Chapter 3

LIGHTSABER

Author: RyeoKaiSoo/ Park EunRim

Cast: Member Exo and etc

Rated: T

Pairing: HunKai

Genre: Romance, sci-fi, friendship, action, etc.

Disclaimer: EXO punya Tuhan Yang Maha Esa, SM Ent, EXO L, orangtua dll. Tapi cerita ini punyaku ^_^! Jadi aku pinjam EXOnya ya? Inspirasi by EXO-Light saber

Summary: Keadaan dunia tahun 3015, semua orang semakin sibuk dengan urusan pribadinya, individualisme semakin tinggi. Orang yang tidak memiliki uang tidak akan bertahan hidup, orang yang memiliki uang akan berkuasa atas orang yang tidak memiliki uang. Kejam? Tapi ini hidup yang dijalani manusia tahun 3015. (ff HunKai pertama, tdk suka Yaoi menjauh, maksa silahkan)

Warning: Yaoi, typo, tidak sesuai EYD, cerita pasaran, alur kecepetan dll.

"Kau siapa?"

"Hanya seorang pemulung"

"Kau gila barang seperti ini bisa mengahancurkan bumi?"

"Aku tidak akan menahan perasaanku lagi"

Jongin menyebrangi jalan dengan bebasnya, ia tidak peduli ada beberapa mobil dan motor terbang mengumpatnya. Yang jelas Jongin ingin mejauhi tempat ini, kembali ke rumah lalu mengurung diri selama beberapa hari. Jongin benar-benar mirip orang gila, tidak mempedulikan mobil pribadi atau truk yang dikenderai robot menampilkan warna merah yang berarti robot tersebut marah. Jongin tidak peduli, ia menyetop bus di tengah jalan lalu duduk di kursi terdekat, ia mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Ia berjalan lumayan jauh dari tempatnya tadi, Jongin merogoh saku celanya lalu mencari kontak nama lain selain Baekhyun.

"Kris" panggil Jongin setelah terhubung dengan orang bernama Kris itu, sahabatnya yang bekerja sebagai pemadam kebakaran.

"Annyeong, Jongin Waegeurae?" tanya Kris. Jongin berusaha bicara meskipun nafasnya terngah-engah. Marathon seperti ini benar-benar menyiksanya.

"Eodisseo?"

"Di kantor pemadam kebakaran, Wae?" jawab Kris. Jongin mengernyit melihat kaca cembung yang berada di dalam bus menampilkan pantulan refleksi seseorang. Orang itu adalah Sehun.

"Aku akan ke sana" ucap Jongin lalu menekan tombol berwarna merah, memutus sambungan telfonnya. Ia semakin berdecih kesal melihat wajah Sehun menampilkan senyum manisnya, tunggu apa dia barusan memuji senyum Sehun.

"Hell?! aku harus benar-benar pergi" Jongin bangun dari bangku tempatnya duduk lalu membuka pintu bus dan langsung melompat keluar. Orang-orang dan beberapa robot yang melihat aksi ekstrem Jongin berdecak dan berteriak histeris. Sehun yang melihat itu tersenyum lalu ikut melompat keluar dari dalam bus melalui jendela bus yang terbuka lebar.

"Kau tidak bisa kabur, karena sekarang kau benar-benar terlibat" ucap Sehun lalu berjalan berlawanan arah dengan Jongin. Ia harus mengurus satu hal dan mengambil sesuatu yang sudah lama diberikan padanya.

.

.

Chanyeol berjalan dengan kepala menunduk, topi yang menutupi setengah matanya, dan jaket super tebal melekat pada tubuhnya. Meskipun tubuhnya sudah berkeringat dan lengket, ia harus melakukan ini agar tidak ada yang curiga dengan dirinya. Karena ketua mafia itu memiliki mata-mata yang tersebar hampir diseluruh kota Seoul ini.

"Seharusnya aku menurut pada Sehun, kalau saja… penyesalan memang selalu di belakang" gumam Chanyeol masih menyalahkan dirinya sendiri. Tepat setelah Chanyeol pergi, sekilas dirinya melihat orang-orang masuk ke dalam rumah membongkar setiap sudut rumah mencari baterai itu. Tapi Chanyeol lebih pintar untuk menyembunyikan hasil ciptaannya.

