Jongin's POV

Aku masih berada di rumah Baekhyun, kurasa Baekhyun tidak menghiraukan aku yang tinggal di sini. Aku masih belum berhubungan dengan Sehun semenjak sehari yang lalu, sejak kejadian itu. Persetan dengan ciuman ku dan Kris. Apa yang salah dari diriku, setidaknya ia seharusnya mendengarkanku. Aku di sini juga salah.

Sehun tidak pernah memberitahukan hubungan ke teman – temannya karena, teman – teman Sehun itu orang jahat. Aku tak mengerti maksud dia berkata bahwa teman – temannya jahat. Setidaknya aku harus tahu tentang beberapa teman Sehun. Kisah percintaan Baekhyun dan Chanyeol tidak serumit hubunganku dengan Sehun. Aku yang terikat dengan permintaannya. Kami berdua masih sama – sama yang takut dengan diri masing – masing.

"Jongin kau sudah bangun?" Tanya Baekhyun.

"Maaf, sudah merepotkanmu, Baekhyun." Ia menggeleng. "Tidak apa – apa," ia tersenyum membalas perkataanku.

"Apa Chanyeol sudah pulang?" aku bertanya padanya.

"Iya, dia sekarang ada di bawah." aku berlari menemui Chanyeol di bawah. Aku menuruni tangga, "Chanyeol, apa kau setelah kejadian itu selalu bersama Sehun?" ia mengangguk. "Ya, kami hanya berbicara sebentar setelah itu."

"Chan, kau tidak mengata—"

"Itu bukan urusan Jongin, sayang." Aku mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba tahu apa yang mereka pikirkan. "Memangnya kau tidak di beri kabar darinya, Kai?" aku menggeleng,persetan dengan Sehun yang pasti sibuk dengan dunianya sendiri.

Aku masih tidak mengerti bahwa pertiwa itu menimpaku. Masih ada sisa- sisa rasa ciuman yang diberikan oleh Kris. Bibirnya yang tidak bisa aku elakan sama seperti Sehun. Di sini aku tidak sepenuhnya salah. Aku hanya kehilangan kesadaranku saat kejadian itu berlangsung. Apa aku terlihat seperti jalang kemarin? Aku masih tidak mengerti bagaimana aku bisa menerima sentuhan yang Kris berikan. Mereka berdua adalah sesosok laki – laki yang berbeda, tapi kenapa bisa sama. Aku tidak mengerti. Semuanya terjadi, bukan aku yang bodoh karena permainan gila itu.

"Aku harus kuliah hari ini," kataku lesu. "Baek, aku pinjam bajumu." Ia hanya mengangguk lalu pergi ke dapur.

Aku bersiap untuk pergi ke WSU, di antar oleh Chanyeol memakai mobil sportnya.

"Chanyeol."

"Hm."

"Kau pernah berhubungan dengan Kris sebelumnya, seperti bersahabat?" tanyaku.

"Bukan urusanmu, Jongin. Kau tidak perlu tahu tentang itu." ucapnya dengan tatapan lurus ke jalan.

"Ini termasuk urusanku, karena ini ada sangkut pautnya dengan Sehun, dan Sehun itu pacarku. Apa kau tak mengerti, Chanyeol?"

Chanyeol diam mendengarkan perkataanku tadi. Apanya yang tidak ada sangkut pautnya denganku. Aku pacarnya Sehun, jadinya aku harus tahu tentang Sehun. Paling tidak dengan masa lalu kelamnya. Lagipula selama setahun aku berhubungan dengan Sehun,aku tidak pernah bertanya tentang apa – apa. Ini bermulai saat aku bertemu dengan Kris, kalau tidak dengan kata – kata tajamnya itu. aku juga tidak akan mencaritahu tentang Oh Sehun. Persetan dengan masa lalu.

"Jongin—"

"Ya, ini memang bukan urusanku." Aku menghela napas berat. Aku tidak mau lagi memikirkan itu, tapi mengapa otakku tetap memutar masalah tersebut, memintaku terus bertanya.

