Bersamaan dengan teriakan membahana itu, Saso-nii berlari masuk ke dalam rumah. Dasar, sudah menjadi mahasiswa tapi tidak berubah juga. Sasuke menepuk bahuku kemudian masuk ke dalam rumahku tanpa izin. Sekali lagi, aku mengelus dadaku sabar. Sabar Sakura, orang sabar jidatnya lebar. Dan... jidatku memang lebar.

.

.

To Be Continued

.

.


Author's note:

Masih ada yang ingat saya? /terusajabuatfictbaru

HAHAHAH INI APAH?! SAYA AJA GAKUADH BACANYA wkwkwk xD Maaf ya, kalau tulisan saya amburegel bin amburadul :3 UAS udah selesai dan saya pun merdeka hingga muncul kembali setelah kurang-lebih sebulan gak nulis. Gatauh ini terinspirasi dari apa. Tapi mungkin dari judul film (judulnya doang). Karena belum sempat nonton, udah end aja. Judulnya Crazy Ex Girlfriend. Ada yang tau? Hahah :') Ya segini aja xD

Mind to Review?