"Kau harus bisa menjaganya" ucap Chanyeol penuh harap, ia berjalan lurus ke depan tanpa menoleh ke belakang atau kanan kiri, berjalan seperti orang normal tapi berpakaian tidak seperti orang normal.

Dari arah lain, Baekhyun sedang berlari tergesa-gesa menengok ke setiap restorant mencari Jongin tapi hasilnya nihil. Karena terlalu cepat berlari, konsentrasinya terpecah anatara focus berjalan dan focus meneliti setiap orang.

"Eodiya?" gumam Baekhyun hampir seperti menangis. Bisa-bisa ia digantung oleh Krystal karena tidak menjaga kakaknya baik-baik.

BRUK

Baekhyun dan Chanyeol bertabrakan seperti Sehun dan Jongin. Mereka saling berpandangan, Baekhyun siap melemparkan sebuah umpatan kalau saja ia tidak menyadari wajah orang yang menabraknya ini.

"Aku seperti pernah melihatmu" Chanyeol yang sadar topinya terlepas segera memakainya lalu menarik Baekhyun untuk berdiri. Ia melirik ke kanan dan kirinya. Beberapa orang berjas dan berkacamata mulai meliriknya dan menghampirinya.

"Kau…"

"Aku tidak punya waktu, kita harus benar-benar pergi" tanpa permisi Chanyeol menarik Baekhyun untuk mengikutinya berlari. Baekhyun yang tidak siap, reflek ikut berlari. Chanyeol semakin mempercepat larinya menjauhi orang-orang mafia itu. Benar saja, beberapa orang berjas mulai mengejar dirinya dan Baekhyun.

"Nuguseyo? Kenapa kau dikejar orang berjas hitam itu" tanya Baekhyun disela-sela nafasnya yang sedikti terengah-engah karena berlari lumayan kencang seperti ini.

"Aku bukan orang jahat tapi aku orang pintar yang sedang mereka incar"

"MWO?!" teriak Baekhyun tidak percaya. Apa mungkin ia mengalamai apa yang terjadi seperti di film-film? Orang yang sedang menariknya ini sedang diincar untuk menjadi kelinci percobaan? Apa nanti orang ini akan di bedah otaknya?

"Apa kau kelinci percobaan mereka yang kabur?" tanya Baekhyun lagi. Chanyeol hanya mengangguk, keadaannya sekarang mirip seperti itu.

"Kau harus melawannya! Percuma saja kita lari seperti ini, kita harus menghadapi mereka" saran Baekhyun. Chanyeol diam memikirkan saran Baekhyun, ia memberhentikan langkahnya lalu membuat dirinya menjadi tameng untuk Baekhyun. Tanpa sadar tangan mereka bertautan.

"Kau berhenti berlari?" tanya salah satu pria. Chanyeol menarik nafas dalam-dalam lalu menendang salah satu pria yang mendekati Baekhyun.

"Kau bisa berkelahi?"

"Anni, itu hanya keberuntungan" Baekhyun melotot mendengar kejujuran Chanyeol yang tidak tepat waktu. Ia terpaksa ikut menendang pria yang mendekatinya.

"Apa kau ada ide lain?" tanya Baekhyun disela-sela tangannya yang menjambaki dan memukuli pria-pria berbadan besar yang terus mendekatinya.

"Ada" jawab Chanyeol setelah menendang pria yang berbadan lebih besar dari dirinya.

"Mwo?" tanya Baekhyun. Chanyeol menarik tangan Baekhyun lalu menendang pria yang menjadi pintu bagi ia dan Baekhyun lari lagi. Baekhyun melotot kesal, ia harus lagi dengan pria asing yang membuatnya harus berlarian seperti ini. Chanyeol masuk ke sebuah gang kecil yang hanya cukup untuk dua orang, tempat bersembunyi yang sedikit baik. Baekhyun menatap Chanyeol yang terlihat sangat kelelahan, tangan mereka masih berpegangan erat.

"Nuguseyo?" tanya Baekhyun setelah nafasnya kembali normal. Chanyeol melepas genggaman tangannya lalu melirik keluar gang.

