Chapter IV


Hinata sengaja duduk sendirian di kursi pojokan kantin. Jantungnya tidak bisa berdetak normal seperti sebelum-sebelumnya. Menghirup udara, menghembuskan lewat mulut, begitu terus. Nyatanya, degub jantungnya masih bertalu-talu. Kemudian, dengan pelan ia memukul-mukul pelan dadanya. Siapa tahu jantungnya mau berkompromi.

"Nanti jantungmu lepas."

Hinata tersentak. Tak sengaja malah memukul keras dadanya. Membuat dadanya sedikit nyeri dan terbatuk-batuk. Lalu, sebuah tangan mendorong jus jeruknya mendekat.

Hinata mendongak, mendapati sepasang jade yang menatapnya. "Sir?"

"Ya," jeda. "aku duduk di sini."

"Tapi-"

"Semuanya penuh, kecuali bangku ini."

Menjelajahkan bola mata lavendernya kesegala arah, dan memang penuh. Apa boleh buat. Toh, ini kantin umum.

Hinata meremat seragam bagian depannya kuat. Jantungnya. Menyebalkan.

"Sir," panggil Hinata.

"Hm."

Guru di depannya menunduk, tengah menikmati semangkuk mie instan. Sepertinya Gaara kelaparan. Hinata memilih diam dan melihati Gaara yang makan dengan lahap. Ia juga mengangsurkan sebotol air mineral yang telah tersedia di meja ke arah Gaara, saat melihat gurunya itu sedikit tersedak.

"Jangan memandangi orang yang sedang makan."

Jade dan lavender bertemu.

Udara terasa sangat panas hingga membuat wajah Hinata memerah. Bahaya.

Gaara meneguk air mineral untuk mengakhiri acara makan siangnya. Ia merasa cukup kenyang sekarang. Mata hijau menatap ke arah meja di depannya. Segelas jus jeruk yang hampir habis.

"Kau diet, Hyuuga?"

"Ti-tidak."

Gagap yang tidak tepat.

"Orang yang menyukaimu tidak akan pernah berpaling walau kau segemuk gajah."

Gurunya ini kenapa?

Hinata memang hanya minum jus saja, tapi bukan berarti Hinata sedang diet 'kan. Dirinya hanya sedang tidak bernapsu untuk makan. Ia sudah kenyang dengan menatap wajah yang ada dihadapannya.

Eh.

Tidak. Tidak boleh memiliki perasaan lebih pada guru sendiri. Tidak baik.

Hinata menghela napas panjang. Berharap obrolan yang terkesan canggung ini cepat selesai.

"Hinata," panggil Gaara.

Ada apa ini? Kenapa gurunya ini tiba-tiba memanggilnya dengan nama depannya, biasanya marga yang dipanggil.

Lavender Hinata menatap sang guru di depannya. "Ya."

"Tidak ada."

Aneh.

Bel masuk kelas berbunyi. Mengakhiri jam istirahat para murid dan guru.

Gaara beranjak terlebih dahulu. Tidak ada basa basi saat meninggalkan Hinata. Dan Hinata menatap punggung Gaara yang mulai menjauh bersama para murid lainnya. Lagi, Hinata meremat seragam bagian depannya. Ada rasa sesak dan bahagia yang menampar dadanya.

Walau samar, Hinata tersenyum. "Gaara."

-TBC-


Thanks to:
Eve Seven : Oke. Gaara mah gitu XD
Reza Juliana322 : Berapa apanya? o.o Terimakasih.
Rendochika430 : Terimakasih. Kan ini drabble ._.)v Coba nanti saya usahakan.
si peak : Aduh ._.
rikarika : saya belum punya obat diabetes u,u Jangan diabet dulu
nana chan : Iya tuh XD
ana : namanya juga drabble *ditabok
Geyannysepta : haha iyah 2x Terimakasih. oke