Aku keluar dari mobil Chanyeol dan mengucapkan terima kasih, lalu pergi memasuki kampusku. Aku tidak ingin bolos untuk pelajaran ini, karena bulan depan akan mengadakan ujian semester. Pikiranku terhenti mencari Sehun di sini. Apa hari ini tidak ada jadwal kuliah filsafat? Atau aku datang terlalu pagi?

Aku melihat sekeliling mencari Sehun, setidaknya hanya bertatap muka dengannya, meski aku tau dia masih marah denganku , karena kejadian kemarinmalam. Aku masih mengingat wajahnya yang tersirat marah, rahangnya terkatup kuat sambil menatapku. Tatapan tajamnya yang marah, karena kejadian ciumanku dengan Sehun. Dia yang betapa cemburu melihatku berciuman dengan Kris.

Aku tidak terlihat begitu serius hari ini untuk mempersiapkan ujian bulan depan, pikiraku masih dengan kejadian kemarin. Aku tak tau harus berlaku apa hari ini jika bertemu dengannya. Tentu saja aku tidak akan langsung meminta maaf denganya. Ia juga tidak mendengarkan penjelasanku sebelumnya. Ia hanya langsung menyuruhku untuk pulang tanpa mendengarkan terlebih dahulu. Aku tidak melakukan apa – apa saat ia mencium Brenda, setidaknya aku berpikir itu bukan apa – apa melihat dirinya berciuman. Aku berpikir ini tidak adil saat dirinya bisa bercumbu dengan semua orang tapi aku tidak bisa. Ia terlihat mengikat diriku dalam dirinya.

"Kai, kau baik – baik saja?" Tanya seseorang di sebelahku. Dia itu Mark teman satu jurusan denganku.

Aku menggeleng menjawabnya. "Tidak seperti biasanya, kau tidak dengan pacar bertattoo-mu."

"Aku tidak tahu di mana dia sekarang, aku tidak ingin membahasnya."

"Kalian bertengkar."

"Ya, bisa dikatakan begitu." Ia terkekeh mendengarkan perkataanku. Pembicaraan kami hanya sampai di situ saja.

Aku berpikir apakah kami bertengkar, mungkin bisa dikatakan benar, karena Sehun marah denganku. Marah dengan Kris, marah dengan ciuman tersebut. Diriku tidak berhenti memikirkan kejadian kemarin, karena aku belum bertemu dengan Sehun, setidaknya memberikan penjelasan, yang kata Baekhyun tidak masuk akal. Memang seperti itu yang aku rasakan pada kejadian kemarin. Yang katanya ia juga akan, jika ia menjadi Sehun. Bagaimana kalau ia menjadi diriku, ia pasti akan bingung dengan apa yang terjadi.

Waktu kuliahku selesai, aku segera menyiapkan diriku untuk keluar. "Kai, kai di sini sebentar." Pinta dosenku untuk berada di ruang audio visual.

"Kulihat sedari tadi kau melamun, ku harap kau tidak mengulanginya lagi, Kai. Kau itu sangat berpotensi." Ucapnya.

"Kau terlihat ada masalah, Kai." Katanya.

Aku menggeleng lalu tersenyum kepadanya. "Aku tidak apa – apa."

"Jangan melamun lagi." Ucapnya lalu meninggalkanku.

"Ya, Prof."

Aku di sini masih bergelut dengan masalahku, aku bukan tipe orang yang akan melupakan semua kejadian yang kualami.

Lalu dosenku yang tahu dengan gerak – gerikku, terlihat acuh dengan mata pelajarannya.

Aku lalu keluar dari ruang audio visual. "Kenapa lebih lama keluar?" Tanya Sehun. mengapa ia mendatangiku di saat aku tidak ingin berbicara dengannya.

Ia mengikutiku keluar dari ruangan lalu melewati lorong yang penuh dengan mahasiswa lain. "Aku hanya berbicara sebentar dengan dosenku."