"Aku bukan orang jahat, aku orang baik dan pintar yang sedang mereka incar. Namaku Park Chanyeol" jawab Chanyeol sejelas-jelasnya. Baekhyun menangguk paham lalu berniat pergi tapi Chanyeol menahannya.

"Mereka sudah mengenalimu. Mereka akan mengejarmu meskipun kau tidak mengenaliku. Kau sudah terlibat dalam masalahku, kau tidak bisa pergi. Mereka pasti sudah berada di tempat kerjamu dan mencari orang terdekatmu" Baekhyun melepas tangan Chanyeol lalu berjalan pergi. Tapi baru saja 4 detik keluar orang-orang berjas menghampirinya.

"Aku sudah bilang" ucap Chanyeol yang tiba-tiba muncul dan menarik Baekhyun agar ikut berlari juga. Hari yang sangat sial menurut Baekhyun, ia bertemu dengan orang incaran mafia ini.

"Aku lelah Chanyeol" adu Baekhyun, nafasnya sudah tidak normal dan ia mulai melambat. Matahari memang tak terlihat tapi sinarnya sangat panas saat mencapai bumi, mungkin karena ozon yang semakin menipis.

Chanyeol berdecak kesal lalu menggendong Baekhyun yang ia pikir berat ternyata enteng. Awalnya ia ingin berteriak dan meminta turun tapi pria-pria itu semakin mengejar mereka. Chanyeol melirik beberapa mobil yang terparkir dengan teliti, kira-kira mana mobil yang tidak diberi password.

"Mobil itu" Chanyeol membuka mobil berwarna hitam yang sedikit buluk, mungkin karena buluk itu mobil ini tidak canggih. Ia masukkan Baekhyun dengan kasar ke dalam mobil lalu menyalakan mobil yang ternyata…

"Shit! Mobil ini terbang, aku tidak punya SIM Mobil terbang" umpat Chanyeol setelah mobil ini menyala dan melaju lumayan kencang. Mobil ini memang buluk tapi sepertinya itu hanya casing nya supaya tidak ada yang berniat mencurinya.

"Lewati saja polisi robot itu, kita harus kabur dari pria-pria itu sebelum mereka memakai mobil dan mengejar kita" perintah Baekhyun. Chanyeol menekan salah satu tombol yang berfungsi untuk mempercepat laju mobil ini.

"Kita akan kabur kemana?" tanya Baekhyun pelan. Chanyeol menatap kaca depannya yang menampilkan layar GPS.

"Aku harus menyerahkan alat ini" ucap Chanyeol singkat. Baekhyun hanya diam menatap Chanyeol dari ekor matanya. Pria misterius, menarik dan tampan tapi sepertinya Baekhyun pernah melihat pria ini. Baekhyun mengeluarkan ponselnya lalu mengetik beberapa pesan untuk Jongin.

'Jongin, aku akan pergi bersama temanku beberapa hari. Kau jaga rumah dan sembunyikan robot-robot yang sudah kau perbaiki. Aku mempunyai firasat buruk, sesuatu yang buruk akan terjadi. Intinya, jaga rumah selama aku pergi bye ^^'

.

.

Jongin memakai tudung hoodie jaketnya meskipun cuaca siang ini sangat panas. Ia harus menutupi wajahnya karena ia masuk TV dan menjadi berita acara utama.

"Ada apa kau mau menemuiku? Cuaca sedang panas kenapa memakai jaket?" tanya Kris sambil memberikan satu gelas minuman dingin pada Jongin.

"Aku gila Kris" jawab Jongin sebelum meneguk habis minumannya. Kris mengernyit bingung mendengar jawaban Jongin.

"Micheoseo? Mwogeurae?" tanya Kris. Jongin menatap kesal sahabatnya lalu menunjuk TV yang ada di kantor pedama kebarakan ini. Kris mengangguk paham, sahabatnya masuk TV sebagai berita utama.

"Aku tidak mengenalnya tapi dia terus mengikutiku. Aku hanya berpapasan dengannya di jalan, dia membantuku memunguti barang belanjaanku. Hanya itu saja tapi aku masuk ke dalam masalah besar" Jongin mengambil nafas banyak-banyak karena ia bicara dalam satu tarikan nafas.

"Aku dikejar pria berjas, aku mengendarai mobil yang sangat canggih dan aku baru pertama kali melihat mobil itu bahkan SIM pun aku tidak punya. Kenapa bisa? Karena dia? Dia siapa? Aku juga tidak tahu. Aku pikir aku akan mati di jalan tadi" ucap Jongin seperti orang yang sedang melaporkan sebuah kasus pada polisi. Polisinya adalah Kris yang dengan senang hati mendengar sahabatnya ini.

"Aku benar-benar tidak tahu mobil itu, aku memencet banyak tombol sembarangan dan untung saja itu berhasil. Dia naik ke atap mobil, masuk ke dalam mobil, mengendarai mobil hingga keluar jalur lalu mengendarai mobil terbalik. Aku tadi sangat ingin muntah saat di mobil itu dan dia malah tersenyum. Aku? Aku hanya diam seperti orang gila. Ya, aku orang gila! A-K-U-O-R-A-N-G-G-I-L-A" Kris menangguk paham lalu memberikan minumannya yang sudah tidak dingin pada Jongin. Jongin menerimanya dengan senang hati.

"Dia, dia itu siapa?" tanya Kris. Belum sempat menjawab orang yang sedari tadi Jongin bicarakan muncul dan menarik Jongin keluar.

"YA! Hajim! Hajima! Lepaskan tanganmu!" pinta Jongin, orang itu-Sehun mengeluarkan sebuah borgol, ia memborgol tangan kiri Jongin lalu memborgol tangan kanannya.

"YA! Apa salahku?" tanya Jongin. Sehun membuka pintu mobilnya lalu memasukkan Jongin paksa.

"Ya! Nuguseyo? Kenapa membawa Jongin dengan paksa" ucap Kris mencegat Sehun yang berniat menutup pintu mobilnya. Sehun melepas borgol di tangannya menggantinya dengan pintu mobil.

"Ini urusanku"

"Urusanmu berkaitan dengan Jongin. Aku harus tahu kenapa, kau tidak lihat wajahnya sangat ketakutan" marah Kris. Sehun membalikkan tubuhnya lalu memukul sisi wajah Kris sangat keras hingga membuat Kris jatuh ke aspal.

"KRIS!" Sehun mengeluarkan pistol lalu menembak tepat di kaki Kris. Jongin berteriak histeris melihat kaki sahabatnya berdarah.

"Apa yang kau lakukan?!" teriak Jongin berusaha berjalan menghampiri Kris tapi borgol persetan ini yang menghalanginya. Sehun mendorong Jongin masuk ke dalam mobil sebelum itu melepas borgol Jongin di pintu mobil.

Sehun mengenderai mobilnya dengan satu tangan karena tangan satunya ia gunakan untuk menahan tangan Jongin.

"Lepaskan borgol kuno ini. Aku harus pulang ke rumahku" perintah Jongin.

"Tidak bisa, kau sudah terlibat padaku. Seharusnya kejadian menabrakmu itu tidak pernah terjadi mungkin kau tidak akan aku ajak seperti ini" ucap Sehun datar. Jongin menatap tidak percaya Sehun berkata datar dan sangat santai sekali.

"Sehun, aku tidak tahu kau siapa dan aku tidak mau tahu urusanmu dengan pria berjas tadi yang aku mau turunkan aku di tempat pembuangan sampah" pinta Jongin, tangannya terus bergerak untuk membuka borgol kuno ini tapi sepertinya ini dipakaikan password.

"Aku tidak mengenalmu dan aku tidak tahu apa salahku. Aku harus pulang, aku harus hidup karena satu minggu lagi aku harus menghadiri acara penting di tempat adikku"

"Kau tidak salah. Aku yang salah, kalau kau aku lepaskan nyawamu tidak akan selamat" Jongin berteriak frustasi.

"Jebal! Keluarkan aku turunkan aku! Aku tidak mengenalmu dan aku tidak mempercayaimu" Sehun semakin melajukan mobilnya meskipun tangannya yang terbogol dengan Jongin memerah karena entah badan atau tangan Jongin selalu bergerak.