"Apa kau menggoda dosen mudamu itu, Jongin?" Aku mengerang kesal mendengar perkataan Sehun. Apa maksud dirinya berkata seperti itu denganku. Ya, dosen pembimbingku memang terlihat masih muda, ia berumur di bawah 40 tahun. Tapi kurasa ia sudah memiliki pendamping. Aku juga tidak mungkin menyukai dosenku sendiri.

"Apa maksudmu, Sehun?" kataku marah dengan menantap matanya. Aku tidak suka jika Sehun berlaku seperti itu kepadaku. Ia kadang terlalu posesif.

"Atau kau bermain di belakangku dengan dosen muda itu, Jongin."

"Aku tidak melakukan apa – apa dengannya. Mengapa kau berkata seperti itu, jika kau tidak tahu tentang apa – apa? Apa maksudmu dengan mengatakan seperti itu," ucapku geram.

"Lalu?" tanyanya lagi.

"Ia hanya menyuruhku untuk tidak melamun, karena bulan depan ujian itu saja." Lalu aku berjalan mendahuluinya.

"Jongin, jangan harap masalah kita yang kemarin sudah selesai." Aku terdiam menatapnya, mengapa Sehun mengatakan seperti itu. Kukira ia akan melupakan kejdian itu.

"Aku bukan tipe yang akan melupakan kejadian tersebut, Jongin."

"Lalu bagaimana denganmu, kau mengapa mencium Brenda bukan aku, lalu apa arti hubungan kita selama ini?" Ia menarikku ke parkiran, ia menggenggam tanganku kuat, aku yakin ini lengan tanganku akan iritasi, karena perlakuan kasarnya.

Aku ingin menangis melihat dirinya, apa ia tidak mengerti tentang perasaan yang ku derita? Apa ia tidak mengerti dengan bebanku yang ku tanggung, aku mencoba untuk tidak memikirkan apa yang terjadi kemarin, aku mencoba menghindarinya, tapi dia datang dengan berkata seperti itu. Lalu apa arti hidupku di matanya karenakejadian seperti ini.

"Mereka semua orang jahat, Jongin. Kau tidak akan mengerti dengan apa yang nanti mereka lakukan kepadamu nanti." Ucapannya selalu sama, lalu kapan aku bisa bergerak dengan leluasa tanpa naungan dirinya. Aku lelah, Sehun. Asal kau tahu itu.

"Kau juga tidak akan mengerti dengan apa yang terjadi padaku dengan Kris, kemarin malam."

"Aku bingung Sehun, untuk mengatakannya kepadamu, diriku bimbang untuk mengucapkannya. Ini tidak seperti yang kau lihat, kau tidak mengerti bagaimana perasaanku saat ia menciumku."

"Apa kau menikmati ciuman itu?" tanyanya.

Aku mengangguk.

Ia mengerang marah. "Kau, mak—"

"Bukan seperti itu Sehun. Aku tahu seharusnya aku menolak ciuman itu, tapi tidak bisa karena perlakuan Kris tersebut sangat mirip, tidak. Mungkin seperti perlakuan—"

"Perlakuan diriku kepadamu." Ucapnya. Ia menghela napas berat.

"Aku tidak menyukai perkataanmu tadi, jelas aku tidak sama dengan bajingan itu, Jongin." Desau napasnya mendekat ke wajahku. Apa yang akan dia lakukan lagi kepadaku.

"Sehun…" ia menangkup wajahku lalu membawa kami ke perlakuan dirinya yang membuat diriku tenggelam. Aku mendesah dalam ciuman.

"Kau tidak bisa mengucapkan bahwa diriku sama dengannya. Kau perlu diberikan hukuman, Jongin." Lalu Sehun menyeringai nakal menciumku dengan ganas. Aku mendesah kuat, memberinya ruangan untuk menenggelamkanku dalam ciumannya yang sangat dalam.

A/N

late update, so sorry. please i need your opinion about this fic. kasih juga dong ide - ide kalian di reviews,