"Kenapa kau menembak Kris? Dia tidak salah bagaimana kalau dia mati?" tanya Jongin khawatir dengan kondisi Kris saat ini. Sehun menghela nafas melihat orang yang ada di sampingnya ini masih sempat-sempatnya memikirkan orang lain.

"Dia tidak akan mati, aku hanya menembak kulit bagian luar. Mungkin hanya pendarahan kecil, tidak usah khwatir" jelas Sehun lalu membelokkan mobilnya kea rah kanan. Terpaksa ia harus menggunakan barang hibah dari orang yang tidak ia sukai sama sekali, tapi mau bagaimana lagi? Mafia sialan itu pasti sudah mengenali mobil ini dan pasti akan mencari mobil ini.

"Kau menembaknya bagaimana aku tidak khwatir? Turunkan aku Oh Sehun!" pinta Jongin kesal. Sehun sampai di tempat tujuan, ia mengrem mobilnya dengan kasar sampai-sampai kepala Jongin hampir mengenai dasbor mobilnya.

"Kau tidak ada pilihan lain. Sekarang mau tidak mau kau harus ikut denganku, mereka bukan orang sembarangan yang dengan mudah akan ditangkap oleh polisi. Mereka sangat berbahaya, mereka memiliki banyak anak buah yang akan mencarimu bahkan sampai di sudut bumi yang sudah kotor ini. Mau tidak mau sekarang kau harus mempercayaiku, jika tidak…" ucap Sehun kesal. Sehun melepas borgol Jongin dan dirinya lalu menatap mata Jongin yang nampak lelah dengan kejadian hari ini.

"Bukan hanya nyawamu, nyawa sahabat-sahabatmu, saudara, orangtua, atau siapapun akan terancam. Meskipun kau sudah berulang kali mengatakan kau tidak mengenalku dan tidak mengetahui benda itu kau akan tetap dicari. Sekarang aku serahkan semua keputusan padamu" ucap Sehun kali ini dengan suara yang mulai melembut. Ia keluar dari mobil membawa dua buah tas dan sebuah kotak kecil. Jongin terdiam dan merenungi ucapan Sehun. Apa benar ia terlibat dalam masalah sebesar itu?

Jongin keluar dari mobil putih ini, ia tatap Sehun yang sedang memasukkan dua ransel dan dua kardus entah berisi apa ke dalam bagasi. Ia mengernyit melihat darah mengalir dari pergelangan tangan Sehun. Apa Sehun terluka saat Jongin tadi bersikeras ingin keluar? Rasa bersalah dan kasihan mulai muncul di hati Jongin.

"Oh Sehun" panggil Jongin pelan. Ia menghampiri Sehun lalu membalut luka Sehun dengan robekan kaosnya sendiri.

"Aku akan mempercayaimu. Minimal lindungi aku hingga minggu depan" ucap Jongin menyetuji permintaan Sehun agar dirinya mengikuti Sehun.

"Jinjja?"

"Nde, aku tidak ingin orang yang aku sayangi pergi karena keegoisanku" jawab Jongin menatap pergelangan tangan Sehun yang sekarang sudah berbalut robekan kaosnya. Sehun tersenyum simpul lalu kembali memasukkan barang-barangnya. Jongin tersenyum penuh arti mengingat keseriusan Sehun di mobil tadi.

.

.

.

Di tempat pembuangan sampah tempat Jongin dan Baekhyun biasa bekerja sekarang seperti tanah tragedy. Para pemulung di introgasi dengan pertanyaan yang sama yaitu, dimana Baekhyun dan Jongin. Yang mengintrogasi mereka adalah orang suruhan Tuan Choi SeungHyun. Pemimpin mafia dari segela kelompok mafia, ia pemimpin berdarah dingin yang ingin menguasai dunia. Ambisinya hampir berjalan kalau saja si Oh-bastrad-Sehun tidak merusaknya dengan membawa barang miliknya yaitu, batre buatan Park Chanyeol.

"Maafkan saya Tuan. Kami kehilangan jejak Jongin, Sehun atau Chanyeol, Baekhyun" Seunghyun menggeram kesal lalu menghancurkan apapun yang ada di dekatnya dengan tangan robotnya yang berwarna merah.

"Shit! Batre itu harus menjadi milikku. Sekalipun aku harus membunuh presiden aku rela asalkan mendapat batre itu. Oh bastrad sialan Sehun" umpat Seunghyun penuh emosi. Seunghyun berjalan pergi dari tempat pembuangan sampah tapi ia sebelum masuk ke dalam mobil terbangnya ia menjetikkan jarinya cukup keras. Beberapa robot datang lalu memusnahkan orang-orang suruhannya yang gagal mengejar Sehun atau Chanyeol.

"Kwon JiYong" panggil Seunghyun. Seorang namja cantik berpakaian seperti wanita datang memberikannya beberapa lempengan besi.

"Kemungkinan besar mereka ada di tiga daerah itu" ucap JiYong. Seunghyun mengangguk lalu berdiri menghampiri JiYong yang sudah membuka blazer nya.

"Kau memang sudah tahu" Seunghyun melumat kasar bibir JiYoung lalu menjatuhkannya di Kasur lalu menutup sebuah tirai agar aktivitas panas mereka tidak diketahui orang lain. Selain tangan kanan Seunghyun, JiYoun merangkap sebagai slave pribadi Seunghyun. Cinta? Sepertinya kata itu tidak pernah ada di kamus Seunghyun.

.

.

.

Chanyeol memberhentikan mobil entah milik siapa ini disebuah tempat… lebih tepat disebut sebuah gedung percobaan pribadinya. Baekhyun mengikutinya dengan setia, ia tidak ada pilihan lain selain mengikuti pria asing tapi sepertinya Baekhyun pernah melihatnya.

Chanyeol masuk ke salah satu ruang pribadinya dengan kaca sebagai dindingnya. Ia membuka tasnya yang berisi alat-alat yang entah apa saja itu.

"Wow, daebak" puji Baekhyun melihat Chanyeol merangkai semua kerangka super kecil itu. Setelahnya Chanyeol menuliskan beberapa sandi yang hanya diketahu oleh Sehun artinya tapi entah suruhan Seunghyun biasanya pintar-pintar.

"Apa itu artinya?" tanya Baekhyun penasaran. Chanyeol diam tidak menjawab lalu menarik Baekhyun untuk keluar dari gudang aneh itu.

"Kenapa kita keluar lagi? Bukankah kita aman disana?" tannya Baekhyun. Chanyeol menoleh ke kanan, kiri dan atas memastikan tidak ada orang di sini.

"Aku tahu tempat yang lebih aman, aku tadi menuliskan sebuah sandi untuk temanku agar ke tempat yang aman" Baekhyun mengernyit mendengar tempat aman yang dimaksud Chanyeol sedari tadi.

"Ngomong-ngomong benda apa yang kau rakit itu?" tanya Baekhyun. Chanyeol menatap Baekhyun yang nampak polos dan jujur juga sepertinya bisa menyimpan rahasia.

"Aku tertipu oleh seorang professor yang ternyata suruhan orang-orang mafia. Aku menciptakan sebuah alat tapi alat itu percuma saja dimiliki jika pengontrol ini tidak ada" ucap Chanyeol menunjuk gudangnya sendiri. Baekhyun mengangguk lalu menatap langit yang sepertinya terlihat akan malam. Penduduk bumi sedikit sulit membedakan siang dan malam karena sama-sama gelap mungkin bedanya suhu, kalau siang sangat panas tapi kalau malam sangat dingin.

"Kajja!" ajak Chanyeol dengan tangan terjulur ke Baekhyun. Baekhyun menerimanya dan mereka berjalan kaki menuju tempat aman itu tapi sebelum itu mereka akan mencuri mobil lagi.

.

.

.

Jongin keluar dari mini market dengan pandangan mengarah ke TV. Ia dan Kris masuk dalam berita utama termasuk Sehun. Ia menghampiri mobil Sehun lalu masuk ke dalam dengan membawa pakaian tebal untuk Sehun.

"Pakailah, suhu semakin dingin nanti" saran Jongin. Sehun mengangguk lalu mengenakannya, mereka melanjutkan perjalanan dengan diam. Jongin melirik Sehun yang nampak berpikir keras.

"Kau sebenarnya siapa? Kenapa bisa kau berurusan dengan orang seperti itu?" tanya Jongin penasaran. Sehun menghela nafas mengingat Chanyeol yang pasti memilih tempat itu untuk bersembunyi.

"Aku dan temanku hanya seorang polisi yang tidak terpakai. Temanku yang sangat jenius terjebak oleh tipuan suruhan orang mafia dan sialnya di menitipkan barang ciptaannya padaku" Jongin mengernyit melihat sebuah batre dikeluarkan oleh Sehun. Batre model jaman dulu sekali.

"Batre ini menyimpan energy yang dapat digunakan untuk ribuah tahun tapi jika orang salah menggunakannya batre ini bisa menghancurkan bumi. Energy altertnative yang sedang dicari untuk menggantikan sinar matahari. Kau tahu sendiri kan bulan saja tidak terlihat apalagi matahari meskipun kita merasakan sinarnya yang sangat panas. Batre ini bisa digunakan untuk menggantikan matahari tapi harus menggunakan alat pengontrol yang dibawa oleh temanku" Jongin melongo mendengar penjelasan Sehun soal benda yang sedang ia pegang.

"Micheoseo? Barang seperti ini bisa mengahancurkan bumi?" tanya Jongin masih tidak percaya. Sehun mengangguk lalu kembali memasukkan batre itu ke kotaknya.

"Batre ini namanya lightsaber. Jika benda ini benar-benar jatuh pada mafia Choi Seunghyun bumi ini akan benar-benar tamat" ucap Sehun membayangkan benda ini jatuh ke tangan yang salah. Jongin menatap langit yang sangat gelap dengan sedih.

"Bumi ini sudah hancur dan kotor, kalau kita tidak bisa menjaganya paling tidak kita tidak boleh menambah bumi ini semakin hancur. Karena itu aku memilih pekerjaan pemulung, meskipun dianggap sebelah mata kami sedikit membantu agar bumi ini tidak semakin parah. Tidak seperti mereka kaum atas, ya kan?" tanya Jongin. Sehun mengangguk lalu memencet tombol agar bangku penumpang Jongin turun.

"Tidurlah, besok adalah hari yang sangat melelahkan. Jadi, tidurlah dengan nyenyak" perintah Sehun. Jongin berdecih melihat sikap dingin Sehun, ia merapatkan jaketnya melindungi tubuhnya dari udara dingin yang cukup menusuk. Tanpa Jongin sadari Sehun tersenyum kecil.

"Kau tidak tidur?" tanya Jongin yang bersiap-siap tidur dengan posisi menghadap ke Sehun.

"Aku akan tidur" jawab Sehun, ia memencet dua tombol sekaligus. Tombol pertama memberi perintah agar mobil ini melaju sendiri sementara tombol kedua merubah bangku Sehun menjadi telentang dan menyatu dengan bangku Jongin. Jongin yang sedikit terkejut tidak sempat menahan tubuhnya untuk tidak condong ke depan. Tubuh mereka lumayan dekat bahkan hidung mereka nyaris bersentuhan. Sehun berdehem lalu berbalik memunggungi Jongin.

"Good Night" ucap Sehun datar. Jongin kembali berdecih ia ikut-ikutan tidur memunggungi Sehun. Mereka bertahan dalam posisi ini sekitar 2 jam. 2 jam kemudia Sehun merubah posisi tidurnya menjadi telentang tidak lama Jongin ikut terlentang lengan Sehun yang kekar ia gunakan untuk menjadi bantal. Tubuh mereka semakin bahkan hidung mereka sedikit bersentuhan. Selain itu, tangan Sehun bergerak seperti memeluk guling pada itu tubuh Jongin. Malam yang cukup romantis tanpa mereka sadari.

To Be Continue

(TBC)

Annyeong! Aku kembali dengan chapter 3? Gimana feel hunkai nya? Dapet nggak? Penggambaran buminya? Semoga sedikit jelas ya. Oke… seperti biasa,

Please RnR